Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASFIKSIA PADA NEONATUS”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Nelisa Luthfiani

(202102040003)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
ASFIKSIA NEONATORUM

A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir yang mengalami gangguan
tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir (Sofian, 2012)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperapneu serta berakhir dengan asidosis
(Nurarif & Huda, 2015)

B. Klasifikasi

Setiap bayi baru lahir dievaluasi dengan nilai APGAR-score, table di atas
dapat digunakan untuk menentukan tingkat atau derajat asfiksia, apakah ringan,
sedang, atau asfiksia berat dengan klasifikasi sebagai berikut:
1) Bayi normal atau sedikit asfiksia (Nilai Apgar 7-10)
Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
2) Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6 )
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas
kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari
100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada.

3) Asfiksia berat (Nilai Apgar 0-3)


Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen
terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
100x/menit, tonus otot jelek, sianosis berat, dan terkadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada. (Dewi, 2011)

C. Etiologi
Penyebab terjadinya asfiksia menurut Proverawati (2011) :
1. Faktor Ibu
Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi
selama anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal pernapasan, keracunan
karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang rendah akan menyebabkan
asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering
ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni
atau tetani uterus akibat penyakit atau obat: hipotensi mendadak pada ibu
karena perdarahan, hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta
tak menempel, dan perdarahan plasenta
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir, dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh
karena pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, maupun
karena trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intra
kranial. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
5. Faktor Persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan dapat
berpengaruh terhadap gangguan paru-paru.
D. Manifestasi Klinis

Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernapasan yang cepat


dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular
berkurang secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnue primer. Gejala
dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat. Gejala lanjut pada asfiksia :
1) Pernafasan megap-magap dalam
2) Denyut jantung terus menurun
3) Tekanan darah mulai menurun
4) Bayi terlihat lemas (flaccid)
5) Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)

6) Meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2)


7) Menurunnya PH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik)
8) Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9) Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
10) Pernapasan terganggu
11) Detik jantung berkurang
12) Reflek / respon bayi melemah
13) Tonus otot menurun
14) Warna kulit biru atau pucat

E. Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Oksigen dan pengembangan paru merupakan
rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat pasokan oksigen
berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan
kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau
meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Sebagai akibat dari
kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan
kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau
kematian.
Dengan memperlihatkan tonus otot buruk, karena kekurangan oksigen
pada otak, otot dan organ lainnya. Frekunsi jantung menurun karena oksigen
dalam otot jantung atau sel otak kurang. Pernapasan cepat karena kegagalan
absobrsi cairan paru-paru dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam
darah.

F. Pathways
G. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostik dan penunjang dari asfiksia yang terjadi pada
neonates (Sudarti & Fauziah, 2013) :
1) Pemeriksaan analisa gas darah
2) Pemeriksaan elektrolit darah
3) Berat badan bayi
4) Penilaian APGAR Score
5) Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
6) Babygram

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada neonates dengan asfiksia :
1) Edema otak dan perdarahan
2) Anuria dan oliguria
3) Kejang
4) Koma

I. Asuhan Keperawatan pada Asfiksi Neonatorum


a) Pengkajian
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium serta informasi dari tim kesehatan serta keluarga klien, yang
meliputi :
1) Biodata :
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak ke
berapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan
pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2) Keluhan Utama :
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.
3) Riwayat kesehatan sekarang :
Apa yang dirasakan klien sampai di rawat di Rumah Sakit atau
perjalanan penyakit.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan :
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak
bayi belakang kaki atau sungsang.
5) Kebutuhan dasar :
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ
tubuh terutama lambung belum sempurna.
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna.

c. Kebersihan diri

Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,


terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti
popoknya.
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak napas.
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak
napas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi
pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis.
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak.
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernapasan
cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernapasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat.
h. Neurology atau reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam).
b) Diagnosis Keperawatan dan Intervensi
Diagnosis keperawatan yang dapat muncul pada asfiksia neonatorum sebagai
berikut (SDKI, 2016) :
1) Pola nafas tidak efektif b.d dengan imaturitas paru dan neuromuskular,
penurunan energi, dan keletihan
Tujuan : pasien akan memperlihatkan parameter oksigen yang adekuat
Hasil yang diharapkan :

a. Jalan napas tetap paten


b. Pernapasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO₂ yang
adekuat
c. Frekuensi dan pola napas dalam batas normal
d. Oksigen jaringan adekuat
Intervensi :
a) Atur posisi untuk pertukaran udara yang optimal (posisikan terlentang
dengan leher sedikit ekstensi. R/ untuk mencegah penyempitan jalan
napas
b) Hindari hiperekstensi leher. R/ akan mengurangi diameter trakea
c) Observasi adanya tanda gawat napas (pernapasan cuping hidung,
retraksi dinding dada, takpnea, apnea, grunting, sianosis, saturasi oksigen
yang rendah).
d) Lakukan pengisapan. R/ untuk menghilangkan mukus yang
terakumulasi dari nasofaring, trakea.
e) Gunakan posisi semi-telungkup atau miring. R/ untuk mencegah
aspirasi pada bayi dengan mukus berlebihan atau yang sedang diberi
makan.
f) Pertahankan suhu lingkungan yang netral. R/ untuk menghemat
penggunaan O₂.

2) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas


dan atau penyakit
Tujuan : pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan
kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan
menunjukkan penambahan berat badan yang tepat
Hasil yang diharapkan :
a) Bayi mendapat kalori dan nutrisi esensial yang adekuat
b) Bayi menunjukkan penambahan berat badan yang mantap (kira-kira
20 sampai 30 gr/hari) pada saat fase pasca akut penyakit.
Intervensi :
a) Pertahankan cairan parenteral atau nutrisi parenteral sesuai instruksi
b) Pantau adaya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral total,
terutama protein dan glukosa
c) Kaji kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu khususnya
kemampuan untuk mengkoordinasikan menelan dan pernapas
d) Susukan bayi pada payudara ibu jika pengisapan kuat

3) Resiko hipotermia b.d berat badan lahir rendah, prematuritas


Tujuan : pasien mempertahankan suhu tubuh yang normal
Hasil yang diharapkan : Suhu aksila bayi tetap dalan rentang normal

Intervensi :
a) Tempatkan bayi didalam inkubator, atau penghangat radian atau
pakaian hangat dalam keranjang terbuka. R/ untuk mempertahankan
suhu tubuh bayi
b) Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil dan kontrol suhu
udara. R/untuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang ternal
yang dapat diterima
c) Gunakan pelindung panas plastik bila tepat. R/ untuk menurunkan
kehilangan panas
d) Pantau tanda-tanda hipertermia mis, kemerahan, ruam, diaforesis
(jarang)

4) Risiko infeksi b.d pertahanan imunologi yang kurang

Tujuan : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial


Hasil yang diharapkan :bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
nosokomial
Intervensi :

a) Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum


dan sesudah mengurus bayi. R/ untuk meminimalkan pemajanan
pada organisme infektif
b) Pastikan semua alat yang kontak dengan bayi sudah bersih dan steril
c) Isolasi bayi lain yang mengalami infeksi sesuai kebijakan institusional
d) Instruksikan pekerja perawat kesehatan dan orang tua dalam
prosedur kontrol infeksi
e) Kolaborasi pemberian antiobiotik sesuai anjuran dokter.

J. Daftar Pustaka
Dewi,V.N.L. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 1. Yogjakarta:
Mediaction.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Proverawati, A. 2011. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika :
Yogyakarta.
Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obsteri Operatif Social ed 3 jilid 1
& 2. EGC : Jakarta.
Sudarti & Fauziah. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan
Kegawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai