Oleh:
KAHITA SRI ARIYANI
NIM 203.0059
Mahasiswa :
4) Anatomi Fisiologi
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas
rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat
badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua
karena kaya akan persediaan darah.
Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme, di inferior oleh fissure dinamakan dengan
ligamentum teres dan di posterior oleh fissure dinamakan dengan
ligamentum venosum. Lobus kanan hati enam kali lebih besardari lobus
kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus
caudatus, dan lobus quadrates. Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang
dinamakan kapsul glisson dandibungkus peritorium pada sebagian besar
keseluruhan permukaannnya.
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : Vena porta hepatica
yang berasal darilambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam
amino, monosakarida, vitamin yanglarut dalam air, dan mineral dan
Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen
6) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ada 2 macam yaitu :
a. Tanda dan gejala paling umum di tahap awal
1) Lesu
2) Nafsu makan sedikit atau tidak ada
3) Mual
4) Kehilangan berat badan
5) Pembesaran hati
6) Telapak tangan merah
b. Tanda dan gejala di tahap akhir
1) Mata dan kulit menguning
2) Urin coklat atau kuning gelap
3) Rambut rontok
4) Perubahan pembuluh darah di kulit dan di sekitar pusar
5) Pertumbuhan payudara pada pria
6) Mudah memar dan berdarah
7) Muntah darah atau BAB hitam seperti aspal
8) Gangguan mental berupa kebingungan
9) Perut bengkak dari akumulasi cairan dan kaki bengkak
10) Limpa membesar
11) Koma
7) Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis yang utama adalah hipertensi portal, asites,
peritonitis bakterial spontan, pendarahan varises esofagus, sindrma
hepatorenal dan kanker hati (Nurdjana, 2014).
Komplikasi sirosis hepatis dapat terjadi secara fungsional, anatomi
ataupun neoplastik. Kelaianan fungsi hepato-selular disebabkan gangguan
kemampuan sintesis, detoksifikasi ataupun kelainan sistemik yang sering
melibatkan organ ginjal dan endokrin. Kelainan anatomis terjadi karena pada
sirosis terjadi perubahan bentuk parenkim hati, sehingga terjadi penurunan
perfusi dan menyebabkan terjadinya hipertensi portal, dengan perubahan alur
pembuluh darah balik yang menuju viseral baik intra maupun ekstra hepatal.
Sirosis yang dibiarkan dapat berlanjut dengan proses degeneratif yang
neoplastik dan dapat menjadi karsinoma hepato-selular. Komplikasi dari
sirosis dapat berupa kelainan ginjal berupa sindroma hepatorenal, nekrosis
tubular akut. Juga dapat terjadi ensefalotapi porto-sistemik, perdarahan
varises, peritonitis bakterialis spontan (Jurnalis, 2014).
8) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Labolatorium
1) Urine (kurang dari 4 meq/L)
2) Feses (ekskresi pigmen empedu rendah)
3) Darah (normostic normokronik anemia ringan)
4) Tes faal hati
b. Sarana penunjang
1) Radiologi
2) Ultrasonografi
3) Peritonokopi (laparoskopi)
9) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Nurdjana (2014) adalah:
a. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan
kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggikalori
tinggi protein, lemak secukupnya.
b. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
1) Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunannya.
2) Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh.
Dengan diet tinggi kalori (300 kalori),kandungan protein makanan
sekitar 70-90 gr sehari untukmenghambat perkembangan kolagenik
dapat dicoba dengan pemberian D penicillamine dan Cochicine.
3) Hemokromatis
Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/
terapikelasi (desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu
sebanyak 500cc selama setahun.c.
4) Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
2) Sirkulasi
3) Eliminasi
4) Nutrisi
5) Neurosensori
6) Nyeri
7) Respirasi
8) Keamanan
9) Seksualitas
c. Pemeriksaan B1-B6
a) B1 (Breathing)
b) B2 (Blood)
Pendarahan, anemia
c) B3 (Brain)
d) B4 (Bladder)
e) B5 (Bowel)
f) B6 (Bone)
cairan)
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan a. BHSP (Bina hubungan saling a. Meningkatkan hubungan antara
berhubungan dengan tindakan keperawatan percaya) perawat dan klien
nafsu makan menurun. keadekuatan asupan b. Monitor hasil pemeriksaan b. Hasil labolatorium mengidentifikasi
SDKI 2017 D.0032 nutrisi untuk memenuhi labolatorium terpenuhinya kebutuhan nutrisi
(kategori : fisologis kebutuhan metabolisme c. Monitor asupan makan c. Menilai keberhasilan tindakan
subkategori : nutrisi membaik 3x24 jam keperawatan
dan cairan) d. Monitor adanya mual muntah d. Menilai hal yang membuat mual
KH : muntah
a. Porsi makan yang e. Anjurkan klien makan porsi kecil tapi e. Menilai hal yang meningkatkan nafsu
dihabiskam sering makan
meingkat f. Sajikan makanan dalam keadaan f. Makanan hangat dapat meningkatkan
b. Verbalisasi hangat nafsu makan
keinginan g. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat g. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan
meningkatkan nutrisi dan kepatuhan diit nutisi klien
c. Mual muntah h. Kolaborasi pemberian antiemetik h. Antiemetik mengurangi mual, diit
menurun TKTP
d. Berat badan
membaik
e. Nafsu makan
membaik
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan a. BHSP (Bina Hubungan Saling a. Meningkatkan hubungan perawat dan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Percaya) klien
kelemahan otot. SDKI respon fisiologis b. Monitor TTV b. TTV mengidentifikasi sistem seluruh
2017 D.0056 terhadap aktivitas yang tubuh
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
(kategori : fisiologis membutuhkan tenaga c. Dukungan ambulasi c. Menilai kekuatan otot
subkategori : aktivitas meningkat dalam 3x24 d. Anjurkan klien mika-miki d. Menghindari resiko dekubitus dan
dan istirahat). jam memperlancar peredaran darah
e. Jelaskan pentingnya latihan fisik e. Menilai aktivitas yang dapat dilakukan
KH : f. Kolaborasi pemberian diit TKTP f. Menilai kebutuhan nutrisi untuk
a. Klien menunjukan kekuatan otot
kekuatan otot
meningkat
b. TTV dalam batas
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
3 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan a. Pantau TTV a. Identifikasi sistem regulasi tubuh
berhubungan dengan tindakan keperawatan b. Pengaturan posisi b. Menilai hal yang membuat sesak
penekanan diafragma. inspirasi dan/atau c. Terapi otot relaksasi progresif c. Menilai kepatenan jalan nafas
SDKI 2017 D.0005 ekspirasi yang d. Jelaskan pencegahan aspirasi d. Menilai proses menelan
(kategori : fisiologis memberikan ventilasi e. Kolaborasi pemberian obat e. Menilai hal yang dapat melegakan
subkategori : respirasi). adekuat membaik dalam pernafasan
3x24 jam.
KH :
a. Pasien tidak
menunjukan reaksi
sesak nafas
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
b. Klien menunjukan
jalan nafas yang
paten (tidak merasa
tercekik)
c. TTV dalam batas
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
5 Resiko Setelah dilakukan a. Pantau TTV a. Identifikasi sistem regulasi tubuh
ketidakseimbangan tindakan keperawatan b. Pantau intake – output cairan b. Menilai tingkat dehidrasi
cairan berhubungan ekuilibrium antara c. Jelaskan pencegahan syok c. Menilai resiko syok
dengan pembuluh volume cairan di ruang d. Kolaborasi manajemen medikasi d. Menilai hal yang dapat meningkkatkan
darah pecah. SDKI intraseluler dan balance cairan
2017 D.0036 ekstraseluler tubuh
(kategori : fisologis meningkat dalam 3x24
subkategori : nutrisi jam
dan cairan)
KH :
a. Turgor kulit klien
membaik
b. Intake output klien
dalam batas normal
(1cc/kg BB)
c. TTV dalam batas
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
6 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan a. Pantau TTV a. Identifikasi sistem regulasi tubuh
dengan muntah darah. tindakan keperawatan b. Ajarkan teknik distraksi b. Menilai tingkat nyeri
SDKI 2017 D.0080 kondisi emosi dan c. Ajarkan terapi relaksasi otot c. Menilai hasil relaksasi, pengurangan
(kategori : psikologis oengalaman subjektif progresif nyeri
subkategori : integritas terhadap objek yang d. Bantu konseling d. Menilai manajemen diri
ego). tidak jelas dan spesifik e. Dukungan emosi e. Menilai tingkat ansietas
akibat antisipasi bahaya
yang, memungkinkan
individu melakukan
tindakan untuk
menghadapi ancaman
menurun dalam 3x24 jam
KH :
a. Klien tidak
menunjukan wajah
tegang (gelisah)
b. TTV dalam batas
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
c. Kontak mata baik
d. Wajah tidak terlihat
pucat
4) Implementasi Keperawatan
kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi
5) Evaluasi Keperawatan
diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin
dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau
Cheney, C.P, Goldberg, E.M & Chopra, S. (2012). Cirrhosis and portal
hypertension : an overview. In : Friedman, L.S, Kheffe, E.B. Hardbook liver
disease. Philadhelphia : Elsevier inc, 136-148.
Jurnalis, dkk. (2014). Sisosis Hepatis Dengan Hipertensi Porta Dan Pecahnya
Varises Esofagus. Majalah kedokteran andalas, 31 (2). ISSN 0126-2092.
Mc Cormick, P.A. (2011). Hepatic Cirrhosis. In Dooley, J.S, Lok, ACF,
Burrhough, A.K & Heathcote, E.J. Sherlock Disease Of The Liver And
Billiary Sytem, 12th Ed. USA : Wiley Blackwill publishing, inc, 103-120.
Nurdjana, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Sirosis Hati. Indonesia :
Interna Publishing. 6th ed.P.1978.
SDKI, T. P. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sherlock, S. (2011). Disease Of The Liver And Billiary System. USA : Wiley
Blackwell. 12th ed. P.103-120.