1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh (Rispawati, 2019).
Congestive Heart Failure (CHF) atau sering disebut gagal jantung
kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (Puspitasari, Kuswardani, &
Amin, 2017).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrisi dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
pereganggan ruang jantung (dilatasi) guna darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan
menebal. Jantung hanya mampu memompa darah mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah
tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering
menanggapi dengan menahan udara dan garam. Hal ini akan mengakibatkan
bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, paru- paru
atau organ lainnya sehingga tubuh keliatan menjadi bengkak (kongestif)
(Unjianti 2010).
2. Klasifikasi
Klasifikasi menurut gejala dan intensitas gejala (Morton, 2012 dalam
Rohmah, 2017):
a. Gagal jantung akut : Timbulnya gejala secara mendadak,
biasanya selama beberapa hari atau beberapa jam.
b. Gagal jantung kronik : Perkembangan gejala selama beberapa
bulan sampai beberapa tahun dan menggambarkan keterbatasan
kehidupan sehari-hari.
New York Heart Assosiation (NYHA) mengklasifikasikan gagal jantung
dalam Manik (2016) yaitu :
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan gejala klien Kelas Gejala
a. Akivitas fisik tidak dibatasi
b. Aktivitas fisik terbatas
c. Keterbatasan yang nyata padaaktivitas fisik
d. Rasa tidaknyaman saat melakuka aktivitas
3. Etiologi
Penyebab gagal jantung kongestif, yaitu:
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Kelainan fungsi otot jantung disebabkan
karena ateroklerosis koroner, hipertensi aterial dan penyakit otot degeneratif
atau inflamasi. Ateroklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Ateroklerosis atau
pengerasan arteri ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif sampai
lambat pada dinding-dinding arteri yang disebut plak yang mengurangi atau
memblokir sama sekali aliran darah ke jaringan. Bila sel-sel otot arteri
tertimbun lemak, maka elastisitasnya akan menghilang dan kurang dapat
mengatur tekanan darah. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan
asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung. Hipertropi otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal dan akhirnya terjadi gagal jantung
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung,menyebabkan kontraktilitas menurun. Kontraktilitas ventrikel yang
menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu
ventrikel.
Ada tiga mekanisme yang dapat dilihat sebagai respon terhadap gagal
jantung, yaitu:
a. meningkatnya aktifitas adrenergic simpatik
b. meningkat-nya beban awal akibat aktifasi sistem renin angiotensin
aldosteron
c. hipertropi ventrikel.
Ketiga respon kompensantorik ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Kelainan pada kerja ventrikel dan
menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktifitas.
Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin
kurang efektif.
Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan
respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya aktifitas adrenergic
simpatik merangsang pengeluaran katekolamin dari saraf adrenergic jantung
dan medulla adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontaksi akan meningkat
untuk menambah curah jantung. Juga terjadi vasokontriksi arteria perifer
untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume darah dengan
mengurangi aliran darah ke organ- organ yang rendah metabolismenya,
seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian
peristiwa, antara lain:
a. penurunan aliran darah ginjal akhirnya laju filtrasi glomerulus
1) Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas.
2) Batuk nonproduktif
Terjadi akibat kongesti paru, terutama pada posisi berbaring.
3) Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme.
4) Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan
bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi baik.
5) Ortopnea (dispnea saat berbaring)
Disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari bagian-bagian
tubuh yang di bawah ke arah sirkulasi sentral.
6) Dispnea noktural paroksimal (Paroxymal Noctural Dyspnea,
PND) PND, yaitu mendadak terbangun karena dispnea
dipicu oleh timbulnya edema paru interstial.
7) Tachicardi
Mencerminkan respon terhadap rangsangan saraf simpatis.
8) Kulit pucat dan dingin
Disebabkan oleh vasokontriksi perifer; makin berkurangnya
curah jantung dan meningkatnya kadar hemoglobin tereduksi
menyebabkan terjadinya sianosis.
9) Gallop ventrikel
Terjadi selama diastolik awal dan disebabkan oleh pengisian
cepat pada ventrikel yang tidak lentur atau terdistensi.
10) Peningkatan tekanan vena jugularis (JVP)
e. Gagal Jantung Kongestif
Tanda dan gejala pada GJK dibedakan berdasarkan tingkatan atau
klasifikasi:
I :Timbul gejala sesak napas atau capek pada aktifitas yang berat.
II :Timbul gejala sesak napas atau capek pada aktifitas yang sedang.
III :Timbul gejala sesak napas atau capek pada aktifitas yang ringan.
IV :Timbul gejala sesak napas atau capek pada aktifitas yang sangat
ringan pada waktu istirahat.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penatalaksanaan CHF menurut Pratiwi (2016) meliputi
a. Non farmakologis
1) CHF kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan oksigen melalui istirahat atau pembatasan
aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium (<4 gr/hari) untuk menurunkan
edema Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti
NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) karena efek
prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan
natrium.
c) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500cc/hari)
d) Olahraga secara teratur
2) CHF akut
7. Pemeriksaan penunjang
Pada gagal jantung kongestif dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik,
yaitu:
a. Laboratorium
Hematologi : Hb, HCT dan leukosit
8. Komplikasi
Komplikasi akut gagal jantung meliputi (Kowalak dkk, 2011):
a. Edema paru
b. Gagal ginjal akut
c. Aritmia
Komplikasi kronis meliputi (Kowalak dkk, 2011):
9. Pencegahan
Menurut (Pratiwi, 2016)
a. Berhenti merokok
b. Berikan instruksi spesifik tentang obat dan efek sampingnya
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress Batasi konsumsi
alcohol
d. Anjurkan pada klien menghentikan aktivitas selama ada serangan
dan istirahat
e. Jika mengalami obesitas turunkan berat badan hingga kisaran normal
f. Menjalani diet sesuai dengan anjuran dokter
g. Olahraga secara teratur.
Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian Primer
Keadaan umum : Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien
gagal jantung biasanya baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai
tingkat gangguan perfusi sistem saraf pusat.
Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu
Pemeriksaan B1-B6
a. Breathing (B1)
Kongesti Vaskular Pulmonal, gejala-gejalanya yaitu : dispneu,
ortopneu, dispnea nokturnal paroksismal, batuk, edema pulmonal.
Auskultasi krakles dan wheezing. Krakles terdengar saat akhir
inspirasi. Dokumentasikan frekuensi dan kedalaman pernafasan.
b. Blood
e. Bowel (B5)
f. Bone (B6)