STEP 1
- Resusitasi : tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum, pemulihan
kehidupan pada seseorang yang tampaknya meninggal meliputi pemulihan tanda
vital sign ,asfiksia gagalnya paru dalam kemampuan pertukaran oksigen
SKOR APGAR
klinis
detak jantung
tidak ada
< 100x/menit
>100x/menit
pernapasan
tidak ada
tidak teratur
tangis kuat
menyeringai
batuk/bersin
tonus
lunglai
warna kulit
biru/pucat
tubuh merah
ekstremitas biru
merah seluruh
tubuh
- Skor ballard : penilaian maturasi bayi baru lahir , dinilai dari masa gestasi berbanding
dengan BBL dilihat fisik eksternal : skin,lanugo, payudara, mata telinga dan
neuromuskular: refleks, fleksi atau gak
- Skor dubowitz :
Learning Issue
- ASFIKSIA NEONATORUM
1. Definisi
keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara teratur dan spontan setelah lahir
sehingga dapat menyebabkan tumbuh kembang bayi yang tidak optimal karena
kekuranganasupan O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2,
pada janin yang dapat mengakibatkan hipoxia janin.
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan
PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO 2 meningkat) dan
asidosis.
Etiologi
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan<
g. trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.
Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi
darah ke uri.
Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps
Trauma dari dalam : akibat obet bius.
Penyebab asfiksia Stright (2004)
1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan,
obat-obatan iinfeksi.
2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.
3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta.
4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir
dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi
karena :
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu
secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan
janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah
intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia
diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru
dan lain-lain.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIK
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.
DIAGNOSIS
Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Klinis
Detak jantung
Tidak ada
>100x/menit
Pernafasan
Tidak ada
Tak teratur
Tangis kuat
Tidak ada
Menyeringai
Batuk/bersin
Tonus otot
Lunglai
Fleksi ekstrimitas
(lemah)
Fleksi kuat
gerak aktif
Warna kulit
Biru pucat
Tubuh merah
ekstrimitas biru
Merah seluruh
tubuh
USG kepala
Penyulit
Meliputi berbagai organ yaitu :
-
Hematologi : DIC
PENATALAKSANAAN
Resusitasi
Terapi medikamentosa :
Epinefrin :
Indikasi :
Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
Asistolik.
Dosis :
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB)
Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi
tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis :
Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan
kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara :
Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan
secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO 2 dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak.
Nalokson :
Jaga kehangatan.
Resusitasi
Terapi medikamentosa :
Epinefrin :
Indikasi :
-
Asistolik.
Dosis :
-
Volume ekspander :
Indikasi :
-
Jenis cairan :
-
Dosis :
-
Bikarbonat :
Indikasi :
-
Efek samping :
Nalokson :
-
Indikasi :
-
Suportif
Jaga kehangatan.
ag
an Resusistasi neonatus
KOMPLIKASI
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam
otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan
kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsy dan bodoh
pada masa mendatang.
1 Skor BALLAD dan Skor DUBOWITZ
- BBLR
BBLR
DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR (3).
(1) Faktor ibu
a. Penyakit
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia <>
d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan
kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan
tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun
KLASIFIKASI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi
prematuritas murni dan dismaturitas. Prematuritas murni, yaitu bayi
dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (berat badan terletak
antara persentil ke-10 sampai persentil ke-90) pada grafik pertumbuhan
intrauterin. Dismaturitas, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan yangseharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat
badan di bawah persentil ke- 10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
a. Bayi prematuritas murni (prematur) atau bayi sesuai masa kehamilan
(SMK).
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui pengelolaan yang optimal
dan dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang
canggih, beberapa sangguan yang berhubungan dengan prematuritas dan
dapatdiobati, sehingga ejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari
dapat dicegah atau dikurangi. Bayi prematuritas murni digolongkan dalam
tiga kelompok, yaitu:
1
1) Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasanya disebut neonates kurang bulansesuai
untuk masa kehamilan (NKBSMK). Di Indonesia (RSCM Jakarta),
kejadian bayi premature berkisar antara 2224% dari semua bayi yang
dilahirkan 1 tahun. Menurut besarnya angka prematuritas ini, bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
Faktor ibu
penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilannya misalnya
pendarahan antepartum,dll. Kemudian ada faktor usia ibu, misalnya faktor
terbanyak karena usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang
jarak kehamilannya terlalu dekat. Selain itu ada Keadaan socialekonomi
misalnya bagi keluarga yang sosioekonominya rendah maka angka
kejadian prematuritasnya meningkat.
Faktor janin
hidramnion, dan kembar umumnya akan menyebabkan lahir bayi BBLR
Selain penyebab yang telah dijelaskan diatas ada lagi karakter klinisnya
yaitu tergantung dari maturitasnya atau lamanya masa gestasi. Dikatakan
BBLR jika BB kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari sama
dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm. pemeriksaannya pada telinga, mamma, kelamin, telapak kaki,
reaksi pupil, reflek glabela, reflek tarik, neck tighting, head to ear
manuever, scarf manneuver (oleh Monintja).
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa
gestasi bayi itu (Kecil Masa Kehamilan). Dismaturitas dapat terjadi
pada preterm, term, post term (postmatur). Nama lain yang sering
digunakan adalah kecil untuk masa kehamilan (KMK), insufisiensi
plasenta. Penyebab dari dismaturitas ialah keadaan yang menggangu
pertukaran zat antara ibu dan janin. Seperti yang telah dijelaskan tadi klo
dismaturitas ini bisa terjadi pada preterm, term, post term
(postmatur), jika terjadi pada preterm biasanya terlihat gejala BB kurang
dari 2500 gram, karakteristik fifiknya sama kaya prematuritas dan
mungkin ditambah retardasi pertumbuhan dan wasting atau singkatnya :
premature + retardasi pertumbuhan dan wasting.
Dismature :
Komplikasi dismaturitasnya bisa berupa : Kesulitan pernapasan yang
sering diderita pada bayi itu biasanya Sindrom aspirasi mekonium
,Hipoglikemia simtomatik, Asfiksia neonatorum,Penyakit membran hialin,
Hiperbilirubinemia
Penatalaksanaan : biasanya bayi dismaturitas inin tampak haus dan
harus diberikan makanan dini atau Early feeding , awasi pernafasan ;
sebaiknya setiap jam, jika frekuensinya lebih dari 60x lakukanlah fto
thoraks,dan waspada infeksi
Premature :
Membran
hialin,
perdarahan
intraventrikuler,
pneumonia
aspirasi,hiperbilirubinemia, fibroplasia rental
Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan :
a. Berat badan
1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 1500 gram.
3) Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang baru lahir
dengan berat badan 1501-2500 gram.
b. Umur kehamilan atau masa gestasi
1) Preterm infant atau bayi prematur adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan tidak mencapai 37 minggu.
2) Term infant atau bayi cukup bulan (mature atau aterm) adalah bayi
yang lahir pada umur kehamilan 37-42 minggu.
3) Postterm infant atau bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan sesudah 42 minggu.
c. Umur kehamilan dan berat badan
1) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau dalam bahasa Inggris
disebut small-for-gestational-age (SGA) atau small-for-date (SFD), yaitu
bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauteri dengan
berat badan terletak di bawah persentil ke-10 dalam grafik
pertumbuhan intrauterin.
2) Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau dalam bahasa Inggris
disebut approptiate-for-gestational-age (AGA), yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan untuk masa kehamilan yang berat badannya
terletakantara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan
intrauterin.
3) Bayi besar untuk masa kehamilan atau dalam bahasa Inggris disebut
large-for-gestational-age (LGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
lebih besar untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak di atas
persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterin.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Prematuritas murni
1
BB < 2,5 kg
PB 45 cm
10
11
12
13
14
15
16
17
Dismaturitas
1
2
Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relative lebih panjang,
kulitnya longgar, kering seperti perkamen tetapi
belum terdapat noda mekonium.
Stadium kedua
Stadium ketiga
Stadium kedua + kulit yang berwarna kuning,
demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga
tanda anoksia intrauterine yang lama.
(3)
PENATALAKSAAN
2.6.1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 (3):
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2.6.2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan
pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah
dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya
naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):
a. Berat lahir 1750 2500 gram
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi
menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap,
tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan
IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung
:
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok
atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak),
berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian
menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan
kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
2.6.3 Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal (3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di
tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga
lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk
menyusui.
STEP 4
STEP 5
- Mengapa bayi tidak langsung menangis?
Salah satu penyebab bayi lahir tidak langsung menangis adalah kondisi
prematur. Kondisi kehamilan atau persalinan terntentu memang dapat
menerangkan penyebab mengapa bayi tidak langsung menangis.tidak langsung
menangis setelah lahir, biasanya mengalami kekurangan oksigen pad asaat
dalam kandungan, saat persalinan atau saat adaptasi, sehingga menimbulkan
keluhan, seperti refleks mengisap lemah dan bayi kurang aktif.
- Mengapa berat badan lahir 1900gr ?
- Mengapa didapatkan bayi asfiksia nenonatorum setelah resusitasi?
- Bagaimana Hubungan serotinus dengan BBLR ?
- Apakah ada hubungan SC dengan indikasi partus tak maju dengan keluhan bayi ?
10
12
14
16
19
22
24
Hati
11
Stlah lahir terjadi kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak
dan glikogen
Produksi panas
13
Bila suhu sekitar turun aktifitas otot, shivering, non shivering dan
thermogenesis (NST) pembakaran brown fat.
Keseimbangan asam-basa
15
pH darah waktu lahir rendah krn glikolisis anaerobik
Keseimbangan air dan fungsi ginjal
17
Bayi baru lahir banyak kadar air dan kadar natrium > kalium.
18
Fungsi ginjal blm sempurna : jmlh nefronmatur belum banyak, ada
ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal, renal blood flow kurang
Kelenjar endokrin
20
Uterus dpt hormon dari ibu
21
Bayi lahir kdng hormon masih berfungsi, kelenjar tiroidsudah sempurna.
Susunan saraf pusat
23
Stlh lahir jmlh cairan otak berkurang,lemak dan protein
bertambahmielinisasi bayi berumur 2 bulan
Imunoglobulin
25
Neonatus tdk ada sel plasma pada sumsum tulang dan lamina propria
ileum dan apendiks
26
Bayilahir hanya mendapat Ig G dari ibu mll plasenta
27
Bila ada virus,reaksi imunologi dapat terjadi dgn pembentukan sel plasma
dan IgA,IgG,IgM.
Periode embrionik
Pada periode ini terjadi pembentukan organ-organ.Gangguan
pertumbuhan pada periode ini dapat menyebabkan kelainan kongenital atau
abortus. Beberapa penyakit misalnya rubella yang diderita ibu pada periode
ini hampir selalu menyebabkan kelainan kongenital pada bayi. Demikian pula
pemakaian obat tertentu misalnya talidomide dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi sehingga terjadi fokomelia,amelia dll.
Periode parturien
Janin telah siap hidup di luar uterus. Untuk itu janin telah cukup
mendapat perlindungan untuk dapat melewati jalan lahir dengan aman.
Bahaya utama ialah hipoksia infeksi dan trauma kelahiran.
Periode neonatal
Dalam periode ini terjadi adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstra uterin. Misalnya oksigen yang semula diperoleh janin dari darah ibu
sekarang diperolehnya melalui pertukaran gas dalam paru. Demkian pula zat
makanan yang tadinya diperoleh melalui plasenta, sekarang harus
diperolehnya melalui absorbsi dari traktus digestivus.
1) Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasanya
disebut neonates kurang bulansesuai untuk masa kehamilan
(NKBSMK). Di Indonesia (RSCM Jakarta), kejadian bayi premature
berkisar antara 2224% dari semua bayi yang dilahirkan 1 tahun. Menurut
besarnya angka prematuritas ini, bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
Faktor ibu
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa
gestasi bayi itu (Kecil Masa Kehamilan). Dismaturitas dapat terjadi
pada preterm, term, post term (postmatur). Nama lain yang sering
digunakan adalah kecil untuk masa kehamilan (KMK), insufisiensi
plasenta. Penyebab dari dismaturitas ialah keadaan yang menggangu
pertukaran zat antara ibu dan janin. Seperti yang telah dijelaskan tadi klo
dismaturitas ini bisa terjadi pada preterm, term, post term
(postmatur), jika terjadi pada preterm biasanya terlihat gejala BB kurang
dari 2500 gram, karakteristik fifiknya sama kaya prematuritas dan
mungkin ditambah retardasi pertumbuhan dan wasting atau singkatnya :
premature + retardasi pertumbuhan dan wasting.
- Definisi prematur
- Bagaimana menilai taksiran maturitas?
- Bagaimana kecukupan gizi pada pertumbuhan dan prkembangan neonatus?
CAIRAN
Tabel 1 : Kebutuhan cairan inisial pada neonatus
Jumlah cairan (ml/kg BB/hari)
Berat badan
(kg)
< 24 jam
24-28 jam
> 48 jam
< 1,0
100 150
120 150
140 190
1,0 1,5
80 100
100 120
120 160
> 1,5
60 - 80
80 - 120
120 160
ELEKTROLIT
Tabel 2 : Kebutuhan elektrolit yang dianjurkan pada neonatus
Elektrolit
Kalium
14
Natrium
25
Klorida
15
Kalsium
34
Magnesium
0,3 0,5
Fosfor
1 2 mmol/kg
ENERGI
Umumnya bayi baru lahir untuk dapat tumbuh memerlukan kalori 50-60 kkal/kg
BB/hari
(to
weight-gain).
maintain
(2,3,7,8)
KARBOHIDRAT
weight)
dan
100-200
kkal/kg
BB/hari
(to
induce
(2,3,7,8)
PROTEIN
Pemberian protein biasanya dimulai dalam 48 jam pemberian nutrisi
parenteral dan diberikan dalam bentuk asam amino sintetik. Dosis yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :
1
(2,3,7,8)
Pemberian asam amino tidak boleh diberikan jika pemberian kalori dalam
bentuk glukosa < kal/kg BB/hari, karena penggunaan asam akan rendah
sehingga timbul asidosis dan hiperammonia.
LEMAK
Pemberian
mengandung
lemak
dapat
menggunakan
emulsi
lemak
10%
yang
g trigliserida dan
2 kkal/ml.
(2,3,7,8)
Sepsis
Hiperbilirubinemia
(2,3,7,8)
lemak.
(2,3,7,8)
Bayi cukup
bulan ( /kg
BB/hr)
Bayi kurang
bulan ( /kg
BB/hr)
Vitamin A
700 mcg
500 mcg
Vitamin E
7 mg
2,8 mcg
Vitamin K
200 mcg
80 mcg
Vitamin D
10 mcg
4 mcg
Thiamine (B1)
1,2 mg
0,35 mg
Riboflavin (B2)
1,4 mg
0,15 mg
Niacin
17 mg
6,8 mg
Piridoksin
1,0 mg
0,18 mg
80 mg
25 mg
Asam pantotenat
5,0 mg
2 mg
Sianokobalamin
1,0 mg
0,3 mcg
Folat
140 mg
56 mcg
100-200 mcg
400-600 mcg
10-20 mcg
20 mcg
2-10 mcg
2-10 mcg
0,14-0,2 mcg
0,14-0,2 mcg
1 mcg
1 mcg
3-5 mcg
3-5 mcg
Vitamin :
Unsur Kelumit :
Zinc
Copper (cupric sulfate)
Manganese sulfat
Kromium klorida
Flouride
Iodin
(Dikutip dari : 2,7)
Nutrien diberikan melalui vena perifer yang biasanya vena pada kaki atau
tangan. Osmolaritas cairan yang diberikan antara 300-900 mosm/L. Maksimum
konsentrasi dekstrose yang digunakan adalah 12,5%, asam amino 2% dan 400
mg/dl kalsium glukonas.
Prosedur pemberian NPT secara perifer :
1
Larutan asam amino, dekstrose dan lipid dapat diberikan perinfus melalui kateter
plastik (No. 22 atau 24 F) atau melalui wing needle.
Dekstrose dan asam amino dicampur pada botol yang sama, kemudian
dihubungkan dengan bagian bawah infus yang mempunyai filter berukuran
0,22 um.
Cairan lipid dihubungkan dengan infus diluar filter melalui bagian atas dari
T-connector atau Y-connector.
Infus set, termasuk tube dan jarum intravena harus diganti setiap 3 hari, kecuali
untuk lipid diganti setiap 24 jam. Sebaiknya jarum intravena dipindahkan ke
tempat lain setiap 48 jam. Cairan parenteral dan cairan lipid diganti setiap
hari.
(2,3,7,8)
NPT SENTRAL
Osmolaritas cairan yang digunakan dapat diatas 900 mosm/L, konsentrasi
dekstrose 15-25%.
(2,3,7,8)
Kateter dipasang pekutan atau melalui vena seksi. Pada BBLSR digunakan
kateter silastik yang paling kecil, yaitu No. 1, 9 F sedangkan untuk bayi yang
lebih besar digunakan No. 2, 7 F. Sebaiknya dihindari penggunaan kateter
double lumen yang lebih besar, karena berhubungan dengan sindroma Vena
Cava Superior dan erosi dinding pembuluh darah.
Sebaiknya hindari penggunaan keteter arteri umbikalis untuk infus NPT pada
BBLSR, karena hal ini menimbulkan kerugian berupa insiden trombosis tinggi,
tidak dapat digunakan untuk memperoleh sampel darah, biasanya tidak
diberikan nutrisi enteral selama terpasang kateter arteri umbilikal.
Cairan yang diberikan dengan infusion pump melalui penghubung Y atau T, sama
dengan pemberian perifer.
Karena tingginya resiko infeksi pada pemberian secara sentral, maka tidak boleh
digunakan untuk pengambilan darah, pemberian obat-obatan maupun
transfusi.
(2,3,7,8)