Anda di halaman 1dari 14

PROFIL KUSTA

Di sahkan Oleh :

Kepala Puskesmas

Dr.YOCHANAN IMDROYONO, MPH

NIP. 19680102 202112 1 003


PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS RIAU SILIP

Jalan : Raya Belinyu - Riau Silip Kode Pos : 33254 Telp. 082179779615 Email :
pkmriausilip.bangka@gmail.com Website : riausilip.puskesmas.bangka.go.id

Website :puskesmas.petaling.bangka.go.id
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS RIAU SILIP

Jalan : Raya Belinyu - Riau Silip Kode Pos : 33254 Telp. 082179779615

Email : pkmriausilip.bangka@gmail.com Website : riausilip.puskesmas.bangka.go.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular, penyakit kusta


pada umumnya terdapat di negara-negara berkembang sebagai akibat
keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang
memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial
ekonomi pada masyarakat. (Kemenkes RI, 2012)
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan
masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi
medis tetapi meluas hingga masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara
yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara
tersebut untuk memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan sosial serta ekonomi pada masyarakat.
Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae, yaitu
bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk batang lurus atau melengkung,
ukuran panjang 1-8 mikron, diameter 0,2 – 0,5 mikron dan mempunyai sifa
tpleomorfik. Mycobacterium leprae termasuk golongan Basil Tahan Asam (BTA)
bila dilakukan pewarnaan Ziehl Neelsen, namun dalam mengikat warna merah
dari karbolFuchsin tidak sekuat Mycobacterium tuberculosis (Suparyanto, 2014).
Cara penularan penyakit kusta melalui saluran pernafasan, seperti saat pasien
bersin atau batuk. Kusta juga dapat ditularkan melalui kontak langsung yang
lama dengan penderita yang berada pada stadium reaktif (Soedarto, 2009)
Angka kasus kusta baru di Indonesia pada tahun 2016 dilaporkan 16.826
kasus dengan angka prevalensi 0,71 per 10.000 penduduk dan angka penemuan
kasus baru sebesar 6,5 per 100.000 penduduk. Di antara kasus baru tersebut,
83% merupakan kasus MB (Multi Basiler), 9% kasus cacat tingkat 2 dan 11%
kasus anak. Tingginya proporsi kasus MB, cacat tingkat 2 dan kasus anak di
Indonesia, menunjukkan masih berlangsungnya penularan dan masih tingginya
angka keterlambatan dalam penemuan kasus baru. Saat ini masih terdapat 11
provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi lebih dari 1 kasus per 10.000
penduduk. Berdasarkan data tahun 2016, masih ada 139 kabupaten/kota dengan
prevalensi masih di atas 1/10.000 penduduk. Upaya untuk mencapai eliminasi
kusta di tingkat kabupaten/ kota ini akan mendorong tercapainya eliminasi pada
tingkat provinsi.
Kasus kusta baru di Indonesia masih banyak ditemukan, dengan jumlah
bervariasi terutama di wilayah Timur. Hingga tahun 2016, angka kecacatan
tingkat II didapatkan 5,27/1.000.000 penduduk, dan angka kecacatan tingkat II
pada anak 0,24 /1.000.000 penduduk. Tingginya angka ini antara lain
disebabkan oleh: adanya stigma sosial terhadap kusta yang cukup tinggi di
masyarakat dan tenaga kesehatan menghambat penemuan kasus dan
tatalaksana kusta, masyarakat belum mengetahui gejala awal penyakit kusta,
sebagian besar pemegang program pengendalian kusta bukan dokter,
tatalaksana kusta secara komprehensif (termasuk pencegahan kecacatan)
belum optimal, secara klinis penyakit kusta banyak menyerupai penyakit kulit
lainnya sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Sedangkan fasilitas
pemeriksaan penunjang untuk penegakkan diagnosis belum tersedia di semua
fasilitas pelayanan kesehatan perjalanan penyakit kusta yang sangat panjang
sehingga reaksi yang timbul setelah pengobatan tidak terpantau, belum adanya
keseragaman dalam penatalaksanaan kusta.
Upaya pengendalian penyakit kusta di dunia menetapkan tahun 2000
sebagai tonggak pencapaian eliminasi. Indonesia berhasil mencapai target ini
pada tahun yang sama, akan tetapi perkembangan 10 tahun terakhir
memperlihatkan kecenderungan statis dalam penemuan kasus baru. Sebagai
upaya global, WHO yang didukung ILEP (International Federation of Anti Leprosy
Associations) mengeluarkan Enhanced Global Strategy for Further Reducing the
Disease Burden due to Leprosy (2011-2015). Berpedoman pada panduan WHO
ini dan menyelaraskan dengan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan tahun
2015-2019, maka disusunlah kebijakan nasional pengendalian kusta di
Indonesia.
Puskesmas Riau Silip terletak di Kecamatan Riau Silip, Dengan luas
wilayah 513,63 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 28.124 jiwa. Di
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sampai sekarang masih ada ditemukan
penderita kusta, Yang mana penderitanya kebanyakan pendatang ( Jawa
dan Sulawesi ). Di Kabupaten Bangka khususnya di Wilayah kerja Puskesmas
Riau Silip tahun 2023 ditemukan 2 orang penderita. Penyakit Kusta sampai
saat ini masih ditakuti oleh masyarakat, termasuk sebagian petugas
kesehatan, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan anggapan yang
keliru terhadap penyakit Kusta.
Strategi pengendalian yang terpadu perlu kita wujudkan mengingat banyaknya
masalah yang ditimbulkan oleh penyakit kusta yang disertai oleh kecacatan dan
perlu perhatian, untuk itu peranan masyarakat sangat dibutuhkan dalam Program
Kusta dan juga kerjasama lintas sektoral.

