“ GAGAL NAFAS ”
DI SUSUAN OLEH:
Kelompok 2
3 | GAGAL NAFAS
BAB II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan berkah, rahmat, dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas Keperawatan Kritis
serta untuk memperdalam pengetahuan ”Gagal Nafas” .
Dalam pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari dukungan beberapa
pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu Siti Lestari MN selaku dosen Keperawatan Kritis yang telah
membimbing penulis dalam menyusun makalah ini, juga teman-teman D-IV
Keperawatan Medikal Bedah tingkat III yang ikut mengapresiasi hasil makalah ini.
Penyusun
4 | GAGAL NAFAS
DAFTAR ISI
HalamanJudul............................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
A. Pengertian........................................................................................................1
B.Etiologi............................................................................................................ 2
C.Patofisiologi....................................................................................................2
D. Manifestasi klinis............................................................................................6
E.Pemeriksaan penunjang...................................................................................6
F.Komplikasi...................................................................................................... 6
G. Diagnosa banding............................................................................................7
H. Pencegahan......................................................................................................8
I.Penatalaksanaan dan terapi...............................................................................8
A. Pengkajian.......................................................................................................12
B.Pemeriksaan fisik............................................................................................14
C.Diagnosa keperawatan....................................................................................15
D. Intervensi keperawatan...................................................................................16
Daftar Pustaka...........................................................................................................22
5 | GAGAL NAFAS
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
6 | GAGAL NAFAS
pasien dengan gagal napas tipe ini yang bernapas dengan udara ruangan.
Keasaman atau pH bergantung pada kadar bikarbonat, yang kembali lagi
bergantung pada durasi hiperkapnia. Etiologi umum termasuk overdosis obat,
penyakit neuromuskular, abnormalitas dinding dada, dan gangguan jalan
napas berat (contohnya padaasma dan PPOK/penyakit paru obstruktif kronis).
B. ETIOLOGI
1. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak
(pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak
terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada
saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangat
mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pleura, hematotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat
menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas.
7 | GAGAL NAFAS
Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas.
Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal
nafas.
Penyebab gagal nafas berdasarkan lokasi adalah :
1. Penyebab sentral
a. trauma kepala : contusio cerebri
b. radang otak : encephaliti
c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab perifer
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle
relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
(harsono, 1996)
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda
Gagal nafas total
Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
8 | GAGAL NAFAS
Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi
buatan
D. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal
nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas
kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah
ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
9 | GAGAL NAFAS
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan
menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal.
Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak
adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang
dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia
atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
10 | GAGAL NAFAS
Kolap alveoli
↓ ekspansi
paru Ventilasi dan perfusi ↓
Tidak seimbang pola nafas tidak efektif
↓
Terjadi hipoksemia/hiperkapnia
gg pertukaran gas
↓
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerikasan gas-gas darah
arteri Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60
mmHg Berat : PaO2 < 40
mmHg
2. Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui
•Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
•EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
11 | GAGAL NAFAS
3. Inhalasi nebuliser
4. Fisioterapi dada
5. Pemantauan hemodinamik/jantung
6. Pengobatan Brokodilator Steroid
7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
G. ASKEP
Pengkajian
1. Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
a.Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS,
dengan memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
5. Eksposure
12 | GAGAL NAFAS
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat, tampak
lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara
objektif.
1. Sistem kardiovaskuler
Tanda : Takikardia, irama ireguler
S3S4/Irama gallop
Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung
menandakan udara di mediastinum)
TD : hipertensi/hipotensi
2. Sistem pernafasan
Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru ,
keganasan, “lapar udara”, batuk
Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot
asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi :
hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area
berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang,
reduksi ekskursi thorak.
3. Sistem integumen
cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung,
stupor
4. Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2- 4.
5. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
6. Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
13 | GAGAL NAFAS
7. Sistem
neurologi Sakit
kepala
8. Sistem urologi
Penurunan haluaran
urine
9. Sistem reproduksi
Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada
rahim/serviks.
10. Sistem indera
Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau
tanpa kebutaan tiba-tiba.
Pendengaran : telinga berdengung
14 | GAGAL NAFAS
Prioritas diagnosa keperawatan
15 | GAGAL NAFAS
perlu
karena adanya
6. Kaji kemampuan
aliran udara
batuk, latihan nafas
melewati batang
dalam, perubahan
tracheo branchial
posisi dan lakukan
dan juga karena
suction bila ada
adanya cairan,
indikasi
mukus atau
7. Peningkatan
sumbatan lain dari
oral intake jika
saluran nafas
memungkinkan
4.Karakteristik
Kolaboratif
batuk dapat
8. Berikan oksigen,
merubah
cairan IV ;
ketergantungan
tempatkan di
pada penyebab
kamar humidifier
dan etiologi dari
sesuai indikasi
jalan nafas.
9. Berikan therapi
Adanya sputum
aerosol,
dapat dalam
ultrasonik
jumlah yang
nabulasasi
banyak, tebal dan
10. Berikan
purulent
fisiotherapi dada
5.Pemeliharaan
misalnya : postural
jalan
drainase, perkusi
nafas
dada/vibrasi jika
bagian nafas
ada indikasi
dengan paten
11. Berikan
6.Penimbunan
bronchodilator
sekret
misalnya :
mengganggu
aminofilin,
ventilasi dan
albuteal
predisposisi
16 | GAGAL NAFAS
dan mukolitik perkembangan
atelektasis dan
infeksi paru
7.Peningkatan cairan
per oral dapat
mengencerkan
sputum
8.Mengeluarkan
sekret dan
meningkatkan
transport
oksigen
9.Dapat berfungsi
sebagai
bronchodilatasi
dan mengeluarkan
secret
10. Meningkatkan
drainase secret
paru, peningkatan
efisiensi
penggunaan otot
otot pernafasan
11.Diberikan untuk
mengurangi
bronchospasme,
menurunkan
viskositas sekret dan
meningkatkan
17 | GAGAL NAFAS
2. Pola nafas tidak
Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi,
efektif b.d
tindakan kedalaman dan
penurunan
keperawatan kualitas
ekspansi paru
pasien dapat pernapasan serta
mempertahankan pola
pola pernapasan.
pernapasan yang 2. Kaji tanda vital
efektif dan tingkat
Kriteria Hasil : kesasdaran setaiap
Pasien jam dan prn
menunjukkan 3. Monitor
•Frekuensi, irama pemberian
dan trakeostomi bila
kedalaman PaCo2 50 mmHg
pernapasan atau PaO2< 60
normal mmHg
•Adanya 4. Berikan oksigen
penurunan dalam bantuan
dispneu ventilasi dan
•Gas-gas darah humidifier
dalam batas sesuai dengan
normal pesanan
5. Pantau dan catat
gas-gas darah sesuai
indikasi : kaji
kecenderungan
kenaikan PaCO2
atau kecendurungan
penurunan PaO2
6. Auskultasi
dada untuk
mendengarkan
bunyi nafas setiap 1
18 | GAGAL NAFAS
jam
7. Pertahankan tirah
baring dengan
kepala tempat tidur
ditinggikan 30
sampai 45 derajat
untuk
mengoptimalkan
pernapasan
8. Berikan dorongan
utnuk batuk dan
napas dalam,
bantu
pasien untuk
mebebat dada
selama batuk
9. Instruksikan
pasien untuk
melakukan
pernapasan
diagpragma atau
bibir
10. Berikan bantuan
ventilasi
mekanik
bila PaCO > 60
mmHg. PaO2 dan
PCO2 meningkat
dengan frekuensi 5
mmHg/jam. PaO2
tidak dapat
dipertahankan pada
19 | GAGAL NAFAS
60 mmHg atau
lebih, atau pasien
memperlihatkan
keletihan atau
depresi mental atau
sekresi menjadi
sulit untuk diatasi.
20 | GAGAL NAFAS
indikasi, kaji
3. Wheezing terjadi
perlunya CPAP atau
karena
PEEP.
bronchokontriksi
5. Auskultasi dada
atau adanya
untuk
mukus pada jalan
mendengarkan
nafas
bunyi nafas setiap
4. Selalu berarti bila
jam
diberikan oksigen
6. Tinjau kembali
(desaturas 5 gr
pemeriksaan sinar
dari Hb)
X dada harian,
sebelum cyanosis
perhatikan
muncul. Tanda
peningkatan atau
cyanosis dapat
penyimpangan
dinilai pada
7. Pantau irama
mulut, bibir
jantung
yang indikasi
8. Berikan cairan
adanya
parenteral sesuai
hipoksemia
pesanan
sistemik,
9. Berikan obat-obatan
cyanosis perifer
sesuai pesanan :
seperti pada kuku
bronkodilator,
dan ekstremitas
antibiotik, steroid.
adalah
vasokontriksi
5. Hipoksemia dapat
menyebabkan
iritabilitas dari
miokardium
6. Menyimpan
21 | GAGAL NAFAS
tenaga pasien,
mengurangi
penggunaan
oksigen
7. Memaksimalkan
pertukaran
oksigen secara
terus menerus
dengan tekanan
yang sesuai
8. Peningkatan
ekspansi paru
meningkatkan
oksigenasi
9. Memperlihatkan
kongesti paru
yang progresif
22 | GAGAL NAFAS
hemodinamik
dalam tubuh
dalam bata
4. Untuk
normal
mengetahui
•TTV normal
kelainan di
jantung
5. Untuk
mengetahui
adanya kelainan
di
gastrointestinal
23 | GAGAL NAFAS
Daftar Pustaka
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott
company, Philadelpia.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien,
EGC, Jakarta.
24 | GAGAL NAFAS