PENDAHULUAN
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah - masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah
kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi
- segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang dilakukan
secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan
yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025. Gambaran masyarakat Indonesia di
masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa,
Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan yang
diberikan tersebut diperoleh kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari – hari
secara mandiri. Kegiatan pelayanan diberikan dalam upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), sertya pemeliharaan
kesehatan (rehabilitative).
Upaya yang diberikan ditekankan kepada upaya pelayanan kesehatan primer (Primary Health
Care/ PHC) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan sehingga
setiap orang yang menerima pelayanan kesehatan dapat mencapai hidup sehat dan produktif.
C. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep isu kecenderungan dan setting praktik
keperawatan komunitas.
Penulisan makalah ini menggunakan berdasarkan literatur yang diperoleh dari buku ataupun
sumber dari internet.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Pembahasan yang terdiri dari konsep isu kecenderungan pada tempat area dan
setting praktik keperawatan komunitas.
PEMBAHASAN
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di
masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan
nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Secara sederhana isu dapat diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat juga dikatakan
sebagai sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang terlintas, desas desus atau
banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok persoalan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu adalah “masalah
yang dikedepankan”. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1993, isu adalah :
b. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya;
Dalam praktiknya, aktual memiliki beberapa makna antara lain: benar terjadi atau akan
terjadi, sedang menjadi perhatian orang banyak dan merupakan berita hangat. Jadi, isu
keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk ditangani atau desas -
desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi
dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat,
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada beberapa
nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock telah
mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di hargai
sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada perwat mengenai masalah
keperawatan komunitas.
Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin berkembang
dan dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran perawat kesehatan
masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah kesehatan yang terjadi di masa
yang akan datang karena mengikuti perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut
dapat berpengaruh pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan
masarakat diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian,
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu yang memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang sesuai dengan standart operating
procedure (SOP) pelayanan kesehatan. “Puskesmas Idaman” sebagai pelayanan masyarakat,
akan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
harapan pelanggan, oleh karena itu Puskesmas Idaman juga merubah paradigma dari “
Puskesmas yang mengatur Masyarakat” menjadi “Puskesmas yang memenuhi harapan
Masyarakat”.
3. Masalah bidang kesehatan di Indonesia
Keadaan lain di Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus dihadapi
dalam permasalahan Bidang Kesehatan meliputi :
a. Masih cukup tingginya perbedaan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain
adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat kesejahteraan sosial
masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum diberdayakannya kesenian dan
pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan diberbagai
bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam
pembangunan nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.
Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program
pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah diamanatkan
dalam GBHN 1999–2004.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya adalah
desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat
termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan termasuk
peningkatan koordinasi antarsektor dan antarlembaga. Lingkungan sosial budaya yang erat
kaitannya dengan masalah kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan masyarakat secara luas.
Faktor – faktor kemasyarakatan tersebut antara lain struktur sosial, ekonomi dan budaya. Ini
meliputi kecerdasan rakyat, kesadaran rakyat untuk memlihara kesehatan dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan tercipta perilaku dan sikap yang
baik terhadapa hidup sehat yang menguntungkan upaya kesehatan. Masyarakat agraris pada
umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila budaya termasuk ekonomi, hingga
sulit mengatasi masalah kemiskinan maupun pengembangan sosial dan budaya, yang justru
berpengaruh pada sikap dan perilaku hidup sehat.
Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik terutama melalui gerakan
Keluarga Berencana. Namun pertambahan jumlah penduduk dan perbandingan penduduk usia
muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk yang masih belum merata, menimbulkan
masalah. Perbandingan jumlah penduduk wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari
keadaan sekarang, yaitu 100 orang wanita terhadap 96,8 pria. Jumlah penduduk berusia 40 tahun
keatas, secara relatif akan bertambah. Ini berarti perlunya peningkatan pelayanan untuk penyakit
– penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit degeneratif lainnya yang
biasa diderita oleh penduduk berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih mahal pelayanannya
dibandingkan dengan penyakit menular.
Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih banyak penduduk menempati rumah dan
pemukiman yang tidak layak, yang merugikan kondisi kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi :
Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya
lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah
mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-
lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres
akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres
tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres
dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan
sebagainya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy),
bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu
upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam
tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
d. Keterbatasan pelayanan kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu hanya mungkin diwujudkan jika
sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana dalam arti luas, yakni
pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis serta kejelasan tanggung jawab
antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta.,
Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan dan latihannya masih
perlu dimantapkan. Sistem pengelolaan tenaga kesehatan yang baru dirintis belum sepenuhnya
memungkinkan pembinaan tenaga kesehatan berdasarkan sistem karier dan prestasi
kerja. Dengan meningkatnya kecepatan pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari
pembangunan nsional, kiranya masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung meningkat
pula. Karena itu masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas penggarapan baik untuk jangka
pendek maupun menengah dan jangka panjang.
f. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal
Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau
perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar
negeri. Fasilitas kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan sampai dewasa ini telah
dikembangkan tahap demi tahap sesuai dengan keperluan. Jumlah dan fungsi rumah sakit baik
pemerintah maupun swasta telah pula ditingkatkan. Peningkatan rumah sakit ini merupakan salah
satu kegiatan dari peningkatan upaya kesehatan rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih
menunjang upaya kesehatan Puskesmas.
Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium, kantor, perumahan dinas,
fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula ditingkatkan. Namun pamanfaatan
terhadap fasiltas tersebut masih belum optimal, hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah
kunjungan rawat jalan di Puskesmas dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi medis
maupun paramedis. Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada praktik perdukunan
pada sebagain masyarakat di pedesaan.
g. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan transfortasi yang
masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan terpencil sampai saat ini untuk sarana
jalan dan transfortasi dapat dikatakan kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan
terkadang membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga
masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis
darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan petugas
kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.
Diantara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan antara lain
adalah kerja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalkah kerja sama berbagai sektor
pembangunan, kerjasama pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu
ditingkatkan adalah kerja sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta,
baik dari segi teknis opersional maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja
bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara luas Kerja
sama llintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut tidak didasari oleh saling
pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat serta tidak ada
kejelasan tentang tujuan bersama. Peran yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen
dalam kerja sama itu dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.
Saat ini, pcrmasalahan kesehatan yang dihadapi komunitas cukup komleks. Upaya kesehatan
dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun dapat dilihat beberapa terobosan dalam upaya
pembangunan dalam bidang kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan maslh tingginya angka
kematian bayi, yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) dan angka kematian ibu,
yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002—2003).
Masalah kesehatan lainnya adalah munculnya penyakit – penyakit yang mengancam jiwa
(emerging diseases) seperti HIV/AIDS, SARS, serta penyakit – penyakit menular (re-emerging
diseases) seperti tuberkulosis, malaria, dan penyakit yang dapat dicegah dengan imuntsasi.
Sementara itu, untuk penyakit – penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan penyakit
pembuluh darah, juga terjadi angka kesakitan. Selain penyakit, krisis dalam komunitas seperti
bencana dan terjadinya kekerasan juga menjadi fokus perhatian kesehatan komunitas. Oleh
karena itu, di masa mendatang dapat diprediksi bahwa kebutuhan akan pelayanan keperawatan
kesehatan komunitas yang berkualitas akan semakin meningkat. Pada akhirnya, kemampuan
perawat kesehatan komunitas untuk menangkap peluang dan berespons terhadap perubahan dan
tantangan di masa mendatang merupakan dasar yang kuat bagi perkembangan keperawatan
komunitas. Kompetensi komunitas, perawatan kesehatan di rumah, perawat puskesmas di
komunitas, kepemimpinan, pemakaian informasi diprediksi menjadi fokus dari sistem kesehatan
komunitas di masa mendatang.
B. SETTING PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNTAS
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang
luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja perawat tetapi
secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
2) Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan
kesehatan utama.
5) Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
b) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis besar
rencana kegiatan
c) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
c) Simulasi/demonstrasi
3) Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan.
1) Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal kesesuaian,
kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.
a. Unit pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas rawat inap dan rawat jalan (rumah
sakit, puskesmas, dan sebagainya).
b. Rumah. Perawat home care memberikan pelayanan keperawatan pada keluarga di
rumah yang menderita penyakit akut dan kronis. Peran home care adalah untuk meningkatkan
fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang beresiko tinggi mengalami masalah
kesehatan.
c. Sekolah. Area praktik perawat komunitas juga mencakup seluruh warga di lingkungan
institusi pendidikan seperti siswa, guru dan karyawan baik di TK, SD, SMP, SMA maupun
perguruan tinggi. Perawat sekolah dapat memberikan pelayanan sesaat (day care), screening
(proses mengidentifikasi penyakit-penyakit yang tidak diketahui/tidak terdeteksi dengan
menggunakan berbagai test/uji), maupun memberikan pendidikan kesehatan.
d. Tempat kerja atau industri. Perawat melakukan kegiatan perawatan langsung terhadap
kejadian kesakitan maupun kecelakaan minimal yang terjadi di tempat kerja, industri rumah
tangga, pabrik dan lainnya. Selain itu perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang
keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stres, olahraga, penanganan
perokok, serta pengawasan makanan.
e. Barak penampungan. Perawat memberikan perawatan langsung terhadap kasus akut,
penyakit kronis, serta kecacatan fisik ganda dan mental.
g. Panti atau kelompok khusus lain seperti panti asuhan anak, panti wreda, panti sosial
lain, rumah tahanan serta lembaga pemasyarakatan.
h. Pelayanan pada kelompok resiko tinggi. Kelompok resiko tinggi seperti (1) kelompok
wanita, anak-anak, dan lansia yang mendapat perlakuan kekerasan, (2) pusat pelayanan
kesehatan jiwa dan penyalahgunaan obat, (3) tempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan, pengemis, kelompok orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dan wanita tuna susila
(WTS).
Keperawatan kesehatan komunitas identik dengan penyuluhan kesehatan. Hal ini tidak
sepenuhnya salah karena penyuluhan kesehatan juga bagian dari keperawatan kesehatan
komunitas. Akan tetapi tugas perawat komunitas ternyata tidak sesimpel itu. Banyaknya area
praktik dari perawat komunitas menuntut agar seorang perawat komunitas memahami konsep
dari berbagai area dan melakukan fungsi advokasi pada berbagai tingkat sistem.
Menurut DEPKES tahun 2006, sasaran keperawatan kesehatan komuntas antara lain :
a. Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia Ianjut,
penderita penyakit menular (tuberkulosis pare, kusta, malaria, demam berdarah, diare, dan ISPA
atau pneumonia), dan penderita penyakit degeneratif.
b. Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan teridap masalah kesehatan
(vulnerable group) atau risiko tinggl (high risk group) dengan prioritas sebagai berikut :
1) Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
2) Keluarga yang sudah memanfaatkan sarana kesehatan serta mempunyai masalah
kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reprcuduksi,
dan penyakit menular.
3) Keluarga yang tidak termasuk miskin dan mempunyai masalah kesehatan prioritas
serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
c. Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok khusus yang rentan terhadap masalah kesehatan baik
yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi.
1) Kelompok tidak terikat dalam suatu institusi seperti posyandu, kelompok balita, ibu
hamil, usia lanjut, penderita penyakit tertentu, dan pekerja informal.
2) Kelompok masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi seperti sekolah,
pesantren, panti asuhan, panti wreda, rutan, dan lapas.
d. Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya
masalah kesehatan seperti berikut :
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang mempunyai:
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain;
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam berdarah,
dan lainnya).
3) Masyarakat di lokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau akibat lainnya.
4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah terpencil dan
perbatasan.
5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit sepertl daerah
transmigrasi.
4. Prinsip dasar dalam praktik perawatan kesehatan komunitas adalah sebagai
berikut:
c. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat.
d. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya pomotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Dasar utama dalam peayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses
keperawatan.
f. kegiatan utama perawatan kesehatan mayarakat adalah dimasyarakat dan bukan di
rumah sakit.
g. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.
j. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara t
eam.
k. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat
atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru
kembali dari rumah sakit.
n. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
Pembinaan dilakukan berdasar kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai memerlukan
tindak lanjut.
Pendekatan dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan
melibatkan partisipasi masyarakat.
Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti
oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas
lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti laser,
terapi perubahan gen dan lain-lain. Berdasarkan itu maka pelayanan kesehatan membutuhkan
biaya yang cukup mahal dan pelayanan akan lebih professional dan butuh tenaga-tenaga yang
ahli dalam bidang tertentu.
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang ada di
masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya masyarakat, maka
dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang
sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam
penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat
yang memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap
pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan
kesehatan.
c. Aspek legal dan etik
d. Ekonomi
e. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam
sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola
dalam sistem pelayanan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk ditangani atau
desas - desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas. Tren dan isu yang sedang
dibicarakan dalam keperawatan komunitas :
Adapun masalah bidang kesehatan di Indonesia salah satunya yaitu masih cukup tingginya
perbedaan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi dan mobilitas penduduk yang cukup
tinggi. Untuk keperawatan kesehatan komunitas di masa mendatang diprediksi bahwa kebutuhan
akan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas yang berkualitas akan semakin meningkat.
Kegiatan praktik keperawatan komunitas meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
Area praktik keperawatan kesehatan komunitas yaitu unit pelayanan kesehatan, rumah, sekolah,
tempat kerja atau industri, barak penampungan, kegiatan puskesmas keliling, panti atau
kelompok khusus lain serta pelayanan pada kelompok resiko tinggi. Sasaran keperawatan
kesehatan komunitas antara lain individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Prinsip dasar
dalam praktik perawatan kesehatan komunitas :
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/48222370/Isu-Tren-Keperawatan-Komunitas