Disusun Oleh :
2. Etiologi
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,gagal jantung disebabkan
dengan berbagai keadaan seperti :
a. Kelainan Otot Jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung,disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratifatau inflamasi misalnya kardiomiopati.
2) Efek ke Belakang Gagal Jantung Kiria. Peningkatan kongesti paru, terutama sewaktu
berbaring.b. Dispnea (sesak napas)c. Apabila keadaan memburuk, terjadi gagal jantung kanan
3) Efek ke Depan Gagal Jantung Kanana. Penurunan aliran darah parub. Penurunan oksigenasi
darahc. Kelelahand. Penurunan tekanan darah sistemik (akibat penurunan pengisianjantung kiri)
dan semua tanda gagal jantung kiri
4) Efek ke Belakang Gagal Jantung Kanana. Peningkatan penimbunan darah dalam vena,
edemapergelangan kaki dan tanganb. Distensi vena jugularisc. Hepatomegali dan splenomegalid.
Asites: pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapatmengakibatkan tekanan pada
diafragma dan distress pernafasan.
4. Patofisiologi
Congestive Heart Failure (CHF) Menurut Purwowiyoto (2018), terjadinya gagal jantung diawali
dengan adanya kerusakan pada jantung atau miokardium. Hal tersebut akan menyebabkan 13
menurunnya curah jantung. Bila curah jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme,
maka jantung akan memberikan respon mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi
jantung agar tetap dapat memompa darah secara adekuat. Bila mekanisme tersebut telah secara
maksimal digunakan dan curah jantung normal tetap tidak terpenuhi, maka setelah akan itu timbul
gejala gagal jantung. Terdapat tiga mekanisme primer yang dapat dilihat dalam respon
kompensatorik, yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat
aktivasi Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS), dan hipertrofi ventrikel. Menurunnya
volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatis kompensatorik. Hal ini
akan merangsang pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal.
Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Selain itu
juga terjadi vasokonstriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi volume
darah untuk mengutamakan perfusi ke organ vital seperti jantung dan otak. Aktivasi sistem renin
angiotensin aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan air oleh ginjal, meningkatkan volume
ventrikel dan regangan serabut. Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas
miokardium sesuai dengan mekanisme Frank Starling. Respon kompensatorik yang terakhir pada
gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya ketebalan otot jantung. Hipertrofi
akan meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium. Sarkomer dapat bertambah secara
paralel atau serial bergantung pada jenis beban 14 hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung.
Awalnya, respon kompensatorik sirkulasi ini memiliki efek yang menguntungkan. Namun, pada
akhirnya mekanisme kompensatorik dapat menimbulkan gejala dan meningkatkan kerja jantung yang
mengakibatkan meningkatnya beban miokardium dan terus berlangsungnya gagal jantung.
5. Klasifikasi
Berdasarkan American Heart Association (Yancy et al., 2013), klasifikasidari gagal jantung kongestif
yaitu sebagai berikut :
a. Stage A
b. Stage B
Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabiladitemukan adanya kerusakan
struktural pada jantung tetapi tanpamenunjukkan tanda dan gejala dari gagal jantung tersebut.
Stage Bpada umumnya ditemukan pada pasien dengan infark miokard,disfungsi sistolik
pada ventrikel kiri ataupun penyakit valvularasimptomatik.
c. Stage C
7. Penatalaksaan Medis
Menurut Kasron (2012), Penatalaksanaan CHF meliputi:
Non Farmakologi
1) CHF Kronik
a)Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen danmenurunkan konsumsi oksigen
melalui istirahat ataupembatasan aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium (<4gr/hari) untuk menurunkan edema )
2) CHF Akuta
a) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
b) Pembatasan cairan (1,5liter/hari)
Farmakologi
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1) Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas, batuk
(hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambahh. Jumlah urine menuruni. Serangan timbul
mendadak/ sering kambuh.
2) Riwayat Penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus, bedah
jantung, dan disritmia.
Pemeriksaan Fisik
1) Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan,kelemahan, toleransi aktivitas,
nadi perifer, displace lateralPMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
presure,bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s,murmur.
2) Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan(ronkhi, rales, wheezing).
3) Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O,hepatojugular refluks.
4) Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasacemas/ takut yang kronis.
5) Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites.
6) Konjungtiva pucat, sklera ikterik.
7) Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin,diaforesis, warna kulit pucat, dan
pitting edema.
B. Diagnosa Keperawatana.
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunankontraksi ventrikel kiri.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denganpengembangan paru tidak optimal
Daftar pustaka
Karson. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: TIM
Purwowiyoto SL. Obstructive Sleep Apnea dan Gagal Jantung. J Kedokt Yars.
2017;25(3):172–83
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar DiagnosisKeperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.
Disusun Oleh :
Tn.T berusia 60 tahun datang ke IGD PJT pada pukul 10.30 WIB bersama dengan
keluarga dengan keluhan utama sesak nafas sejak 8 jam terakhir dan memberat sejak tadi
malam nyeri dada (-) riwayat nyeri dada (-), pasien tidak ada alergi obat, pasien
mengatakan mudah lelah saat beraktivias. Keadaan umum pasien Compos Mentis, tanda-
tanda vital TD: 125/87, HR: 100x/i, RR: 25 x/i, S: 36,6º C, SpO2: 98% Room Air.
I. Pengkajian
A. Identitas diri pasien
Nama : Tn.T
Usia : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Jamin Ginting
Ruangan : UPK2J
No. RM 373524
Tgl masuk RS : kamis , 27 April 2023
Tgl/Jam Pengkajian : kamis , 27 April 2023 pukul 11.00
Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF)
Keluhan Utama : Sesak Napas
B. Primary Survei
1. Airway : Bebas, tidak ada sumbatan dijalan napas.
2. Breathing : - Sesak Napas
- Gerakan dada simetris
- Pola napas tidak teratur
- respirasi 25x/menit
- suara napas : Ronchi
- Saturasi Oksigen : 98%
3. Circulation :
- Nadi : Kuat 100x/menit
- Tekanan Darah : 125/87 mmHg
- Turgor Kulit : Baik
- Suhu : 36,6 C
- CRT : < 2 detik akral hangat
- Pendarahan : Tidak ada
4. Disability : - Respon : Alert
- Reflek : +
- GCS : E4V5M6
- Pupil : Isokor, Reflek pupil ada
C. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1. Kesadaran : Compos Mentis
6. Telinga
7. Mulut
8. Leher
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
a) Inspeksi : Ada pengembangan dada, simetris antar kedua lapang paru, ada
10. Jantung
a) Perkusi : Suara pekak, batas atas interkostal 3 kiri, batas kanan linea paasteral
kanan, batas kiri linea mid clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri
11. Abdomen
12. Genetalia
13. Integumen
a) Ekstremitas atas : Simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap, tidak
tampak clubbing finger, jari tangan tampak pucat, terpasang infuse NaCl
D. Pemeriksaan Penunjang