Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan Congestive Heart Failure

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah : Keperawatan Dewasa Sistem Pernafasan, Kardiovaskuler, dan Hematologi

Dosen Pengampu : Ns. Pt Wira Kusuma Putra, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Wien Ningsing Handayani Halawa

122121110001

III A Keperawatan

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA USADA BALI

2023
A. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan
sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. (Omgkowijaya
& Wantania, 2016).
Gagal jantung kongestif atau chronic heart failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung
tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi
tubuh untuk keperluan metabolism jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).

B. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut : (Aspani, 2016)
1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebihan – pembebanan sistolik (systolic overload)
Volume : defek septum atrial, defek sputum ventrikel, duktus arteriosus paten
Tekanan : stenosis aorta. Stenosis pulmunal, koarktasi aorta
Disaritmia :
3. Beban volume berlebihan – pembebanan diastolic (diastolic overload)
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload)

Menurut Smeltzer (2012) gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

1. Kelainan otot jantung


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degenerative atau inflamasi misalnya kardiomiopati.
Peradangan dan penyakit myocardium degenerative, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.

2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Infark miokardium menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan
gerakan dinding yang abnormal, dan mengubah daya kembang ruang jantung.

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)


Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hiperatrofi
serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa
mekanisme, termasuk hiperatrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan
dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolic dan meningkatkan risiko terjadinya
aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.

4. Penyakit jantung lain


Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah
yang masuk ke jaringan (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstruksif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak afterload. Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan
beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban
tekanan (after load).

5. Factor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolism (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau
metabolic dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

C. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespoms stress tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai organ pemompa,
sehingga terjadi gagal jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat
mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan
respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan
upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu
meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktivitas
neurohormon, dan hiperatrofi ventrikel. Kegita respon ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme – mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir pada gagal jantung dini
pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah kontraktilitas jantung yang menyebabkan
curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung berkurang, sistem
saraf sispatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume
sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh
tiga factor yaitu preload (jumlah darah yang megisi jantung), kontraktilitas (perubahan
kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk melompat darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan anteriol).
Apabila salah satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun. Kelainan
fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban
kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel rangan atau sinkron, maka
kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan Buka situs web Serrunan perfusi
jaringan (Wijaya & Putri, 2013).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Gagal Jantung Kiri (Wijaya & Putri, 2013)
a. Kongesti pulmonal: dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi oksigen
yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung $3 atau"gallop
ventrikel" bisa di deteksi melalui auskaltasi
b. Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea noctural paroksismal (PND).
c. Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah menjadi
batuk berdahak
d. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
e. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
f. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari).
g. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala seperti: gangguan
pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas, sianosis,
kulit pucat atau dingin dan lembab.
h. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.

2. Gagal Jantung Kanan (Wijaya & Putri, 2013)


Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomondasikan
semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
a. Edema ekstremitas bawah
b. Distensi vena leher dan escites
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat Pembesaran vena dihepar.
d. Anorexia dan mual
e. Kelemahan

F. Klasifikasi
Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut New York Health Assosiation (NYHA),
sebagai berikut :
G. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
 Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin converting
enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida
jantung, antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan
keluhan konstipasi (Kasron.2012).

 Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin converting
enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida
jantung, antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan
keluhan konstipasi (Kasron.2012).

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal jantung
kongestive menurut Rahmadani (2020), di antaranya sebagai berikut:
a. Elektrokardiogram: Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis. iskemia,
disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress: Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelummnya.
c. Ecocardiografi
o Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume halik dan kelainan
regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan bersama EKG)
o Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
o Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitman dan pendekatan transesofageal
terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung: Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
e. Radiografi dada Dapat menunjukkan pembesaran jantung Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal
f. Elektrolit: Mungkin beruban karena perpindahan cairan penurunan fungsi ginjal terapi
diuretik
g. Oksimetrinadi: Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif
akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah: Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
i. Blood areum nitrogen (BUN) dan kreatinin Peningkatan BUN menunjukkan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi
j. Pemeriksaan tiroid: Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid
sebagai pencetus gagal jantung.

I. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu:
a. Edema puru akut terjadi akibat gagal jantung kin
b. Syok kardiogenik stadium dan gagal jantung kini, kongestif akibat penurunan curah
jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan vital (jantung dan otak)
c. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan aktivitas
trombus dapat menyumbat pembuluh darah
d. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium
sampai ukuran maksimal. CPO menurunkan dan aliran balik vena ke jantung menuju
tomponade jantung.

Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
o Identitas pasien: Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medic
o Identitas penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,serta
status hubungan dengan pasien.

2. Keluhan utama.
o Sesak saat bekerja, dipsaca nokturnal paroksimal, ortopnea
o Lelah, pusing
o Nyeri dada
o Edema ektremitas bawah
o Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
o Urine menurun

3. Riwayat penyakit sekarang


Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang
kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti
vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnen, batuk, dan edema pulmonal
akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
4. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada
masa lalu, yang mungkin masih relevan, Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.

5. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit keturunan
lain seperti DM. Hipertensi.

6. Pengkajian data
a. Aktifitas dan istirahat adanya kelelahan, insomma, letargi, kurang istirahat. sakit
dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas
b. Sirkulasi: riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi
atrial.kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP. sianosis, pucal.
c. Respirasi dipanca pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru
d. Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
e. Eliminasi penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau konstipasi
f. Neuorologi: pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
g. Interaksi sosial: aktifitas sosial berkurang
h. Rasa aman perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis

Pemerikaan fisik

a. Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan
tingkah laku pasien.
b. Tanda – tanda vital :
Tekanan darah
Nilai rata-rata sistolik: 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik: 80-90 mmHg
Nadi
Nilai normalnya: Frekuensi: 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
Pernapasan
Nilai normalnya: Frekuensi: 16-20 x/menit
Pada pasien: respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat/aktivitas
Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun
c. Head to toe examination
a) Kepala bentuk, kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi
d) Telinga: kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen: Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingakan arteri radialis kiri dan kanan,
j) Pemerikaan khusus jantung:
 Inspeksi: vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis
 (normal: ICS ke5)
 Palpasi PMI hergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi ventrikel
 Perkusi batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas: SIC II Linca Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Stemalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
 Auskulatsi bunyi jantung I dan II
 BJI: terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular, yang
terjadi pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan systole.
 BJ II terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arter
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan
diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJI)

B. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi pleura
yang menegaskan diagnosa CHF
b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika
disebabkan AMI), ekokardiogram
c. Pemeriksaan laboratorium: Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal
jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat, peninkatan bilirubin dan
enzim hati.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI
adalah:
a. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
b. Pola rafas tidak efektif (D.0005)
c. Penurunan curah jantung (D.0008)
d. Nyeri akut (D.0077)
e. Hipervolemia (D.0022)
f. Perfusi perifer tidak efektif (D).0009)
g. Intoleransi aktivitas (D.0056)
h. Ansietas (D.0080)
i. Defisit nutrisi (D0019)
j. Resiko Gangguan integritas kulit (D.0139)

D. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Gangguan Tujuan : setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I. 01014)
pertukaran gas b.d tindakan keperawatan - Monitor frekuensi irama,
perubahan diharapkan pertukaran gas kedalaman, dan upaya nafas
membrane alveolus meningkat - Monitor pola nafas
kapiler Kriteria hasil : Pertukaran gas - Monitor kemampuan batuk
(L. 01003) efektif
- Dispnea menurun - Monitor nilai AGD
- Bunyi nafas tambahan - Monitor saturasi oksigen
menurun - Auskultasi bunyi nafas
- Pola nafas membaik - Dokumentasikan hasil
- PCO2 dan O2 membaik pemantauan
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan
- Kolaborasi penggunan
oksigen saat aktifitas atau
tidur
2 Pola nafas tidak Tujuan : setelah dilakukan Manajemen jalan nafas (I. 01011)
efektif b.d tindakan keperawatan - Monitor pola nafas
hambatan upaya diharapkan pola nafas membaik (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas Kriteria Hasil : Pola nafas (L. nafas)
01004) - Monitor bunyi nafas
- Frekuensi nafas dalam tambahan (gagling,mengi,
rentan normal wheezing, ronkhi)
- Tidak ada penggunaan - Monitor sputum
otot bantu pernafasan - Posisikan semi fowler atau
- Pasien tidak fowler
menunjukkan tanda - Ajarkan teknik batuk efektif
dispnea - Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
3 Penurunan curah Tujuan : setelah dilakukan Perawatan jantung (1.02075)
jantung b.d tindakan keperawatan
perubahan diharapkan curah jantung -
Identifikasi tanda/gejala
preload/perubahan meningkat primer penurunan curah
afterload/perubahan Kriteria hasil : Curah jantung jantung
kontraktilitas (L.02008) - Identifikasi tanda/gejala
- Tanda vital dalam rentang sekunder curah jantung
normal penurunan
- Kekuatan nadi perifer - Monitor intake dan output
meningkat cairan
- Tidak ada edema - Monitor keluhan nyeri dada
- Berikan terapi terapi
relaksasi untuk mengurangi
strees, jika perlu
- Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan beraktifitasfisik
secara bertahap
- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
4 Nyeri akut b.d agen Tujuan : setelah dilakukan Manajemen nyeri (I. 08238)
pencedera tindakan keperawatan
fisiologis diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun karakteristik nyeri, durasi,
Kriteria hasil : Tingkat nyeri frekuensi, intensitas nyeri
(L. 08066) - Identifikasi skala nyeri
- Pasien mengatakan nyeri - Identifikasi faktor yang
berkurang dari skala 7 memperberat dan
menjadi 2 memperingan nyeri
- Pasien menunjukkan - Berikan terapi non
ekspresi wajah tenang farmakologis untuk
- Pasien dapat beristirahat mengurangi rasa nyeri
dengan nyaman - Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa ruangan,
nyeri (mis: suhu
pencahayaan,kebisinga)
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgetik
5 Hipervolemia b.d Tujuan : setelah dilakukan Manajemen hipervolemia (I.
gangguan tindakan keperawatan 03114)
mekanisme regulasi diharapkan keseimbangan
cairan meningkat - Periksa tanda dan gejala
Kriteria hasil : Keseimbangan hipervolemia (mis:
cairan (L. 03020) ortopnes,dipsnea,edema,
- Terbebas dari edema JVP/CVP meningkat,suara
- Pengeluaran urin nafas tambahan)
meningkat - Monitor intake output dan
- Mampu mengontrol cairan
asupan cairan - Monitor efek samping
diuretik (mis: hipotensi
ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
- Batasi asupan dan garam
cairan
- Anjurkan melapor haluaran
urin
6 Perfusi perifer Tujuan : setelah dilakukan Perawatan sirkulasi (I.02079)
tidak efektif b.d tindakan keperawatan - Periksa sirkulasi perifer(mis:
penurunan aliran diharapkan perfusi perifer perifer,edema,pengisian
arteri atau vena meningkat kapiler, warna,suhu)
Kriteria hasil : Perfusi perifer - Identifikasi faktor resiko
(L. 02011) gangguan sirkulasi
- Nadi perifer teraba kuat - Lakukan hidrasi
- Akral teraba hangat - Anjurkan menggunakan obat
- Warna kulit tidak pucat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolestrol, jika perlu
- Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur

- Informasikan tanda dan harus


dilaporkan

7 Intoleransi aktivitas Tujuan : setelah dilakukan Manajemen energy (I. 050178)


b.d kelemahan tindakan keperawatan - Monitor kelelahan fisik dan
diharapkan toleransi aktivitas emosional
meningkat - Monitor pola dan jam tidur
Kriteria hasil : Toleransi - Sediakan lingkungan yang
aktivitas (L. 05047) nyaman dan rendah stimulus
- Kemampuan melakukan - Berikan aktivitas distraksi
aktivitas sehari – hari yang menenangkan
meningkat - Anjurkan tirah baring
- Pasien mampu berpindah - Anjurkan melakukan
dengan atau tanpa aktivitas bertahap
bantuan - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Pasien mengatakan tentang cara meningkatkan
dipsnea saat atau setelah asupan makanan
melakukan aktivitas
menurun
8 Ansietas b.d kurang Tujuan : setelah dilakukan Terapi reduksi (I. 09314)
terpapar informasi tindakan keperawatan - Identifikasi saat tingkat
diharapkan ansietas menurun ansietas berubah
Kriteria hasil : Tingkat ansietas - Pahami situasi yang
(L. 09093) membuat ansietas
- Pasien mengatakan telah - Dengarkan dengan penuh
memahami penyakitnya perhatian
- Pasien tampak tenang - Gunakan pendekatan yang
- Pasien dapat beristirahat tenang dan meyakinkan
dengan nyaman - Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap menemani pasien
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
9 Defisit nutrisi b.d Tujuan : setelah dilakukan Manajemen gangguan makan (I.
ketidakmampuan tindakan keperawatan 03111)
mencerna makanan, diharapkan status nutrisi - Monitor asupan dan
factor psikologis membaik keluarnya makanan dan
Kriteria hasil : Status nutrisi (L. cairan serta kebutuhan kalori
03030) - Timbang berat badan secara
- Porsi makan yang rutin
dihabiskan meningkat - Anjurkan membuat catatan
- Perasaan cepat kenyang harian tentang perasaan dan
menurun situasi pemicu pengeluaran
- Nafsu makan membaik makanan (mis: pengeluaran
disengaja, muntah, aktivitas
fisik)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
10 Resiko gangguan Tujuan : Setelah dilakukan Edukasi edema (I.12370)
integritas kulit b.d tindakan keperawatan - Identifikasi kemampuan
kelebihan volume diharapkan integritas kulit dan pasien dan keluarga
cairan jaringan meningkat. menerima informasi
Kriteria Hasil : Integritas kulit - Persiapkan materi dan media
dan jaringan (L. 14125) edukasi (mis : formulir
- Risiko kerusakan jaringan balance cairan)
integritas kulit menurun - Berikan kesempatan keluarga
- Tidak ada tanda dan pasien bertanya
kemerahan - Jelaskan tentang definisi,
- Tidak ada keluhan nyeri tanda, dan gejala edema
pada daerah edema - Jelaskan cara penanganan
dan pencegahan edema
- Intruksikan pasien dan
keluarga untuk menjelaskan
kembali definisi, penyebab,
gejala dan tanda,
penanganan, dan pencegahan
edema.
DAFTAR PUSTAKA

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan Kardiovaskuler:
aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta Pengobatannya. Yogyakarta:
Nuha Medika

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan

Ongkowijaya, J. & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan Kardiomegali Pada


Pasien Gagal Jantung Kongestif PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selata

Rahmadhani, F.N. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Jantung Kongestif (CHF)
Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Poltekkes Samarinda: Prodi Keperawatan

Smeltzer,S. C.. Bare, B. G.,2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai