Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


(KMB)

SIROSIS HEPATIS

Disusun oleh :
A. DEFINISI
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium
terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Jadi Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang diakibatkan adanya distorsi
arsitektur pada lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul yang beregenerasi pada sel
hati sehingga menyebabkan sirkulasi darah di hati tidak normal yang menyebabkan
kegagalan fungsi hati atau fungsi normal hati terganggu.

Hati adalah organ penting untuk sekresi empedu, namun juga


memiliki fungi lain antara lain :
1) Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari
saluran pencernaan.
2) Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan
senyawa asing lainya.
3) Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan
darah dan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4) Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.

5) Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal

6) Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak 

7) Ekskresi kolesterol dan bilirubin.


B. ETIOLOGI

Beberapa penyebab dari sirosis hepatis yang sering adalah :

1) Malnutrisi

2) Alkoholisme

3) Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika

4) Virus hepatitis

5) penyakit Wilson

Merupakan kelainan autosomal resesif yang diturunkan dimana


tembaga tertimbun di hepar dan ganglia basal otak.

6) Zat toksik 

C. PATOFISIOLOGI
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama.
Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi
dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis,
namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga
pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu
yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua
kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan
sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui
jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih
tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol
sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit
yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.

D. GEJALA DAN TANDA KLINIS


1.      GEJALA
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver
yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan
lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip
laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus
menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
2.      TANDA KLINIS
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a.       Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia
sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver
sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya
kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan
penyakit
b.      Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk
pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan
tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites
sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
c.       Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar
sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
d.      Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di
atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap
aliran darah melalui hati.
E.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.    Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada
ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine
kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.
b.   Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi
pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus
akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna
cokelat atau kehitaman.
c.    Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang
dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau
karena splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal
maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan
adanya trombositopeni.
d.   Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita
yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik,
sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr
albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per
hari.9 Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL38. Jumlah albumin dan globulin
yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut elektroforesis protein serum.
Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. 39 Selain itu, kadar asam
empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati
secara dini.
2. Sarana Penunjang Diagnostik
a.    Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks,
splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)
b.   Ultrasonografi
Ultrasonorafi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati,
termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit.
Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi
hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan
permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi
dalam batas nomal.
c.    Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas
kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan
terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan
pembesaran limpa.

F. PATHWAY

Hepatitis virus Alkohol

Nekrosis parenkhim paru

Pembentukan jaringan ikat

Fungsi hati terganggu Inflamasi akut Gangguan metabolisme

Gangguan metabolism vitamin Nyeri akut protein

Sintesis vit A,B melalui Asam amino relatif(albumin)

Hati menurun
Gangguan sintesis vit
K

Penurunan produksi sel darah merah

Anemia factor pembekuan darah


dan sintesis prosumber
terganggu

kelemahan Resiko pendarahan

kelelahan/kelemahan otot

Intoleransi aktivitas
G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Riwayat Komponen yang Dikaji Pertanyaan dan Rasional
Kesehatan
Data Biografi dan Jenis kelamin, usia, status a. Jenis kelamin, usia, status pernikahan
Demografi pernikahan, faktor berkaitan dengan status gizi dan fungsi
keuangan, sosial, budaya, saluran cerna atas
suku b.Faktor keuangan dan sosial berpengaruh
terhadap askes dalam asupan makanan
c. Usia berpengaruh pada risiko penyakit
saluran cerna. Pada usia pertengahan
kanker lambung dan esophagus lebih
banyak didapatkan pada laki – laki.
d.Budaya dan suku mempengaruhi jenis,
jumlah, frekuensi konsumsi makanan.
Keluhan Utama a. Kaji waktu dan karakteristik keluhan,
faktor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
b. Tanyakan apakah ada perubahan nafsu
makan atau BB sejak terjadinya keluhan
Manifestasi Klinis Nyeri abdomen a. Tanyakan apakah nyeri terjadi cepat atau
bertahap
b. Tanyakan bagaimana kekuatan nyeri
apakah bertambah salam beberapa jam,
hari atau minggu
c. Tanyakan apakah nyeri menyebar
d. Tanyakan apakah nyeri membaik atau
memburuk dengan gerakan
e. Tanyakan apakah ada makanan tertentu
yang mempengaruhi nyeri
f. Nyeri abdominal dibedakan menjadi nyeri
visceral (nyeri samar, kembung, terasa
terbakar, kram, atau merasakan mulas),
parietal (terjadi saat peritoneum
mengalami infeksi seperti peritonitis atau
appendiksitis, nyeri bersifat lama dan
berat), atau menjalar.

Mual dan muntah a. Tanyakan kapan mual muntah mulai


terjadi dan apakah dirasakan sudah lama?
b. Tanyakan apakah mual muntah dirasakan
terus menerus atau hilang timbul ?
c. Tanyakan apa yang meringankan gejala ?
d. Kaji apakah muntah mengandung
makanan yang belum dicerna atau berupa
empedu
e. Identifikasi berapa banyak muntahan,
bagaimana warna dan konsistensinya
f. Tanyakan apakah muntah diawali nyeri
Gangguan mencerna a. Tanyakan apakah klien mengeluh susah
mencerna
b. Tanyakan apakah nyeri seperti menyebar
atau rasa terbakar
c. Kaji apakah sulit mencerna berhubungan
dengan asupan makanan tertentu
d. Indentifikasi jenis makanan yang dapat
memperburuk atau meringankan gejala
e. Tanyakan apakah klien meminum obat
atau antiemetic untuk mengatasi kesulitan
mencerna
Perubahan eliminasi a. Tanyakan berapa banyak dan frekuensi
(Diare atau Konstipasi) BAB dalam sehari
b. Tanyakan bagaimana konsistensi tinja
(padat atau cair), warna tinja (hitam ata
berdarah), tinja tenggelam atau
mengapung  diet tinggi lemak
menghasilkan tinja mengapung
c. Tanyakan apakah ada nyeri saat BAB
disertai perut melilit atau kram  kram
atau melilit mengindikasikan klien diare.
d. Jika klien diare, tanyakan kapan terjadi
diare (malam atau siang hari), berapa lama
sudah mengalami diare
e. Tanyakan apakah diare menurun saat
waktu tertentu tiap bulan  indikasi
pengaruh hormonal
f. Kaji apakah aktivitas fisik atau asupan
makanan tertentu yang mempengaruhi
diare  kembung dan diare sesudah
mengkonsumsi produk oalahan susu
mengarah pada intoleransi laktosa
g. Tanyakan jenis makanan yang dikonsumsi
2 – 3 hari terakhir, bagaimana proses
memasaknya  identifikasi risiko
permasalahan pencernaan tidak spesifik
yang mengarah pada keracunan makanan
h. Tanyakan sudah berapa lama keluhan
konstipasi?
i. Tanyakan pola kebiasaan defekasi?
Apakah sering menahan BAB?
j. Tanyakan pekerjaan/aktitifas, banyaknya
konsumsi air mineral aktifitas yang
kurang disertai dengan kurangnya
konsumsi air mineral akan meningkatkan
faktor resiko konstipasi.
k. Tanyakan bentuk feses yang keluar saat
bab (jika pasien mengalami konstipasi),
apakah spt kotoran kambing  indikasi
adanya obstruksi pada colon atau idnikasi
resiko appendisitis
Perubahan berat badan a. Tanyakan sudah berapa lama klien
dan nafsu makan mengalami perubahan nafsu makan
(menurun atau berlebihan)
b. Tanyakan apakah ada perubahan diet
dalam jangka waktu dekat ini
c. Kaji adanya penurunan atau peningkatan
berat badan
d. Tanyakan apakah klien mengkonsumsi pil
diet (perangsang nafsu makan atau
penekan nafsu makan)
e. Tanyakan apakah klien merasa sedih atau
tertekan akhir – akhir ini, mengalami rasa
kenyang, anoreksia, perubahan rasa
makanan dan apakah ada perubahan
tingkat aktifitas (masalah fisiologis dan
psikologis dapat menyebabkan perubahan
berat badan yang tidak dikehendaki)
Indigesti (Rasa Tidak Tanyakan spesifik pada klien apa yang
Nyaman pada Abdomen) mencetuskan rasa tidak nyaman pada
abdomen? Makanan terakhir yang
dikonsumsi apa? Apakah keluhan disertai
dengan perut terasa terbakar, apakah
disertai dengan perut begah dibagain
abdomen bawah dan perubahan pola
berkemih  Indigesti terjadi karena
kondisi intoleransi laktosa (alergi protein
sapi), penyakit berkaitan dengan infeksi
saluran kemih, masalah reproduksi, rasa
terbakar yang menyertai adanya masalah
hepar (pada kasus sirosis hepatis)
Tinjauan Sistem Riwayat penyakit dahulu a. Tanyakan riwayat penyakit terdahulu
yang pernah diderita dan riwayat
hospitalisasi  dapat memberikan
informasi status gizi dan fungsi saluran
cerna klien.
b. Tanyakan adakah riwayat penyakit
saluran cerna atau yang berhubungan
(penyakit kandung empedu, pankreatitis,
penyakit Crohn, anemia)
c. Tanyakan adakah riwayat terkena kanker
saluran cerna (bagaimana diagnosisnya,
stadium, dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan)
d. Tanyakan riwayat alkoholik
Riwayat pembedahan a. Tanyakan apakah pernah dioperasi
belakang ini?
b. Tanyakan riwayat pembedahan dahulu
(mulut, tenggorokan, lambung, hati,
pankreas, kandung empedu, dan
abdomen)  riwayat pembedahan
memberikan informasi status gizi dan
struktur dan fungsi saluran cerna atas.
Alergi a. Tanyakan pada klien adakah alergi
makanan tertentu
b. Tanyakan apakah setelah mengkonsumsi
makanan tertentu (kacang, ikan laut dll)
mengalami gejala kemerahan pada
kulit/eritema atau sesak napas ? 
merupakan tanda alergi makanan
c. Tanyakan apakah setelah konsumsi
makanan tertentu terutama produk susu
(mengandung laktosa) klien langsung
kram perut, kembung, sering kentut, diare
 mengindikasikan intoleransi makanan
Riwayat konsumsi obat a. Tanyakan riwayat konsumsi obat 
dan suplemen makanan beberapa obat berpotensi berinteraksi
dan alkohol dengan makanan. Pada klien lansia yang
mengkonsumsi obat berisiko tinggi
mengalami interaksi obat dengan
makanan.
b. Tanyakan jenis,dosis, frekuensi, merek
suplemen makanan yang dikonsumsi
klien  beberapa suplemen berlebihan
dan bersamaan dengan obat dapat
membahayakan klien.
c. Tanyakan apakah ada riwayat konsumsi
alcohol ==> meningkatkan resiko
penyakit hepatitis/sirosis hepatis
Kebiasaan makan a. Tanyakan asal suku, agama, budaya klien
 jenis makanan, jumlah, cara waktu
asupan makanan dipengaruhi oleh faktor
psikososial yang berpengaruh terhadap
pola nutrisi dan status gizi klien
Riwayat sosial a. Tanyakan pekerjaa klien saat ini dan
lokasi kerja apakah sering terpapar bahan
– bahan kimia lokasi kerja yang
terpapar arsenic, timbal, raksa, menjadi
racun dan pathogen yang meningkatkan
resiko penyakit saluran cerna
b. Tanyakan apakah klien sering berpergian
ke luar negeri  sering berpergian ke
luar negeri berisiko mengalami gangguan
saluran cerna seperti mual, muntah, atau
diare karena bakteri pathogen, protozoa,
cacing, parasite pada makanan atau
lingkungan yang sudah terkontaminasi.
Riwayat keluarga a. Tanyakan riwayat penyakit genetic atau
saluran cerna yang dialami aggota
keluarga  beberapa penyakit seperti
penyakit Chron, colitis ulseratif berkaitan
dengan komponen familial.
b. Tanyakan apakah anggota keluarga ada
yang mengalami diabetes, anemia,
hepatitis, pankreatitis, obesitas, ulkus
peptik atau penyakit gangguan
pencernaan lain.
Riwayat Psikososial dan a. Tanyakan bagaimana penerimaan
spiritual terhadap penyakit, kesiapan pasien
menghadapi proses pengobatan, dalam
fase apa pasien mengalami kondisi
psikologis (denial, anger, bargaining,
depresi atau acceptance)
b. Tanyakan bagaimana kegiatan sosial atau
aktiftas sehari2 pasien sebelum dan
setelah mengalami kondisi sakit (apakah
ada perubahan atau masalah) bagaimana
penerimaan keluarga dan orang sekitar
terkait kondisi penyakit pasien
c. Tanyakan keyakinan pasien terkait
kondisi sakit, bagaimana upaya untuk
meyakini penyakit berasal dari tuhan,
adakah budaya pasien meyakini penyakit
tertentu (penyakit kiriman, apakah ada
unsur magic, atau pelanggaran peraturan
adat sehingga mendapat penyakit)
d. Bagaimana kegiatan beribadah pasien
selama sakit? Apakah ada kendala?

FOKUS PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN


Metoda dan Normal Abnormalitas
Organ
Inspeksi dan c. Inspeksi kesimetrisan bibir,  Adanya lesi merah (eritroplakia),
palpasi warna, hidrasi, lesi atau nodul lesi putih (leukoplakia),
pembengkakan, perdarahan, ulkus
(Mulut) d. Periksa posisi gigi atas bawah 
struktur gigi lengkap, tidak ada  Abnormalitas tonsil (bengkak,
karies, gusi tidak mengecil. merah, lesi, luka, deviasi uvula,
cairan berlebih, dan bau mulut)
e. Periksa lidah (kesimetrisan,
warna, kelembapan)  simetris,  Atrofi dan abnormalitas selaput
warna merah muda, lembap, lidah
tidak ada atrofi
 Gerakan lidah tidak normal 
f. Inspeksi gerakan lidah volunter tumor yang menginfiltrasi lidah atau
dan involunter jepitan syaraf

g. Kaji apakah ada disfagia   Kesulitan memindahkan makanan


normalnya proses memindahkan hingga ke belakang mulut 
dan menelan makanan tidak indikasi disfagia oral faringeal
bermasalah
 Kesulitan menelan makanan
padat/cair  disfagia esofagus
(adanya penyakit motorik atau
sumbatan esfofagus)

Palpasi a. Palpasi bibir, gusi, mukosa pipi  Jika ada bercak putih di area oral
secara gentle. yang tidak terlepas  indikasi
(Mulut) kanker oral atau lesi oral pra kanker
b. Memegang lidah secara lembut,
regangkan, angkat lidah dengan
bantala kassa sambil inspeksi dan
palpasi bagian bawah dan dasar
mulut untuk identifikasi tidak
adanya nyeri, massa atau
bengkak

Inspeksi a. Inspeksi dilakukan dari posisi  Jaundice: Penyakit pada hati


kanan pasien  Kemerahan : Inflamasi
(Abdomen) b. Inspeksi abdomen untuk melihat  Sianosis : Hipoksia
ruam kemerahan, perubahan  Warna kebiruan di sekeliling
warna, bekas luka, striae, linea umbilikus (Cullen’s sign):
nigra pada ibu hamil, dan perdarahan pankreatitis atau
pelebaran vena. perdarahan intraperitoneal
c.  Warna keabu2an pada abdominal
bawah dekat panggul dan punggung
belakang (Grey-Turner’s sign):
Amati Pancreatitis atau perdarahan
ekstraperitoneal.
ukuran, bentuk, simetrisitas,  Bruises: trauma baru.
pergerakan (respirasi, peristaltik,  Striae pink-abu : Cushing’s
dan pulsasi) syndrome.
 Angioma/ spider nevi: gagal hepar
d. W a r 
n Caput medusa
a (dilatasi vena
k u
umbilicus): gagal hepar
 Hernia (protrusion organ abdominal
melalui dinding abdomen yang
terbuka) : disebabkan kelemahan
otot abdomen, terlihat menonjol/
bengkak
 Adanya prostusi (penonjolan isi
lebih cerah pada rongga) pada umbilicus indikasi:
area abdomen karena kurang hernia umbilical, ada massa di
terpapar sinar matahari abdomen  deviasi umbilicus dari
e. Inspeksi umbilicus, kontur, midline
warna, dan discharge.
f. Minta pasien mengangkat kepala
dari bantal, lihat adanya herniasi/
penonjolan di umbilikus

Inspeksi Amati abdomen dari sisi yang  Asimetrisitas: Tumors, kista, bowel
berbeda. Abdomen simetris bilateral obstruction, organomegali, or
(Abdomen) dari margin costa ke iliac dengan scoliosis.
umbilicus di tengah , Tidak ada  Bentuk abdomen konveks pada bayi
distensi dan permukaan datar dan balita normal, namun pada
dewasa menunjukkan penurunan
tonus abdomen karena simpanan
lemak
 Bentuk abdomen konkav ditemukan
pada pasien yang kurus
 Distensi abdomen: 9F (Fat, Fluid,
Feses, Fetus, Flatus, Fibroid, Full
bladder, False pregnancy, Fatal
tumor
 Distensi area RLQ and LLQ:
Pregnancy; tumor ovarian atau
uterine, pembesaran bladder.
 Distensi area LUQ and RUQ: kista
pancreatic, tumor atau distensi
gastric .
Inspeksi a. Observasi repirasi, pulsasi, dan  Peningkatan gelombang peristaltik:
peristaltik obstruksi intestinal.
(Abdomen) b.Pada pasien kurus, peristaltis dan  Pergerakan abnormal respirasi
pulsasi aorta mungkin terlihat. (menggunakan otot Bantu nafas,
c. Wanita lebih banyak restriksi abdominal, pernafasan
menggunakan pernafasan toraks, berat) : indikasi distress pernafasan.
pria pernafasan abdominal  Respirasi yang dangkal pada pasien
pria: nyeri abdomen.
 Peningkatan / difus pulsasi: Aortic
aneurysm abdominalis

Auskultasi a. Selalu auskultasi sebelum palpasi  BU > 30 klik/menit: hiperaktivitas


b. Tentukan kuadaran pada area abd bowel atau hiperperistaltik 
(Abdomen) dengan garis imajiner infeksi, iritasi bowel, tanda awal
c. Dengarkan selama 5 menit obstruksi, diare, resolving paralytic
sebelum menyatakan bahwa BU ileus, atau penggunaan laksatif
tidak ada.  
d. Pada pasien dewasa, BU normal  BU<5 klik/menit tapi ada hipoaktif
terjadi secara teratur setiap 3 – 35 atau hipoperistalsik indikasi
detik. peritonitis, obat-obatan anastesi post
operasi, atau opioid
 
 Tidak terdengar BU  obstruksi
bowel, peritonitis, atau paralitik
ileus setelah operasi yang
memanipulasi bowel

Auskultasi Venous Hums  Venous hums indikasi hipertensi


Jika ada indikasi, lakukan pada area vena portal dan penyakit iver
di atas hepar di RUQ dengan bell
stetoskop.

Friction Rub
Friction rub terdengar seperti  Friction rub menandakan tumor hati
permukaan dua kulit yang jika terdengar di sela iga kanan
bergesekan bawah atau sela iga linea aksilaris
anterior pada kasus peradangan
Jika ada indikasi, akan terdengar di limpa
atas organ yang inflamasi atau tumor
diafragma
Perkusi a. Perkusi area 4 kuadran abdomen  Suara timpani dengan tinggi 
b. Mencatat area abdomen mana adanya distensi
(Abdomen) yang terdengar dullness dan
timpani.  Suara dullness yang
c. Suara timpani dan dullnes yang melebar/meluas indikasi ada organ
dihasilkan tergantung area yang membesar atau adanya massa
abdomen yang diperkusi
 Jika ada dugaan aneurisma
abdominal atau klien telah
melakukan transplantasi organ,
maka perkusi abdomen tidak boleh
dilakukan

Palpasi a. Palpasi secara sistematis tiap  Nyeri abdomen pada pemeriksaan


kuadran atau tiap bagian dimulai Titik Mc. Burney (kuadran kanan
(Abdomen) dari area sehat ke area sakit. bawah di tengah antara umbilkus
b. Palpasi ringan dengan kedalaman dan krista iliaka anterior) disertai
1 -2 cm untuk identifikasi massa kekakuan abdomen involunter 
atau nyeri abdomen appendiksitis
c. Palpasi adanya nyeri tekan dan  Adanya nyeri lepas pada abdomen
lepas. Normalnya tidak ada nyeri menunjukkan inflamasi peritoneum.
lepas dan tidak teraba massa,  Hepar teraba  hepatomegali
tonus otot rikeks dan kencang.

d. Palpasi dalam (kedalaman


tekanan 4 – 5 cm) untuk
menentukan ukuran, bentuk
organ abdomen dan adanya
massa atau tidak dan apakah hati,
limpa, ginjal teraba. Palpasi
dilakukan dengan satu atau dua
tangan. Normalnya hepar, ginjal,
limpa tidak teraba

Inspeksi dan a. Pasien diminta berbaring pada  Hemoroid  kondisi pelebaran


palpasi (Anus sisi kirinya dengan lutut ditekuk pembuluh darah vena akibat
dan Rektum) (posisi lateral kiri) bendungan vena usus.
b. Perawat yang mengenakan  Prolaps rekti  lipatan sirkum
sarung tangan dan mulai firesial dari mukosa yang berwarna
melakukan inspeksi pada anus merah terlihat menonjol dari anus
dan daerah perianal dengan  Karsinoma anus  massa yang
menyisihkan kedua belah terbentuk kembang kol pada pinggir
pantatnya. Perawat perlu menilai anus.
adanya konsistensi abnormalitas
pada anus.
c. Perawat menggunakan ujung jari
telunjuk yang terbungkus
handscoon dilubrikasi dan
diletakkan pada anus. Pasien
diminta bernapas melalui mulut
dengan tenaga dan rileks.
Perlahan-lahan meningkatkan
tekanan pada jari telunjuk ke arah
bawah sampai sfringter terasa
agak lemas. pada saat ini
dimasukkan perlahan-lahan
kedalam rectum. Palpasi dinding
anterior dari rektum.
d. Jari kemudian diputar sesuai arah
jarum jam sehingga dinding
lateral kanan, dinding posterior,
dan dinding lateral kiri dari
rectum dapat dipalpasi secara
berurutan. Kemudian jari
dimasukkan sedalam mungkin ke
dalam rectum dan perlahan
ditarik keluar menyusuri dinding
rectum.
e. Normalnya anus intak, tinja tidak
ditemukan darah, tidak ada nyeri,
mukosa rektum lembut, tidak ada
hemoroid atau prolaps.
Sumber: Dilon, 2007

H. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


KEP
Hepatitis virus
1. Ds : Nyeri akut
ATAU alcohol
 Mengeluh nyeri
Nekrosis parenkhim paru

Do :
 Tampak Pembentukan jaringan ikat
meringis
Inflamasi akut
 Bersikap
protektif Nyeri akut
 Gelisah
 Frekuensi nadi
meningkat
 Sulit tidur
 Tekanan darah
meningkat
 Pola nafas
berubah
 Nafsu makan
berubah
 Proses berfikir
terganggu
 Menarik diri
Berfokus pada diri
sendiri
Hepatitis virus
2. DS : Intoleransi
ATAU alcohol
 Mengeluh lelah aktivitas
 Dyspnea Nekrosis parenkhim paru
saat/setelah
fungsi hati terganggu
aktivitas
 Merasa tidak
gangguan metabolism vitamin
nyaman setelah
beraktivitas
sintesis vit A B melaui hati menurun
 Merasa lemah
DO : penurunan produksi sel darah merah

 Frekuensi
anemia
jantung
meningkat
kelelahan
>20% dari
kondisi istirahat
kelemahan otot
 Tekanan darah
berubah > 20%
Intoleransi aktivitas
dari kondisi
istirahat
 Gambaran EKG
menunjukan
aritmia
saat/setelah
aktivitas
 Gambaran EKG
menunjukan
iskemia
Sianosis
Hepatitis virus
3. Resiko
ATAU alcohol
pendarahan

Nekrosis parenkhim paru

Gangguan metabolism protein

Asam amino relative (albumin)

Gangguan sintesis vit K


Factor pembekuan darah dan sintesis
prosumber terganggu

Resiko pendarahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 . Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada hati 
2 . intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3 . Risiko pendarahan ditandai dengan gangguan fungsi hati (sirosis hepatis)

I. RENPRA

NO DIAGNOSA (SLKI) INTERVENSI AKTIVITAS (SIKI)


(SDKI) (SIKI)

1 Risiko Setelah dilakukan Pencegahan Observasi


pendarahan asuhan pendarahan  Monitor tanda dan
ditandai keperawatan gejala pendarahan
dengan selama 2x24 jam  Monitor nilai
gangguan maka kontrol hematocrit/hemoglo
fungsi hati risiko meningkat bin sebelumdan
(sirosis dengan kriteria sesudah kehilangan
darah
hepatis) hasil :  Monitor tanda tanda
 Kemampuan vital ortostatik
mencari  Monitor koagulasi
informasi
Terapeutik
tentang factor
risiko  Pertahankan bed rest
meningkat 5 selama pendarahan
 Kemampuan  Batasi tindakan
mengidentifik invasive, jika perlu
asi factor  Gunakan kasur
risiko pencegh decubitus
meningkat 5  Hindari pengukuran
 Kemampuan suhu rektal
melakukan
Edukasi
strategi control
resiko 5  Jelaskan tanda dan
 Kemampuan gejala pendarahan
mengubah  Anjurkan gunakan
prilaku 5 kaus kaki saat
 Kwmampuan ambulasi
modifikasi  Anjurkan
gaya hidup meningkatkan
 Kemampuan asupan mcairan
menghindari untuk menghindari
factor risisko 5 konstipasi
 Kemampuan  Anjurkan
mengenli menghindari aspirin
perubahan dn antikoagulan
status  Anjurkan
kesehatan 5 mengingkatkan
 Penggunaan asupan makanan dan
system vitamin K
pendukung 5  Anjurkan segera
 Pemantauan melapor jika terjadi
perubahan pendarhan
status
Kolaborasi
kesehatan 5
 Imunisasi 5  Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
pendarahan, jika
perlu
 Kolaborasi
pemberain produk
darah, jika perlu
 Kolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu

2 Nyeri akut setelah dilakukan Manajemen Observasi


berhubungan asuhan nyeri  Identifikasi lokasi,
dengan keperawatan karakteristik, durasi,
inflamasi selama 3x24 jam frekuensi, kualitas
pada maka tingkat nyeri dan intesitas nyeri
hati ditandai menurun dengan  indentifikasi skala
dengan : kriteria hasil : nyeri
Ds :  Kemampuan  identifikais repon
 Mengeluh menuntaskan nyeri non verbal
nyeri aktivitas 5  indentifikasi factor
 Keluhan nyeri memperberat dan
Do :
 Tampak 5 memperingan nyeri
meringis  Meringis 5  identifikasi
 Bersikap  Sikap protektif pengetahuan dan
protektif 5 keyakinan tentang
 Gelisah  Gelisah 5 nyeri
 Frekuensi  Kesulitan tidur  identifikasi
nadi 5 pengaruh budaya
meningka  Menarik diri 5 terhadap respon
t  Berfokus pada nyeri
 Sulit tidur diri sendiri 5  identifiksi pengaruh

 Tekanan  Perasaan nyeri pada kualitas

darah depresi 5 hidup

meningka  Perasaan takut  monitor


t mengalami keberhasilan terapi

 Pola nafas cedera komplementer yang

berubah berulang 5 sudah diberikan

 Nafsu  Anoreksia 5  monitor efek

makan samping
 Perineum
berubah penggunaan
terasa tertekan
 Proses analgetik
5
berfikir  Ketegangan
terganggu otot 5 Terapeutik
 Menarik  Muntah 5
diri  berikan teknik non
 Mual 5
 Berfokus farmakologis untuk
 Frekuensi nadi
pada diri mengurangi nyeri
5
sendiri  control lingkungan
 Pola nafas 5
yang memperberat
 Tekanan darah
nyeri
5
 fasilitasi istirahat
 Proses berfikir dan tidur
 Focus  pertimbangkan jenis
 Nafsu makan dan sumber nyeri
5 dalam pemilihan

 Pola tidur 5 strategi meredakan


nyeri

Edukasi

 jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
 Jelskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberin analgetik
bila perlu
3 intoleransi Setelah dialkukan Manajemen Observasi
aktivitas suhan energi  Identifikasi
berhubungan keperawatan gangguan fungsi
dengan selama 2x24 jam tubuh yang
kelemahan maka toleransi mengakibatkan
ditandai aktivitas kelelahn
dengan : meningkat dengan  Monitor kelelahan
DS : kriteria hasil : fisik dan emosional
 Mengeluh  Frekuensi nadi  Monitor pola tidur
lelah 5 dn jam tidur
 Dyspnea  Saturasi  Monitor lokasi dan
saat/setela oksigen 5 ketidaknyamanan
h aktivitas  Kemudahan selama melakukan
 Merasa dalam aktivits
tidak melakukan
Terapeutik
nyaman aktivits 5
setelah  Kecepatan  Sediakan
beraktivit berjalan 5 lingkungan nyaman
as  Kekuatan dan rendah stimulus
 Merasa tubuh bagian  Lakukan latihan
lemah atas 5 rentang gerak pasif
 Kekuatan ataupun ktif
DO :
tubuh bagian  Berikan aktivitas
 Frekuensi bawah 5 distraksi yang
jantung  Toleransi menenangkan
meningka dalam menaiki  Fasilitasi duduk di
t >20% tangga 5 sisi tempat tidur,
dari  Keluhan lelah jika tidak dapat
kondisi berpindah ataupun
istirahat 5 berjalan
 Tekanan  Dyspnea saat
Edukasi
darah aktivitas 5
berubah >  Dyspnea  Anjurkan tirah
20% dari setelah baring
kondisi aktivitas 5  Anjurkan
istirahat  Merasa lemah melakukan aktivitas
 Gambaran 5 secara berthap
EKG  Aritmia saat  Anjurkan
menunjuk aktivitas 5 menghubungi
an aritmia  Sianosis 5 perawat jika tanda
saat/setela  Warna kulit 5 dan gejala kelelahan
h aktivitas  Tekanan darah tidk berkurang
 Gambaran 5  Ajarkan strategi
EKG  Frekuensi koping untuk
menunjuk nafas 5 mengurangi
an kelelahan
iskemia
 Sianosis
Kolaborasi

 Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan
makanan.

Anda mungkin juga menyukai