Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

UPTD PUSKESMAS HANDAPHERANG


Jl. H. Hasan No. 11 Desa Handapherang Kec. Cijeungjing 46271
Tpl. (0265)2750595, Faximili : (0265)2750595

KERANGKA ACUAN PROGRAM KUSTA


TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara

mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan

merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah yang

dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga

adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam

keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita.

Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek

atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena

masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta

menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan

mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan

masyarakat. Program pemberantasan penyakit menular bertujuan

untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan

dan angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut

sehingga memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang

masih merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana

beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan

permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang

dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai masalah

sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial. Pada


umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang

berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan

ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan

negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di

bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada

masyarakat.
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta

secara terintegrasi dengan unit pelayanan kesehatan (puskesmas

sudah dilakukan sejak pelita I). Adapun sistem pengobatan yang

dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992, pengobatan

dengan kombinasi (MDT) mulai digunakan di Indonesia.


Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara

dengan beban penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013,

Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil.

Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru sebanyak

16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita

baru sebanyak 9,86% (WHO, 2013). Penyakit kusta merupakan salah

satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease

(NTD) yang masih ada di Indonesia, yaitu Filaria, Kusta, Frambusia,


Dengue, Helminthiasis, Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis.

Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat dalam

pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan, namun kusta

sebagai penyakit kuno masih ditemukan.

II. LATAR BELAKANG


Hingga kini, kusta seringkali terabaikan.

Meskipun kusta tidak secara langsung termasuk ke dalam

pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), namun terkait erat

dengan lingkungan yaitu sanitasi. Penggunaan air bersih dan sanitasi

akan sangat membantu penurunan angka kejadian penyakit NTD.


Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya

jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan yang

diakibatkannya, Indonesia sudah mencapai eliminasi di tingkat

nasional. Namun saat ini, masih ada 14 propinsi yang mempunyai

beban tinggi yaitu Banten, Sulteng, Aceh, Sultra, Jatim, Sulsel,

Sulbar, Sulut, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat

dan Kalimantan Utara.


Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari

besarnya, sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam.

Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada keluarganya,

masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku

penerimaan periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi

ini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta

merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati, penyakit

keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan.

Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa

sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan

kenyataan bahwa penyakit mempunyai kedudukan yang khusus

diantara penyakit-penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena


adanya leprophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap kusta).

Leprophobia ini timbul karena pengertian penyebab penyakit kusta

yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Dari

sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya

pengendalian leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan

takut pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional. Terdapat

kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih dari masalah

kesehatan ke masalah sosial.


Leprophobia masih tetap berurat akar dalam seleruh

lapisan masalah masyarakat karena dipengaruhi oleh segi agama,

sosial, budaya dan dihantui dengan kepercayaan takhyul. Fhobia


kusta tidak hanya ada di kalangan masyarakat jelata, tetapi tidak

sedikit dokter-dokter yang belum mempunyai pendidikan objektif

terhadap penyakit kusta dan masih takut terhadap penyakit kusta.

Selama masyarakat kita, terlebih lagi para dokter masih terlalu takut

dan menjauhkan penderita kusta, sudah tentu hal ini akan

merupakan hambatan terhadap usaha penanggulangan penyakit

kusta. Akibat adanya phobia ini, maka tidak mengherankan apabila

penderita diperlakukan secara tidak manusiawi di kalangan

masyarakat.

III. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan cakupan pelayanan program kusta sesuai dengan

masalah yang ada, sehingga dapat meningkatkan penemuan

secara dini penderita kusta baru dan bisa mengobati pasien kusta

secara sempurna.

2. TUJUAN KHUSUS
2.1. Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam

mendeteksi suspect Kusta.


2.2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

upaya deteksi dini Kusta.


2.3. Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit

pelayanan dalam tata laksana pasien kusta.

IV. VISI DAN MISI


IV.1. Visi
Masyarakat Kecamatan Cijeungjing sehat bebas kusta yang

mandiri dan berkeadilan.


IV.2. Misi
IV.2.1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan

masyarakat madani;
IV.2.2. Kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya

upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan

berkeadilan;
IV.2.3. Ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

V. TATA NILAI

1. Disiplin tanpa diawasi


Bekerja sesuai dengan tata tertib yang berlaku.
2. Tanggung jawab tanpa diminta
Melakukan pekerjaan sesuai tupoksi dengan penuh tanggung jawab.
3. Bekerja tanpa diperintah
Melakukan tupoksi masing-masing tanpa diperintah atasan.
4. Berprestasi tanpa pamrih
Bekerja secara ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan.
5. Pelayanan baik itu amanah
Melayani masyarakat dengan sepenuh hati tanpa diskriminasi.

VI. KELUARAN YANG DIHARAPKAN


VI.1.Meningkatnya kesadaran dan partisipasi keluarga / masyarakat

agar pengobatan berjalan baik dan tidak ada diskriminasi.


VI.2.Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian

penyakit Kusta.
VI.3.Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi petugas kesehatan.
VI.4.Ditemukannya kasus baru sedini mungkin.
VI.5.Meningkatnya komitmen dan dukungan dari lintas program dan

lintas sektor.
VII. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No. Kegiatan Pokok Rincian kegiatan


1. Pemeriksaan Kontak Serumah 1. Untuk pasien baru, kunjungan rumah dilakukan sesegera
mungkin.
2. Pemberian konseling sederhana dan pemeriksaan fisik.
Sasarannya adalah keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien dan tetangga di sekitarnya.
3. Saat melakukan kunjungan, petugas diwajibkan membawa
kartu pasien, alat pemeriksaan, dan obat MDT.
2. Rapid Village Survey ( RVS ) I. Persiapan
Pimpinan Puskesmas berserta programer kusta dan kepala
desa membuat rencana pelaksanaan kegiatan.
II. Pelaksanaan
1. Tahap Pertama
a. Penjelasan maksud dan tujuan pertemuan.
b. Penjelasan tanda-tanda dini kusta dan program
pengendalian penyakit kusta oleh dokter/programer
kusta.
c. Tanya jawab.
d. Pembagian tugas kelompok kerja ( kelompok untuk
deteksi suspek, kelompok untuk pencatatan, dan
kelompok untuk diagnosa serta verifikator ). Besar
dan jumlah kelompok disesuaikan dengan kapasitas
dan sumber daya yang ada.
e. Kelompok kerja bisa dari kader kesehatan,
perangkat desa, dan petugas kesehatan lainnya.
2. Tahap Kedua
a. Pemeriksaan seluruh desa untuk mencari suspek
yang dijaring oleh kelompok kerja ( target suspek
adalah minimum 10 % dari popilasi umum ).
b. Pagi hari pemeriksaan difokuskan pada suspek dari
anak sekolah sedangkan siang hari pada suspek di
masyarakat umum.
c. Pasien baru yang ditemukan pada saat
pemeriksaan, dibuatkan kartu dan diberikan
pengobatan serta penyuluhan yang mendalam.
d. Suspek dicatat dan dijadwalkan untuk periksa
ulang di Puskesmas dalam kurun waktu 3-6 bulan
setelah pertemuan.
3. Pemeriksaan Anak Sekolah SD Sederajat 1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu
diberikan penyuluhan tentang kusta kepada siswa dan
guru.

No. Kegiatan Pokok Rincian kegiatan

2. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh siswa kelas 1 s/d 6.


3. Pemeriksaan dilakukan oleh programer kusta bekerja
sama dengan lintas program atau petugas kesehatan
lainnya yang telah mendapat sosialisasi Kusta.
4. Jika pemeriksaan dilakukan oleh lintas program / petugas
kesehatan dan menemukan suspek kusta, maka perlu
dirujuk ke dokter dan programer kusta / ke Puskesmas
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
5. Jumlah siswa yang diperiksa dan kasus baru yang
ditemukan dicatat.
4. Leprosy Elimination Campaign ( LEC ) Sasarannya adalah pimpinan wilayah kerja di lingkup
kecamatan, pemangku kepentingan, dan masyarakat
Pelaksanaan :
1. Pertemuan dengan Camat dan Kepala Desa menjelaskan
mengenai kegiatan LEC, membuat perencanaan
pertemuan lintas sektor dimana Camat diharapkan
sebagai pelaksana pertemuan.
2. Pertemuan lintas sektor
Meningkatkan kesadaran lintas sektor mengenai
pengendalian penyakit kusta dan mengharapkan
bantuannya dalam pelaksanaan LEC.
3. Pelatihan sehari team leader, staff puskesmas, dan bidan
desa.
Meningkatkan kemampuan peserta dalam mendiagnosis,
klasifikasi, dan pengobatan penyakit kusta.
4. Membuat jadwal pelatihan tenaga puskesmas ( lintas
program ).
5. Pertemuan dengan kepala desa dan kader kesehatan
Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta dan
mengharapkan bantuan Kades, tokoh masyarakat dalam
pelaksanaan LEC.
6. Kunjungan ke desa
Tim yang terdiri team leader, lintas program, petugas
puskesmas, Kades, dan kader mengadakan penyuluhan
di Balai Desa. Sebelum penyuluhan dimulai, poster dan
leaflet harus dipasang/dibagikan.
Setelah masyarakat kumpul, team leader/dokter
puskesmas mengadakan penyuluhan dan mengharapkan
masyarakat yang mempunyai kelainan kulit agar
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan / Puskesmas.
Bila terdapat suspek maka mereka di rujuk ke
puskesmas untuk diperiksa lebih lanjut.

No. Kegiatan Pokok Rincian kegiatan

5. Special Action Program for Elimination 1. Merupakan kegaiatan khusus untuk mencapai tujuan
Leprosy ( SAPEL ) eliminasi kusta dan dilaksanakan pada daerah yang
mempunyai geografis yang sulit.
2. Pada kegiatan ini MDT diberikan sekaligus 1 ( satu ) paket
dibawah pengawasan petugas kesehatan di wilayah
tersebut / kader kesehatan yang telah dilatih / keluarga
terdekat.
3. Programer kusta puskesmas melakukan monitoring ke
wilayah tersebut 1 atau 2 bulan sekali. Dan atau
petugas wilayah / kader / keluarga melaporkan
perkembangan pasien ke programer kusta puskesmas tiap
bulan.

VIII. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Ceramah dan diskusi.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pembagian brosur dan leaflet.
4. Pemasangan banner di tempat-tempat strategis.
5. Monitoring dan evaluasi.

IX. SASARAN
1. Masyarakat
2. Sekolah dasar
3. Lintas program
4. Lintas sektor

X. PEMBIAYAAN

Pendanaan dalam kegiatan program kusta dibiayai oleh dana puskesmas yang diambil dari BOK (Bantuan Operasional
Kesehatan).

XI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Upaya Lokasi Tenaga Peran


Sasa-
No. Keseha- Kegiatan Target Pelaksa- Pelaksa- Jadwal
ran Sasaran Linprog Linsek
tan naan na

Program Penyuluha Penderi 40 Ruang Program Bulan 1. Pasien 1. Sebagai 1. Sebagai


Kusta n pada ta & orang pertemu er kusta Februari dan monitoring motivasi
penderita keluarg an dan dan keluarga keadaan masyarak
kusta dan a Puskesm petugas Maret menduk pasien di at dan
keluarga pasien as kesehat 2015 ung wilayah penderita
penderita Handap Minggu terlaksa kerja.
herang an ke-2 nanya 2. Membantu .
kegiatan memberik
. an
2. Keluarg dukungan
a kegiatan
menjadi tersebut.
pengawa 3. Petugas
s dan wilayah
memoni bisa
tor mengetahu
perkemb i jumlah
angan penderita
kesehat kusta di
an wilayah
pasien. kerjanya.
Program Pemeriksa Penderi 20 Rumah Program Bulan 1. Pasien Petugas Menyediaka
Kusta an kontak ta & orang penderit er kusta Februari dan kesehatan di n fasilitas
serumah keluarg a dan dan keluarga wilayah ikut dan
a petugas Maret menduk serta dalam bantuan
pasien wilayah 2016 ung pemeriksaan agar
Minggu terlaksa kontak pelaksanaan
nanya
ke-2 serumah. berjalan
kegiatan
lancar.
.
2. Keluarg
a
menjadi
pengawa
s dan
memoni
tor
perkemb
angan
kesehat
an
pasien.

Upaya Lokasi Peran


Sasara Tenaga
No. Kesehata Kegiatan Target Pelaksan Jadwal
n Pelaksana Sasaran Linprog Linsek
n aan

Program Sosialisasi Petugas 40 Ruang Programe Bulan 1. Datang 1. Membantu 1. Sebagai


Kusta kusta kesehat orang pertemu r kusta April dalam kegiatan acuan
untuk an, an 2015 acara tersebut. dalam
petugas lintas Puskesm Minggu pertemu 2. Sebagai penemua
kesehatan progra as ke-2 an. acuan n
di wilayah m, dan Handap 2. Menduk dalam penderita
ung penemuan
dan kader kader herang baru di
secara penderita
kesehatan masyarak
penuh kusta
at.
kegiatan baru.
tersebut 3. Pengatura
. n
3. Sebagai jadwal/ker
acuan ja sama
petugas bilamana
kesehat ada
an kegiatan
dalam screening
penemu di
an masyaraka
penderit t dan
a kusta sekolah
baru.
Program Screening Masyra 5 desa Masyara Programe Bulan 1. Memeri 1. Membantu 1. Menyedia
Kusta Kusta di kat kat r kusta, Mei ksakan terlaksana kan
Masyaraka lintas dan bila ada nya sarana
t program, Juni kelainan kegiatan. dan
dan 2015 di kulit. 2. Saling prasaran
petugas 2. Kesadar koordinasi a bila
an akan bila ada ditempati
kesehata
status kegiatan di kegiatan.
n
kesehat masyaraka 2. Ikut serta
annya. t. dalam
3. Sebagai kegiatan
rujukan ke screening
progrmaer .
kusta bila 3. Merujuk
menemuk ke
an puskesm
penderita as bila
kusta ditemuka
baru. n
penderita
baru.
4. Menggiri
ng setiap
warga
untuk
datang
dalam
kegiatan
screening
.
Upaya Lokasi Peran
Sasara Tenaga
No. Kesehata Kegiatan Target Pelaksan Jadwal
n Pelaksana Sasaran Linprog Linsek
n aan

Program - Sosialisas Guru 18 Sekolah Programe Bulan Bersedia 1. Membantu 1. Pihak


Kusta i Kusta dan sekolah dasar r kusta, Agustu dilakukan dalam sekolah
ke Siswa dan lintas s dan pemeriksa pelaksana menyedia
Sekolah lanjutan program, Februa an kulis, an kan
Dasar - SD/ head to toe kegiatan. sarana
dan ri
dan MI = 2. Bersama dan
30 petugas
Sekolah lintas prasaran
sekola kesehata
Lanjutan. program di a yang
h n
- Screening kegiatan dibutuhk
Kusta di - Total screening. an.
Sekolah = 18 2. Merujuk
sekola ke
h puskesm
as jika
ada
siswanya
yang
suspek
kusta.

XII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


- Evaluasi dilakukan setiap 1 ( satu ) bulan sekali oleh Programer Kusta Puskesmas terhadap pelaksanaan kegiatan

dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik pembukaan, pengisian materi maupun penutupan dan

partisipasi peserta yang tercermin dalam diskusi yang aktif.

XIII. PENCATATAN DAN PELAPORAN

- Pencatatan dilakukan oleh notulen terhadap semua pelaksanaan kegiatan.


- Laporan pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan paling lambat 1 minggu setelah

kegiatan dilaksanakan.
- Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling lambat 1 bulan setelah kegiatan

dilakukan.

Demikian Kerangka Acuan Program kusta

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Handapherang Petugas Program Kusta,

SUSI WARTINI, SKM, M.Kes SRI HARYATI, AM.Kep.


NIP. 19610501 198503 2 006 NIP. 19790605 200701 2010

Anda mungkin juga menyukai