Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

UPTD PUSKESMAS TERBANGGI SUBING


KECAMATAN GUNUNG SUGIH
Jalan Lintas Sumatera Gg.Kesehatan Kampung Terbanggi Subing Kode Pos.34161
Email : terbanggisubingpkm@gmail.com

KERANGKA ACUAN
PROGRAM KUSTA

I. PENDAHULUAN
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara
mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan
merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah
yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi
juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya.
Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari
penderita. Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan
mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan
negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan
penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan
ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau
gangguan di lingkungan masyarakat. Program pemberantasan
penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit,
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta
mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga memungkinkan
tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit kusta
adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan
masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa
daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan
permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang
dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai
masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan
sosial. Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang
sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari
golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan
yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan
sosial ekonomi pada masyarakat.
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita
kusta secara terintegrasi dengan unit pelayanan kesehatan
(puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I). Adapun sistem
pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun
1992, pengobatan dengan kombinasi (MDT) mulai digunakan di
Indonesia.
Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara
dengan beban penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013,
Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan
Brazil. Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta
baru

sebanyak 16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara


penderita baru sebanyak 9,86% (WHO, 2013). Penyakit kusta
merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau
Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia,
yaitu Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue, Helminthiasis,
Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis. Indonesia sudah
mengalami kemajuan yang pesat dalam pembangunan di segala
bidang termasuk kesehatan, namun kusta sebagai penyakit kuno
masih ditemukan.

II. LATAR BELAKANG


Hingga kini, kusta seringkali terabaikan. Meskipun
kusta tidak secara langsung termasuk ke dalam pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs), namun terkait erat dengan
lingkungan yaitu sanitasi. Penggunaan air bersih dan sanitasi
akan sangat membantu penurunan angka kejadian penyakit NTD.
Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih
tingginya jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan
yang diakibatkannya, Indonesia sudah mencapai eliminasi di
tingkat nasional. Namun saat ini, masih ada 14 propinsi yang
mempunyai beban tinggi yaitu Banten, Sulteng, Aceh, Sultra,
Jatim, Sulsel, Sulbar, Sulut, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara,
Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara.

Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari


besarnya, sehingga menimbulkan keresahan yang sangat
mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada
keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari
konsep perilaku penerimaan periderita terhadap penyakitnya,
dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak menganggap
bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular, tidak dapat
diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan
menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini
penderita kusta merasa putus asa sehingga tidak tekun untuk
berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa
penyakit mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-
penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena adanya leprophobia
(rasa takut yang berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini
timbul karena pengertian penyebab penyakit kusta yang salah
dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Dari sudut
pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya
pengendalian leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik
dan takut pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional.
Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih
dari masalah kesehatan ke masalah sosial.

Leprophobia masih tetap berurat akar dalam seleruh


lapisan masalah masyarakat karena dipengaruhi oleh segi agama,
sosial, budaya dan dihantui dengan kepercayaan takhyul. Fhobia
kusta tidak hanya ada di kalangan masyarakat jelata, tetapi tidak
sedikit dokter-dokter yang belum mempunyai pendidikan objektif
terhadap penyakit kusta dan masih takut terhadap penyakit
kusta. Selama masyarakat kita, terlebih lagi para dokter masih
terlalu takut dan menjauhkan penderita kusta, sudah tentu hal
ini akan merupakan hambatan terhadap usaha
penanggulangan penyakit kusta. Akibat adanya phobia ini,
maka tidak mengherankan apabila penderita diperlakukan
secara tidak manusiawi di kalangan masyarakat.

III. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan cakupan pelayanan program kusta sesuai
dengan masalah yang ada, sehingga dapat meningkatkan
penemuan secara dini penderita kusta baru dan bisa
mengobati pasien kusta secara sempurna.

2. TUJUAN KHUSUS
2.1. Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam
mendeteksi suspect
Kusta.
2.2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
upaya deteksi dini
Kusta.
2.3. Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit
pelayanan dalam tata laksana pasien kusta.
IV. VISI DAN MISI
IV.1. Visi
Masyarakat Kecamatan Jangkar sehat bebas kusta yang mandiri
dan berkeadilan.

IV.2. Misi
IV.2.1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan
masyarakat madani;
IV.2.2. Kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan
berkeadilan;
IV.2.3. Ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

V. TATA NILAI
1. Disiplin tanpa diawasi
Bekerja sesuai dengan tata tertib yang berlaku.
2. Tanggung jawab tanpa diminta
Melakukan pekerjaan sesuai tupoksi dengan penuh tanggung jawab.
3. Bekerja tanpa diperintah
Melakukan tupoksi masing-masing tanpa diperintah atasan.
4. Berprestasi tanpa pamrih
Bekerja secara ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan.
5. Pelayanan baik itu amanah
Melayani masyarakat dengan sepenuh hati tanpa diskriminasi.

VI. KELUARAN YANG DIHARAPKAN


VI.1. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi keluarga /
masyarakat agar pengobatan berjalan baik dan tidak ada
diskriminasi.
VI.2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian
penyakit Kusta.
VI.3. Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi petugas kesehatan.
VI.4. Ditemukannya kasus baru sedini mungkin.
VI.5. Meningkatnya komitmen dan dukungan dari lintas program dan
lintas sektor.
VII. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
No. Kegiatan Pokok Rincian kegiatan
1. Pemeriksaan Kontak Serumah 1. Untuk pasien baru, kunjungan rumah dilakukan sesegera mungkin.
2. Pemberian konseling sederhana dan pemeriksaan fisik. Sasarannya
adalah keluarga yang tinggal serumah dengan pasien dan tetangga di
sekitarnya.
3. Saat melakukan kunjungan, petugas diwajibkan membawa kartu
pasien, alat pemeriksaan, dan obat MDT.
2. Rapid Village Survey ( RVS ) I. Persiapan
Pimpinan Puskesmas berserta programer kusta dan kepala desa
membuat rencana pelaksanaan kegiatan.
II. Pelaksanaan
1. Tahap Pertama
a. Penjelasan maksud dan tujuan pertemuan.
b. Penjelasan tanda-tanda dini kusta dan program pengendalian
penyakit kusta oleh dokter/programer kusta.
c. Tanya jawab.
d. Pembagian tugas kelompok kerja ( kelompok untuk deteksi
suspek, kelompok untuk pencatatan, dan kelompok untuk
diagnosa serta verifikator ). Besar dan jumlah kelompok
disesuaikan dengan kapasitas dan sumber daya yang ada.
e. Kelompok kerja bisa dari kader kesehatan, perangkat desa,
dan petugas kesehatan lainnya.
2. Tahap Kedua
a. Pemeriksaan seluruh desa untuk mencari suspek yang dijaring
oleh kelompok kerja ( target suspek adalah minimum 10 % dari
popilasi umum ).
b. Pagi hari pemeriksaan difokuskan pada suspek dari anak
sekolah sedangkan siang hari pada suspek di masyarakat
umum.
c. Pasien baru yang ditemukan pada saat pemeriksaan,
dibuatkan kartu dan diberikan pengobatan serta penyuluhan
yang mendalam.
d. Suspek dicatat dan dijadwalkan untuk periksa ulang di
Puskesmas dalam kurun waktu 3-6 bulan setelah pertemuan.
3. Pemeriksaan Anak Sekolah SD Sederajat 1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu diberikan
penyuluhan tentang kusta
kepada siswa dan guru.

No. Kegiatan Pokok Rincian kegiatan


2. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh siswa kelas 1 s/d 6.
3. Pemeriksaan dilakukan oleh programer kusta bekerja sama dengan
lintas program atau petugas kesehatan lainnya yang telah mendapat
sosialisasi Kusta.
4. Jika pemeriksaan dilakukan oleh lintas program / petugas kesehatan
dan menemukan suspek kusta, maka perlu dirujuk ke dokter dan
programer kusta / ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
5. Jumlah siswa yang diperiksa dan kasus baru yang ditemukan dicatat.
4. Leprosy Elimination Campaign ( LEC ) Sasarannya adalah pimpinan wilayah kerja di lingkup kecamatan,
pemangku kepentingan, dan masyarakat
Pelaksanaan :
1. Pertemuan dengan Camat dan Kepala Desa menjelaskan mengenai
kegiatan LEC, membuat perencanaan pertemuan lintas sektor
dimana Camat diharapkan sebagai pelaksana pertemuan.
2. Pertemuan lintas sektor
Meningkatkan kesadaran lintas sektor mengenai pengendalian
penyakit kusta dan mengharapkan bantuannya dalam pelaksanaan
LEC.
3. Pelatihan sehari team leader, staff puskesmas, dan bidan desa.
Meningkatkan kemampuan peserta dalam mendiagnosis, klasifikasi,
dan pengobatan penyakit kusta.
4. Membuat jadwal pelatihan tenaga puskesmas ( lintas program ).
5. Pertemuan dengan kepala desa dan kader kesehatan
Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta dan
mengharapkan bantuan Kades, tokoh masyarakat dalam
pelaksanaan LEC.
6. Kunjungan ke desa
Tim yang terdiri team leader, lintas program, petugas puskesmas,
Kades, dan kader mengadakan penyuluhan di Balai Desa. Sebelum
penyuluhan dimulai, poster dan leaflet harus dipasang/dibagikan.
Setelah masyarakat kumpul, team leader/dokter puskesmas
mengadakan penyuluhan dan mengharapkan masyarakat yang
mempunyai kelainan kulit agar memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan / Puskesmas.
Bila terdapat suspek maka mereka di rujuk ke puskesmas untuk
diperiksa lebih lanjut.
No. Kegiatan Pokok Rincian kegiatan
5. Special Action Program for Elimination Leprosy ( 1. Merupakan kegaiatan khusus untuk mencapai tujuan eliminasi
SAPEL ) kusta dan dilaksanakan pada daerah yang mempunyai geografis
yang sulit.
2. Pada kegiatan ini MDT diberikan sekaligus 1 ( satu ) paket dibawah
pengawasan petugas kesehatan di wilayah tersebut / kader
kesehatan yang telah dilatih / keluarga terdekat.
3. Programer kusta puskesmas melakukan monitoring ke wilayah
tersebut ± 1 atau 2 bulan sekali. Dan atau petugas wilayah / kader /
keluarga melaporkan perkembangan pasien ke programer kusta
puskesmas tiap bulan.

VIII. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Ceramah dan diskusi.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pembagian brosur dan leaflet.
4. Pemasangan banner di tempat-tempat strategis.
5. Monitoring dan evaluasi.

IX. SASARAN
1. Masyarakat
2. Sekolah dasar
3. Lintas program
4. Lintas sektor

X. PEMBIAYAAN
Pendanaan dalam kegiatan program kusta dibiayai oleh dana puskesmas yang sah dan APBD.
XI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Upaya Lokasi Tenag Pera


No. Kegiatan Sasaran Target Jadwal n
Kesehat Pelaksanaa a
Sasaran Linprog Linse
an n Pelaksa
k
na
Program Penyuluhan Penderita 40 orang Ruang Programer Bulan 1. Pasien 1. Sebagai 1. Sebagai
Kusta pada penderita & pertemu kusta dan Februari monitoring motivasi
kusta dan keluarga an petugas dan Maret dan keadaan masyarakat
keluarga pasien Puskesm kesehatan 2016 keluarga pasien di dan
penderita as Minggu ke-2 mendukung penderita.
Jangkar terlaksanan wilayah
ya kegiatan. kerja.
2. Keluarga 2. Membant
menjadi u
pengawas memberik
dan an
memonitor dukungan
perkembang kegiatan
an tersebut.
kesehatan 3. Petugas
pasien. wilayah bisa
mengetahui
jumlah
penderita
kusta di

wilayah
kerjanya.
Program Pemeriksaan Penderita 20 orang Rumah Programer Bulan 1. Pasien Petugas Menyediakan
Kusta kontak & penderita kusta dan Februari kesehatan di fasilitas
serumah keluarga petugas dan Maret dan wilayah ikut
pasien wilayah 2016 keluarga serta dan
Minggu ke-2 mendukung bantuan
terlaksanan dalam
ya kegiatan. pemeriksaan agar
2. Keluarga kontak pelaksanaan
menjadi
serumah. berjalan
pengawas
lancar.
dan
memonitor
perkemban
gan
kesehatan
pasien.
Upaya Lokasi Tenag Pera
No. Kegiatan Sasaran Target Jadwal n
Kesehat Pelaksanaa a
Sasaran Linprog Linse
an n Pelaksa
k
na
Program Sosialisasi Petugas 40 orang Ruang Programer Bulan April 1. Datang 1. Membantu 1. Sebagai
Kusta kusta untuk kesehata pertemu kusta 2016 dalam kegiatan acuan dalam
petugas n, lintas an Minggu ke-2 acara tersebut. penemuan
kesehatan program, Puskesm pertemuan. 2. Sebagai acuan penderita
dan as 2. Mendukung dalam baru di
di wilayah dan kader Jangkar secara penemuan masyarakat.
kader penderita
kesehatan penuh kusta baru.
kegiatan 3. Pengatura
tersebut. n
3. Sebagai jadwal/ke
acuan rja
petugas sama
kesehatan bilamana
dalam ada kegiatan
penemuan screening
penderit
a kusta di masyarakat
baru. dan sekolah
Program Screening Masyrakat 8 desa Masyarakat Programer Bulan Mei 1. Memeriksak 1. Membantu 1. Menyediaka
Kusta kusta, dan Juni an bila terlaksana n sarana
Kusta di 2016 nya
Masyarakat lintas ada kegiatan. dan
program, kelainan 2. Saling prasarana
koordinasi bila
dan petugas di kulit. bila ada ditempati
kesehatan 2. Kesadaran kegiatan di kegiatan.
akan masyarakat. 2. Ikut
3. Sebagai
status rujukan ke serta dalam
kesehatann progrmaer kegiatan
ya. kusta screening.
3. Merujuk
bila
menemukan ke
penderita puskesmas
bila
kusta baru. ditemukan
penderita
baru.
4. Menggiring
setiap

warga
untuk

datang
dalam
kegiatan
screening.
No. Upaya Kegiatan Sasaran Target Lokasi Tenaga Jadwal Pera
n

Kesehatan Pelaksanaa Pelaksana Sasaran Linprog Linse


n k
Program - Sosialisasi Guru 43 Sekola Programer Bulan Bersedia 1. Membantu 1. Pihak
Kusta Kusta dan sekolah h dasar kusta, dilakukan dalam sekolah
Siswa dan April, Mei, pemeriksaan pelaksanaan menyediaka
ke lanjuta lintas Juni, Juli, kulis, head to kegiatan. n sarana
Sekolah - SD/ toe 2. Bersama
MI = n program, Agustus,
Dasar dan 30 September, dan
Sekolah sekola dan petugas Oktober, lintas program prasarana
Lanjutan. h kesehatan November yang
- Screening - SLTP/ di dibutuhkan.
2016
Kusta di kegiatan 2. Merujuk
Sekolah MT screening. ke
s = puskesmas
9 jika
sekola
h
ada
- SLTA/ siswanya
SM
yang suspek
K/MA
= kusta.
4
sekolah
- Total =
43
sekola
h

XII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


- Evaluasi dilakukan setiap 2 ( dua ) minggu sekali oleh Programer Kusta Puskesmas terhadap pelaksanaan kegiatan dimana hal yang
dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik pembukaan, pengisian materi maupun penutupan dan partisipasi peserta yang tercermin dalam
diskusi yang aktif.

XIII. PENCATATAN DAN PELAPORAN

- Pencatatan dilakukan oleh notulen terhadap semua pelaksanaan kegiatan.


- Laporan pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan palinglambat 1 minggu setelah kegiatan dilaksanakan.
- Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling lambat 1 bulan setelah kegiatan dilakukan.

Demikian Kerangka Acuan Program kusta

Anda mungkin juga menyukai