B. LANDASAN HUKUM
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/308/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Kusta
2. Permenkes No 11 tahun 2019 tentang Penanggulangan Kusta

C. PENGERTIAN
1. Pengertian KUSTA
Penyakit kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf saraf tepi/perifer, kulit
kecuali susunan saraf pusat dan dapat mengenai organ tubuh lain seperti
mata, mukosa saluran napas atas, otot, tulang dan testis.Timbulnya Kusta
merupakan suatu interaksi antara berbagai faktor penyebab yaitu pejamu
(host), kuman (agent), dan lingkungan (environment), melalui suatu proses
yang dikenal sebagai rantai penularan yang terdiri dari 6 komponen, yaitu
penyebab, sumber penularan, cara keluar dari sumber penularan, cara
penularan, cara masuk ke pejamu, dan pejamu. Dengan mengetahui proses
terjadinya infeksi atau rantai penularan penyakit maka intervensi yang sesuai
dapat dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan tersebut.
Penanggulangan Kusta adalah upaya kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan memutus mata rantai penularan Kusta. Eliminasi Kusta adalah
kondisi penurunan penderita terdaftar pada suatu wilayah. Penderita Kusta adalah
seseorang yang terinfeksi kuman Mycobacterium leprae yang disertai tanda dan
gejala klinis
Penyakit kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf saraf tepi/perifer, kulit
kecuali susunan saraf pusat dan dapat mengenai organ tubuh lain seperti mata,
mukosa saluran napas atas, otot, tulang dan testis. Penyebab penyakit kusta adalah
bakteri Mycobacterium leprae, yaitu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk
batang lurus atau melengkung, ukuran panjang 1-8 mikron, diameter 0,2 – 0,5 mikron
dan mempunyai sifa tpleomorfik. Mycobacterium leprae termasuk golongan Basil
Tahan Asam (BTA) bila dilakukan pewarnaan Ziehl Neelsen, namun dalam mengikat
warna merah dari karbolFuchsin tidak sekuat Mycobacterium tuberculosis
(Suparyanto, 2014). Cara penularan penyakit kusta melalui saluran pernafasan,
seperti saat pasien bersin atau batuk. Kusta juga dapat ditularkan melalui kontak
langsung yang lama dengan penderita yang berada pada stadium reaktif (Soedarto,
2009).

2. Pengertian Sasaran Utama


Adalah individu / kelompok masyarakat yang berpotensi tertular penyakit
kusta dan dengan penemuan penderita sedini mungkin untuk Mencegah
kecacatan dan memutus rantai penularan

1. TUJUAN
a.Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan Layanan Program Kusta, sehinggga dapat
menemukan dan Mengobati penderita secara dini jangan sampai timbul
kecacatan.

b. Tujuan Khusus
1. Mendeteksi Suspek Kusta secara benar dan tepat.
2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya deteksi
dini Kusta.
3. Menemukan dan mengobati penderita kusta secara dini, untuk mencegah
kecacatan

BAB II
UPAYA KESEHATAN KUSTA

A. RUANG LINGKUP
1. Pemeriksaan tersangka kusta oleh tenaga medis, petugas laboratorium dan
petugas kusta sendiri.
2. Pemberian obat kusta dilakukan setelah ada hasil pemeriksaan laboratorium
atau pemeriksaan bercak serta menentukan type penderita MB atau PB.
3. Pemeriksaan kontak
4. Pemantauan Keteraturan dan reaksi minum obat, selama pengobatan

4. SASARAN

1. Adalah individu / kelompok masyarakat yang berpotensi tertular penyakit kusta


5. INDIKATOR / TARGET

1. Penemuan kasus kusta 100%


2. Pengobatan kasus kusta 100%

BAB III
UPAYA KESEHATAN KUSTA DI DESA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS

A. HUBUNGAN UPAYA KESEHATAN KUSTA DENGAN KEBIJAKAN DASAR


PUSKESMAS
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/308/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Kusta menyatakan bahwa Setiap Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan lain yang memberikan layanan pengobatan Kusta wajib melakukan pencatatan
dan pelaporan Jumlah Penderita Kusta, pemantauan pengobatan, hasil pengobatan, reaksi
Kusta, tingkat disabilitas dan pemantauan setelah selesai pengobatan. Hasil pencatatan
sebagaimana dikompilasi dan diolah untuk dilakukan pelaporan secara berjenjang kepada
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, dinas kesehatan daerah provinsi, dan
Kementerian Kesehatan. untuk mencapai Eliminasi Kusta tingkat provinsi pada tahun 2019
dan tingkat kabupaten/kota pada tahun 2024.
Untuk mencapai tujuan tersebut misi pembangunan kesehatan adalah
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjannya:
1. Meningkatkaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan.
Dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas maka fungsi
Puskesmas adalah :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat Pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

B. KEBIJAKAN OPERASIONAL DAN STRATEGI


Dalam menyelenggarakan Upaya Kegiatan Kusta agar mencapai tujuan yang
berhasil dan berdaya guna, maka perlu ditetapkan kebijakan operasional dan
strategi sebagai berikut :
1. Kebijakan Operasional
Upaya Kegiatan kusta diselenggrakan
a. Sesuai standar operasional yang berlaku.
b. Secara menyeluruh dengan mengutamakan pendekatan promotif, preventif,
tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative.
c. Berdasarkan kemitraan melalui jejaring kerjasama dengan lintas program,
lintas sektor.
d. Dengan memberdayakan masyarakat baik perorangan,keluarga dan
kelompok
e. Dengan memberikan bantuan pembinaan kepada masyarakat baik
perorangan maupun kelompok.
2. Strategi
a. Penguatan advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor
b. Penguatan peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
c. Penyediaan sumber daya yang mencukupi dalam Penanggulangan Kusta
d. Penguatan sistem Surveilans serta pemantauan dan evaluasi kegiatan
Penanggulangan Kusta.

C. MANAJEMEN ( PDCA )
Untuk terselenggaranya upaya kegiatan KUSTA di puskesmas, perlu ditunjang
dengan manajemen yang baik. Manajemen Kegiatan KUSTA di puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan luaran
Puskesmas yang efektif dan efisien di bidang kesehatan untuk masyarakat sehat.
Ada tiga fungsi manajemen Kegiatan kusta di Puskesmas yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan dan pengendalian
3. Pengawasan dan pertanggung jawaban
Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan.

1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan kusta adalah pross penyusunan rencana tahunan
puskesmas untuk mengatasi masalah dan kebutuhan masyarakat di bidang
kesehatan masyarakat sehat diwilayah kerja Puskesmas.
Langkah-langkah perencanaan upaya kegiatan kusta yang dilakukan oleh
puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan :
1). Berdasarkan hasil cakupan kegiatan ditahun sebelumnya.
2). Berdasarkan Hasil Identifikasi Kebutuhan Masyarakat melalui
Kuesioner , kotak saran, masukan dari kader /perangkat desa.
3. Berdasarkan ada tidaknya masalah yang berkaitan dengan Kegiatan
kusta.
b. Plan atau Menyusun Rencana Usulan Kegiatan ( RUK )
Langkah Puskesmas dalam menyusun usulan kegiatan kusta dan
dilakukan dengan menetapkan :
1). Kegiatan
2). Tujuan
3). Sasaran
4). Besar / volume kegiatan
5). Waktu
6). Lokasi
7). Penanggung Jawab Kegiatan
c. Mengajukan Rencana Usulan Kegiatan ( RUK )
Rencana Usulan Kegiatan diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
d.Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK )
Setelah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, maka puskesmas
melakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK ) di :
1). Tingkat Kecamatan
Advokasi dan Sosialiasi tentang Upaya Kegiatan kusta agar pihak-pihak
terkait paham dan memberikan dukungan secara optimal dalam
penyelenggarakan kegiatan kusta
Pihak-pihak terkait dimaksud adalah :
 Camat beserta jajarannya
 Muspika Kecamatan
 Lintas sector kecamatan terkait

Selanjutnya dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan


( RPK ) di bahas :
 Prioritas Kegiatan
 Prioritas sasaran ( orang dan lokasi )
 Waktu pelaksanaan
 Pembiayaan
 Pembagian tugas kepada unsur / sector terkait
2). Tingkat Desa
Advokasi dan Sosialiasi tentang Upaya Kegiatan kusta agar pihak-pihak
terkait paham dan memberikan dukungan secara optimal dalam
penyelenggarakan kegiatan upaya kegiatan kusta.
Pihak-pihak terkait dimaksud adalah :
 Kepala Desa / Kelurahan
 Perangkat Desa
 Kader
 Tokoh Masyarakat
 Tokoh Agama
 TP PKK Desa / Kelurahan
Selanjutnya dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK )
dibahas:
a). Inventarisasi Sumber Daya
 Petugas Pelaksana Kegiatan
 Sasaran Kegiatan
 Lokasi Kegiatan
 Peralatan
 Pembiayaan
 Sumber Dana
 Sektor terkait
b). Pengorganisasian / pembagian tugas penyelenggaraan.

2. Do atau Pelaksanaan dan Pengendalian


Adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
penyelenggaraan rencana tahunan puskesmas . Langkah-langkah
pelaksanaan dan pengendalian adalah sebagai berikut :
a. Pengorganisasian
Di tingkat Puskesmas dilakukan dengan 2 ( dua) cara , yaitu :
1). Penentuan para penanggung jawab dan para pelaksana untuk setiap
kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja / binaan wilayah kerja.
2). Penggalangan kerja sama tim lintas sector dan mitra kerja lainnya
seperti : Kecamatan, KUA, Dinas Pendidikan.
b. Penyelenggaraan
Dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
1). Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun , mencakup
jadwal pelaksanaan, target pencapaian , lokasi, dan rincian tugas para
penanggung jawab dan pelaksana kegiatan.
2). Menyusun jadual kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan.
3). Menyelenggarakan kegiatan sesuai jadual yang telah ditetapkan.
Pada waktu menyelenggarakan kegiatan harus diperhatikan hal
sebagai berikut:
 Azas penyelenggaraan puskesmas
 Berbagai standar pedoman pelayanan kesehatan
 Standard dan pedoman ketenagaan
 Kendali mutu
 Kendali biaya
c. Pemantauan
Pemantauan dilakukan secara berkala, mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1). Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiataan dan hasil yang
dicapai.
2). Mengumpulkan masalah, hambatan, dan saran-saran untuk
peningkatan penyelenggaraan serta memberikan umpan balik.
d. Penilaian
Penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran, mencakup :
1). Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang telah dicapai, dibandingkan
dengan rencana kegiatan tahunan dan standar pelayanan.
2). Menyusun saran-saran sesuai pencapaian, masalah, hambatan yang
ditemukan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan upaya
kesehatan ibu dan anak serta rencana kegiatan tahun berikutnya.

3. Cek atau Pengawasan dan Pertanggungjawaban


Adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan
pencapaian tujuan upaya kegiatan kusta, meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Pengawasan
Terdiri dari pengawasan internal dan eksternal. Pengawasan internal
dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Sedangkan pengawasan
ekternal dilakukan oleh masyarakat.
Pengawasan mencakup aspek administrative, keuangan. dan teknis
pelaksanaan.
b. Pertanggung jawaban
Pada akhir tahun anggaran , penanggung jawab Pemegang Program
kusta membuat laporan mencakup pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan berbagai sumber daya, yang disampaikan kepada Kepala
Puskesmas.

4. Action atau Tindak lanjut dari Pengawasan


Dari hasil pelaksanaan kegiatan dievaluasi tentang permasalahan, hambatan
dan saran-saran yang ditemukan. Kemudian dianalisis dan dicari
pemecahannya untuk peningkatan mutu pelayanan kusta, kemudian diterapkan
pada kegiatan yang sama di tempat lain. Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang
dicapai dibandingkan dengan rencana tahunan atau target dan standart
pelayanan yang sudah dibuat. Kemudian penanggung jawab program KUSTA
melaporkan pelaksanaan kegiatan dan laporan berbagai sumber daya kemudian
disampaiakan kepada Kepala Puskesmas.

D. Kegiatan kusta
1. Penjaringan Penderita kusta. Penjaringan pendeita kusta dilakukan diruang
konsul, jika ditemukan tersangka kusta dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
kusta oleh pengelola kusta.
2. Pengobatan. Jika ada ditemukan, pengelola langsung memberikan pengobatan
sesuai dengan type penderita, yakni MB atau PB.
3. Pemeriksaan kontak Pemeriksaan kontak dilakukan jika ada yang positip kusta,
hal ini dilakukan untuk mencari sumber penularan.
4. Pengawasan, jika ada penderita kusta yang telah mendapatkan pengobatan,
maka dilakukan pengawasan minum obat dan reaksinya, serta memeriksa
kecacatan, kegiatan ini dilakukan selama penderita minum obat ( 1 tahun ).

E. Sumber Daya
a. Sumber Daya manusia
1. Dokter
2. Petugas kusta
3. Tenaga kesehatan kesmas
4. Tenaga kesehatan kpromkes
5. Kader
b. Sarana dan Prasarana
 Tempat
1. Puskesmas
2. Desa Terduga
 Transportasi
1. Sepeda Motor
 Peralatan
1. Tisu/kapas
2. Formulir
3. Kartu penderita
4. Apd
5. ATK
6. Buku register pengobatan
7. Buku pemeriksaan kecacatan
8. Pedoman internal dan eksternal
 Biaya
- BOK

F. Pencatatan Dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan dalam kegiatan program Kusta merupakan salah
satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi yang
akurat untuk mengambil keputusan dan perencanaan program Kusta, untuk itu
diperlukan pencatatan dan pelaporan yang baku, berkualitas,akurat dan tepat
waktu, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan program
kusta serta evaluasinya.

Kegiatan pencatatan dan pelaporan di puskesmas antara lain :

a. Mengisi kartu Penderita


b. Mengisi Register/Monitoring
c. Pencatatan Pencegahan cacat

pelaporan yang dilakukan oleh Puskesmas di sesuaikan dengan kebijakan


Dinas Kesehatan Kabupaten atau mengikuti sistem informasi kesehatan yang
ada.

G. Indikator
Menemukan dan mengobati penderita Kusta secara dini jangan sampai terjadi
kecacatan
BAB IV
PENUTUP

Keselamatan pasien Kusta dilakukan dengan menerapkan manajemen resiko


yang metodenya tersususn secara logis dan sistimatis. Manajemen resiko dapat
memberikan manfaat jika diterapkan sejak awal kegiatan dengan melakukan
Pemeriksaan kontak, pengawasan minum obat , pemrikasaan kecacatan serta
pemantauan pasca pengoabtan.
Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi pengelola kusta,
yang mana setiap penderita mempunyai faktor menularkan kepada siapa saja.
Setiap menghadapi penderita, pengelola Kusta selalu menggunakan protap yang
ada, seperti harus memakai masker, mempunyai ruangan yang bebas udaranya
keluar masuk.
Pengendalian mutu dalam pelayan Pengobatan Kusta dilakukan dengan protap
yang ada. Pengawasan dan pemantauan minum obat dan reaksinya dilakukan
selama penderita minum obat serta dilakukan pemeriksaan kecacatan
Pengendalian mutu dalam Pengobatan Kusta dengan melakukan analisa
cakupan yang telah dicapai dengan target yang telah ditentukan, apabila ada
masalah dilakukan pemecahannya untuk memenuhi target yang telah ditentukan.

KEGIATAN KUSTA

A.Kegiatan Pokok
1. Pemeriksaan Suspek kusta dan pengobatan
2. Pemeriksaan kontak
3. Pemantauan Pengobatan dan reaksi obat
4. Penyuluhan

B.Metode
Dalam Melaksanakan kegiatan harus berdasarkan Visi,Misi dan Tata Nilai
Puskesmas Riau Silip
VISI : Menjadikan Puskesmas yang bermutu menuju Kecamatan Riau Silip
Sehat, Mandiri dan Setara
MISI :
1. Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia yang berkelanjutan
menuju pelayanan paripurna
2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang semakin lengkap menuju pelayanan
paripurna
3. Meningkatkan kesehatan masyarakat yang mandiri dengan mengedepankan
Promosi dan Preventif serta kerjasama lintas program dan lintas sektor
4. Meningkatkan inovasi dan kreativitas pelayanan menuju pelayanan paripurna.
Dengan melakukan pemeriksaan kepada suspek dan pengobatan serta
melakukan pengawasan minum obat dan perawatan kecacatan.

C.Sasaran
Adalah individu / kelompok masyarakat yang berpotensi tertular penyakit kusta
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN KUSTA PUSKESMAS RIAU SILIP
TAHUN 2021

No Kegiatan 2021
J Fe Ma Ap Me Ju Jul Ag Se Ok N De
a b r r i n t p t ov s
n
1 Pemeriksa
an Suspek
dan
pengobata
n
2 Pemeriksa
an Kontak

3 Pengawas
an Minum
Obat
4 Penyuluha
n

I.Biaya
NO KEGIATAN RINCIAN TOTAL
1 Pemeriksaan kontak 3org x 2ks x 1kl x RP 390.000
Penderita Kusta 65.000
2 Pengawasan minum obat 3org x 2ks x 6kl x Rp. 2.340.000
dan reaksi kecacatan 65.000
GRAFIK PENEMUAN DAN PENGOBATAN KASUS
KUSTA
DI PUSKESMAS RIAU SILIP

Pengelola Program

Siti Jariah Ayu Handayani, Amd.Kep


PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS RIAU SILIP

Jalan : Raya Belinyu - Riau Silip Kode Pos : 33254 Telp. 082179779615 Email :
pkmriausilip.bangka@gmail.com Website : riausilip.puskesmas.bangka.go.id

PROFIL PROGRAM KUSTA


PUSKESMAS RIAU SILIP TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai