Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS DAWAN II
Jl. Raya Gunaksa Klungkung Telp. (0366) 22878

KERANGKA ACUAN
PENEMUAN DAN TATALAKSANA KASUS KUSTA
TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan
permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan
seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga
adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini warga
masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-masalah
tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara,
karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna
sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk melakukan
kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat. Program pemberantasan penyakit
menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga memungkinkan tidak
lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit
menular yang masih merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana
beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang
ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi
meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial. Pada
umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar
penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasi
dengan unit pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I). Adapun
sistem pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992, pengobatan
dengan kombinasi (MDT) mulai digunakan di Indonesia.
Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan beban
penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia
setelah India dan Brazil. Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru
sebanyak 16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak
9,86% (WHO, 2013). Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit
terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia, yaitu
Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue, Helminthiasis, Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis.
Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat dalam pembangunan di segala bidang
termasuk kesehatan, namun kusta sebagai penyakit kuno masih ditemukan.

II. LATAR BELAKANG


Hingga kini, kusta seringkali terabaikan.
Meskipun kusta tidak secara langsung termasuk ke dalam pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs), namun terkait erat dengan lingkungan yaitu sanitasi.
Penggunaan air bersih dan sanitasi akan sangat membantu penurunan angka kejadian
penyakit NTD. Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya jumlah
kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan yang diakibatkannya, Indonesia sudah
mencapai eliminasi di tingkat nasional. Namun saat ini, masih ada 14 propinsi yang
mempunyai beban tinggi yaitu Banten, Sulteng, Aceh, Sultra, Jatim, Sulsel, Sulbar, Sulut,
Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari besarnya, sehingga
menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri,
tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku
penerimaan periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih
banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular, tidak dapat
diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Akibat
anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa sehingga tidak tekun untuk
berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit mempunyai
kedudukan yang khusus diantara penyakit-penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya leprophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul
karena pengertian penyebab penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat
menakutkan. Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya
pengendalian leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita
kusta tanpa alasan yang rasional. Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah
beralih dari masalah kesehatan ke masalah sosial.
Leprophobia masih tetap berurat akar dalam seleruh lapisan masalah
masyarakat karena dipengaruhi oleh segi agama, sosial, budaya dan dihantui dengan
kepercayaan takhyul. Fhobia kusta tidak hanya ada di kalangan masyarakat jelata, tetapi
tidak sedikit dokter-dokter yang belum mempunyai pendidikan objektif terhadap penyakit
kusta dan masih takut terhadap penyakit kusta. Selama masyarakat kita, terlebih lagi para
dokter masih terlalu takut dan menjauhkan penderita kusta, sudah tentu hal ini akan
merupakan hambatan terhadap usaha penanggulangan penyakit kusta. Akibat adanya
phobia ini, maka tidak mengherankan apabila penderita diperlakukan secara tidak
manusiawi di kalangan masyarakat.

III. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan cakupan pelayanan program kusta sesuai dengan masalah yang ada,
sehingga dapat meningkatkan penemuan secara dini penderita kusta baru dan bisa
mengobati pasien kusta secara sempurna.

2. TUJUAN KHUSUS
2.1. Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam mendeteksi suspect
Kusta.
2.2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya deteksi dini
Kusta.
2.3. Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan dalam tata
laksana pasien kusta.

IV. VISI DAN MISI


IV.1. Visi
Masyarakat Kecamatan Dawan sehat bebas kusta yang mandiri dan berkeadilan.
IV.2. Misi
IV.2.1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani;
IV.2.2. Kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan;
IV.2.3. Ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

V. TATA NILAI

1. Disiplin tanpa diawasi


Bekerja sesuai dengan tata tertib yang berlaku.
2. Tanggung jawab tanpa diminta
Melakukan pekerjaan sesuai tupoksi dengan penuh tanggung jawab.
3. Bekerja tanpa diperintah
Melakukan tupoksi masing-masing tanpa diperintah atasan.
4. Berprestasi tanpa pamrih
Bekerja secara ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan.
5. Pelayanan baik itu amanah
Melayani masyarakat dengan sepenuh hati tanpa diskriminasi.

VI. KELUARAN YANG DIHARAPKAN


VI.1. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi keluarga / masyarakat agar pengobatan
berjalan baik dan tidak ada diskriminasi.
VI.2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian penyakit Kusta.
VI.3. Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi petugas kesehatan.
VI.4. Ditemukannya kasus baru sedini mungkin.
VI.5. Meningkatnya komitmen dan dukungan dari lintas program dan lintas sektor.
VII KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kebutuhan Sumber Daya Sumber


N
Upaya Kesehatan Kegiatan Tujuan Sasaran Target Dan Indikator Keberhasilan pembiayaa
o
a Alat Tenaga n
Menemukan Penderita Masyaraka Pemegan
1 KUSTA Penemuan Penderita Kusta Kusta t 4x/th BOK Alat Tulis g Terlaksananya Penderita -
Sedini Mungkin Program Kusta sedini mungkin

Pemegan
Pengobatan Penderita Mempercepat penyembuhan Penderita 4x/th - - g Penderita mendapatkan -
Kusta dan mencegah kecacatan Program pengobatan yg tepat

Agar warga masy tahu Masyaraka Pemegan Masyarakat dpt penyuluhan


Penyuluhan tentang t 1x/th - alat tulis g yg -
kusta dan cara mencegah
dan lembar Program benar
penanganan kusta balik

Pemegan
Agar siswa tahu tentang Siswa SD 1x/th - alat tulis g Siswa dpt penyuluhan yg -
kusta dan cara mencegah
dan lembar Program benar
penanganan kusta balik

Meningkatkan mutu Pedoma Pemegan


Pembinaan ke Pustu pelayanan Petugas 4x/th - n g Cakupan program tercapai -
dan evaluasi program pustu Kusta Program
VIII CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Ceramah dan Diskusi
2. Pemeriksaan Fisik
3. Ceramah Dengan Media Lembar Balik
4. Monitoring dan Evaluasi

IX SASARAN

1. Masyarakat
2. Sekolah Dasar
3. Lintas Program
-
V X. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN.
No. Upaya Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Biaya

Kesehatan Kegiatan Pelaksanaan pelaksanaan pelaksana

1. KUSTA 1.Persiapan :

-Pertemuan lintas program Staf. 100 % 12 x / Th -Koordinasi dgn. Pemegang program terkait Ruang rapat. -Ka.Pusk dan -Jan s/d Des. -

Kusta dan petugas Pustu. Pem.program.

2.Pelaksanaan : Aprl,Mei,

-Penemuan penderita kusta. -Masyarakat. 100 % 4 x / Th -Melaksanakan pelacakan pd masyarakat untuk Desa. -Pem.program. Agst.Sept BOK

.Menemukan penderita kusta secara dini. .

-Pengobatan penderita kusta. -Penderita kusta. 100 % 4 x / Th -Memberikan pengobatan kusta pd. penderita Puskesmas. -Pem.program. Aprl,Mei, -

utk mempercepat penyembuhan dan mencegah Agst.Sept.

kecacatan.

-Penyuluhan kusta. -Masyarakat. 100 % 1 x / Th -Memberikan penyuluhan kepada masyarakat Desa. -Pem.program. -Mei. -

tentang Penyakit kusta dan cara mencegah dan

penanganan kusta.

-Siswa SD. 100 % 1 x / Th -Memberikan penyuluahn kpd siswa tentang 10 SD. -Pem.program. -Oktober. -

Penyakit kusta dan cara mencegah penyakit

kusta.

-Pembinaan Pustu. -Pustu. 100 % 4 x /Th -Melaksanakan evaluasi kinerja pustu Pustu -Pem.Program. -Mrt,Juni, -

Sept,Des.
3. Evaluasi :

-Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan


-Laporan Tri bulanan.100 % 12 x / Th -mencatat dan melaporkan setiap hasil kegiatan Puskesmas. -Pem.program. -Jan s/d Des. -

Yang telah dilaksanakan.


XI. EVALUASI DAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan dilakukan tiap 3 bulan yang dilakukan oleh
pemegang program kusta

XII. PENCATATAN,PELAPORAN,DAN EVALUASI KEGIATAN


- Pencatatan dan Pelaporan dilakukan tiiap bulan oleh pemegang program dan
diserahkan kepada pemegang program Kusta di Dinkes kesehatan Kabupaten
Klungkung
- Laporan pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan paling
lambat 1 minggu setelah kegiatan dilaksanakan.
- Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling lambat 1
bulan setelah kegiatan dilakukan.

Gunaksa, 1
April 2016
Penanggung
Gunaksa,29 April 2016 jawab Progr
Penanggung Jawab Program

Luh Nyoman
Yayuk Ratna
Luh Nym Yayuk Ratna Dewi
Dewi
NIP.19870315 201101 2 0116
NIP.1987031
201101 2 01

Gunaksa, 1
April 2016
Penanggung
jawab Progr

Luh Nyoman
Yayuk Ratna
Dewi
NIP.1987031
201101 2 01

Anda mungkin juga menyukai