Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BY. NY.S DENGAN ASFIKSIA DI RUANG


PERINATOLOGI RSUD SAWAHLUNTO

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2


ANAS RIZAL, S.Kep NEVI GUSNITA, S.Kep
DEVITA AMILYA SARI, S.Kep RISKA MULIA, S.Kep
ELZA ROZA LINDA, S.Kep VOLITA, S.Kep
EVIA MUZEINA, S.Kep WIRA IRNINGSIH, S.Kep
LIA AFRIANTY, S.Kep YULIANDA MARTHASA PUTRI,
LIANA AGUSTIN YURI, S.Kep S.Kep

CI AKADEMIK CI KLINIK

(Ns. Ade Sriwahyuni SY, S.Kep, MNS) (Tirta Sari, S.Kp, M.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES YARSI


SUMBAR BUKITTINGGI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Pengertian
1 Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.
2 Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba,
1998)
3 Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
4 Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
(Saiffudin, 2001)
5 Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia
(peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
B. Penyebab/etiologi
1 Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
b. Keracunan CO
c. Hipotensi akibat perdarahan
d. Gangguan kontraksi uterus
e. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
f. Hipertensi pada penyakit eklampsia
2 Faktor plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tidak menempel
d. Solusio plasenta
e. Perdarahan plasenta
3 Faktor fetus
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat menumbung
c. Tali pusat melilit leher
d. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
4 Faktor neonatus
a. Prematur
b. Kelainan kongential
c. Pemakaian obat anestesi
d. Trauma yang terjadi akibat persalinan

C. Gejala Klinis
a. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100
x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
1 Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
2 Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
3 Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
b. Pada bayi setelah lahir
1 Bayi pucat dan kebiru-biruan
2 Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3 Hipoksia
4 Asidosis metabolik atau respirator
5 Perubahan fungsi jantung
6 Kegagalan sistem multiorgan
c. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik :
kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
d. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari
100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan.

D. Klasifikasi
1 Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
a. Asfiksia livida (biru)
b. Asfiksia pallida (putih)
2 Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
E. Prognosis
1. Asfiksia ringan/normal : Baik
2. Asfiksia Sedang : Tergantung kescepatan penatalaksanaan bila
cepat prognosa baik.
3. Asfiksia berat : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari
pertama, atau kelainan syaraf permanen.
Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan
kelainanneurologis yang permanen misalnya cerebral palsy, mental retardation.
F. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia
berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang
tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan
pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
G. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a) Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
b) Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct)
karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c) Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d) Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
2. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a) pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
b) pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO 2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
c) pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
d) HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
3. Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a) Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b) Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c) Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4. Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
H. Therapy/Tindakan Penanganan
1. Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru
tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi
:
a) Memastikan saluran nafas terbuka :
1) Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
2) Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
3) Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
b) Memulai pernapasan :
1) Lakukan rangsangan taktil
2) Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
c) Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
d) Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
Tindakan Umum
1) Pengawasan suhu
2) Pembersihan jalan nafas
3) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama 
memperbakti ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan
dan intemitery cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu
diberikan 02 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfikasi berat hampir
selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4
mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra vena
perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan. Pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase
jantung eksternal dikerjakan dengan & frekuensi 80-I00/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 : 3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi
dinding torak.  Jika tindakan ini tidak berhasil bayi  harus dinilai
kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
asam dan basa yang belum dikorekrsi atau gangguan organik
seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.
b. Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif
harus segera dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02
intranasal dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan
gerakan dinding torak dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan
gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan
tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 
menit sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong
masker. Pada ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut
penolong diisi dulu dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhak
jika setelah dilekuknn berberapa saat teqadi penurunan frekuens
jantung atau perbaikan tonus otot intubasi endotrakheal harus
segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera
diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna
biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
b. Kepala : Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
c. Mata : Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding
konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
d. Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
e. Mulut : Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
f. Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
g. Leher : Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.
h. Thorax : Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit.
i. Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus
costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites/tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
j. Umbilikus: Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
k. Genitalia : Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
l. Anus : Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air
besar serta warna dari faeces.
m. Ekstremitas: Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
n. Refleks : Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan saraf pusat atau adanya patah tulang

2. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah
60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal
tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
3. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
4. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44-45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
5. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan
asimetris (molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
6. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
7. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan
memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna
herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan
tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine,
nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau
bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.
Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
B. Diagnosa Keperawatan
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan ventilasi spontan (D.0004)
b. Hipotermi (D.0131)
c. Menyusui tidak efektif (D.0029)
2. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI


1 Gangguan ventilasi spontan Luaran : Ventilasi Spontan SIKI : Dukungan ventilasi (I.01002)
(D.0004) (L.01007) Observasi
Ekspektasi : Membaik 1. Monitor status respirasi dan oksigenasi
Setelah dilakukan intervensi Terapeutik
keperawatan diharapkan pola 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
nafas membaik 3. Berikan posisi semi fowler
Dengan kriteria hasil : 4. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
1. Dispnea menurun Edukasi
2. Penggunaan otot bantu nafas 1. Ajarkan tehnik postural drainase
menurun
3. Pernapasan cuping hidung
menurun
4. SPO2 meningkat
5. Frekuensi nafas membaik
2 Hipotermi (D.0131)
Luaran : Termoregulasi SIKI : Manajemen Hipotermi (I.14507)
Neonatus (L.14135) Observasi
Ekspektasi : Membaik 1. Monitor suhu bayi (3 jam sekali)
Setelah dilakukan intervensi 2. Identifikasi penyebab hipotermi
keperawatan diharapkan 3. Monitor tanda dan gejala akibat
termoregulasi membaik hipotermia
Dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Akrosianosis menurun 1. Sediakan lingkungan yang hangat
2. Dasar kuku sianosis 2. Ganti pakaian atau linen yang basah
menurun 3. Lakukan penghangatan pasif
3. Suhu tubuh meningkat Edukasi
4. Suhu kulit meningkat 1. Anjurkan Asi/Pasi hangat
5. Frekuensi nadi dalam batas
normal
3 Menyusui tidak efektif (D.0029) Luaran: Status Menyusui
(L.03029)
Ekspektasi : Membaik Observasi
Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu
keperawatan diharapkan status pada postnatal
menyusui membaik Teraupetik
Dengan kriteria hasil : 1. Fasilitasi ibu untuk rawat gabung
1. Kemampuan ibu dengan bayinya
memposisikan bayi dengan 2. Gunakan sendok dan cangkir jika bayi
benar meningkat belum bisa menyusu
2. Berat badan bayi meningkat 3. Dukung ibu menyusui dengan
3. Suplai asi adekuat mendampingi ibu selama kegiatan
4. Bayi tidur setelah menyusu menyusui berlangsung
5. Intake bayi meningkat 4. Diskusikan dengan keluarga tentang
6. Hisapan bayi meningkat ASI ekslusif
Edukasi
1. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi
2. Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI
3. Jelaskan manfaat rawat gabung
(rooming in)
4. Anjurkan ibu menyusui sesegera
mungkin setelah melahirkan
5. Anjuran ibu memberikan nutrisi kepada
bayi hanya dengan ASI
6. Anjurkan ibu menyusui sesering
mungkin setelah lahir sesuai kebutuhan
bayi
7. Anjurkan ibu menjaga produksi ASI
dengan memerah, walaupun kondisi ibu
atau bayi terpisah
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika


Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai