DI SUSUN OLEH:
DWI LESTARI
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
A. Pengertian
Gagal jantung adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala ), ditandai
dengan sesak napas saat istirahat atau aktivitas yang disebabkan oleh kelaina struktur
serta fungsi jantung (NANDA NIC-NOC, 2015). Congestive Heart Failure (CHF)
adalah keadaan ketika jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh untuk
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah
gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan
(Kasron, 2012).
Gagal jantung adalah sindrom klinis yang ditandai dengan sesak napas, dispnea
saat aktivitas fisik, dispnea noktural paroksismal, ortopnea, dan edema perifer atau
edema paru. Gagal jantung kongestif, dinamakan seperti itu karena gangguan sirkulasi
yang berhubungan dengan kegagalan jantung untuk berfungsi secara normal yang
menyebabkan kongesti pada dasar vaskular paru dan jaringan perifer, yang
B. Anatomi fisiologi
terletak dirongga toraks bagian mediastinum. Jantung dilapisi oleh selaput yang disebut
paru.
b. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga
disebut epikardium.
basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Jantung berada di dalam thorak, antara kedua
paru-paru dan dibelakang sternum,dan lebih menghadap kekiri dari pada ke kanan.
Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-
260 gram. Jantung terbagi atas sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu kiri
dan kanan. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen keseluruh tubuh dan
fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen
bagian kantung yang membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium
diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar, melekat pada sternum dan
Perikardium serosum (parietal) yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa Siklus
Menurut Kasron tahun 2012, ada beberapa etiologi/penyebab dari gagal jantung,
yaitu:
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
b. Aterosklerosis Koroner
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
gangguan aliran darah yang masuk jantung untuk mengisi darah (tamponade,
afterload.
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik
D. Klasifikasi
Jenis gagal jantung ada bermacam-macam, menurut Kasron tahun 2012, jenis gagal
Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak
output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru
dan kolaps pembuluh darah. Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan
ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung
akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang
Gagal jantung Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan
Berdasarkan American Heart Association klasifikasi dari gagal jantung kongestif yaitu
a. Stage A
Memiliki resiko tinggi untuk terkena CHF tapi belum ditemukan adanya kelainan
struktural pada jantung. Pasien yang didiagnosa gagal jantung stage A umumnya
terjadi pada pasien dengan hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus
b. Stage B
Sudah terdapat kelainan struktural pada jantung, akan tetapi belum menimbulkan
gejala. Stage B pada umumnya ditemukan pada pasien dengan infark miokard,
c. Stage C
Adanya kelainan struktural pada jantung, dan sudah muncul manifestasi gejala awal
jantung, masih dapat diterapi dengan pengobatan standard. Gejala yang timbul dapat
d. Stage D
Pasien dengan gejala tahap akhir jantung, dan sulit diterapi dengan pengobatan
timbul bahkan pada saat keadaan istirahat, serta pasien yang perlu dimonitoring
secara ketat
E. Patofisiologi
Bila reservasi jantung (cardiac reserved) normal untuk berespons terhadap stres
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk
melakukan tugasnya sebagai pompa, dan akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga,
pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan gagal
jantung. Jika reservasi jantung normal mengalami kepayahan dan kegagalan, respons
fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting. Semua respons ini
menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital tetap normal.
serta retensi garam dan air. Aktivitas simpatis yang berlebihan juga dapat
menyebabkan nekrosis sel otot jantung. Perubahan ini dapat dihubungkan dengan
natrium dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel, dan regangan serabut.
Mekanisme pasti yang mengakibatkan aktivasi sistem RAA pada gagal jantung
masih belum jelas. Sistem RAA bertujuan menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit yang adekuat serta mempertahankan tekanan darah. Renin adalah enzim
arteriol renal aferen dan bersebelahan dengan makula densa pada tubulus distal.
Angiotensin converting enzyme (ACE) yang terikat pada membran plasma sel
endotel akan memecah dua asam amino dan angiotensin I untuk membentuk
homeostasis sirkulasi, yaitu merangsang konstriksi arteriol pada ginjal dan sirkulasi
natriuretik atrial (PNA) disekresi oleh jantung kemudian masuk ke dalam sirkulasi.
atau ventrikel, biasanya akibat peningkatan tekanan pengisian atrium atau ventrikel.
c. Hipertrofi ventrikel
yang mengakibatkan gagal jantung. Sarkomer dapat bertambah secara paralel atau
serial. Sebagai contoh, suatu beban tekanan yang ditimbulkan oleh adanya stenosis
aorta, akan disertai penambahan ketebalan dinding tanpa penambahan ukuran ruang
aorta, ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya ketebalan dinding. Kombinasi ini
diduga merupakan akibat dari bertambahnya jumlah sarkomer yang tersusun secara
serial. Kedua pola hipertrofi ini dikenal sebagai hipertrofi konsentris dan hipertrofi
eksentris.
Remodelling jantung terjadi agar dapat menghasilkan volume sekuncup yang besar.
Karena setiap sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak yang terbatas, maka
ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat menimbulkan tekanan intraventrikel
pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan
istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya
tampak pada saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi
Menurut Kasron tahun 2012, tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya
volume intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat turunnya curah jantung pada
kegagalan jantung. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara
terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagsal ventrikel kanan.
tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana
yang terjadi.
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang pertama
adalah dispneu Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas, dapat terjadi ortopnue. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu
kedua adanya batuk. Selanjutmya adalah mudah lelah, Terjadi karena curah
jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi
nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di
hepar, anorexia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
b. Kelas II : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas
c. Kelas III : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
d. Kelas IV: bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Kasron (2012) pemeriksaan diagnostic pada pasien CHF adalah sebagai
berikut :
a. EKG
ginjal.
Oksimetri nadi : kemungkinan situasi oksigen rendah
AGD: gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau
c. Radiologis
atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulmonal
I. Komplikasi
yaitu :
b. Syok kardiogenik: stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan
curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung
dan otak)
c. Episode trombolitik
perikardium sampai ukuuran maksimal. COP menurun dan aliran balik vena ke
J. Penatalaksanaan
a. Kelas I : non farmakologi, meliputi diet rendah garam, batasi cairan, menurunkan
a. Non farmakologis
NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan
b. Farmakologis
Bertujuan untuk mengurangi afterload dan preload berupa first line drugs :
pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik. Beta blocker sering
K. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
mengenai adanya obstruksi jalan nafas, dan adanya benda asing. Pada klien
yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula
retraksi dinding dada, dan adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara nafas,kaji adanya suara napas tambahan seperti
kulit, nadi.
b. Pengkajian Sekunder
insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau
Integritas ego meliputi Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
coma. Tanda-tanda Vital ,Tekanan Darah bisa normal, Nadi Frekuensi nadi
60- 80 x/ menit lemah tapi cepat, Pernapasan Frekuensi adanya sesak nafas,
penggunaan otot bantu dan cupung hidung. Suhu Badan metabolisme
hitam, bersih, terdapat lesi pada bagian wajah), mata ( uraikan Sklera,
dextra/sinistra, berapa tpm. Bawah uraikan ada/tidak ada jejas, CRT detik,
akral hangat/dingin.
L. Diagnosa Keperawatan
tubuh
d. Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya produksi ADH dan retensi Natrium
e. Resiko kerusakan integritas kulit b.d edema , tirah baring yang lama
f. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan sesak nafas atau
nyeri.
M. Intervensi keperawatan
AH. Yusuf, Retno Indarwati, Arifudin Dwi Jayanto. (2010). Senam Otak Meningkatkan Fungsi
Kognitif Lansia. Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 79-86. Diakses tanggal 19 Februari
2018.
Arif, Muttaqin. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dennison, P. (2009). Brain Gym (senam otak). Edisi bahasa Indonesia Alih bahasa:
Ruslan dan Rahayu, M. Jakarta: Grasindo.
Faried Rahman Hidayat, Dwi Atikah Nur Amrina. (2016). Pengaruh Senam Otak Terhadap
Daya Ingat Jangka Pendek Dan Stres Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Nirwana Puri Samarinda. Jurnal Ilmu Kesehatan
Vol.4No.2.ojs.stikesmuda.ac.id/index.php/ilmukesehatan/article/download/ 54/pdf.
Diakses tanggal 19 Februari 2018.
Guslinda, Yola Yolanda, Delvi Handayani. (2013). Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi
Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
Sicincin Padang Pariaman. journal.mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php?file=1e.pdf.Diakses
Tanggal 18 Februari 2018.
Handayani, Wiwik. (2008). Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Neurologi. Jakarta: Salemba Medika.
Maryam, R. Siti. (2012). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Ni Nyoman Suma Wardani. (2014). Pengaruh Terapi Senam Otak (Brain Gym) Terhadap
Daya Ingat Jangka Pendek Pada Lansia. Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1.
Diakses tanggal 20 Februari 2018.
Perry Potter. (2008). Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sarifah Dwi Wulan Septianti, Suyamto, Teguh Santoso. (2016). Pengaruh Senam Otak (Brain
Gym) Terhadap Tingkat Demensia Pada Lansia. jurnal.akper-
notokusumo.ac.id/index.php/jkn/article/download/39/38. Diakses tanggal 21 Februari 2018.
Jam 19.20 WIB.
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.
Yanuarita. Andri. (2012). Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym).
Yogyakarta: TeranovaBooks