Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


PENYAKIT MENULAR
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
UPT. Puskesmas Patrang

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Pedoman Program
P2 Kusta Puskesmas Patrang Tahun 2021
Dalam menyelesaikan pedoman ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak.Karena itu ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam penyelesaian Pedoman ini.
Saya menyadari bahwa pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana
sebagai manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan. Maka saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.dan saya berharap semoga
Pedoman program P2 Kusta ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Hesti Permanasari, S.Kep.Ns


Penanggung Jawab Program P2 Kusta

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan
masalah yang sangat komplek . Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium
Leprae. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas
sampai masalah sosial,budaya,keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit
kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang
sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara itu dalam memberikan
pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan,
sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti
masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan
masih kurangnya pengetahuan /pengertian, kepercayan yang keliru terhadap
kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Dengan kemajuan teknologi di bidang
promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan di bidang
penyakit kusta, maka penyakit kusta sudah dapat diatasi dan sharusnya tidak
lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

B. Tujuan
Sebagai pedoman untuk melaksanakan pelayanan kusta, sehingga dapa
memberikan hasil yang bermutu sehingga dapat memberikan kepuasan kepada
masyarakat.

C. Sasaran
1. Petugas kusta
2. Petugas poli dan dokter yang berkaitan dengan kegiatan kusta
3. Pasien terduga kusta
4. Pasien yang terdiagnosa kusta

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan kusta adalah pelayanan di dalam gedung dan luar
gedung. Pelaksanaan pelayanan kusta di jaringan Puskesmas Patrang di
sesuaikan dengan saran aprasarana dan tenaga yang tersedia .Pelayanan kusta
di Puskesmas Patrang meliput ikegiatan yang dimulai dari pemeriksaan rasa
raba sampai dengan pemberian obat MDT sesuai dengan tipe penyakitnya .

E. Batasan Operasional
1. School Survey
Penemuan penderita baru di sekolah pada murid SD/MI kelas 1 baru, SMP
kelas 7 baru, SMA/MA kelas 10 baru
2. Kontak Intensif
Penemuan penderita baru di keluarga penderita.
Kontak intensif dilakukan pada penderita yang dlm pengobatan.
Penderita yang sudah RFT dan jika ada penderita baru.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pengelola program Kusta petugas yang telah mendapat pelatihan program
Kusta.
Petugas pelaksana adalah petugas pelaksana yang telah memenuhi standar
kualifikasi sebagai tenaga pelaksana dan telah mendapat pelatihan sesuai
dengan tugasnya.
No JenisKetenagaan Kompetensi KompetensiTambahan Jumlah
( Ijazah) ( Pelatihan )
1 Fungsional S1 Pelatihan BCLS 1
Perawat Keperawata
n

B. Distribusi Ketenagaan
Petugas program kusta 1 orang dan belum memenuhi standart minimal yang
sudah ditentukan

C. Jadwal Kegiatan
School Survey : dilakukan setiap 1x setahun
KontakIntensif : dilakukan setiap 1x setahun ,atau bila ada penderita
kusta baru
Penyuluhan Kusta : dilakukan setiap 1x setahun
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Pelayanan Kusta di gedung puskesmas Patrang bergabung dengan ruang Poli
TB. Dimana ruang tersebut terdiri dari 1 ruang dengan luas ± 5 x 6 m.

B. STANDART FASILITAS
 Alat di p2 Kusta
1. Tensi meter
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Timbangan Badan
 Bahan Habis Pakai
1. Kapas
2. Hanscoon
3. Masker
 Perlengkapan
1. Tempat sampah medis yang dilengkapi dengan injakan pembuka dan
penutup
2. Tempat sampah non medis tertutup

d. Mebeler
1. Kursi kerja
2. Lemari arsip
3. Meja tulis 1/2 biro

e. Pencatatan dan Pelaporan


1. Buku register pelayanan
2. Status penderita
3. Kartu monitoring
4.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Sosialisasi Kusta
2. Pencegahan kusta
3. Penemuan pasien kusta
4. Pengobatan pasien kusta

B. Metode
1. Penemuan pasien kusta secara pasif dan aktif
2. Penemuan pasien kusta dengan pemeriksaan rasa raba bagi penderita yang
datang ke unit pelayanan puskesmas dengan gejala bercak bercak putih di
badan yang tidak sembuh sembuh lebih dari 3 bulan yang sudah diobati.
3. Pemeriksaan BTA mikroskopis untuk menegakan diagnosa bila pemeriksaan
rasa raba hasilnya meragukan . pemeriksaan BTA diambil dari kerokan
jaringan yang ada didekat telinga .
4. BTA dari kerokan jaringan setelah diambil oleh petugas laborat di kirim ke
PRM ( Puskesmas Rujukan Mikroskopis ) untuk di periksa BTA
5. hasil pemeriksaan rasa raba yang positf pada bercak putih mati rasa segera
di terapi dengan MDT , sesuai klasifikasi penyakitnya. Pemeriksaan terhadap
kontak pasien kusta dilakukan kepada semua keluarga.
6. Manajemen program kusta
- monitoring dan evaluasi program pengendalian kusta
- Pengelolaan logistik program pengelian Kusta.
7. Pengendalian Kusta komperhensif
- kelompok rentan
- Kelompok rentan : Diabetes melitus , ibu hamil
- Kusta Anak
8. Menghitung dan Analisa Indikator
Angka penemuan penderita baru
Jumlah penderita yang baru ditemukan pada periode x 100.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
Angka kesembuhan ( RFT ) rate MB
Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dlm 12-
18X100%
Jumlah seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode
kohordyang sama

Angka kesembuhan RFT rate PB


Jumlah penderita PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 bulan
x 100%
Jumlah seluruh penderita baru PB yang mulai MDT pada periode
kohort tahun yang sama.

Prevalensi dan angka prevalensi


Jumlah penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu x 10.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama

C. Langkah Kegiatan
1) Penanganan Kusta
 Perawat
a. Melakukan pemeriksaan pengukuran Tensi Darah, suhu tubuh dan catat
dalam KRJ.
 Dokter
1. Melakukan anamnesa
a. Sudah berapa lama ada kelainan kulit
b. Adakah disekitar yang menderita penyakit yang sama
2. Melakukan pemeriksaan fisik
Memeriksa seluruh tubuh dari atas sampai bawah dimulai dari kepala,
semua kelainan kulit diperhatikan
3. Melakukan pemeriksaan terhadap anestesi kulit dengan menggunakan
kapas yang dilancipkan,sedang anestesi pada telapak tangan dan kaki
menggunakan bolpoint
4. Melakukan pemeriksaan rasa raba saraf tepi
5. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan BTA dari cuping telinga bila perlu
6. Melakukan terapi sesuai dengan acuan diatas
2) Pencatatan Dan Pelaporan Kusta
a. Petugas mengisi kartu penderita sesuai dengan hasil pemeriksaan
b. Petugas mengisi kohort setiap tribulan
c. Petugas mengisi laporan tribulan
d. Petugas melaporkan ke dinas kesehatan setiap tribulan

BAB V
LOGISTIK

 Pengelolaan logistik
1. Perencanaan Kebutuhan Obat
Perencanaan Kebutuhan MDT kusta dilakukan terpadu dengan perencanaan
obat program lainnya yang berpedoman pada :
a. Jumlah penemuan pasien pada tahun sebelumnya
b. Perkiraan jumlah penemuan pasien yang di rencanakan
c. Sisa stok yang ada
d. Perkiraan waktu perencanaan dan waktu distribusi
2. Tingkat UPK ( Unit Pelayanan Kesehatan )
UPK menghitung kebutuhan tahunan, tribulan ,dan bulanan sebagai dasar
permintaan ke Kabupaten / Kota.
 Pengadaan Obat MDT Kusta
Pengadaan obat MDT menjadi tanggung jawab pusat mengigat obat MDT kusta
merupakan obat yang sangat esensial .
 Pemantauan Mutu obat MDT kusta
Mutu obat MDT diperiksa melalui pemeriksaan pengamatan fisik obat meliputi :
- Kebutuhan kemasan dan wadah
- Penandaan / label termasuk persyaratan penyimpanan
- Leaflet dalam bahasa Indonesia
- Monor batch dan tanggal kadaluwarsa baik di kemasan dan box .

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN PROGRAM

 Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana


puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh Kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
 Tujuan penerapan keslamatan paisen adalah terciptanya budaya keselamtan
pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas,
terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
 Pelayanan poli P2 kusta memperhatikan keselamatan pasien dengan cara :
a. Identifikasi Potensi
- Kemungkinan kesalahan identifikasi tipe penyakit kusta
- Kemungkinan kesalahan penulisan nama pada kartu penderita
- Kemungkinan pengulangan pemeriksaan POD pada penderita kusta
- Kemungkinan kesalahan pencatatan hasil pemeriksaan penderita
kusta
- Kemungkinan kesalahan penyerahan obat MDT kusta
b. Pencegahan terjadinya kesalahan
- Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas
pasien
- Petugas dalam melakukan pelayanan harus sesuai dengan SOP
- Monitoring secara berkala oleh Tim Mutu Puskesmas Patrang
c. Pelaporan
- Setiap adanya kesalahan pelayanan poli P2kusta dilaporkan kepada
Tim Mutu Puskesmas Patrang
- Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan poli P2
kusta dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Patrang
d. Penanganan/tindak lanjut
- Hasil identifikasi, temuan audit internal, pelaporan dan keluhan atau
pengaduan dibahas dan ditindaklanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat
Tinjauan Manajemen
Hasil rapat dilakukan umpan balik kepada penanggung program kusta
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Tujuan
- Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
- Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

B. Tindakan yang beresiko terpajan


- Cuci tangan yang kurang benar.
- Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
- Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
C. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan yaitu :
- Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
- Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan kuman penyakit.
- Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di program P2 kusta Puskesmas Patrang


dalam adalah
1. Cakupan pemeriksaan kontak dari kasus Kusta baru
≥ 80%
2. Kasus Kusta yang dilakukan PFS secara rutin
≥ 95%
3. RFT penderita Kusta ≥ 90%
4. Penderita baru pasca pengobatan dengan score kecacatannya
tidak bertambah atau tetap ≥ 97%

5. Proporsi kasus defaulter Kusta ≤ 5%


Penemuan penderita kusta baru dimaksud adalah penemuan penderita kusta
dilakukan baik secara aktif maupun pasif .
Indikator mutu akan dipantau oleh Tim Mutu Puskesmas melalui monitoring dan
evaluasi pelaksanaan. Pencapaian indikator mutu dibahas dalam pertemuan
tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sector
terkait dalam pelaksanaan kegiatan program kusta di UPT. Puskesmas Patrang.
Keberhasilan kegiatan program kusta merupakan keberhasilan upaya
menekan angka kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan penemuan
penderita kusta baru sejak dini .

Anda mungkin juga menyukai