NIM : P07520219044
KELAS : II B D IV KEPERAWATAN
Definisi
CHF (Congestive Heart Failure) adalah suatu kegagalan jantung dalam memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982). Kegagalan jantung
kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi
kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung,
pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan
jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin,
1993).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Braundwald).
2.2 Etiologi
Etiologi terjadinya CHF (Congestive Heart Failure) menurut Brunner dan Suddarth (2002)
yaitu :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau
inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun .
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian
sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya
kembang ruang jantung .
3. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme,
termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri
sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan
untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
4. Penyakit jantung lain,
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang
masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after
load. Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload)
sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load) .
5. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik
dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Klasifikasi
1. Gagal jantung akut –kronik
a. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output dan
tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh
darah.
b. Gagal jantung kronik terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik,
penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel
sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.
2. Gagal Jantung Kanan- Kiri
a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat
sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral
b. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang
berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik
di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
3. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik
a. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi
b. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke
volume cardiac output turun.
Manifestasi klinik
Menurut Arif masjoer 2001 Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung kiri diikuti
gagal jantung kanan dapat terjadinya di dada karana peningkatan kebutuhan oksigen. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat
bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.
Tanda dominan Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan
arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti dapat berbeda
tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
1. Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa
darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi
ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan
Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND).
b. Batuk
c. Cheynes stokes
d. Orthopnea
e. Kogestif vena pulmonalis
f. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi karena
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress
pernafasan dan batuk.
g. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan
bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung kanan:
a. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
b. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat
badan.
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran
vena di hepar.
d. Anorexia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
e. Nokturia
f. Kelemahan
g. Nausea
h. Ascites i.
Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan
persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi
jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem
saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung
yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas
(mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan
dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada
besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan
panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi
singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac
output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik
yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan
sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi
cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial
atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi
denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya
meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac
output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan
penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti
pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat
meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-
angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan
cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung
terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang
menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan
pola.mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi,
disfungsi pentyakit katub jantung.
2. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulnonal.
3. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
4. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri
koroner.
5. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
6. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
7. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
1. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen dengan
pembatasan aktivitas.
2. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
3. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
4. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik, diit dan istirahat.
5. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator
Komplikasi
Komplikasi akibat gagal jantung adalah:
1. Shock Kardiogenik
Shock Kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri. Dampaknya adalah
terjadi gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan.Gejala ini
merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus Shock Kardiogenik yang disebabkan oleh infark
miokardium akut.Gangguan ini disebabkan oleh hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada
ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel, karena ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan persediaan oksigen miokardium.
2. Edema paru – paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul dibagian tubuh mana
saja, termasuk factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru-paru meningkat dari
batas negatif menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru-paru yang paling umum adalah:
a. Gagal jantung sisis kiri (penyakit katub mitral) yang mengakibatkan peningkatan tekanan
kapiler paru-paru,sehimgga membanjiri ruang intersisisal dan alveoli.
b. Kerusakan pada membrane kapiler paru-paru yang disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia
atau terhirupnya bahan-bahan berbahaya(misalnya gas klorin atau gas sulfur dioksida).masing–
masing infeksi tersebut menyebabkan kebocoran protein plasma,sehingga dengan cepat cairan
keluar dari kapiler.
Discharge Planning
1. Berhenti merokok
2. Berikan instruksi spesifik tentang obat dan efek sampingnya
3. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
4. Batasi atau tidak mengkonsumsi alkohol
5. Jika mengalami obesitas turunkan berat badan hingga kisaran normal
6. Anjurkan pada klien untuk menghentikan atau mengurangi aktifitas selama ada serangan dan
istirahat
7. Menjalani diet yang sesuai anjuran dokter
8. Orahraga secara teratur
SKENARIO KASUS II
Seorang pasien wanita, Ny.B umur 65 tahun, dengan idiopatik dilatasi kordiomiopati,
dan riwayat gagal jantung selama 8 tahun. Saat ini pasien mengalami fraction ejection (fraksi
ejeksi) 25% dengan keluhan fatique, letargi dan kehausan. Pasien mendapatkan pengobatan
lisinopril 20 mg/hari, digoxin 0,125 mg/hari dan bumetanide 2 mg/hari. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan tekanan darah 84/60 mm/hg, nadi 80 x/menit, EKG menunjukkan atrial fibrilasi.
Bunyi paru bersih, gallop tidak ada, edema tungkai (ekstremitas) juga tidak ada. Hasil
pemeriksaan hemodinamika menunjukkan cardiac indeks 1,6 SVR 2883 dan cairan intratorak
0,052. Hasil wawancara dengan keluarga tentang penampilan secara umum Ny.B terlihat
sedikit lebih gemuk dari biasanya.
2 minggu setelah dirawat, Ny.B menunjukkan gejala pembesaran abdomen (shifting
dullness positif) dan penambahan BB 2 kg dari sebelumnya. Dispenea dan edema ekstermitas
+2. TD 100/80 mmhg, Nadi 85 dengan distensi vena jugularis (JVP) positif.
Tujuan pembelajaran pada kasus 2 :
1. Memahami tentang patofisiologi penyakit
2. Mampu merumuskan diagnose keperawatan dan rencana perawatan pada pasien tersebut
selama perawatan di rumah sakit
3. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan perawat (discharge planning) pasien setelah
perawatan.
3.1 Step Tutor
Step 1 : Klasifikasi Istilah Sulit
1. Idiopatik
Penjelasan : istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi medis yang belum terungkap
jelas penyebabnya.
2. Kardiomiopati
Penjelasan : kelainan fungsi jantung yang bukan diakibatkan oleh penyakit arteri koroner,
kelainan jantung bawaan (congenital), hipertensi atau penyakit katup.
3. Fatique
Penjelasan : suatu rasa kelelahan yang dikemukakan sebagai rasa lelah, hilangnya semangat
dan energy, hilangnya ambisi atau keinginan dan vitalitas yang rendah.
4. Letargi
Penjelasan : suatu keadaan dimana terjadi penurunan kesadaran.
5. Fraction ejection
Penjelasan : ukuran atau perkiraan dari jumlah yang dipompa setiap kontraksi ventrikal kurang
lebih 60%.
6. Lisinopril
Penjelasan : salah satu obat antihipertensi golongan angiotensi convesrting enzyme (ACE)
inhibitor yang bekerja dengan cara mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh darah.
7. Digoxin
Penjelasan : obat untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung
dalam keadaan kegagalan jantung/ congetive heart failure (CHF).
8. Bumetanide
Penjelasan : obat jenis loop diurectic (water pill) yang mencegah tubuh dari penyerapan garam
yang terlalu banyak, dan untuk mengobati kekurangan cairan pada penderitaan gagal jantung
kongestif.
9. Atrial fibrilasi
Penjelasan : kondisi dimana jantung berdetak cepat dan tidak teratur yang menyebabkan
penurunan aliran darah ke dalam tubuh.
10. Gallop
Penjelasan : irama dimana terdengar bunyi S3 atau S4 secara jelas pada fase distolik, yang
disebabkan karena darah mengalir ke ventrikel yang lebih lebar dari normal, sehingga terjadi
pengisian yang cepat pada ventrikel.
11. Hemodinamik
Penjelasan : gangguan pada tubuh baik pada aliran darah maupun keseimbangan cairan tubuh/
elektrolit yang menimbulkan edema, kongesti, infark, dan syok.
12. Cardiac indeks
Penjelasan : penilaian curah jantung.
13. Cairan intrathorak
Penjelasan : cairan di dalam rongga dada
14. Dispnea
Penjelasan : pernapasan sulit atau menyakitkat yang biasa disebut dengan sesak napas.
15. Edema ekestremitas +2
Penjelasan : skala edema atas bawah pada ekstremitas.
16. Shifting dullness
Penjelasan : suara pekak yang berpindah-pindah saat perfusi akibat cairan bebas.
17. JVP
Penjelasan : JVP (jugularis venous pressure) adalah tekanan system vena yang diamati secara
tidak langsung (indirek).
18. SVR
Penjelasan : SVR (Sistemik Vaskular Resisten) tekanan sirkulasi sistemik yang harus diatasi
oleh ventrikel kiri (VL) untuk memompa darah keseluruh tubuh (normalnya 800-1200).
Step 2 : Identifikasi Masalah
1. Apa hubungan antara pembesaran abdomen dan penambahan berat badan dengan penyakit
pada kasus ?
2. Apa alasan pemberian obat lisinopril ?
3. Kenapa fraction ejection rendah ?
4. Mengapa tekanan daarah klien meningkat setelah di rawat di RS?
5. Kenapa hasil JVP menjadi positif ?
6. Kenapa menjadi edema ekstremitas +2 setelah dirawat 2 minggu di rumah sakit ?
7. Kenapa SVR meningkat ?
8. Kenapa setelah dirawat terjadi dispnea ?
9. Mengapa EKG menunjukkan arterial fibrilasi ?
10. Apa tindakan perawat dalam mengatasi penyakit tersebut ?
11. Berapa lama pasien di rawat pada kasus di atas ?
12. Apa yang menyebabkan indeks kardia menurun ?
Step 3 : Hipotesa
“Gagal Jantung Kongestif / CHF (Congestive Heart Failure)”
3.2 Asuhan keperawatan
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Nama : Ny.B
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
II. KELUHAN UTAMA : Fatique, latergi dan kehausan.
III. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan idiopatik dilatasi kardiomiopati mengalami fraction ejection 25 % dengan keluhan
fatique, latergi dan kehausan. Klien mendapat pengobatan lisinopril 20 mg/hari, digoxin 0,125
mg/hari dan bumetanide 2 mg/hari. Setelah di rawat 2 minggu, klien mengalami pembesaran
abdomen (shifting dullness positif) dan penambahan BB 2 kg dari sebelumnya, dipsnea dan
edema ekstremtas +2 dengan JVP +.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien memiliki riwayat gagal jantung selama 8 tahun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
- (tidak terkaji)
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. ROS (Review of System)
Keadaan Umum : -
Kesadaran : -
2. Pemeriksaan Vital Sign
Sebelum dirawat :
Tekanan Darah : 84/60 mmhg
Nadi : 80-88 x/menit
Setelah diraawat :
Tekanan Darah : 100/80 mmhg
Nadi : 85 x/menit
3. Pemeriksaan Penunjang
- EKG menunjukkan atrial fibrilasi
- Pemeriksaan hemodinamika menunjukkan cardiac indek 1,6
- SVR 2883
- Cairan intratoraks 0,052
- JVP +
4. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengeluh fatique, letargi, dan Sebelum dirawat :
kehausan, Dipsnea Tekanan Darah : 84/60 mmHg
- Hasil wawancara dengan keluarga Nadi : 80 x/menit
tentang penampilan secara umum Ny.B fraksi ejeksi 25%
terlihat sedikit lebih gemuk dari biasanya. EKG atrial fibrilasi
Bunyi paru bersih
Gallop tidak ada
Edema tungkai tidak ada
hemodinamika cardiac indek 1,6
SVR 2883
Cairan intratoraks 0,052
Setelah dirawat :
Tekanan Darah : 100/80 mmhg
Nadi : 85 x/menit
Gejala pembesaran abdomen (shifting
dullness +)
JVP +
Edema ektremitas +2,
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : mengeluh Dipsnea
DO : Penurunan Curah
1. EKG atrial fibrilasi Gangguan kontraktilitas
Jantung
fraksi ejeksi 25%
JVP +
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Fatique
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya curah jantung, retensi cairan
dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal.