Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HEMORAGIC POST PARTUM (HPP)

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 5:

 Jojor Simanungkalit (201612169)


 Kristina Br.Bukit (201612173)
 Rayantina Simanjuntak (201612186)
 Tince Berliana tampubolon (201612194)
 Wardatu Aini (201612196)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


S1 KEPERAWATAN JALUR B
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah

konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus

genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.

Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling

sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian

tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian

ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.

Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering

pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke

rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya

mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap

100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh  perdarahan  post

partum.

Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang

spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa

plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post

partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab

tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan

histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post

partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina,dan cedera pada serviks uteri.
B. Tujuan

1.      Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan pendarahan post partum

2.      Tujuan Khusus

a.       Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien pendarahan post partum.

b.      Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien pendarahan post

partum.

c.       Dapat membuat perencanaan pada klien pendarahan post partum.

d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah

dilakukan pada klien pendarahan post partum.


BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI

Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah
persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria (Kenneth, 2009).
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian (Manuaba, 2006):

 Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) ialah perdarahan >500


cc yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahann
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan
jalan lahir.
 Perdarahan postpartum sekunder (late postpartumhemorrhage) ialah perdarahan >500
cc setelah 24 jam pascapersalinan. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder
adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta.

2.2 ETIOLOGI

Perdarahan post partum bisa di sebabkan karena :

1. Atonia uteri
Ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya setelah plasenta
lahir.perdarahan post partum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat – serat
myometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah pada tempat
perlengketan plasentaa.Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat
berkontraksi {Wiknjosastro,2005}.
2. Retensio plasenta
Perdarahan yg di sebabkan karena plasenta blm lahir hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir.Hal itu di sebabkan karena plasentaa belum lepas dari dinding
uterus atau plasenta sudah lepas,akan tetapi belum di lahirkan {Wiknjosastro,2005].
Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang {Manuaba,2006}.
3. Laserasi jalan lahir
Perdarahan yang terjadi karena adanya robekan pada jalan lahir
{perineum,vulva,vagina,dan uterus}.Robekan pada perineum,vulva,vagina dan uterus
biasa terjadi pada persalinan pervaginam.
4. Koagulopati
Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuan darah.sebab
tersering perdarahan post partum adalah atonia uteri, yang di susul dengan tertinggal
nya sebagian plasenta.

Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan,yaitu riwayat


persalinan yang kurang baik,misal nya:

 Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu


 Grande multipara {lebih dari empat anak}
 Jarak kehamilan yang dekat {kurang dari dua tahun }
 Bekas operasi caesar
 Pernah abortus sebelumnya

2.3 MANIFESTASI KLINIK

Perdarahan post partum perlu di perhatikan ada perdarahan yang membuat hipotensi dan
anemia.apabila di biarkan terus pasien akan jatuh dalam keadaan syok.perdarahan yang
terjadi dapat deras dan merembes,perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik
perhatian, sehingga cepat di tangani.sedangkan perdarahan yang merembes karena
kurang nampak sering kali tidak mendapatkan perhatian tang seharusnya.perdarahan
yang bersifat merembes ini bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah
yang banyak.untuk menentukan jumlah perdarahan,maka darah yang keluar setelah uri
lahir harus di catat dan di tampung.kadang kadang perdarahan ini keluar dari
vagina,tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus.keadaan ini biasanya di ketahui
karena adanya kenaikan dari tinggi nya fundus uteri setelah uri lahir {Hanifa,2005}.

Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah banyak { > 500
ml},nadi lemah,pucat,haus,pusing,gelisah,letih dan dapat terjadi syok
hipovolemik,tekanan darah rendah,ekstremitas dingin dan mual.
Gejala klinis perdarahan post partum:

 Perdarahan pervaginam
 Konsistensi rahim lunak
 Fundus uteri naik {kalau pengaliran darah terhalang oleh bekuan darah atau
selaput janin}

2.4 Patofisiologi

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh
darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama
penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan
seperti robekan servix, vagina dan perinium.

2.5 Komplikasi

Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :


a.       Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran
akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke
seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani
dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan
selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus
terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
b.      Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi
masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak
juga pada asupan ASI bayi.
c.       Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok.
Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar
hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan :
a.       Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
b.      Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterin
c.       Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi

d.      Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih

e.       Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen, aktivasi masa
tromboplastin dan masa tromboplastin parsial

G. Penatalaksanaan
a.       Pencegahan
1)      Obati anemia dalam masa kehamilan
2)      Pada pasien yang mempunyai riwayat perdarahan sebelumnya, agar
dianjurkan untuk menjalani persalinan di RS
3)      Jangan memijat dan mendorong uterus sebelum plasenta lepas
b.      Penanganan
1)      Tentukan CGS atau skala kesadaran
2)      Bila syok dan koma maka kolaborasikan terapi intravena berupa darah
3)      Kontrol perdarahan dengan pemberian O2 3lt/menit
c.       Penatalaksanaan secara umum saat terjadinya perdarahan
1)      Hentikan perdarahan.
2)      Cegah terjadinya syock.
3)      Ganti darah yang hilang.
d.      Penatalaksanaan khusus:
1)      Tahap I (perdarahan yang tidak terlalu banyak): Berikan uterotonika, urut/ massage pada
rahim, pasang gurita.
2)      Tahap II (perdarahan lebih banyak): Lakukan penggantian cairan (transfusi atau infus),
prasat atau manuver (Zangemeister, frits), kompresi bimanual, kompresi aorta,
tamponade uterovaginal, menjepit arteri uterina.
3)      Bila semua tindakan di atas tidak menolong: Ligasi arteria hipogastrika, histerekstomi.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

    Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.       Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

b.      Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin,

kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.

c.       Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi /

eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia,

perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus,

partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.

d.      Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi

e.       Pengkajian fisik : 

Tanda vital :

1)      Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)

2)      Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)

3)      Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )

4)      Suhu : Normal/ meningkat

5)      Kesadaran : Normal / turun

6)      Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusiv

7)      Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil memanjang

8)      Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )

9)      Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.


2.      Diagnosa Keperawatan

a.       Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam

b.      Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam

c.       Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian

d.      Resiko infeksi b/d perdarahan

e.       Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.

3.      Rencana tindakan keperawatan

a.       Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam

Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan

Rencana tindakan :

1)      Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang

R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah

keotak dan organ lain.

2)      Monitor tanda vital

R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat

3)      Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal

4)      Evaluasi kandung kencing

R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus

5)      Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis.

R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu

tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri


6)      Batasi pemeriksaan vagina dan rektum

R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya

perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat

hematom. Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat,

pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi.

7)      Berikan infus atau cairan intravena

R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular 

8)      Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )

R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan

9)      Berikan antibiotik

R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan 

10)  Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )

R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.

b.      Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam

Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana keperawatan :

1)      Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital

2)      Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit

R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer

berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin

3)      Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi

ASI
4)      Tindakan kolaborasi :

a)      Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan

tanda hipoksia jaringan)

b)      Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi

sirkulasi jaringan)

c.       Cemas/ ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan

cemas berkurang atau hilang.

Rencana tindakan : 

1)      Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

2)      Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis

3)      Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

R/ Memberikan dukungan emosi

4)      Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui

5)      Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

6)      Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
d.      Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan

Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )

Rencana tindakan :

1)      Catat perubahan tanda vital

R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi

2)      Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan

nyeri panggul.

R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak

terdeteksi

3)      Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang

berkepanjangan

4)      Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis

dan saluran kencing.

R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan

5)      Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut jangan sampai terlalu basah

R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan dapat menjadi media untuk

pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi.

6)      Tindakan kolaborasi

a)      Berikan zat besi (Anemi memperberat keadaan)

b)      Beri antibiotika (Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi)
e.       Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.

Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran dan tanda-tanda dalam batas

normal)

Rencana tindakan :

1)      Anjurkan pasien untuk banyak minum

R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga dapat

meningkatkan volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.

2)      Observasitanda-tandavital tiap 4 jam

R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara

dini.

3)      Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.

R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani secara baik.

4)      Observasi intake cairan dan output

R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.

5)      Kolaborasi dalam:

a)      Pemberian cairan infus / transfusi 

R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat

meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock

b)      Pemberian koagulantia dan uterotonika

R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika merangsang

kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan. 


4.      Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.

Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

5.      Evaluasi

Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil : 

a.       Tanda vital dalam batas normal :

1)      Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg

2)      Denyut nadi : 70-80 x/menit

3)      Pernafasan : 20 – 24 x/menit

4)      Suhu : 36 – 37 oc

b.      Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl

c.       Gas darah dalam batas normal

d.      Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan

pengobatan yang dilakukan

e.       Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan

psikologis dan emosinya

f.       Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari

g.      Klien tidak merasa nyeri

h.      Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik

maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai

tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil ( 6

minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24 jam

pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period ( minggu

kedua sampai minggu ke enam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate

dan early post partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada

late post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska

persalinan atau HPP (Haemorrhage Post Partum).

B.     Saran

Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan

pelayanan Keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk

para tim medis agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang

keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam

perawatan perdarahan postpartum.


DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Diana Mayasari. (2017). Perdarahan Post Partum Dini e.c Retensio Plasenta.
Jurnal Medula Unila .

Risnawati, I. (2015). Dampak Anemia Kehamilan Terhadap Perdarahan Post Partum. jurnal
kedokteran , 57-67

Manuaba (2006). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: ECG

Hanafi Wiknjosastro ( 2005). Ilmu Kebidanan, Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai