Anda di halaman 1dari 37

LBM 1 TUMBANG

BAYIKU LAHIR KECIL

STEP 1
- Resusitasi : tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum, pemulihan
kehidupan pada seseorang yang tampaknya meninggal meliputi pemulihan tanda
vital sign ,asfiksia gagalnya paru dalam kemampuan pertukaran oksigen

SKOR APGAR
klinis

detak jantung

tidak ada

< 100x/menit

>100x/menit

pernapasan

tidak ada

tidak teratur

tangis kuat

reflex waktu jalan tidak ada


napas dibersihkan

menyeringai

batuk/bersin

tonus

lunglai

fleksi ekstremitas fleksi kuat gerak


(lemas)
aktif

warna kulit

biru/pucat

tubuh merah
ekstremitas biru

merah seluruh
tubuh

1. asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )


memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian
oksigen terkendali karena selalu disertai asidosis maka perlu
diberikan natrium bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4ml/kgbb,
diberikan lewat vena umbilikalis
2. asfiksia ringan sedang ( nilai APGAR 4-6 )
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat
bernafas normal kembali
3. bayi normal/ sedikit asfiksia ( nilai APGAR 7-9 )
4. bayi normal dengan nilai APGAR 10

- Skor ballard : penilaian maturasi bayi baru lahir , dinilai dari masa gestasi berbanding
dengan BBL dilihat fisik eksternal : skin,lanugo, payudara, mata telinga dan
neuromuskular: refleks, fleksi atau gak
- Skor dubowitz :

Learning Issue
- ASFIKSIA NEONATORUM
1. Definisi

keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara teratur dan spontan setelah lahir
sehingga dapat menyebabkan tumbuh kembang bayi yang tidak optimal karena
kekuranganasupan O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2,
pada janin yang dapat mengakibatkan hipoxia janin.
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan
PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO 2 meningkat) dan
asidosis.
Etiologi
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum

e. Anemia berat
f. Cacat bawaan<
g. trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.
Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi
darah ke uri.
Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps
Trauma dari dalam : akibat obet bius.
Penyebab asfiksia Stright (2004)
1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan,
obat-obatan iinfeksi.
2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.
3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta.
4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.

Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri


dari:
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika
atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini
sering ditemukan pada :
-Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau
tetani uterus akibat penyakit atau obat.
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
- Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir
dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi
karena :
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu
secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan
janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah
intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia
diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru
dan lain-lain.
PATOFISIOLOGI

pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada


kondisi janin masa kehamilan dan persalinan.Proses kelahiran
sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi.Proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi primary
gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan
teratur.Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena
bayi dapat mengatasinya.asfiksia yang terjadi dimulai dengan
suatu periode apneu disertai dengan penurunan frekuensi jantung,
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping)
yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.Pada penderita
asfiksia berat , usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua.Pada tingkat ini
disamping bradikardia ditemukan pula penurunan tekanan darah.

Gangguan pertukaran gas dan transport O 2 sehingga penderita


kekurangan persediaan O2
dan kesulitan pengeluaran CO2 .
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung
dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversible atau
menetap, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala
sisa, ataupun kematian penderita. Pada tingkat permulaan ,
gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh ini
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila
keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi
metabolisme anaerobic berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam
organic yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan
terjadinya gangguan keseimbangan asam basa berupa asidosis
metabolik. Keadaan ini akan mengganggu fungsi organ tubuh,
sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskuler yang
ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut
jantung. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa penderita
asfiksia akan terlihat pentahapan proses kejadian :
1
2
3
4
5

Menurunnya kadar Pa O2 tubuh


Meningkatnya PCO2
Menurunnya pH darah
Dipakainya sumber glikogen tubuh
Gangguan sirkulasi darah
(Sumber : buku ajar IKA jilid 3 oleh staf pengajar IKA FK UI hal
1073-1076)

GEJALA KLINIK
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.

DIAGNOSIS
Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Klinis

Detak jantung

Tidak ada

< 100 x/menit

>100x/menit

Pernafasan

Tidak ada

Tak teratur

Tangis kuat

Refleks saat jalan nafas


dibersihkan

Tidak ada

Menyeringai

Batuk/bersin

Tonus otot

Lunglai

Fleksi ekstrimitas
(lemah)

Fleksi kuat
gerak aktif

Warna kulit

Biru pucat

Tubuh merah
ekstrimitas biru

Merah seluruh
tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia berat


Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi
baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
Pemeriksaan penunjang :
-

Foto polos dada

USG kepala

Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

Penyulit
Meliputi berbagai organ yaitu :
-

Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis


Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru

Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans

Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH

Hematologi : DIC

PENATALAKSANAAN

Resusitasi

Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)

Terapi medikamentosa :

Epinefrin :
Indikasi :
Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
Asistolik.
Dosis :
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB)
Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi
tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis :
Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan
kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara :
Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan
secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO 2 dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak.
Nalokson :

Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak


menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi
harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltibatiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau
s.c
Suportif

Jaga kehangatan.

Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.

Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang


dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
- Kompresi dada.
- Pengobatan

Resusitasi

Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat


bagan)

Terapi medikamentosa :

Epinefrin :
Indikasi :
-

Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak


30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan
dada.

Asistolik.

Dosis :
-

0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01


mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat
diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

Volume ekspander :
Indikasi :
-

Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami


hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.

Hipovolemia kemungkinan akibat adanya


perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat,
perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi
tidak memberikan respon yang adekuat.

Jenis cairan :
-

Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer


Laktat)

Transfusi darah golongan O negatif jika diduga


kehilangan darah banyak.

Dosis :
-

Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit.


Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis.

Bikarbonat :
Indikasi :
-

Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang


mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan
sirkulasi sudah baik.

Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis


metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan
pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.

Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1


ml/kg bb (8,4%)
Cara :
-

Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5%


sama banyak diberikan secara intravena dengan
kecepatan minimal 2 menit.

Efek samping :

Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2


dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.

Nalokson :
-

Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik


yang tidak menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum
diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.

Indikasi :
-

Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang


ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum
persalinan.

Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya


baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab
akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada
sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)


Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik
diberikan i.m atau s.c

Suportif

Jaga kehangatan.

Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.

Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan


elektrolit)

ag
an Resusistasi neonatus

KOMPLIKASI
1
2
3
4
5

menurunnya tekanan O2 arterial


meningkatnya tekanan CO2
turunnya pH darah
dipakainya simpanan glikogen tubuh untuk metabolisme
anerobik
terjadinya perubahan fungsi sistem kardiovaskular
Meliputi berbagai organ yaitu :

1
2
3
4
5

Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi


serebralis
Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada
neonatus, perdarahan paru, edema paru
Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
Hematologi : DIC

Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :


1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus,
sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak
yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi
miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung
akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga
penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada
anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal
diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam
otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan
kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsy dan bodoh
pada masa mendatang.
1 Skor BALLAD dan Skor DUBOWITZ

- BBLR
BBLR
DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR (3).
(1) Faktor ibu
a. Penyakit
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia <>
d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan
kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan
tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun
KLASIFIKASI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi
prematuritas murni dan dismaturitas. Prematuritas murni, yaitu bayi
dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (berat badan terletak
antara persentil ke-10 sampai persentil ke-90) pada grafik pertumbuhan
intrauterin. Dismaturitas, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan yangseharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat
badan di bawah persentil ke- 10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
a. Bayi prematuritas murni (prematur) atau bayi sesuai masa kehamilan
(SMK).

Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui pengelolaan yang optimal
dan dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang
canggih, beberapa sangguan yang berhubungan dengan prematuritas dan
dapatdiobati, sehingga ejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari
dapat dicegah atau dikurangi. Bayi prematuritas murni digolongkan dalam
tiga kelompok, yaitu:
1

Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu.


Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup
terutama di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi
dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan yang sangat intensif.
Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) :
31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh
lebih baikdari pada golongan pertama dan gejala sisa yang
dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan, asal saja
pengelolaan terhadap bayi inibenar-benar intensif.
Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini
mempunyaisifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya
seperti bayi matur dandikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering
timbul problematikaseperti yang dialami bayi prematur, misalnya
sindrom gangguanpernapasan, hiperbilirunemia, daya hisap yang
lemah dan sebagainya,sehingga bayi harus diawasi dengan
seksama.
diamaturitas bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya.

1) Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasanya disebut neonates kurang bulansesuai
untuk masa kehamilan (NKBSMK). Di Indonesia (RSCM Jakarta),
kejadian bayi premature berkisar antara 2224% dari semua bayi yang
dilahirkan 1 tahun. Menurut besarnya angka prematuritas ini, bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
Faktor ibu
penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilannya misalnya
pendarahan antepartum,dll. Kemudian ada faktor usia ibu, misalnya faktor
terbanyak karena usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang
jarak kehamilannya terlalu dekat. Selain itu ada Keadaan socialekonomi
misalnya bagi keluarga yang sosioekonominya rendah maka angka
kejadian prematuritasnya meningkat.
Faktor janin
hidramnion, dan kembar umumnya akan menyebabkan lahir bayi BBLR
Selain penyebab yang telah dijelaskan diatas ada lagi karakter klinisnya
yaitu tergantung dari maturitasnya atau lamanya masa gestasi. Dikatakan

BBLR jika BB kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari sama
dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm. pemeriksaannya pada telinga, mamma, kelamin, telapak kaki,
reaksi pupil, reflek glabela, reflek tarik, neck tighting, head to ear
manuever, scarf manneuver (oleh Monintja).

2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa
gestasi bayi itu (Kecil Masa Kehamilan). Dismaturitas dapat terjadi
pada preterm, term, post term (postmatur). Nama lain yang sering
digunakan adalah kecil untuk masa kehamilan (KMK), insufisiensi
plasenta. Penyebab dari dismaturitas ialah keadaan yang menggangu
pertukaran zat antara ibu dan janin. Seperti yang telah dijelaskan tadi klo
dismaturitas ini bisa terjadi pada preterm, term, post term
(postmatur), jika terjadi pada preterm biasanya terlihat gejala BB kurang
dari 2500 gram, karakteristik fifiknya sama kaya prematuritas dan
mungkin ditambah retardasi pertumbuhan dan wasting atau singkatnya :
premature + retardasi pertumbuhan dan wasting.
Dismature :
Komplikasi dismaturitasnya bisa berupa : Kesulitan pernapasan yang
sering diderita pada bayi itu biasanya Sindrom aspirasi mekonium
,Hipoglikemia simtomatik, Asfiksia neonatorum,Penyakit membran hialin,
Hiperbilirubinemia
Penatalaksanaan : biasanya bayi dismaturitas inin tampak haus dan
harus diberikan makanan dini atau Early feeding , awasi pernafasan ;
sebaiknya setiap jam, jika frekuensinya lebih dari 60x lakukanlah fto
thoraks,dan waspada infeksi
Premature :

Membran
hialin,
perdarahan
intraventrikuler,
pneumonia
aspirasi,hiperbilirubinemia, fibroplasia rental
Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan :
a. Berat badan

1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 1500 gram.
3) Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang baru lahir
dengan berat badan 1501-2500 gram.
b. Umur kehamilan atau masa gestasi
1) Preterm infant atau bayi prematur adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan tidak mencapai 37 minggu.
2) Term infant atau bayi cukup bulan (mature atau aterm) adalah bayi
yang lahir pada umur kehamilan 37-42 minggu.
3) Postterm infant atau bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan sesudah 42 minggu.
c. Umur kehamilan dan berat badan
1) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau dalam bahasa Inggris
disebut small-for-gestational-age (SGA) atau small-for-date (SFD), yaitu
bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauteri dengan
berat badan terletak di bawah persentil ke-10 dalam grafik
pertumbuhan intrauterin.
2) Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau dalam bahasa Inggris
disebut approptiate-for-gestational-age (AGA), yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan untuk masa kehamilan yang berat badannya
terletakantara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan
intrauterin.
3) Bayi besar untuk masa kehamilan atau dalam bahasa Inggris disebut
large-for-gestational-age (LGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
lebih besar untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak di atas
persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterin.

PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS

Prematuritas murni
1

BB < 2,5 kg

PB 45 cm

Lingkaran dada < 30 cm

Lingkaran kepala < 33 cm

Masa gestasi < 37 minggu

Kepala > badan

Kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak (soft hair), lemak


subkutan kurang.

Osifikasi tengkorak sedikit, ubun2 dan sutura lebar, genitalia


imatur.

Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia


minor belum tertutup oleh labia mayor.

10

Vasa kulit banyak terlihat dan peristaltic usus pun dapat


terlihat.

11

Rambut tipis, halus dan teranyam.

12

Tulang rawan dan daun telinga belum cukup sehingga


elastisitasnya masih kurang.

13

Jaringan mamae belum sempurna demikian pula putting susu


belum terbentuk dengan baik.

14

Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal (dekubitus lateral)


pergerakannya kurang dan masih lemah.

15

Bayi lebih banyak tidur.tangisannya lemah, nafas belum


teratur dan sering mendapat serangan apneu.

16

Otot masih hipotonik.

17

Reflek menelan, mengisap, dan batuk belum sempurna

Dismaturitas
1
2

Gejala fisis premature murni + retardasi pertumbuhan


dan wasting (condition where a person or a limb loses
weight and becomes thin)
Bayi dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dpt
dibagi dlm 3 stadium:
1

Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relative lebih panjang,
kulitnya longgar, kering seperti perkamen tetapi
belum terdapat noda mekonium.

Stadium kedua

Tanda stadium pertama + warna kehijauan pada


kulit, plasenta dan umbilicus. Disebabkan
mekonium yang tercampur dalam amnion yang
kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilicus
dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterine
3

Stadium ketiga
Stadium kedua + kulit yang berwarna kuning,
demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga
tanda anoksia intrauterine yang lama.

Gambaran klinik bayi prematur, yaitu:


1
Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3
Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4
Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
5
Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
6
Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
7
Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
8
Rambut lanugo masih banyak.
9
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
10
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehinggaseolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
11
Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
12
Alat kelamin bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang.Testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan
klitorismenonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
13
Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah
14
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan
reflekhisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan
tangisnyalemah.
15
Jaringan kelenjar mamae kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringanlemak masih kurang.
16
Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (8).
2.5.1 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk


menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya BBLR (3):
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat-obatan yang diminum selama hamil
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara
lain (3):
Berat badan <>
Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk
masa kehamilan).
2.5.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
Pemeriksaan skor ballard

(3)

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan


Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

PENATALAKSAAN
2.6.1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 (3):
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2.6.2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan

pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah
dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya
naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):
a. Berat lahir 1750 2500 gram
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi
menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap,
tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan
IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung
:
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok
atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak),
berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian
menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa

batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan
kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
2.6.3 Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal (3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di
tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga
lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk
menyusui.
STEP 4
STEP 5
- Mengapa bayi tidak langsung menangis?

Salah satu penyebab bayi lahir tidak langsung menangis adalah kondisi
prematur. Kondisi kehamilan atau persalinan terntentu memang dapat
menerangkan penyebab mengapa bayi tidak langsung menangis.tidak langsung
menangis setelah lahir, biasanya mengalami kekurangan oksigen pad asaat
dalam kandungan, saat persalinan atau saat adaptasi, sehingga menimbulkan
keluhan, seperti refleks mengisap lemah dan bayi kurang aktif.
- Mengapa berat badan lahir 1900gr ?
- Mengapa didapatkan bayi asfiksia nenonatorum setelah resusitasi?
- Bagaimana Hubungan serotinus dengan BBLR ?

- Apakah ada hubungan SC dengan indikasi partus tak maju dengan keluhan bayi ?

Menurut Towel (1996) penyebab kegagalan bernafas pada bayi dapat


disebabkan dari faktor ibu yaitu hipertensi dan preeklamsia dan faktor persalinan
karena partus lama dan tindakan sectio caesarea. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Milson (2002) pada penelitiannya tentang faktor resiko
asfiksia neonatorum pada penduduk perkotaan di Swedia bahwa Sectio
Caesarea dapat meningkatkan terjadinya asfiksia sebesar 8,7 kali sedangkan
menurut penelitian Chandra (1997) sectio caesarea dapat meningkatkan
terjadinya asfiksia sebesar 4,2 kali. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dewi dkk, 2005 di rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta
menyimpulkan bahwa cara persalinan Sectio Caesarea/SC dengan general
anestesi meningkatkan resiko terjadinya asfiksia neonatorum sebesar 5,32
kalisedangkan spinal anestesi sebesar 1,27 kali.
- Bagaimana indikasi dilakukan skor ballard dan dubowitz ?

Skor BALLAD dan Skor DUBOWITZ

- Bagaimana proses adaptasi intraunterin ke ekstra uterin kurang baik ?


1
Factor yang mempengaruhi perubahan fungsi
1
maturasi mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterine
ke ekstrauterin dan hal ini berhubungan erat dengan masa gestasi
dibandingkan berat badan lahir
2
adaptasi diperlukan oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam
lingkungan baru
3
toleransi misalnya keadaan hipoksia, kadar gula darah rendah, perubahan
pH darah yang dratis bias ditoleransi oleh fetus
2
Respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta, tapi setelah lahir perukaran gas melalui paru-paru. Rangsangan untuk
gerakan pernapasan
1
2

Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir


Penurunan paO2 dan kenaikan paCO2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus
3
Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan
napas
4
Refleks deflasi Hering Breur
Metabolisme
1
Pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat
2
Pada hari ke dua energi didapatkan dari pembakaran lemak
3
Lebih kurang pada hari keenam mendapat susu sehingga energi didapat
dari lemak 60 % dan 40% dari karbondioksiida
Jantung dan sirkulasi darah
5
Fetus dari plasenta mll vena umbilikalis
6
Lahirparu berkembang, tek arterii dlm paru menurun,tek jantung kiri >
tek jantung kanan shg foramen ovale menutup.
Traktus digestivus
8
Pd neonatus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan : mekonium
9
Keluar dlm 10jam pertama dan dlm 4hari tinja sdah berbentuk dan
berwarna biasa.

10
12
14
16

19
22
24

Hati
11

Stlah lahir terjadi kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak
dan glikogen
Produksi panas
13
Bila suhu sekitar turun aktifitas otot, shivering, non shivering dan
thermogenesis (NST) pembakaran brown fat.
Keseimbangan asam-basa
15
pH darah waktu lahir rendah krn glikolisis anaerobik
Keseimbangan air dan fungsi ginjal
17
Bayi baru lahir banyak kadar air dan kadar natrium > kalium.
18
Fungsi ginjal blm sempurna : jmlh nefronmatur belum banyak, ada
ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal, renal blood flow kurang
Kelenjar endokrin
20
Uterus dpt hormon dari ibu
21
Bayi lahir kdng hormon masih berfungsi, kelenjar tiroidsudah sempurna.
Susunan saraf pusat
23
Stlh lahir jmlh cairan otak berkurang,lemak dan protein
bertambahmielinisasi bayi berumur 2 bulan
Imunoglobulin
25
Neonatus tdk ada sel plasma pada sumsum tulang dan lamina propria
ileum dan apendiks
26
Bayilahir hanya mendapat Ig G dari ibu mll plasenta
27
Bila ada virus,reaksi imunologi dapat terjadi dgn pembentukan sel plasma
dan IgA,IgG,IgM.

- Periode pertumbuhan dan perkembangan pada janin?


- Apa yang dimaksud dengan gangguan pertumbuhan janin?
Pertumbuhan dan perkembangan janin
1

Periode embrionik
Pada periode ini terjadi pembentukan organ-organ.Gangguan
pertumbuhan pada periode ini dapat menyebabkan kelainan kongenital atau
abortus. Beberapa penyakit misalnya rubella yang diderita ibu pada periode
ini hampir selalu menyebabkan kelainan kongenital pada bayi. Demikian pula
pemakaian obat tertentu misalnya talidomide dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi sehingga terjadi fokomelia,amelia dll.

Periode janin dini


Pada periode ini implantasi hasil konsepsi pada dinding uterus telah
sempurna. Organogenesis telah selesai dan mulai terjadi akselerasi
pertumbuhan. Organ-oragan tubuh mulai berfungsi walaupun masih imatur.
Bahaya abortus berkurang.

Periode janin akhir


Terdapat pertumbuhan yang cepat dari tubuh sehingga di dapat
pertambahan berat badan maksimal. Dalam periode ini terjadi penyelesaian
persiapan untuk hidup di luar uterus. Bahaya utama ialah infeksi partus
prematuritas, dismaturitas asfiksia dan kematian janin intra uterin.

Periode parturien
Janin telah siap hidup di luar uterus. Untuk itu janin telah cukup
mendapat perlindungan untuk dapat melewati jalan lahir dengan aman.
Bahaya utama ialah hipoksia infeksi dan trauma kelahiran.

Periode neonatal
Dalam periode ini terjadi adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstra uterin. Misalnya oksigen yang semula diperoleh janin dari darah ibu

sekarang diperolehnya melalui pertukaran gas dalam paru. Demkian pula zat
makanan yang tadinya diperoleh melalui plasenta, sekarang harus
diperolehnya melalui absorbsi dari traktus digestivus.

- Apakah ada perbedaan prematuritas dan desmaturitas?

a. Bayi prematuritas murni (prematur) atau bayi sesuai masa kehamilan


(SMK).
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui pengelolaan yang optimal
dan dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang
canggih, beberapa sangguan yang berhubungan dengan prematuritas dan
dapatdiobati, sehingga ejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari
dapat dicegah atau dikurangi. Bayi prematuritas murni digolongkan dalam
tiga kelompok, yaitu:
1

Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu.


Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup
terutama di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi
dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan yang sangat intensif.
Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) :
31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh
lebih baikdari pada golongan pertama dan gejala sisa yang
dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan, asal saja
pengelolaan terhadap bayi inibenar-benar intensif.
Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini
mempunyaisifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya
seperti bayi matur dandikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering
timbul problematikaseperti yang dialami bayi prematur, misalnya
sindrom gangguanpernapasan, hiperbilirunemia, daya hisap yang
lemah dan sebagainya,sehingga bayi harus diawasi dengan
seksama.
diamaturitas bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya.

1) Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasanya
disebut neonates kurang bulansesuai untuk masa kehamilan
(NKBSMK). Di Indonesia (RSCM Jakarta), kejadian bayi premature
berkisar antara 2224% dari semua bayi yang dilahirkan 1 tahun. Menurut
besarnya angka prematuritas ini, bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
Faktor ibu

penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilannya misalnya


pendarahan antepartum,dll. Kemudian ada faktor usia ibu, misalnya faktor
terbanyak karena usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang
jarak kehamilannya terlalu dekat. Selain itu ada Keadaan socialekonomi
misalnya bagi keluarga yang sosioekonominya rendah maka angka
kejadian prematuritasnya meningkat.
Faktor janin
hidramnion, dan kembar umumnya akan menyebabkan lahir bayi BBLR
Selain penyebab yang telah dijelaskan diatas ada lagi karakter klinisnya
yaitu tergantung dari maturitasnya atau lamanya masa gestasi. Dikatakan
BBLR jika BB kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari sama
dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm. pemeriksaannya pada telinga, mamma, kelamin, telapak kaki,
reaksi pupil, reflek glabela, reflek tarik, neck tighting, head to ear
manuever, scarf manneuver (oleh Monintja).

2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa
gestasi bayi itu (Kecil Masa Kehamilan). Dismaturitas dapat terjadi
pada preterm, term, post term (postmatur). Nama lain yang sering
digunakan adalah kecil untuk masa kehamilan (KMK), insufisiensi
plasenta. Penyebab dari dismaturitas ialah keadaan yang menggangu
pertukaran zat antara ibu dan janin. Seperti yang telah dijelaskan tadi klo
dismaturitas ini bisa terjadi pada preterm, term, post term
(postmatur), jika terjadi pada preterm biasanya terlihat gejala BB kurang
dari 2500 gram, karakteristik fifiknya sama kaya prematuritas dan
mungkin ditambah retardasi pertumbuhan dan wasting atau singkatnya :
premature + retardasi pertumbuhan dan wasting.
- Definisi prematur
- Bagaimana menilai taksiran maturitas?
- Bagaimana kecukupan gizi pada pertumbuhan dan prkembangan neonatus?

CAIRAN
Tabel 1 : Kebutuhan cairan inisial pada neonatus
Jumlah cairan (ml/kg BB/hari)

Berat badan
(kg)

< 24 jam

24-28 jam

> 48 jam

< 1,0

100 150

120 150

140 190

1,0 1,5

80 100

100 120

120 160

> 1,5

60 - 80

80 - 120

120 160

(Dikutip dari : 2,7)

ELEKTROLIT
Tabel 2 : Kebutuhan elektrolit yang dianjurkan pada neonatus
Elektrolit

Dosisi harian yang dianjurkan


(meq/kg/BB)

Kalium

14

Natrium

25

Klorida

15

Kalsium

34

Magnesium

0,3 0,5

Fosfor

1 2 mmol/kg

(Dikutip dari : 2,7)

ENERGI
Umumnya bayi baru lahir untuk dapat tumbuh memerlukan kalori 50-60 kkal/kg
BB/hari

(to

weight-gain).

maintain
(2,3,7,8)

KARBOHIDRAT

weight)

dan

100-200

kkal/kg

BB/hari

(to

induce

Sumber utama karbohidrat berasal dari glukosa. Untuk mencegah


terjadinya hipoglikemia, kebutuhan yang diperlukan untuk bayi cukup bulan
adalah 6-8 mg/kg BB/menit dan bayi kurang bulan adalah 4 mg/kg BB/menit,
dapat ditingkatkan 0,5-1 mg/kg BB/menit setiap hari sampai 12-14 mg/kg
BB/menit dalam 5-7 hari. Kebutuhan akan meningkat pada keadaan stress
(misalnya : sepsis, hipotermia) atau bayi dengan ibu Diabetes Mellitus.

(2,3,7,8)

PROTEIN
Pemberian protein biasanya dimulai dalam 48 jam pemberian nutrisi
parenteral dan diberikan dalam bentuk asam amino sintetik. Dosis yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :
1

Neonatus dengan BB < 1000 g


Pemberian awal dengan 0,5-1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan lagi 0,250,5 g/kg BB/hari sampai mencapai 2,5-3,5 g/kg BB/hari dan asam amino 2-2,5
g/kg BB/hari.

Neonatus dengan BB > 1000 g


Pemberian awal dengan dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 1 g/kg
BB/hari sampai mencapai 1,5-3,5 g/kg BB/hari.

(2,3,7,8)

Pemberian asam amino tidak boleh diberikan jika pemberian kalori dalam
bentuk glukosa < kal/kg BB/hari, karena penggunaan asam akan rendah
sehingga timbul asidosis dan hiperammonia.
LEMAK
Pemberian
mengandung

lemak

dapat

menggunakan

emulsi

lemak

10%

yang

10 g trigliserida dan 1,1 kkal/ml atau 20% yang mengandung 20

g trigliserida dan

2 kkal/ml.

(2,3,7,8)

Kebutuhan lemak pada pemberian NPT adalah sebagai berikut :


1

Nonatus dengan BB < 1000 g


Pemberian awal 0,5 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 0,25-0,5 g/kg
BB/hari sampai mencapai 2-2,5 g/kg BB/hari.

Neonatus dengan BB > 1000 g


Pemberian awal di mulai dengan dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan
1 g/kg BB/hari sampai mencapai 3 g/kg BB/hari.

Pemberian emulsi lemak dimulai setelah pemberian dekstrosa dan asam


amino dapat di toleransi dengan baik oleh neonatus dan pemberian emulsi
lemak sebaiknya dalam 24 jam.
Untuk perkembangan otak diperlukan asam lemak rantai panjang seperti
asam linoleat dan asam arakhidonat. Pada bayi kurang bulan dan Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah (BBLSR) sering defisiensi asam lemak. Manifestasi klinis
defisiensi asam lemak antara lain : dermatitis, pertumbuhan rambut yang buruk,
trombositopenia, gagal tumbuh dan mudah terjadi infeksi.
Pada pemberian lemak, harus dilakukan monitoring terhadap kadar
trigliserida darah, pemberian harus dikurangi jika kadar trigliserida > 150 mg/dl.
Hati-hati pemberian lemak pada bayi dengan penyakit paru atau hati.
Pemberian infus lemak harus di hentikan, jika terjadi :
1

Sepsis

Trombositopenia (< 50.000/mm3)

Asidosis (pH < 7,25)

Hiperbilirubinemia

(2,3,7,8)

VITAMIN DAN UNSUR KELUMIT


Dapat diberikan multivitamin intravena yang berisi gabungan vitamin
yang larut dalam lemak dan air. Sediaan yang hanya larut dalam air, dapat
ditambahkan pada larutan glukosa dan yang larut dalam lemak, dapat
ditambahkan pada larutan

lemak.

(2,3,7,8)

Pemberian vitamin A dapat diberikan sejak awal, karena vitamin A penting


untuk pertumbuhan jaringan, sintesa protein, diferensiasi epitel dan juga diduga
dapat mengurangi insidensi displasia bronkopulmonal. Pemberian vitamin B12
setelah bayi berusia bayi berusia 1 bulan. (2,3,7,8)
Walaupun unsur kelumit didalam tubuh jumlahnya sangat sedikit (<
0,01%), tetapi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. The American
Society for Clinical Nutrition menganjurkan pemberian unsur kelumit setelah
pemberian NPT selama 4 minggu, tetapi seng (zinc) dapat diberikan lebih awal.
(2,3,7,8)

Tabel 3 : Komposisi Kebutuhan Vitamin & Unsur Kelumit


Komponen

Bayi cukup
bulan ( /kg
BB/hr)

Bayi kurang
bulan ( /kg
BB/hr)

Vitamin A

700 mcg

500 mcg

Vitamin E

7 mg

2,8 mcg

Vitamin K

200 mcg

80 mcg

Vitamin D

10 mcg

4 mcg

Thiamine (B1)

1,2 mg

0,35 mg

Riboflavin (B2)

1,4 mg

0,15 mg

Niacin

17 mg

6,8 mg

Piridoksin

1,0 mg

0,18 mg

Asam askorbat (C)

80 mg

25 mg

Asam pantotenat

5,0 mg

2 mg

Sianokobalamin

1,0 mg

0,3 mcg

Folat

140 mg

56 mcg

100-200 mcg

400-600 mcg

10-20 mcg

20 mcg

2-10 mcg

2-10 mcg

0,14-0,2 mcg

0,14-0,2 mcg

1 mcg

1 mcg

3-5 mcg

3-5 mcg

Vitamin :

Unsur Kelumit :
Zinc
Copper (cupric sulfate)
Manganese sulfat
Kromium klorida
Flouride
Iodin
(Dikutip dari : 2,7)

PROSEDUR PEMBERIAN Nutrisi Parenteral Total (NPT)


NPT PERIFER

Nutrien diberikan melalui vena perifer yang biasanya vena pada kaki atau
tangan. Osmolaritas cairan yang diberikan antara 300-900 mosm/L. Maksimum
konsentrasi dekstrose yang digunakan adalah 12,5%, asam amino 2% dan 400
mg/dl kalsium glukonas.
Prosedur pemberian NPT secara perifer :
1

Larutan asam amino, dekstrose dan lipid dapat diberikan perinfus melalui kateter
plastik (No. 22 atau 24 F) atau melalui wing needle.

Dekstrose dan asam amino dicampur pada botol yang sama, kemudian
dihubungkan dengan bagian bawah infus yang mempunyai filter berukuran
0,22 um.

Cairan lipid dihubungkan dengan infus diluar filter melalui bagian atas dari
T-connector atau Y-connector.

Infusion pump dibutuhkan untuk mempertahankan tetesan cairan infus agar


tetap konstan.

Infus set, termasuk tube dan jarum intravena harus diganti setiap 3 hari, kecuali
untuk lipid diganti setiap 24 jam. Sebaiknya jarum intravena dipindahkan ke
tempat lain setiap 48 jam. Cairan parenteral dan cairan lipid diganti setiap
hari.

Obat-obatan tidak boleh melalui cairan NPT. Obat-obatan diberikan setelah


kateter dibilas dengan NaCl dan melalui cairan intravena.

Semua cairan infus disipakan oleh bagian farmasi.

Dapat ditambahkan mineral, vitamin dan unsur kelumit.

Dapat digunakan emulsi lemak 10 atau 20%

(2,3,7,8)

NPT SENTRAL
Osmolaritas cairan yang digunakan dapat diatas 900 mosm/L, konsentrasi
dekstrose 15-25%.

(2,3,7,8)

Prosedur pemberian NPT sentral :


1

Kateter dipasang pekutan atau melalui vena seksi. Pada BBLSR digunakan
kateter silastik yang paling kecil, yaitu No. 1, 9 F sedangkan untuk bayi yang
lebih besar digunakan No. 2, 7 F. Sebaiknya dihindari penggunaan kateter
double lumen yang lebih besar, karena berhubungan dengan sindroma Vena
Cava Superior dan erosi dinding pembuluh darah.

Kateter dapat dimasukkan melalui V. Antekubiti, V. Saphena, V. Jugularis interna


dan eksterna, V. Subkalvia atau yang lebih jarang melalui V. Umbikalis atau
fermoralis. Kateter harus diarahkan sedemikian rupa sehingga ujungnya
terletak pada sambungan antara atrium kanan dan V. Cava superior/inferior.

Sebaiknya hindari penggunaan keteter arteri umbikalis untuk infus NPT pada
BBLSR, karena hal ini menimbulkan kerugian berupa insiden trombosis tinggi,
tidak dapat digunakan untuk memperoleh sampel darah, biasanya tidak
diberikan nutrisi enteral selama terpasang kateter arteri umbilikal.

Cairan yang diberikan dengan infusion pump melalui penghubung Y atau T, sama
dengan pemberian perifer.

Karena tingginya resiko infeksi pada pemberian secara sentral, maka tidak boleh
digunakan untuk pengambilan darah, pemberian obat-obatan maupun
transfusi.

Semua cairan disiapkan di bagian farmasi.

Heparin ditambahkan dengan konsentrasi 0,5 u/ml cairan

(2,3,7,8)

- Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur atau BBLR dengan


problema yang alami (pramatur bukan karena suatu penyakit) ?

Anda mungkin juga menyukai