DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan masyarakat, sehingga menjadi salah satu target yang telah
ditentukan yang harus dicapai dalam tujuan pembangunan Millenium
Development Goals (MDGs) yaitu tujuan ke-5, meningkatkan kesehatan ibu
dengan mengurangi. Berdasarkan kesepakatan MDGs pada tahun 2015
diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga per empat dalam
kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai
komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi
102/100.000.Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian perinatal
(AKP) yang masih tinggi telah lama mengundang perhatian pemerintah.
Menurut hasil berbagai survei, AKI di Indonesia tahun 2014 berkisar antara
300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di
negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI yang tinggi
di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi
baru lahir.
2
Pada kejadian retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu
30 menit tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu
tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dan konkrit tentang asuhan
keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa Retensio Plasenta diruangan
Bersalin Rumah Sakit Tingkat II Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Retensio
Plasenta penulis dapat:
a. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh
pada pasien dengan Retensio Plasenta.
b. Mampu menganalisa masalah- masalah yang muncul pada pasien
dengan Retensio Plasenta.
c. Mampu merumuskan diagnosa dan memprioritaskan masalah pada
pasien dengan Retensio Plasenta.
d. Mampu membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Retensio Plasenta
e. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan Retensio Plasenta.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien dengan Retensio Plasenta.
6
A. Definisi
B. Etiologi
Penyebab retensio plasenta adalah :
1. Fungsional:
a. His kurang kuat (penyebab terpenting)
b. Plasenta sukar terlepas karena :
Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasenta
membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang
sangat kecil. (Sastrawinata, 2005)
2. Patologi – anatomi:
a. Plasenta akreta
b. Plasenta inkreta
c. Plasenta perkreta. (Sastrawinata, 2005)
6
8
C. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi
itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali.
Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan
dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim
itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas
seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses
retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang
(Prawirohardjo, 2009).
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksi yang
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. (Prawirohardjo,
2009)
1. Fisiologi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15
sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500
gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah
(insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi
seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya
berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang
berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari
desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari
spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah
disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam
ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari
kotiledon-kotiledon janin. Plasenta berfungsi sebagai alat yang memberi
makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat
9
E. Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak
menutup.
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri.
10
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo, 2009 di antaranya :
1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium
klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
11
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang retensio plasenta menurut Manuaba, 2007 di
antaranya :
1. Hitung darah lengkap : Untuk menentukan tingkat hemoglobin ddan
trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada tanda yang di sertai dengan
infeksi, laukosit biasanya meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan menghitung protombin
time( PT ) dan Activated Partial Trombositin Time ( APPT ) atau yang
sederhana dengan Colotting Time ( CT ) Ini di perlukan untuk
menyingkirkan perdarahan oleh factor lain.
12
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau
informasi tentang klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan. Adapun dalam pengkajian yang
harus dilakukan adalah :
a. Pengumpulan data
Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi
tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah-masalah serta kebutuhan dan kesehatan klien meliputi :
1) Identitas
a) Klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan akhir,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, no medrek, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, hubungan dengan klien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
13
a) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus haid, lamanya haid, sifat darah (warna, bau,
gumpalan), dismenorhoe, HPHT, dan taksiran persalinan.
(2) Riwayat perkawinan
Status perkawinan, umur pada waktu menikah, lama
perkawinan dan berapa kali kawin.
(3) Riwayat KB
Pernah menjadi akseptor, jenis konrtasepsi yang digunakan
sebelum hamil, waktu dan lamanya penggunaan, masalah
yang didapati dengan penggunaan kontrasepsi tersebut,
jenis kontrasepsi yang direncanakan dan jumlah anak yang
direncanakan keluarga.
b) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Meliputi umur kehamilan, tanggal melahirkan, jenis
persalinan, tempat persalinan, berat anak waktu lahir,
masalah yang terjadi dan keadaan anak.
(2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, gerakan anak
pertama dirasakan oleh klien. Apakah klien mendapatkan
imunisasi TT, perubahan berat badan selama hamil, tempat
pemeriksaan kehamilan dan frekuensi memeriksakan
kehamilannya.
(3) Riwayat Persalinan Sekarang
Merupakan persalinan yang keberapa bagi klien, tanggal
melahirkan, jenis pesalinan, apakah terjadi perdarahan,
banyaknya perdarahan, jenis kelamin bayi, berat badan
bayi, dan APGAR skor, serta keadaan masa nifas.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran
15
(6) Mulut
16
(14) Ambulasi
Pada klien dengan post manual plasenta biasanya
dalam waktu 2 hari sudah bisa turun dari tempat tidur
dan melakukan aktivitas ringan seperti makan dan
minum.
c) Konsep diri
(1) Gambaran diri
Apakah klien merasakan perubahan dirinya dan
tubuhnya selama periode post partum, apakah
perubahan yang disadari tersebut mempengaruhi
perilaku dan adaptasinya terhadap pengasuhan
bayinya.
(2) Ideal diri
18
d) Hubungan komunikasi
Kejelasan klien dalam kebiasaan berbicara, bahasa utama
yang digunakan oleh klien.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan
intervensi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
19
c. Interverensi
Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan
demikian rencana asuahan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan (Doenges, 2001).
No. Diagnosa Tujuan dan Inteverensi Rasional
Keperawatan Kriterua Hasil
1. Kekurangan TU : a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan a. Membantu dalam membuat rencana
volume cairan Kekurangan volume cairan persalinan/kelahiran, perhatiakan perawatan yang tepat dan
berhubungan dapat terpenuhi faktor-faktor penyebab atau memberikan kesempatan untuk
dengan kehilangan pemberat pada situasi hemoragi. mencegah dan membatasi terjadinya
vaskuler KH : komplikasi.
berlebihan. Mempertahankan
keseimbangan cairan, b.Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi b.Perkiraan kehilangan darah, arteial
dengan indikator : perdarahan; timbang dan hitung versus vena, dan adanya bekuan-
a. Memiliki asupan pembalut, simpan bekuan dan bekuan membantu membuat
cairan oral dan jaringan untuk dievaluasi oleh diagnosa banding dan menentukan
atau intravena
yang adekuat dokter. kebutuhan penggantian.
c. Perhatikan hipotensi atau takikardi, c. Tanda-tanda ini menunjukan
21
b. TTV dalam perlambatan pengisian kapiler atau hipovolemi dan terjadinya syok.
rentang normal. sianosis dasar kuku, membran Perubahan pada tekanan darah tidak
c. Hb dan Hematokrit mukosa dan bibir. dapat dideteksi sampai volume
dalam batas cairan telah menurun sampai 30%
normal. 50%.Sianosis adalah tanda akhir dari
Menunjukan status nutrisi, hipoksia.
dengan indikator : d.Kaji lokasi uterus dan derajat d.Derajat kontraktilitas uterus
a. Keseimbangan kontraksilitas uterus. Dengan membantu dalam diagnosa banding.
asupan dan haluaran perlahan masase penonjolan uterus Peningkatan kontraktilitas
yang seimbang. dengan satu tangan sambil miometrium dapat menurunkan
b. Memiliki asupan menempatkan tangan kedua diatas kehilangan darah. Penempatan satu
cairan oral dan atau simpisis pubis. tangan diatas simphisis pubis
intravena yang mencegah kemungkinan inversi
adekuat. uterus selama masase.
e. Pantau parameter hemodinamik, e. Memberikan pengukuran lebih
seperti tekanan vena sentral atau langsung dari volume sirkulasi dan
tekanan bagi arteri pulmonal, bila kebutuhan penggantian.
ada.
f. Mulai Infus 1 atau 2 I.V. dari cairan
22
2. Perubahan perfusi TU : perubahan a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan a. Nilai bandingan membantu
jaringan Tidak setelah kehilangan darah. menetukan beratnya kehilangan
berhubungan terjadi darah.
perfusi jaringan
24
dengan b.Pantau tanda vital : catat derajat dan b. Luasnya keterlibatan hipofisis
hipovolemia KH : durasi episode hipovolemik. dapat dihubungkan dengan derajat
Menunjukan TD, nadi, gas c. Perhatikan tingkat kesadaran dan dan durasi hipotensi.
darah arteri dan Hb/Ht adanya perubahan perilaku. c. Perubahan sensorium adalah
dalam batas normal indicator dini dari hipoksia.
d.Kaji warna dasar kuku, mukosa d. Pada kompensasi vasokontriksi
mulut, gusi dan lidah : perhatikan dan pirau organ vital, sirkulasi pada
suhu kulit. pembuluh darah perifer diturunkan,
yang mengakibatkan suhu kulit
dingin.
e. Kaji payudara setiap hari, e. Kerusakan atau keterlibatan
perhatikan ada atau tidaknya laktasi hipofisis anterior mengakibatkan
dan perubahan pada ukuran tidak adanya produksi ASI dan
payudara. akhirnya menurunkan jaringan
payudara.
f. Pantau GDA dan kadar pH f. Membantu dalam mendiagnosa
derajat hipoksia jaringan asidosis
atau yangb diakibatkan dari
terbentuknya asam laktat dari
25
metabolism anaerobic.
d. Inplementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan perawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Doenges, 2004)
e. Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan dan
mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tarcapai sesuai yang telah
ditetapkan. Pada tahap ini ada dau macam evaluasi yang dapat dilaksanakan
oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil
implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai
kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan meniali secara
keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana
diteruskan, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan. Dan
penulis memakai evaluasi sumatif. (Suprajitno, 2004).
31
rumah sakit TK. II Kesdam IM, Anak yang di lahirkan berjenis kelamin laki- laki,
BB bayi 31 gram, Tinggi badan 48 cm, APGAR Score 6
36
Pemeriksaan fisik ibu pada tanggal 1 Desember 2014 Oleh pengkaji di dapat kan
hasil kadaan ibu tampak lemas, kesadaran compos mentis, TTV TD : 110/ 70
mmHg, N : 72 x/I, RR : 20 x/I, T: 36,50 C pemeriksaan Headto Toe yang di dapat
kan adalah :
B. Genogram
PS
Keterangan :
: Laki- Laki
: PS Pasien Perempuan
: Perempuan Meninggal
: Perempuan
37
1.Integumen
a. Kulit
Warna kuning langsat, tekstur lembab oleh keringat, turgor kulit baik
terbukti saat di cubit cepat kembali < 2 detik, dan keadan bersih.
b. Kuku
Tekstur keras, bentuk cembung, CRT ketika ditekan kembali ke keadaan
semula > 2 detik, keadaan kuku panjang dan tampak kotor.
2.Kepala
Warna rambut hitam dan keriting, tekstur halus, penyebaran merata, lubrikasi
tidak terdapat pecah-pecah pada rambut, tidak terdapat lesi, oedema maupun
massa, dan keadaan bersih.
3.Muka
Warna Kuning langsat, wajah tampak pucat dan keadaan bersih.
4.Mata
Pada saat diinspeksi letak mata simetris antara mata kanan dan mata kiri, sklera
putih, konjungtiva anemis, pupil mengecil saat dirangsang cahaya, pergerakan
bola mata baik, fungsi penglihatan baik, ditandai dengan klien dapat membaca
papan nama mahasiswa pada jarak ± 50 cm.
5. Hidung
Pada saat diinspeksi lubang hidung tampak simetris antara kiri dan kanan,
fungsi penciuman baik, ditandai dengan klien dapat membedakan bau minyak
wangi dan alkohol dengan mata ditutup, keadaan bersih, tidak terdapat secret.
6.Telinga
Pada saat diinspeksi kedua daun telinga tampak simetris, fungsi pendengaran
baik terbukti dapat menjawab semua pertanyaan tanpa diulang, tidak terdapat
benjolan dan keadaan bersih, tidak terdapat serumen pada liang telinga.
38
7.Mulut
Pada saat diinspeksi bentuk bibir simetris, bibir pucat dan mukosa kering .
Jumlah gigi 32 buah, warna putih, keadaan bersih. Lidah tampak warna putih,
permukaan agak kasar dan halus sepanjang tepi lateral, fungsi pengecapan baik
terbukti dapat membedakan rasa pahit dan manis.
8. Leher
Tampak simetris terhadap bahu dan kepala, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan kelenjar thyroid, tidak ada peningkatan JVP, dapat digerakan
kesegala arah dan keadaan bersih.
9. Dada
Dada kiri dan dada kanan tampak simetris saat inspirasi dan ekspirasi, bunyi
pernafasan vesikuler, frekuensi 20 x/menit, irama jantung reguler, tekanan darah
110/70 mmhg, nadi 72 x / menit, tidak terdapat retraksi intercostalis, dan keadaan
bersih.
10. Payudara
Kedua payudara tampak simetris, payudara tampak bengkak, konsistensi keras,
putting susu kanan dan kiri menonjol, tampak hyperpigmentasi aerola, ASI (+)
dan keadaan payudara tampak bersih.
11. Abdomen
Pada saat di inspeksi bentuk perut cembung, terdapat striae dan linea alba,
tinggi fundus uteri 3 cm bawah pusat, saat diauskultasi terdapat bising usus (+),
dan keadaan perut bersih.
12. Genetalia
Vulva tidak terdapat oedema maupun varices pada labia, tampak keluaran lochea
serosa ± 5 cc, perineum tampak utuh.
13. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
39
14. Ekstremitas
a. Atas
Tangan kanan terpasang infus, kedua tangan dapat digerakan ke segala arah
pergerakan. Dengan kekuatan otot 5 (0-5).
b.Bawah
Kedua kaki dapat digerakan ke segala arah pergerakan, dengan kekuatan otot 5
(0-5).
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Ny. E
Hasil Laboratoriu, Tanggal : 30 November 2014
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 8,4 gr/dl 12- 16 gr/dl
Hematokrit 24% 35- 47 %
Leukosit 12.200/ mm3 4000-10.000/ mm3
Trobosit 336.000/ mm3 150.000-450.000/mm3
Eritrosit 2,81 juta/ mm3 3,6 – 5,8 juta/ mm3
2. Penatalaksanan Medis
a. Infus Ringer laktat : 20 tetes/menit
b. Cefotaxime : 2x1 gr (Bolus)
c. Metronidazole : 2x1 500 ml (Bolus)
40
D. Analisa Data
G. Catatan Keperawatan
NO. Diagnosa Tanggal dan Implementasi Catatan Perkembangan
Keperawatan Waktu
45
1. Kekurangan volume 1 Desember 2014 Mengobservasi TTV : a. S :Pasien mengatakan masih
cairan berhubungan Senin TD : 110/70 pusing O :
dengan kehilangan
vaskuler berlebihan, 13.00 WIB b. N : 72 x/m a. Klien tampak pucat
ditandai dengan c. R : 20 x/m b. Hb 8,4 gr/dl
d. S : 35 0 C c. Mukosa bibir kering
d. Konjungtiva anemis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2. Nyeri akut 1 Desember 2014 Mengkaji kualitas nyeri dan S : Klien megatakan setelah
berhubungan dengan Senin lokalisasinya : nyeri dilakukan pengompresan
pembengkakan dikedua payudara dan
payudara, ditandai 13.00 WIB terasa menjalar ke payudara nyeri berkurang O :
payudara
48
3. Gangguan pola 2 Desember 2014 Gangguan pola eliminasi S : Klien mengatakan sudah BAB
eliminasi BAB : Selasa BAB : konstipasi O : Perut tidak distensi
konstipasi 14.30 WIB berhubungan dengan A : Masalah teratasi
penurunan tonus otot usus
berhubungan dengan menurun P:
penurunan tonus otot a. Anjurkan ibu untuk
usus menurun
memakan makanan tinggi
serat
b. Inteverensi di hentikan
H. Evaluasai
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3 x 24 jam,
didapatkan bahwa Klien mengatakan sudah tidak pusing, Klien mengatakan
payudara nya sudah tidak nyeri Klien mengatakan sudah BAB.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas lebih rinci tentang pembahasan pada
bab II dan III mengenai kesenjangan pada persamaan Asuhan Keperawatan yang
penulis laksanakan pada Ny. E dengan post partum spontan post manual plasenta
atas indikasi retensio plasenta di ruang Kalimaya RS TK.II Kesdam IM Banda
Aceh 2014, penulis sesuaikan dengan tahap-tahap proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnose keperawatan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
47
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat, 2004).
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus pada klien
post manual plasenta atas indikasi retensio plasenta adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara.
3. Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
tonus otot usus.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis yang timbul pada
post manual plasenta atas indikasi retnsio plasenta menurut Doenges, 2001
adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status
kesehatan.
53
sedangkan menurut teori BAB secara spontan dapat tertunda selama 2-3 hari
setelah ibu melahirkan.
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah
dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien.
Setelah penulis menemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus Ny. E, maka penulis merumuskan rencana asuhan keperawatan sesuai
prioritas masalah yang dialami pasien.
a. Diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan, tujuannya agar tidak terjadi dengan kriteria : Mempertahankan
keseimbangan cairan, dengan indikator : Memiliki asupan cairan oral dan atau
intravena yang adekuat, TTV dalam rentang normal, Hb dan Hematokrit dalam
batas normal, menunjukan status nutrisi, dengan indikator : keseimbangan
asupan dan haluaran yang seimbang, memiliki asupan cairan oral dan atau
intravena yang adekuat. Dan rencana tindakan yang diberikan adalah obsevasi
tanda-tanda vital, kaji dan catat tipe dan sisi perdarahan, berikan cairan sesuai
indikasi dan awasi pemeriksaan laboratorium seperti Hb dan Ht(Doengoes,
2000).
b. Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara tidak
terjadi atau dapat dihindarkan dengan kriteria : secara verbal klien mengatakan
nyeri berkurang dan tidak terjadi pembengkakan, adapun rencana tindakan
keperawtan yang akan diberikan yaitu, kaji keluhan nyeri termasuk lokalisasi,
ajarkan klien untuk melakukan perawatan payudara(Doengoes, 2000).
c. Diagnosa gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan
penurunan tonus otot usus dapat teratasi dengan kriteria secara verbal klien
mengatakan sudah dapat BAB, adapun rencana tindakan keperawatan yang
akan diberikan yaitu, kaji/auskultasi bising usus, dorong masukan cairan 2.500-
55
3.000 ml/hari, hindari makanan yang membentuk gas, anjurkan klien untuk
mobilisasi ringan(Doengoes, 2000).
D. Implementasi Keperawatan
d. Rencana keperawatan yang telah diaplikasikan secara nyata pada klien,
baik yang dilakukan sendiri maupun dengan pendelegasian kepada perawat
ruangan. Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
perencanaan yang telah ditetapakan sesuai dengan kondisi, situasi serta keadaan
klien sekarang. Namun tidak semua intervensi dapat dilaksanakan karena
adanya keterbatasan waktu, alat, dan pengetahuan yang dimiliki
penulis(Doengoes, 2004).
a. Untuk mengatasi kekurangan volume cairan pada tanggal 30 November
2014, memberikan cairan sesuai indikasi dan mengawasi pemeriksaan
laboratorium seperti Hb dan Ht.
b. Untuk mengatasi nyeri, melakukan dan mengajarkan ibu untuk perawatan
payudara.
c. Untuk mengatasi gangguan pola eliminasi BAB, yaitu dengan mendorong
masukan cairan 2.500-3.000 ml/hari dan memberitahu klien untuk
menghindari makanan yang membentuk gas dan mengkonsumsi makan yang
tinggi serat.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk memanatau kemajuan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Dalam menilai hasil proses keperawatan yang dilakukan pada tiap diagnosa
yang ditemukan pada klien semuanya dapat teratasi.
BAB V PENUTUP
52
53
B. Penutup
54
DAFTAR PUSTAKA
Soenarso, Perawatan Ibu dan Dnak Di Rumah Sakit dan Puskesmas, Depkes RI Jakarta.
Ferrer, Helen, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC, 1999