Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KOMUNITAS I

MAKALAH TREND DAN ISSUE KEPROFESIAN DALAM KEPERAWATAN


KOMUNITAS

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di era modern saat ini banyak penyakit yang timbul disebabkan oleh perubahan gaya
hidup yang tidak sehat seperti pola makan, pola aktivitas, serta kebiasaan lain sepert
merokok dan konsumsi obat-obatan. Sebagai akibatnya berbagai masalah kesehatan
sekarang ini banyak terjadi di masyarakat seperti hipertensi, gagal ginjal, diabetes
mellitus, kanker, berbagai penyakit kelainan darah atau yang sekarang ini kita kenal
dengan penyakit tidak menular. Pada masa ini berbagai fasilitas kesehatan telah
menyediakan pelayanan kepada masyarakat untuk mencari pengobatan baik secara medis,
non medis termasuk pengobatan komplementer.
Profesi keperawatan mengembangkan layanan praktik mandiri keperawatan kepada
masyarakat dalam mencari solusi terhadap masalah kesehatannya. Pelayanan praktik
mandiri perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan
wewenang seorang perawat professional. Pelayanan keperawatan berbentuk pelayanan
bio-psio-sosio-spiritual yang komprehensif atau holistik ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Praktik mandiri perawat telah diatur dalam Peraturan menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan perubahan
peraturan nomor 17 tahun 2013 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Dengan dikeluarkannya payung hukum tersebut maka praktik mandiri perawat menjadi
legal.
Selain itu praktik mandiri perawat semakin diperkuat dengan disahkannya Undang-
Undang nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, yang diantaranya membahas tentang
izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Perawat yang membuka praktik keperawatan
wajib memilii SIPP (Surat Izin Praktik Perawat) dan hanya berlaku untuk satu tempat
praktik perawat (tertuang dalam UU keperawatan pasal 19 dan 20) dan perawat yang
melakukan praktik wajib memasang Papan Nama Praktik (tertuang dalam UU).
Keperawatan pasal 21).atas dasar hukum tersebut maka masyarakat tidak perlu ragu
lagi untuk memaafkan fasilitas praktik mandiri perawat dalam mencari solusi kesehatan
untuk mengatasi penyakit yang dialaminya. Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh
perawat kepada masyarakat adalah dalam bentuk pelayanan preventif,promotif,kuratif dan
rehabiliatatif.bentuk pelayanan preventif dan promotif adalah seperti diteksi dini dan

1
identifkasi faktor-faktor terjadinya suatu penyakit pada individu atau keluarga masyarakat
,serta memberikan pendidikan atau penyuluh dan konseling pada individu,keluarga atau
masyarakat yang berisiko atau telah mengalami sakit.
Pelayanan kuratif yang dapat dilakukan perawat adalah pengobatan dasar dengan obat
terbatas,bantuan kegawat daruratan medis sesuai kewenangan dan pengobatan
komlementer.terapi komplementer yang dilakukan perawat didukung oleh permenkes
nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 yaitu yang berwenang melakukan pengobatan
kompementer adalah tenaga kesehatan yang sudah ditetapkan dan berdasarkan kaidah
ilmiah.
Bentuk terapi komplementer yang berkemmbang diantaranya seperti akupuntur,
bekam hipnoterapi,reiki,pengobatan herbal perawatan luka dan lain sebagainya.terapi
komplementer yang diberikan oleh tenaga kesehatanseperti perawat pastilah lebih aman
dan terjamin karena kualifikasinya memang dibidang kesehatan.selanjutnya bentuk
pelayanan rehabililitatif dalam praktik mandiri perawat meliputi pemantauan keteraturan
berobat sesuai program rehabilitasi ,kunjungan rumah (home visit/home health
nursing)sesuai rencana rehabikitasi,pelayanan keperawatan dasar rehabilitasi secara
langsung (direct care)yaitu kontak langsung atau face to face dengan pasien seperti untuk
perawatan luka,pemasangan infus dll,maupun pelayanan rehabilitasi tidak langsung
(indirect care)seperti layanan konsultasi kesehatan. Dalam operasional praktik mandiri
perawat juga dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan seperti ahli
gizi,fisioterapi,kesehatan masyarakat,dokter dan profesi kesehatan lainya.perawat juga
memiliki spesialis dibidang keperawatan seperti spesialis perawatan luka.

1.2. Rumusan Masalah


1. Jelaskan konsep trend dan issue dalam keprofesian terkait keperawatan komunitas ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami trend dan issue dalam keprofesian terkait
keperawatan komunitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Trend dan Issue Keperawatan Komunitas

Isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang di kedepankan untuk di


tangani atau desus desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas. Keperawatan
komunitas ditunjukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta
memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam
membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi berbagai
masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (effendi,2009).

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini
dari keperawatan meliputi perkembangan diberbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.

Profesi keperawatan mengembangkan layanan praktik mandiri keperawatan kepada


masyarakat dalam mencari solusi terhadap masalah kesehatannya. Pelayanan prkatik
mandiri perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan
wewenang seorang perawat professional. Pelayanan keperawatan berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang konfrehensif atau holistic ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencangkup seluruh proses
kehidupan manusia. Praktik mandiri perawat telah diatur dalam peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia nomor HK.02.02/Menkes/148/2010 dan perubahan
peraturan peraturan no 17 tahun 2013 tentang izin dan Penyelenggaraan praktik perawat.
Dengan dikeluarkannya paying hukum tersebut maka praktik mandiri perawat menjadi
legal.

Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat kepada masyarakat adalah dalam
bentuk pelayanan Preventif, Promotif, Kuratif dan Rehabilitatif. Bentuk pelayanan
preventif dan promotif adalah seperti deteksi dini dan indentifikasi faktor-faktor resiko
terjadinya suatu penyakit pada individu atau keluarga dan masyarakat, serta memberikan

3
pendidikan atau penyuluhan dan konseling pada individu, keluarga atau masyarakat yang
beresiko atau telah mengalami sakit.

2.2. Trend dan Issue dalam Profesi Keperawatan Komunitas

Trend dan issue dalam profesi keperawatan komunitas sama seperti jenjang
pendidikan keperawatan. Yang dominan dalam keprofesian keperawatan komunitas
adalah pada program akademik dan profesi dalam program tersebut sudah banyak dibuka
peminatan pada keperawatan komunitas seperti Ners, S2,S3 dan Spesialis. Bagi jurusan
S3 Keperawatan Komunitas hanya berada di Universitas Indonesia saja.

Trend lebih sering dan banyak dibicarakan adalah tentang gaji perawat. Banyak
perawat mengeluh tentang penerimaan gaji yang kecil dan berbeda dibandingkan dengan
institusi lainnya, sedangkan pekerjaan yang mereka lakukan sama beratnya. Sehingga
mereka terkadang merasa iri dengan gaji perawat lain yang memiliki gaji lebih besar.
Dengan adanya aturan dari Mentri Kesehatan Republik Indonesia gaji perawat diberikan
berdasarkan jenjang pendidikannya, pada setiap provinsi dan institusi kesehatan/Rumah
Sakit berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat jenjang pendidikan semakin tinggi gaji yang
mereka peroleh. Tunjangan pada PNS lebih besar dari pada gaji pokok. Pemberian gaji
juga berdasarkan pada lamanya pengalaman pekerjaan sang perawat.

Perkembangan atau pelatihan pada keperawatan komunitas dapat dikatakan masih


jarang dan masih minim, tetapi pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah penyakit serta meningkatkan mutu pelayanan
puskesmas. Maka dalam komunitas diperlukan suatu pelatihan pada puskesmas tentang
peningkatan pelayanan kesehatan dan pemberian konseling kepada kader dan masyarakat
tentang masalah kesehatan yang sering terjadi pada lingkup masyarakat.

Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat dan puskesmas karena


meningkatkan wawasan bagi masyarakat serta mampu menurunkan morbiditas dan
mortalitas pada desa yang memiliki angka kejadian tinggi. Sebaliknya untuk desa yang
memiliki angka kejadian rendah dapat mempertahankannya agar tidak memiliki kurva
morbiditas dan mortalitas yang meningkat.

4
2.3. Konsep Praktik Mandiri Perawat

1. Pengertian

Menurut konsorsium ilmu-ilmu kesehatan (1992) praktek keperawatan professional


atau ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga
kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan, termasuk praktik keperawatan
individu dan berkelompok.

Menurut undang-undang keperawatan (UUK) No.38 Tahun 2014 pengertian praktik


keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk Asuhan
keperawatan.

Pasal 28 ayat 2 UKK No. 38 tahun 2014 menyebutkan bahwa Praktik Keperawatan
terdiri atas praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.

2. Dasar Hukum Praktik Mandiri Perawat

Dasar hukum praktik mandiri perawat diatur dalam :

a. Undang-undang Keperawatan No.38 Tahun 2014, antara lain :


1) Pasal 28 ayat 1 dan 2, yaitu :
 Praktik keperawatan dilaksanakan difasilitas pelayanan kesehatan
dan tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya.
 Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Pasal 21 UU Keperawatan tahun 2014, pasal 47 UU Kesehatan Tahun
2014 : dalam melakukan praktek mandiri keperawatan, seorang perawat
wajib memasang papan nama praktik keperawatan.
b. Peraturan menteri kesehatan (Permenkes) No. 17 Tahun 2013 ,antara lain :
1) Pasal 2 ayat 3 : perawat yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan
minimal Diploma III (D III) keperawatan.
2) Pasal 3 ayat 2 : setiap perawat yang menjalankan praktik keperawatan
dipraktik mandiri wajib memiliki SIPP.

5
3) Pasal 5A : perawat hanya dapat menjalankan praktek keperawatan maksimal
di dua tempat yaitu pada fasilitas pelayanan kesehatan dan praktek mandiri
perawat.
3. Syarat untuk melakukan praktik mandiri perawat.
Menurut UU Keperawatan No.38 tahun 2014 syarat untuk dapat melakukan praktik
mandiri perawat, yaitu :
1) Perawat berpendidikan vokasi (D III) keperawatan dan profesi (Ners & Ners
Spesialis)
2) Perawat yang memiliki surat tanda registrasi (STR)
Dalam UUK No.38 Tahun 2014 pasal 18 ayat 3, persyaratan pembuatan STR
meliputi :
 Memiliki ijazah pendidikan tinggi keperawatan
 Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi
 Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
 Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji profesi
 Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
3) Perawat yang memiliki surat izi praktek perawat (SIPP). Dalam UUK No.38
Tahun 2014 pasal 19, SIPP diberikan oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat
Perawat menjalankan praktiknya. Untuk mendapatkan SIPP Perawat harus
melampirkan : Salinan STR yang masih berlaku,Rekomendasi dari Organisasi
Profesi Perawat, dan Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat
keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. Persiapan sebelum melakukan Praktik Mandiri Perawat
Alat yang disiapkan sebenarnya tergantung dari kekhususan dari masing-
masing klinik sesuai bidang keahlian teman-teman, misalnya perawat yang
mempunyai sertifikat wound care dan memiliki pengalaman sebagai perawat luka,bisa
membuka klinik keperawatan luka, atau mungkin ada yang sudah mendapatkan
pelatihan keperawatan paliatif, bisa berpikir untuk membuka klinik keperawatan
khusus palliative care.
Sementara itu fasilitas dasar yang harus ada adalah :
a. Perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan dan kunjungan rumah, antara
lain : alat untuk mengukur tanda-tanda vital, timbangan, meteran badan. Alat

6
untuk mengukur gula darah, asam urat dan kolesterol jika ingin menambahkan,
tergantung kemampuan financial masing-masing.
b. Obat-obatan
Ingat hanya boleh obat bebas dan obat bebas terbatas.
c. Perlengkapan administrasi, meliputi formulir catatan tindakan asuhan keperawatan
serta formulir rujukan dan formulir persetujuan tindakan keperawatan (inform
consent)

5. Kewenangan perawat dalam praktek mandiri


a. Melaksanakan proses keperawatan antara lain : pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
b. Merujuk pasien ke rumah sakit
c. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompensi.
Misalnya memberikan bantuan hidup dasar, atau penanganan pertama pada
kecelakaan.
d. Berkolaborasi dengan dokter jika ada kasus yang tidak bisa ditangani sendiri
e. Memberikan penyuluhan kesehatan dan konseling. Contohnya perawat yang
sudah memiliki sertifikat konselor laktasi, dapat memberikan konseling bagi ibu-
ibu yang mengalami masalah pada saat mwnyusui.
f. Memberikan obat sesuai resep dokter. Pasien tuberkolosis rawat jalan yang harus
mendapatkan obat injeksi setiap hari selama dua bulan, bisa mendatangi klinik
kita
g. Memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas

6. Hal-hal penting yang harus diperhatikan


 Praktik keperawatan mandiri yang kita jalankan harus berdasarkan pada kode
etik, standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur operasional
(SOP)
 Perawat berhak menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan
dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur
operasional.
 Rujuk pasien yang tidak dapat ditangani kepada perawat lain, atau tenaga
kesehatan lain yang lebih kompeten.

7
 Jangan melakukan pekerjaan tenaga medis, karena kita tidak berwenang,
kecuali jika sudah ada pendelegasian tertulis dari dokter yang bersangkutan.
 Pasien berhak member persetujuan atau menolak tindakan keperawatan yang
akan diterimanya, jadi sebelum melakukan tindakan apapun itu sebaiknya
minta surat persetujuan atau inform consent.
 Dokumentasikan segala teman pengkajian, tindakan, evaluasi yang telah
dilakukan kepada pasien.
 Jangan lupa memperpanjang SIPP dan memasang papan nama di klinik yang
dijalankan.

8
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai