OLEH :
KELOMPOK 3
Definisi ASFIKSIA Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
1. Gangguan HIS.
1. Gangguan aliran darah dalam tali
2. Hipotensi mendadak pada ibu
pusat karena tekanan tali pusat.
karena pendarahan misalnya pada
2. Defresi pernapasan karena obat-
plasenta previa.
obat anastesi analgetik yang
3. Hipertensi pada eklanpsia.
diberikan kepada ibu, pendarahan
4. Gangguan mendadak pada
intra kranial, dan kelainan bawaan (
plasenta.
hernia diafragmatika, atresia
5. Faktor-faktor Neonatus
saluran pernapasaan, hipoplasia
6. Trauma persalinan, perdarahan
paru-paru dan lain-lain ).
rongga tengkorak.
7. Kelainan bawaan, hernia
diafragmatik atresia atau stenosis
jalan nafas.
Klasifikasi Asfiksia Neonatorum
Nilai 0 1 2
Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur
Denyutjantung Tidak ada <100 >100
Warna kulit Biru atau Tubuh Merah jambu
pucat kemerahan &
kaki tangan biru
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa hamil dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan Asfiksia ringan yang bersifat
sementara. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat
pernafasan akan terjadi usaha bernafas pertama (primary gasping) yang kemudian akan
berlanjut pernafasaan teratur. Sifat Asfiksia yang ringan ini tidak berpengaruh buruk karena
reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau transportasi O2 selama kelahiran atau
persalinan, maka terjadilah Asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh, kerusakan dan gangguan ini dapat membaik atau tidak, tergantung pada berat dan
dalamnya Asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnea (berhenti
bernafas), disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita Asfiksia berat usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya ada dalam
periode apnea.
Pada tingkat ini di samping perlahannya frekuensi jantung ditemukan pula
penurunan tekanan darah. Disamping itu ada perubahan klinis yang akan terjadi berupa
gangguan metabolisme dan perubahan pertukaran gas oksigen (O2) mungkin hanya
menimbulkan asidosis resfiratorik meningginya tekanan oksigen (O2) dalam darah dan
bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobic
yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya asidosis metabolic, selanjutnya terjadi
perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan yang terjadi dapat menimbulkan kematian atau
kehidupan dengan gejala sisa (squele).
• Hipoksia
• Hipoksia dapat terjadi karena bayi pada saat
lahir kekurang oksigen dan bayi tidak ada
respon saat diberi rangsangan.
• RR > 60 x /menit atau < 30 x/menit
• Nafas megap-megap atau gasping sampai
terjadi henti nafas
• Bradikardia
• Tonus otot berkurang
• Warna kulit sianotik atau pucat
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan Medis
Pengawasan Suhu
Bayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti penurunan suhu tubuh.
Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan
oksigen meningkat. Hal ini akan mempersulit bayi, apabila bayi menderita asfiksia berat.
Pengkajian
• Triase
• Primeri survey
Primeri survey adalah suatu proses melakukan penilaian kedaan korban gawat
darurat dengan menggunakan prioritas ABCDE untuk menentukan kondisi
patofisiologis korban dan pertolongan yang dibutuhkan dalam waktu emas nya.
Dalam survei primer kita hurus berfikir sekuensial dan bertindak secara simultan
yang dilakukan sampai korban stabil
Penilaian keadaan korban gawat darurat dan prioritas terapi dilakukan
berdasarkan jenis perlukaan, stabilitas tanda-tanda vital. Pada korban gawat
darurat luka parah, prioritas terapi diberikan berurutan berdsarkan penilaian :
Airway
Penilaian kelancaran airway pada klien yang mengalami asfiksia, meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing
dengan cara jaw thrust atau headtil chin lift atau chin lift.
Breathing
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat
dengan cara look, listen and feel.
Circulation
Ada 3 hal yang harus di observasi dalam hitungan detik, observasi ini dapat
memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik, warna kulit dan nadi.
Tingkat Kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang dapat mengakibatkan
penurunan kesadaran. Walaupun demikian kehilangan darah dalam jumlah banyak belum tentu
mengakibatkan gangguan kesadaran.
Warna Kulit
Warna kulit dapat membantu meneggakan diagnosis hipovolemia. Korban gawat darurat
trauma yang kulitnya putih maka akan tampak pucat, terutama pada wajah dan ekstremitas.
Sebaliknya pada orang yang kulitnya hitam, maka tampak pucat keabu-abuan pada wajah dan
kulit ektremitas sebagai tanda hipovolemia. Bila memang disebabkan hipovolemia, maka ini
menandakan kehilangan darah minimal 30% volume darah.
Nadi
Nadi yang besar seperti arterifemoralis atau seperti arteri carotis harus diperiksa bilateral, untuk
kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Pada keadaan syok nadi akan teraba kecil dan cepat. Nadi
yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya merupakan tanda nomovolemia. Sedangkan yang
teraba cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia, namun harus dipertimbangkan penyebab
lain yang dapat menimbulkan hal yang sama. Nadi yang teraba tidak teratu biasanya merupakan
tanda gangguan jantung. Tidak ditemukannya pulsasi nadi sentral (arteri besar) merupakan
pertanda diperlukannya resusitasi.
Disability
Exposure
Komponen akhir primary survey adalah exposure, seluruh pakaian harus dibuka untuk
memudahkan pengkajian menyeluruh. Pada situasi resusitasi, pakaian harus digunting
untuk mencapai akses cepat kebagian tubuh. Jika penyediaan tanda bukti adalah suatu
isu, barang-barang tesebut harus ditangani sesuai aturan yang berlaku. Sekali pakaian
dibuka, hipotermia (temperature tubuh kurang dari atau sama dengan 36 0 C) dapat
berisiko terjadi. Secara umum, hipotermia menjadi komplikasi manajemen klien klien
trauma dengan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, kesulitan akses vena dan
pengkajaian arteri, gangguan oksigenasi dan ventilasi, koagulapati, peningkatan
perdarahan, dan metabolisme obat di hati yang melambat (Sedlak, 1995, dalam
Ignatavicius, 2006)
• Secondary survey
Anamnesa
Perlu dilakukan anamnesa yang lengkap mengenai riwayat
trauma, riwayat “AMPLE” perlu diingat
A : Alergi
M : medikasi (obat yang sedang dimunum)
P : past illnes (penyakit penyerta)/pregnancy
L : last meal
E : event / environment (lingkungan)
Pemeriksaa fisik
Dilakukan pemeriksaan dengan teliti mulai dari kepala sampai kaki (headtotoeexamination),
termasuk pemeriksaan tanda tanda vital.
Pernafasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi bila perlu
lalu kaji pola pernafasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, nafas tersengal, atau
mendengkur. Tentukan apakah pernafasannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak
adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak sama sekali.
Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks atau merasakan denyutan
umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali per menit. Angka ini merupakan titik batas
yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan.
Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer (akrosianosis)
merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi pucat mungkin
mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi berwarna merah muda, biru, atau
pucat. Ketiga observasi tersebut dikenal dengan komponen skor apgar. Dua komponen lainnya
adalah tonus dan respons terhadap rangsangan menggambarkan depresi SSP pada bayi baru
lahir yang mengalami asfiksia kecuali jika ditemukan kelainan neuromuscular yang tidak
berhubungan
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Dokumentasi
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
dilakukan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (Oman,
2008 ).