Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN HIV/AIDS

OLEH :

NAMA : NI PUTU RAHAYU KURNIANINGSIH

KELAS : A-13 A KEPERAWATAN

NIM: 193213042

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ HIV/AIDS ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan HIV/AIDS. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “ HIV/AIDS ” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar ,27 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

1.1.....................................................................................................................................Latar Belakang
................................................................................................................................................1
1.2..................................................................................................................................Rumusan Masalah
................................................................................................................................................1
1.3...........................................................................................................................................Tujuan
................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................2

2.1. Pencegahan HIV/AIDS.........................................................................................................2

2.2. Tes HIV.................................................................................................................................6

2.3. ARV.....................................................................................................................................10

BAB III PENUTUP....................................................................................................................13

3.1. Simpulan .............................................................................................................................13

3.2. Saran ...................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.....................................................................................................................................Latar Belakang
........................................................................Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acqu
Syndrome) dapat mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas ekonomi, usia
maupun jenis kelamin. Situasi yang dihadapi penderita HIV/AIDS sangat kompleks, selain
harus menghadapi penyakitnya sendiri, mereka juga menghadapi stigma dan diskriminasi,
sehingga mengalami masalah pada fisik, psikis, dan sosial (Efendi, 2007). HIV (Human
Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh, sehingga
orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari
serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV belum tentu
mengidap AIDS. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem
imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat
berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh (Sopiah, 2009).
Secara fisik virus HIV yang ditransmisikan ke dalam tubuh manusia melalui kontak dengan
yang terinfeksi cairan tubuh, akan mengikat reseptor permukaan sel CD4 T dan mereplikasi
di dalamnya untuk menghasilkan virus baru dan menginfeksi sel T CD4 lainnya. Hasilnya
adalah penurunan jumlah sel CD4 T yang akhirnya mencapai titik bahwa ia akan secara
signifikan mengurangi sistem kekebalan tubuh, dan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik (Smeltzer & Bare, 2002).
1.2...................................................................................................................................Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara pencegahan HIV ?
2. Bagaimanakah Tes HIV/AIDS ?
3. Bagimanakah penjelasan tentang ARV ?

1.3........................................................................................................................................... Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara pencegahan HIV.
2. Mengetahui dan memahami tes HIV.
3. Mengetahui dan memahami penjelasan mengenai ARV.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pencegahan HIV/AIDS

Hingga kini masih belum ditemukan obat yang dapat mengatasi dan mengobati HIV/AIDS
secara signifikan. Yang dapat kita lakukan adalah melakukan usaha-usaha pencegahan
penularan HIV. HIV (Human Immunodeviciency Syndrome), yaitu sebuah penyakit yang
secara perlahan akan merusak kekebalan tubuh seseorang sehingga seseorang yang terjangkit
HIV akan mudah terinfeksi, dan sakit yang tak kunjung sembuh. Untuk menghindari
penularan HIV/AIDS kita dapat melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Pencegahan Penularan melalui Hubungan Seksual

Telah kita ketahui bahwa infeksi HIV terutama terjadi melalui hubungan seksual. Oleh sebab
itu pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang peranan paling penting.
Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggungjawab,
yaitu:

a) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Abstinence). Hubungan


seksual hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah.
b) Bila telah menikah, hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan. sendiri,
yaitu suami atau isteri sendiri. Tidak mengadakan hubungan seksual di luar nikah.
c) Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV maka dalam melakukan hubungan
seksual harus menggunakan kondom secara benar dan konsisten. Ketiga konsep
pencegahan di atas ini dikenal dengan istilah ABC (Abstinence, Be faithful, Condom).
d) Mempertebal iman dan takwa aagar tidak terjerumus ke dalam hubungan hubungan
seksual diluar nikah.
e) Jangan berganti-ganti pasangan seksual.
f) Abstrinensi (tidak melakukan hubungan seks).

2
2. Pencegahan Penularan Melalui Darah
Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai tindakan
yang berhubungan dengan darah maupun produk darah dan plasma.
a) Transfusi darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercemar HIV.
Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV (+) atau mengindap virus HIV dalam
darahnya, untuk tidak menjadi donor darah. Begitu pula dengan mereka yang
mempunyai perilaku berisiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks
dengan berganti-ganti pasangan.
b) Penggunaan produk darah dan plasma
Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka terhadap produk
darah dan plasma (cairan darah) harus dipastikan tidak tercemar HIV.
c) Penggunaan alat suntik, dan alat lain yang dapat melukai kulit. Penggunaan alat
alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untuk tindik, perlu
memperhatikan masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi dengan pemanasan
atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan.
Cara mensterilkan alat-alat tersebut dapat dengan mencucinya dengan benar. Anda
dapat memakai ethanol 70% atau pun pemutih. Caranya, sedot ethanol dengan
jarum suntik tersebut, lalu semprotkan keluar. Hal ini dilakukan dua kali.
d) Bersikap waspada pada jarum suntik dan alat bedah
Jarum suntik, pisau cukur, obat infus, dapat menularkan virus HIV pada tubuh
yang sehat. Sebaiknya anda menghindari secara waspada pengunaan alat-alat ini
pada tubuh anda. Pastikan bahwa setiap jarum suntik yang masuk pada tubuh anda
adalah sterul dan bersih.
Lakukan kewaspadaan dengan beberapa langkah berikut ini :
 Gunakan jarum suntik sekali pakai.
 Sterilkan segala peralatan bedah yang akan digunakan.
 Hindari mengkonsumsi narkoba, karena penularan tertinggi adalah lewat
jarum suntik yang digunakan dalam aktivitas narkoba.

3
e) Menghindari kontak darah dengan penderita HIV
HIV/AIDS dapat disebarkan melalui kontak darah lewat tranfusi melalui tubuh
yang terinfeksi HIV dengan tubuh yang sehat. Juga dapat ditularkan melalui luka
pada penderita HIV/AIDS kepada seseorang yang sehat. Oleh karena itu gunakan
selalu pengaman seperti sarung karet jika anda berurusan dengan penderita HIV
untuk mencegah anda tertular virus HIV/AIDS.
3. Pencegahan Penularan dari Ibu kepada Anak
Seorang ibu yang terinfeksi HIV, risiko penularan terhadap janin yang dikandungnva atau
bayinya cukup besar, kemungkinannva sebesar 30-40 %. Risiko itu akan semakin besar
bila si ibu telah terkena atau menunjukkan gejala AIDS. Oleh karena itu, bagi seorang ibu
yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang
kehamilan. Risiko bagi bayi terinfeksi HIV melalui susu ibu sangat kecil, sehingga tetap
dianjurkan bagi si ibu untuk tetap menyusukan bayi dengan ASI-nya. Sebaiknya wanita
yang telah terinfeksi HIV dianjurkan untuk tidak hamil.
Melihat kondisi-kondisi di atas, yang bisa kita lakukan untuk pencegahan penyebaran HIV
adalah berperilaku yang bertanggung jawab baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain,
dan berperilaku sesuai dengan tuntutan norma agama dan sosial yang berlaku
dimasyarakat. Di samping itu, menyebarkan informasi tentang HIV / AIDS adalah cara
lain untuk melindungi teman, keluarga, dan lingkungan dari penyebaran HIV/AIDS. Hal
ini dapat diwujudkan dalam kegiatan sederhana:
a. Berikan informasi yang benar dan tepat yang sudah anda terima kepada
lingkungan anda sendiri. Misalnya: keluarga, teman-teman, tetangga, dll.
b. Jika dalam percakapan sehari-hari anda mendengar informasi yang salah tentang
HIV/AIDS, langsung diperbaiki dengan cara yang benar.

Dalam lingkungan sekolah antar institusi pendidikan :

a. Mengusulkan adanya diskusi dan seminar atau kegiatan lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan pencegahan HIV/AIDS.
b. Mengadakan kegiatan lain yang berkaitan dengan masalah HIV/AIDS, misalnya lomba
poster, lomba mengarang, dan lain sebagainya.

4
Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa ada beberapa hal penting dalam mengurangi
risiko terjadinya penularan HIV/AIDS:
a. Tidak melakukan hubungan seks, bagi yang belum nikah.
b. Selalu menghindarkan diri dari penggunaan obat-obat terlarang (narkotik, heroin,
ganja, dan lain-lain).
c. Menjauhkan diri dari minuman yang bisa memabukkan.
d. Sebaiknya tidak menggunakan alat-alat seperti alat suntik, alat tindik, alat tatto,
pisau cukur, atau sikat gigi bersama orang lain.
e. Selalu membersihkan (mensterilkan) peralatan medis atau non medis, khususnva
yang berhubungan dengan cairan tubuh manusia.

Siapapun Bisa terkena AIDS, jika prilakunya beresiko.Penampilan luar tidak menjamin
bebas HIV. ODHA sering terlihat sehat dan merasa sehatJika belum belakukan tes HIV,
ODHA tidak tau bahwa dirinya telah tertular HIV dan dapat menularkan HIV kepada
orang lain.Tes HIV adalah satu-satunya cara mendapatkan kepastian tertular atau tidak.

Pencegahan HIV/AIDS bagi yang belum terinfeksi:

a. Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV/AIDS dan
bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan
pencegaha, sebarkan pengetahuan ini ke orang lain seperti keluarga, sahabat dan
kerabat.
b. Ketahui status HIV/AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan
sembarangan orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi
HIV, oleh karena itu mengetahui status HIV/AIDS patner seks anda sangatlah
penting.
c. Gunakan jarum suntik yang baru dan steril (baik ketika berobat di RS, dokter,
tatto atau ketika melakukan tindik). Penyebaran paling cepat HIV/AIDS adalah
melalui penggunaan jarum suntiksecara bergantian dengan orang yang memiliki
status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU
(Injection Drug User).

5
d. Gunakan kondom berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat,
penggunaan kondom saat berhubungan seks cukup efektif mencegah penularan
HIV/AIDS melalui seks.
e. Lakukan sirkumsisi/khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National
Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan
memiliki resiko 53% lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan
sirkumsisi/khitan.
f. Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi,
sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali.

Pencegahan HIV/AIDS bagi yang telah terinfeksi:

a. Beritahu patner seks bahwa anda telah positif HIV/AIDS. Pemahaman patner seks
terhadap status HIV sangatlah penting untuk antisipasi paska seks agar tidak
menular ke yang lain.
b. Jika anda hamil, segera konsultasikan dengan tim medis terdekat agar mendapat
penanganan khusus, saat melahirkan melakukan operasi caesar dan bagi penderita
HIV tidak disarankan untuk memberikan ASI pada bayinya.
c. Hindari donor darah dan donor organ.
d. Jangan biarkan orang lain memakai sikat gigi dan barang-barang pribadi lainnya,
meskipun kemungkinan tertular melalui barang-barang pribadi ini sangat kecil, tapi
tetap saja masih ada kemungkinan.
e. Beritahukan status HIV/AIDS anda kepada orang yang terpercaya. Selain untuk
melindungi orang lain, hal ini juga untuk memastikan bahwa anda mendapat
perawatan dari orang tersebut.

2.2. Tes HIV/AIDS

Tes HIV terdiri atas beragam jenis dan tidak ada tes HIV yang sempurna. Karena itu,
terkadang perlu dilakukan beberapa tes atau pengulangan terhadap tes untuk memastikan
diagnosis.

Ada tiga jenis utama tes HIV, antara lain:

6
a. Tes antibodi, yaitu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah.
Antibodi HIV adalah protein yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi
HIV. Tes antibodi terdiri atas beberapa jenis, antara lain:
 ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). ELISA merupakan tes HIV
yang umumnya digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi antibodi HIV.
Sampel darah yang telah diambil akan dibawa ke laboratorium dan dimasukkan
ke dalam wadah yang telah diberi antigen HIV. Selanjutnya, enzim akan
dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk mempercepat reaksi kimia antara
darah dan antigen. Jika darah mengandung antibodi HIV, maka darah akan
mengikat antigen tersebut di dalam wadah.
 IFA (immunofluorescene antibody assay). Tes yang dilakukan dengan
menggunakan pewarna fluoresens untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi
HIV. Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop beresolusi tinggi. Tes ini
biasanya digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA.
 Western Blot. Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan
protein antibodi yang diekstrak dari sel darah. Sebelumnya, tes ini juga digunakan
untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA, namun saat ini Western Blot sudah jarang
digunakan sebagai tes HIV.
b. Tes PCR (polymerase chain reaction). Tes yang digunakan untuk mendeteksi RNA atau
DNA HIV dalam darah. Tes PCR dilakukan dengan cara memperbanyak DNA melalui
reaksi enzim. Tes PCR dapat dilakukan untuk memastikan keberadaan virus HIV ketika
hasil tes antibodi masih diragukan.
c. Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test). Tes yang dilakukan untuk mendeteksi
antigen HIV yang dikenal dengan p24 dan antibodi HIV-1 atau HIV-2. Dengan
mengidentifikasi antigen p24, maka keberadaan virus HIV dapat terdeteksi sejak dini
sebelum antibodi HIV diproduksi dalam tubuh. Tubuh umumnya membutuhkan waktu 2-
6 minggu untuk memproduksi antigen dan antibodi sebagai respons terhadap infeksi.

Prosedur Tes HIV

Tes HIV umumnya dilakukan melalui prosedur pengambilan sampel darah. Langkah-langkah
pengambilan darah adalah sebagai berikut:

7
a. Lengan atas pasien akan diikat dengan tali elastis untuk membendung aliran darah,
sehingga pembuluh darah di bawah ikatan membesar dan akan lebih mudah menusuk
jarum ke pembuluh darah vena.
b. Area kulit yang akan ditusuk jarum dibersihkan dengan alkohol.
c. Dokter akan menusukkan ujung jarum ke dalam vena dan memasang tabung pada ujung
lainnya, kemudian darah akan terisi ke dalam tabung.
d. Setelah jumlah darah yang diambil cukup, dokter akan melepaskan tali elastis dari lengan
pasien.
e. Kapas atau kain kasa beralkohol digunakan untuk menekan area suntikan ketika jarum
dilepas.
f. Dokter akan menutup area suntikan dengan perban atau plester luka.

Hasil Tes HIV dan Setelah Tes HIV

Sampel darah yang telah diambil akan dianalisa di laboratorium untuk mendeteksi respons
antibodi terhadap HIV atau materi genetik (DNA atau RNA) HIV di dalam darah. Hasil tes
ELISA umumnya akan keluar dalam 2-4 hari, hasil tes Western Blot atau IFA membutuhkan
waktu 1-2 minggu, sedangkan hasil tes PCR membutuhkan waktu 2-6 minggu.

Ada beberapa jenis hasil tes HIV, yaitu:

a. Normal atau negatif. Hasil tes dikatakan normal atau negatif jika:
 Tidak ditemukan antibodi HIV di dalam darah pasien.
 Tes PCR tidak mendeteksi keberadaan RNA atau DNA HIV.
b. Abnormal atau positif. Hasil tes dikatakan abnormal atau positif jika:
 Ditemukan antibodi HIV di dalam darah pasien.
 Tes PCR mendeteksi keberadaan materi genetik HIV (RNA atau DNA).
c. Tidak dapat ditentukan (indeterminate result). Hasil tes tidak menunjukkan secara jelas
apakah pasien terinfeksi HIV atau tidak. Kondisi ini mungkin terjadi ketika antibodi HIV
belum berkembang atau ketika jenis antibodi lain mengganggu hasil tes. Jika ini terjadi,
tes PCR dapat dilakukan untuk melihat keberadaan virus. Pasien yang tetap memiliki
hasil tes tidak tentu selama 6 bulan atau lebih disebut stable indeterminate dan dianggap
tidak terinfeksi HIV.

8
Jika hasil tes HIV negatif, bukan berarti pasien tidak terinfeksi HIV. Pasien mungkin masih
dalam masa inkubasi virus atau di dalam masa jendela, yaitu rentang waktu mulai dari awal
penularan hingga muncul antibodi HIV. Dokter akan menganjurkan pasien untuk menjalani
tes ulang 3 bulan setelah tes pertama. Hal ini dilakukan untuk memastikan hasil tes dan
sebagai langkah pencegahan penyebaran virus. Jika hasil tes HIV ulang tetap negatif, maka
dokter akan menyatakan Anda tidak terinfeksi virus HIV, namun tetap merekomendasikan
pemeriksaan HIV secara berkala untuk deteksi dini infeksi HIV.

Jika pasien dinyatakan positif terinfeksi HIV, maka pasien dan dokter dapat berdiskusi untuk
merencanakan langkah dan jenis terapi pengobatan yang akan dijalani pasien. Ada beberapa
langkah awal yang akan dianjurkan oleh dokter setelah terdiagnosis HIV, antara lain:

a. Berdiskusi dengan sesama penderita HIV akan sangat membantu pasien dalam melalui
masa awal setelah diagnosis.
b. Mengonsumsi obat antiretroviral (ART) untuk menghambat perkembangan HIV dan
membantu melindungi sistem imun tubuh pasien, dan risiko penularan juga dapat ditekan.
c. Menjalani pemeriksaan lanjutan untuk mencegah kemungkinan adanya penyakit menular
seksual (STD).
d. Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan pasangan.
e. Meminta pasangan Anda untuk menjalani tes HIV.

Risiko Tes HIV

Prosedur pengambilan darah untuk tes HIV umumnya aman dilakukan dan jarang
menimbulkan efek samping. Apabila ada, pasien mungkin hanya mengalami efek samping
ringan, seperti:

 Pusing atau sakit kepala.


 Muncul memar kecil (hematoma) di area suntikan.
 Lengan terasa nyeri dan lemas.
 Infeksi pada area suntikan.

Efek samping psikologis mungkin terjadi, terutama jika pasien dinyatakan positif terinfeksi
HIV. Pasien akan mengalami depresi, cepat marah, dan cemas. Perdarahan dapat terjadi pada

9
pasien dengan gangguan pembekuan darah. Konsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin
dan warfarin, sebelum prosedur pengambilan darah akan meningkatkan risiko perdarahan.
Segera hubungi dokter jika mengalami kondisi ini.

2.3. ARV

Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency


Syndrome) dapat mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas ekonomi, usia
maupun jenis kelamin. Situasi yang dihadapi penderita HIV/AIDS sangat kompleks, selain
harus menghadapi penyakitnya sendiri, mereka juga menghadapi stigma dan diskriminasi,
sehingga mengalami masalah pada fisik, psikis, dan sosial (Efendi, 2007).

Secara fisik virus HIV yang ditransmisikan ke dalam tubuh manusia melalui kontak
dengan yang terinfeksi cairan tubuh, akan mengikat reseptor permukaan sel CD4 T dan
mereplikasi di dalamnya untuk menghasilkan virus baru dan menginfeksi sel T CD4 lainnya.
Hasilnya adalah penurunan jumlah sel CD4 T yang akhirnya mencapai titik bahwa ia akan
secara signifikan mengurangi sistem kekebalan tubuh, dan tubuh menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik (Smeltzer & Bare, 2002).

Salah satu cara untuk mencegah penurunan limfosit CD4 adalah dengan pemberian terapi
Anti Retro Viral (ARV). Terapi ARV sangat bermanfaat dalam menurunkan jumlah HIV
dalam tubuh. Setelah pemberian obat antiretroviral selama 6 bulan biasanya dapat dicapai
jumlah virus yang tak terdeteksi dan jumlah limfosit CD4 meningkat. Akibatnya resiko
terjadinya infeksi oportunistik menurun dan kualitas hidup penderita meningkat (Djauzi &
Djoerban,2007).

Golongan Anti Retro Virus :

a. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)


Cara kerja :
- Menghambat enzim reverse transcriptase mengubah RNA menjadi DNA proviral
sebelum bergabung dengan kromosom hospes.
- Harus mengalami 3 tahap fosforilasi oleh enzim sel hospes disitoplasma

Golongan obat :

10
- Zidovudin
- Didanosin
- Zalsitabin
- Stavudin
- Lamivudin emtrisitabin
- Abakavir

b. Nucleotide Reverse Transciptase Inhibvitor (NtRTI)


Cara kerja :
- Bekerja pada HIV Reverse Transciptase dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA
- Hanya membutuhkan 2 tahap fosforilasi

Golongan obat :

- Tenofovir disoproksil

c. Non- Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)


Cara kerja :
- Menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase dengan cara berikatan ditempat
yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan konformasi pada
situs aktif ini.
- Tidak mengalami fosforilasi untuk menjadi aktif

Golongan obat :

- Nevarapin
- Delavirdin
- Efavirenz

d. Protease Inhibitor (PI)


Cara kerja :
- Berikatan secara reversible dengan situs aktif HIV- Protease.

11
- Menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida pre kursor virus oleh enzim
protease sehingga menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel
virus yang imatur dan tidak irulen.

Golongan obat :

- Sakuinavir
- Ritonavir
- Indinavir
- Nelfinavir
- Amprenavir
- Lopinavir
- Atazanavir

e. Viral Entry Inhibitor


Cara kerja :
- Menghambat fusi virus ke sel
- Menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4

Golongan obat :

- enfuvirtid

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan
HIV (Human Immunodeviciency Syndrome), yaitu sebuah penyakit yang secara perlahan
akan merusak kekebalan tubuh seseorang sehingga seseorang yang terjangkit HIV akan
mudah terinfeksi, dan sakit yang tak kunjung sembuh.Salah satu cara untuk mencegah
penurunan limfosit CD4 adalah dengan pemberian terapi Anti Retro Viral (ARV). Terapi
ARV sangat bermanfaat dalam menurunkan jumlah HIV dalam tubuh. Setelah pemberian
obat antiretroviral selama 6 bulan biasanya dapat dicapai jumlah virus yang tak terdeteksi
dan jumlah limfosit CD4 meningkat. Akibatnya resiko terjadinya infeksi oportunistik
menurun dan kualitas hidup penderita meningkat (Djauzi & Djoerban,2007).Tes HIV
terdiri atas beragam jenis dan tidak ada tes HIV yang sempurna. Karena itu, terkadang
perlu dilakukan beberapa tes atau pengulangan terhadap tes untuk memastikan diagnosis.

3.2. Saran
Diharapkan para tenaga keperawatan dapat meningkatkan pendidikan kesehatan tentang
HIV/AIDS bukan hanya dikalangan remaja tetapi sebaiknya pada semua usia dengan
mnggunakan metode dan media health education yang lebih menarik, serta mampu
memvasilitasi masyarakat untuk melakukan promosi pencgahan HIV/AIDS.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anisa.2016.”MAKALAH PENULARAN DAN PENCEGAHAN HIV/AIDS “.


http://vao07.blogspot.com/2016/07/makalah-penularan-dan-pencegahan-hivaids.html.Diakses
pada tanggal 27 September 2020.

Brenda.2015. “ CARA KERJA ANTI RETRO VIRAL”.


https://www.slideshare.net/brendaruthp1/cara-kerja-anti-retro-viral . Diakses pada tanggal 27
September 2020

Tjin. 2018 “Tes HIV dan Hal-hal Penting yang Ada di Dalamnya.
https://www.alodokter.com/tes-hiv-dan-hal-hal-penting-yang-ada-di-dalamnya#:~:text=Ada
%20tiga%20jenis%20utama%20tes,enzyme%2Dlinked%20immunosorbent%20assay). Diakses
tanggal 27 September 2020

Unand.2018. “ ARV”. http://repo.unand.ac.id/348/3/bab%25201.pdf. Diakses pata tanggal 27


September 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai