Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA
KECAMATAN SOSORGADONG
Jl. Sibolga-Barus Km. 48 Desa Siantar CA Kec. Sosorgadong
Email : pusk.siantarca@gmail.com Kode Pos : 22566 No Hp : 081263572247

KERANGKA ACUAN PROGRAM KUSTA

I. PENDAHULUAN

Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan


permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan
seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja
tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam
keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat
dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap
kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat
mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan
ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di
lingkungan masyarakat. Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk
mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
serta mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga memungkinkan tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit
menular yang masih merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana
beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang
ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis
tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan
sosial. Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang
berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi
lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.

Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasi


dengan unit pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I).
Adapun sistem pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992,
pengobatan dengan kombinasi (MDT) mulai digunakan di Indonesia.
Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan beban
penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di
dunia setelah India dan Brazil. Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta
baru sebanyak 16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita
baru sebanyak 9,86% (WHO, 2013). Penyakit kusta merupakan salah satu dari
delapan penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih
ada di Indonesia, yaitu Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue, Helminthiasis,
Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis. Indonesia sudah mengalami kemajuan
yang pesat dalam pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan, namun
kusta sebagai penyakit kuno masih ditemukan.

II. LATAR BELAKANG

Hingga kini, kusta seringkali terabaikan.Meskipun kusta tidak secara


langsung termasuk ke dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs),
namun terkait erat dengan lingkungan yaitu sanitasi. Penggunaan air bersih dan
sanitasi akan sangat membantu penurunan angka kejadian penyakit NTD. Beban
akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya jumlah kasus yang
ditemukan tetapi juga kecacatan yang diakibatkannya, Indonesia sudah mencapai
eliminasi di tingkat nasional. Namun saat ini, masih ada 14 propinsi yang
mempunyai beban tinggi yaitu Banten, Sulteng, Aceh, Sultra, Jatim, Sulsel, Sulbar,
Sulut, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan Kalimantan
Utara.

Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari besarnya, sehingga


menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita
sendiri, tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari
konsep perilaku penerimaan periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi
ini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit
menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan
menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa
putus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kenyataan bahwa penyakit mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-
penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena adanya leprophobia (rasa takut yang
berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul karena pengertian penyebab
penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Dari
sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian
leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita kusta
tanpa alasan yang rasional. Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah
beralih dari masalah kesehatan ke masalah sosial.

Leprophobia masih tetap berurat akar dalam seleruh lapisan masalah


masyarakat karena dipengaruhi oleh segi agama, sosial, budaya dan dihantui
dengan kepercayaan takhyul. Fhobia kusta tidak hanya ada di kalangan masyarakat
jelata, tetapi tidak sedikit dokter-dokter yang belum mempunyai pendidikan objektif
terhadap penyakit kusta dan masih takut terhadap penyakit kusta. Selama
masyarakat kita, terlebih lagi para dokter masih terlalu takut dan menjauhkan
penderita kusta, sudah tentu hal ini akan merupakan hambatan terhadap usaha
penanggulangan penyakit kusta. Akibat adanya phobia ini, maka tidak
mengherankan apabila penderita diperlakukan secara tidak manusiawi di kalangan
masyarakat.

III. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Meningkatkan cakupan pelayanan program kusta sesuai dengan


masalah yang ada, sehingga dapat meningkatkan penemuan secara dini
penderita kusta baru dan bisa mengobati pasien kusta secara sempurna.

2. TUJUAN KHUSUS

2.1. Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam mendeteksi


suspect Kusta.
2.2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya deteksi
dini Kusta.
2.3. Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan
dalam tata laksana pasien kusta.

IV. VISI DAN MISI

IV.1. Visi

Masyarakat Kecamatan Jangkar sehat bebas kusta yang mandiri dan


berkeadilan.

IV.2. Misi
IV.2.1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani;
IV.2.2. Kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan;
IV.2.3. Ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

V. TATA NILAI

1. Disiplin tanpa diawasi

Bekerja sesuai dengan tata tertib yang berlaku.

2. Tanggung jawab tanpa diminta

Melakukan pekerjaan sesuai tupoksi dengan penuh tanggung jawab

3. Bekerja tanpa diperintah

Melakukan tupoksi masing-masing tanpa diperintah atasan.

4. Berprestasi tanpa pamrih

Bekerja secara ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan.

5. Pelayanan baik itu amanah

Melayani masyarakat dengan sepenuh hati tanpa diskriminasi.

VI. KELUARAN YANG DIHARAPKAN

1. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi keluarga / masyarakat agar


pengobatan berjalan baik dan tidak ada diskriminasi.
2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian penyakit Kusta.
3. Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi petugas kesehatan.
4. Ditemukannya kasus baru sedini mungkin.
5. Meningkatnya komitmen dan dukungan dari lintas program dan lintas sektor.

.
VII. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No. Kegiatan Pokok Rincian kegiatan

1. Pemeriksaan Kontak Serumah 1. Untuk pasien baru, kunjungan rumah dilakukan sesegera mungkin.
2. Pemberian konseling sederhana dan pemeriksaan fisik. Sasarannya adalah keluarga yang tinggal
serumah dengan pasien dan tetangga di sekitarnya.
3. Saat melakukan kunjungan, petugas diwajibkan membawa kartu pasien, alat pemeriksaan, dan
obat MDT.

2. Rapid Village Survey ( RVS ) I. Persiapan

Pimpinan Puskesmas berserta programer kusta dan kepala desa membuat rencana pelaksanaan
kegiatan.

II. Pelaksanaan

1. Tahap Pertama

a. Penjelasan maksud dan tujuan pertemuan.


b. Penjelasan tanda-tanda dini kusta dan program pengendalian penyakit kusta oleh
dokter/programer kusta.
c. Tanya jawab.
d. Pembagian tugas kelompok kerja ( kelompok untuk deteksi suspek, kelompok untuk
pencatatan, dan kelompok untuk diagnosa serta verifikator ). Besar dan jumlah kelompok
disesuaikan dengan kapasitas dan sumber daya yang ada.
e. Kelompok kerja bisa dari kader kesehatan, perangkat desa, dan petugas kesehatan
lainnya.

2. Tahap Kedua

a. Pemeriksaan seluruh desa untuk mencari suspek yang dijaring oleh kelompok kerja ( target
suspek adalah minimum 10 % dari popilasi umum ).
b. Pagi hari pemeriksaan difokuskan pada suspek dari anak sekolah sedangkan siang hari
pada suspek di masyarakat umum.
c. Pasien baru yang ditemukan pada saat pemeriksaan, dibuatkan kartu dan diberikan
pengobatan serta penyuluhan yang mendalam.
d. Suspek dicatat dan dijadwalkan untuk periksa ulang di Puskesmas dalam kurun waktu 3-6
bulan setelah pertemuan.

3. Pemeriksaan Anak Sekolah SD 1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu diberikan penyuluhan tentang kusta kepada siswa
Sederajat dan guru.
2. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh siswa kelas 1 s/d 6.
3. Pemeriksaan dilakukan oleh programer kusta bekerja sama dengan lintas program atau petugas
kesehatan lainnya yang telah mendapat sosialisasi Kusta.
4. Jika pemeriksaan dilakukan oleh lintas program / petugas kesehatan dan menemukan suspek
kusta, maka perlu dirujuk ke dokter dan programer kusta / ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
5. Jumlah siswa yang diperiksa dan kasus baru yang ditemukan dicatat.
6.

4. Leprosy Elimination Campaign Sasarannya adalah pimpinan wilayah kerja di lingkup kecamatan, pemangku kepentingan, dan
( LEC ) masyarakat

Pelaksanaan :

1. Pertemuan dengan Camat dan Kepala Desa menjelaskan mengenai kegiatan LEC, membuat
perencanaan pertemuan lintas sektor dimana Camat diharapkan sebagai pelaksana pertemuan.
2. Pertemuan lintas sektor

Meningkatkan kesadaran lintas sektor mengenai pengendalian penyakit kusta dan mengharapkan
bantuannya dalam pelaksanaan LEC.

3. Pelatihan sehari team leader, staff puskesmas, dan bidan desa.

Meningkatkan kemampuan peserta dalam mendiagnosis, klasifikasi, dan pengobatan penyakit


kusta.

4. Membuat jadwal pelatihan tenaga puskesmas ( lintas program ).


5. Pertemuan dengan kepala desa dan kader kesehatan
Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta dan mengharapkan bantuan Kades, tokoh
masyarakat dalam pelaksanaan LEC.

6. Kunjungan ke desa

Tim yang terdiri team leader, lintas program, petugas puskesmas, Kades, dan kader mengadakan
penyuluhan di Balai Desa. Sebelum penyuluhan dimulai, poster dan leaflet harus
dipasang/dibagikan.

Setelah masyarakat kumpul, team leader/dokter puskesmas mengadakan penyuluhan dan


mengharapkan masyarakat yang mempunyai kelainan kulit agar memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan / Puskesmas.

Bila terdapat suspek maka mereka di rujuk ke puskesmas untuk diperiksa lebih lanjut.

5. Special Action Program for 1. Merupakan kegaiatan khusus untuk mencapai tujuan eliminasi kusta dan dilaksanakan pada
Elimination Leprosy ( SAPEL ) daerah yang mempunyai geografis yang sulit.
2. Pada kegiatan ini MDT diberikan sekaligus 1 ( satu ) paket dibawah pengawasan petugas
kesehatan di wilayah tersebut / kader kesehatan yang telah dilatih / keluarga terdekat.
3. Programer kusta puskesmas melakukan monitoring ke wilayah tersebut ± 1 atau 2 bulan sekali.
Dan atau petugas wilayah / kader / keluarga melaporkan perkembangan pasien ke programer kusta
puskesmas tiap bulan.
VIII. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Ceramah dan diskusi.


2. Pemeriksaan fisik.
3. Pembagian brosur dan leaflet.
4. Pemasangan banner di tempat-tempat strategis.
5. Monitoring dan evaluasi.

IX. SASARAN

1. Masyarakat
2. Sekolah dasar
3. Lintas program
4. Lintas sektor

X. PEMBIAYAAN

Pendanaan dalam kegiatan program kusta dibiayai oleh dana puskesmas yang sah dan APBD
XI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Upaya Lokasi Tenaga Peran


No. Kegiatan Sasaran Target Jadwal
Kesehatan Pelaksanaan Pelaksana Sasaran Linprog Linsek
Program Penyuluhan Penderit 40 Ruang Programe Bulan 1. Pasien dan 1. Sebagaimonito 1. Sebagai
Kusta pada a& orang pertemuan r kusta Februari keluarga ringkeadaan motivasi
penderita keluarga Puskesmas dan dan mendukung pasien di masyarakat
kusta dan pasien Jangkar petugas Maret terlaksananya wilayah kerja. dan penderita.
keluarga kesehatan 2016 kegiatan. 2. Membantu
penderita Minggu 2. Keluarga menjadi memberikan
ke-2 pengawas dan dukungan
memonitor kegiatan
perkembangan tersebut.
kesehatan 3. Petugas
pasien. wilayah bisa
mengetahui
jumlah
penderita
kusta di
wilayah
kerjanya.

Program Pemeriksaa Penderit 20 Rumah Programe Bulan 1. Pasien dan Petugas Menyediakan
Kusta n kontak a& orang penderita r kusta Februari keluarga kesehatan di fasilitas dan
serumah keluarga dan dan mendukung wilayah ikut serta bantuan agar
pasien petugas Maret terlaksananya dalam pelaksanaan
wilayah 2016 kegiatan. pemeriksaan berjalan lancar.
Minggu
ke-2 2. Keluarga menjadi kontak serumah.
pengawas dan
memonitor
perkembangan
kesehatan
pasien.

Program Sosialisasi Petugas 40 Ruang Programe Bulan 1. Datang dalam 1. Membantu 1. Sebagai
Kusta kusta untuk kesehata orang pertemuan r kusta April acara pertemuan. kegiatan acuan dalam
petugas n, lintas Puskesmas 2016 2. Mendukung tersebut. penemuan
kesehatan program, Jangkar Minggu secara penuh 2. Sebagai acuan penderita
di wilayah dan ke-2 kegiatan dalam baru di
dan kader kader tersebut. penemuan masyarakat.
kesehatan 3. Sebagai acuan penderita
petugas kusta baru.
kesehatan dalam 3. Pengaturan
penemuan jadwal/kerja
penderita kusta sama
baru. bilamana ada
kegiatan
screening di
masyarakat
dan sekolah

Program Screening Masyrak 8 Masyarakat Programe Bulan 1. Memeriksakan 1. Membantu 1. Menyediakan


Kusta Kusta di at desa r kusta, Mei dan bila ada kelainan terlaksananya sarana dan
Masyarakat lintas Juni di kulit. kegiatan. prasarana bila
program, 2016 2. Saling ditempati
dan Kesadaran akan koordinasi bila kegiatan.
petugas status kesehatannya ada kegiatan 2. Ikut serta
kesehatan di masyarakat. dalam
kegiatan
4. Sebagai screening.
rujukan ke 3. Merujuk ke
progrmaer puskesmas
kusta bila bila
menemukan ditemukan
penderita penderita
kusta baru baru.
4. Menggiring
setiap warga
untuk datang
dalam
kegiatan
screening.

Program - Sosialisasi Guru dan 43 Sekolah Programer Bulan Bersedia dilakukan 1. Membantu 1. Pihak sekolah
Kusta Kusta ke Siswa sekolah dasar dan kusta, April, pemeriksaan kulis, dalam menyediakan
Sekolah - SD/ MI = lanjutan lintas Mei, head to toe pelaksanaan sarana dan
Dasar dan 30 program, Juni, kegiatan. prasarana yang
Sekolah sekolah dan Juli, 2. Bersama lintas dibutuhkan.
Lanjutan. petugas Agustus, program di 2. Merujuk ke
- kesehatan Septemb kegiatan puskesmas jika
SLTP/M er,
- Screening screening. ada siswanya
Ts = 9
Kusta di Oktober, yang suspek
sekolah
Sekolah Novemb kusta.
-SLTA/ er 2016
SMK/MA
=4
sekolah
- Total =
43
sekolah
XII.EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN

- Evaluasi dilakukan setiap 2 ( dua ) minggu sekali oleh Programer Kusta Puskesmas
terhadap pelaksanaan kegiatan dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik
pembukaan, pengisian materi maupun penutupan dan partisipasi peserta yang tercermin
dalam diskusi yang aktif.

XIII. PENCATATAN DAN PELAPORAN

- Pencatatan dilakukan oleh notulen terhadap semua pelaksanaan kegiatan.

- Laporan pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan palinglambat
1 minggu setelah kegiatan dilaksanakan.

- Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling lambat 1 bulan
setelah kegiatan dilakukan.

Demikian Kerangka Acuan Program kusta

Diketahui oleh,
Penanggung Jawab UKM Koordinator Tim Mutu UKM
Puskesmas Siantar CA Puskesmas Siantar CA,

(Depsi Karolina Depari) (Arliston Damri)


NIP. 19880212 201704 2 003 NIP. 19910624 201903 1 003

Kepala UPTD Puskesmas Siantar CA,

Canggima Simbolon
NIP. 19890530 201101 1 003

Anda mungkin juga menyukai