Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULER TETRALOGI FALLOT

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI TETRALOGY OF FALLOT (TOF)
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.
Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang
dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel)
dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan
A.I, 2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi
sebagai berikut:

Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF


1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
2. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyakit jantung bawaan tidak diketahui secar pasti ,
diduga karena adanya factor endogen dan eksogen. Factor- factor tersebut antara
lain :
- Factor endogen
 Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
 Anak yang ahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
 Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitu,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
- Faktor eksogen
 Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat tanpa resep dokter
 Ibu menderita penyakit : rubella
 Pajanan terhadap sinar-X

3. MANIFESTASI KLINIS
- Sianosis
Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan  hipertropi
infundibulum meningkat  obstruksi meningkat disertai pertumbuhan yang
semakin meningkat  sianosis.
- Dispnea
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.
- Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia
biru)
Semakin bertambah usia, sianosis bertambah berat  umum pada pagi
hari.
- Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pada pertambahan tinggi badan terutama pada anak,
keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal, pertumbuhan otot-otot dari
jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak, masa pubertas terlambat.
- Denyut pembuluh darah normal
Jantung baisanya dalam ukuran normal, apeks jantung jela sterlihat,
suatu getaran sistolis dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang dada,
pada celah parasternal 3 dan 4.
- Bising sistolik
Terdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas, tetai intensita
sterbesar pada tepi kiri tulang dada.

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit
(Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien
dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi (Samik Wahab, 1996).
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P
pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui
defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari
dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya
penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan,
dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996).

5. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan definitif Tetralogy of Fallot adalah operasi untuk


reparasi kelainan anatomi dan memperbaiki aliran darah menuju paru. Tata
laksana pada saat pasien mengalami serangan hipersianotik blue spell atau tet
spell antara lain:
- Posisikan pasien terutama bayi pada abdomen dengan postur lutut ditekuk
ke dada (knee-chest position)
- Pemberian oksigen akan membantu mengurangi beban jantung, walaupun
sianosis adalah akibat pirai jantung kanan ke kiri
- Pemberian morfin subkutan dengan dosis tidak melebihi 0,2 mg/kgBB
pada bayi
- Asidosis metabolik dapat terjadi. Koreksi asidosis metabolik dengan
bikarbonat bila pasien kurang respon dengan terapi
- Pemberian fenilefrin intravena dapat meningkatkan resistensi vaskular dan
memperbaiki keluaran ventrikel kanan
- Pada neonatus yang tetap mengalami sianotik, diberikan prostaglandin E1
(0.01-0.20 μg/kgBB/menit) agar duktus arteriosus tetap terbuka untuk
memperbaiki aliran darah ke paru.

2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
- Biodata
Meliputi identitas klien dan penanggung jawab yang terdiri dari nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan
penderita, suku, alamat
- Keluhan utama
Klien atau keluarga klien biasanya mengeluh klien mengalami serangan
sianotik mendadak ditandai dengan dyspnea, nafas cepat dan dalam,
lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma
- Riwayat penyakit sekarang
Klien tampak biru (sianosis) setelah tumbuh sianosis ini menyeluruh pada
mukosa bibir, lidah, konjungtiva. Sianosis juga timbul pada saat
menangis, makan dan pada saat pasien tegang. Dyspnea biasanya
menyertai aktivitas makan, menangis atau tegang/stress. Klien akan sering
squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah jalan beberapa
lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan
kembali. Pertumbuhan dan erkembangan tidak sesuai dengan usia.
- Riwayat penyakit dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita yang dapat menyebabkan
terjadinya TOF, seperti anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit
jantung bawaan.
- Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti penyakit SLE, diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung kongenital pada keluarga baik
dengan abnormalitas kromosom misalnya sindrom down maupun tidak,
atau kelainan bawaan. Riwayat selama periode antenatal (kehamilan) ibu,
seperti sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat tanpa
resep dokter, jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan
minum alcohol selama hamil. Adanya kemungkinan menderita penyakit
infeksi seperti penyakit rubella (campak jerman) pada ibu.
- Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Virginia Henderson)
a. Pola respirasi
Kaji adanya dyspnea, napas cepat dan dalam, klien
sering berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali
b. Pola nutisi
Kaji adanya anoreksia, gangguan pada pertumbuhan
tinggi badab pada anak dikarenakan keadaan gizi
kurang dari kebutuhan normal, berat badan menurun,
pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan
usia klien
c. Pola eliminasi
Kaji adanya perubahan dalam eliminasi urin dan
defekasi
d. Pola aktivitas
Kaji adanya kelelahan dan dyspnea karena hal ini
sering terjadi bila klien melakukan aktivitas fisik
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Kaji adanya gangguan istirahat tidur seperti keluhan
insomnia, hal ini dikarenakan adanya dyspnea
paroxysmal
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kaji adanya keluhan nyeri dada
- Kebutuhan personal hygiene
Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene
berkaitan dengan kelemahan yang dialami
- Mempertahankan temperature tubuh
Kaji pengetahuan klien dan keluarga mengenai teknik mempertahankan
temperature tubuh dan mengatasi masalah demam yang mungkin terjadi
- Pola komunikasi dan social
Kaji kemampuan klien dalam bersosialisasi dan kaji perubahan yang
terjadi akibat perasaan rendah diri akibat diasingkan oleh lingkungan
sekitar
- Kebutuhan bekerja
Kaji perubahan yang dialami klien selama bekerja berupa keterbatasan
dalam melakukan aktivitas
- Kebutuhan bermain/rekreasi
Kaji adanya perubahan dalam bermain/berekreasi dan bagaimana cara
klien dan keluarga memodifikasi lingkungan menjadi nyaman.
- Kebutuhan berpakaian
Kaji adanya perubahan cara berpakaian klien dan bagaimana cara klien
berpakaian untuk mengatasi sianosis dan dyspnea yang terjadi.
- Kebutuhan belajar
Kaji pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita
oleh klien.
- Kebutuhan spiritual
Kaji adanya perubahan dalam beribadah dan bagaimana pandangan
klien terthadap penyakit yang dialami dan bagaimana cara klien
menyikapinya.
- Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianosis, bayi
tampak biru setelah tumbuh. Sianosis ini menyeluruh atau pada
membran mukosa bibir, lidah dan konjungtiva.
2) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
3) Serangan sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan
dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
4) Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali
5) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
6) Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik.
7) Pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan
lunak.
b. Palpasi :
pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak,
hypertropi otot.
c. Perkusi: Jantung biasanya dalam ukuran normal, apeks jantung jelas
terlihat, suatu getaran sistolis dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang
dada, pada celah parasternal 3 dan 4.
d. Auskultasi:
1) Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi.
2) Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural
jantung.
 Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2
terhadap kebutuhan tubuh.
 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi
tidak adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
 Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

3. RENCANA INTERVENSI
B. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam
aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 –
2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji frekuensi nadi,  Memonitor adanya perubahan
RR, TD secara teratur sirkulasi jantung sedini mungkin.
setiap 4 jam.  Mengetahui adanya perubahan
 Catat bunyi jantung. irama jantung.
 Kaji perubahan warna  Pucat menunjukkan adanya
kulit terhadap sianosis dan penurunan perfusi perifer terhadap
pucat. tidak adekuatnya curah jantung.
Sianosis terjadi sebagai akibat adanya
obstruksi aliran darah pada ventrikel.
 Pantau intake dan  Ginjal berespon untuk
output setiap 24 jam. menurunkna curah jantung dengan
 Batasi aktifitas secara menahan produksi cairan dan
adekuat. natrium.
 Istirahat memadai diperlukan
untuk memperbaiki efisiensi
 Berikan kondisi kontraksi jantung dan menurunkan
psikologis lingkungan yang komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
tenang.  Stres emosi menghasilkan
vasokontriksi yangmeningkatkan TD
dan meningkatkan kerja jantung.

C. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan


tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan,
istirahat tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
 Ikuti pola istirahat  Menghindari gangguan pada
pasien, hindari pemberian istirahat tidur pasien sehingga
intervensi pada saat kebutuhan energi dapat dibatasi untuk
istirahat. aktifitas lain yang lebih penting.
 Lakukan perawatan  Meningkatkan kebutuhan
dengan cepat, hindari istirahat pasien dan menghemat
pengeluaran energi berlebih energi paisen.
dari pasien.
 Bantu pasien memilih  Menghindarkan psien dari
kegiatan yang tidak kegiatna yang melelahkan dan
melelahkan. meningkatkan beban kerja jantung.
 Perubahan suhu lingkungna
 Hindari perubahan yang mendadak merangsang
suhu lingkungan yang kebutuhan akan oksigen yang
mendadak. meningkat.
 Kecemasan meningkatkan
 Kurangi kecemasan respon psikologis yang merangsang
pasien dengan memberi peningkatan kortisol dan
penjelasan yang dibutuhkan meningkatkan suplai O2.
pasien dan keluarga.  Stres dan kecemasan
 Respon perubahan berpengaruh terhadap kebutuhan O2
keadaan psikologis pasien jaringan.
(menangis, murung dll)
dengan baik.

D. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,


kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perembangan dapat mengikuti kurca tumbuh
kembang sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
 Sediakan kebutuhan  Menunjang kebutuhan nutrisi
nutrisi adekuat. pada masa pertumbuhan dan
perkembangan serta meningkatkan
daya tahan tubuh.
 Monitor BB/TB, buat  Sebagai monitor terhadap
catatan khusus sebagai keadaan pertumbuhan dan keadaan
monitor. gizi pasien selama dirawat.
 Kolaborasi intake Fe  Mencegah terjadinya anemia
dalam nutrisi. sedini mungkin sebagi akibat
penurunan kardiak output.

E. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.


Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji tanda vital dan  Memonitor gejala dan tanda
tanda – tanda infeksi umum infeksi sedini mungkin.
lainnya.  Menghindarkan pasien dari
 Hindari kontak dengan kemungkinan terkena infeksi dari
sumber infeksi. sumber yang dapat dihindari.
 Sediakan waktu  Istirahat adekuat membantu
istirahat yang adekuat. meningkatkan keadaan umum pasien.
 Sediakan kebutuhan  Nutrisi adekuat menunjang daya
nutrisi yang adekuat sesuai tahan tubuh pasien yang optimal.
kebutuhan.

4.Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi masalah
pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai rencana yang sudah dilakukan,
teknik dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon dari pasien (bararah & jauhar, 2013).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai
setelah proses implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan dan kriteria hasil evaluasi yang telah diharapkan dapat
terapai. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan di dokumentasikan
dalam soap (subjektif, objektif, assesment, planing ). (bararah & jauhar,
2013).
A. Subjektif yaitu respon evaluasi tertutup yang tampak hanya pada
pasien yang mengalami dan hanya dapat dijelaskan serta diverifikasi oleh
pasien tersebut. Pada pasien hiv/aids dengan defisit nutrisi diharapkan
pasien mengatakan tidak cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri
abdomen menurun, nafsu makan meningkat.
B. Objektif yaitu respon evaluasi yang dapat dideteksi, diukur, dan
diperiksa menurut standar yang diterima melalui pengamatan, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan medis lainnya. Pada pasien hiv/aids dengan defisit
nutrisi diharapkan berat badan tidak menurun, bising usus normal, otot
pengunyah normal, otot menelan normal, membran mukosa tidak pucat
lagi, sariawan menurun, serum albumin normal (3,5-4,5 mg/dl), diare
menurun.
C. Assessment adalah proses evaluasi untuk menentukan telah
tercapainya hasil yang diharapkan. Ketika menentukan apakah hasil telah
tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan yaitu tujuan
tercapai, tujuan tercapai sebagian, tujuan tidak tercapai.
D. Planning adalah penilaian tentang pencapaian tujuan untuk
menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
assessment
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN

Tetralogi fallot (tof) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung
bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium dan duktus
arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan,
diantara penyakit jantung bawaan sianotik tetralogi fallot merupakan 2/3 nya.
Tetralogy fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan
yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.

3.2. SARAN
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh pembaca sesuai dengan
keperluannya dan kami menerima saran dan kritik dari semua pihak atas kesalahan
dan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini demi perbaikan makalah kami
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku


Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse,
Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
3. Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of
Pediatrics Edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
4. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
5. Wong and Whaley’s (1996), Clinical Manual of
Pediatrics Nursing 4th Edition, Mosby-Year Book, St.Louis, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai