Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG KANAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) I

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


NI KETUT SINTA DEWI

(P07120215013)

PT NABILA EKA SHANTI D.P.P

(P07120215014)

NI WAYAN LINSA MIRAWATI GALUH (P07120215015)


NI PT AYU SANDRIANI

(P07120215016)

NI MD RISTYA KUSUMA DEWI

(P07120215017)

BAIQ CICI KAMALIANI

(P07120215018)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah untuk proses pembelajaran di Politeknik Kesehatan Denpasar
yang membahas tentang Laporan Pendahuluan dan Teori Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gagal Jantung Kanan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini berkat bantuan dan motivasi berbagai pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah membantu dalam penelitian dan pengumpulan data.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Denpasar, Oktober 2016
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1

LATAR BELAKANG........................................................................................1

1.2

RUMUSAN MASALAH...................................................................................2

1.3

TUJUAN............................................................................................................2

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GAGAL JANTUNG KANAN........................................................................3
2.1

Definisi...............................................................................................................3

2.2

Etiologi...............................................................................................................3

2.3

Tanda dan Gejala................................................................................................5

2.4

Patofisiologi.......................................................................................................5

2.5

Pemeriksaan Penunjang......................................................................................8

2.6

Penatalaksanaan Medis.......................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL


JANTUNG KANAN.......................................................................................................13
3.1

Pengkajian Keperawatan..................................................................................13

3.2

Diagnosa Keperawatan.....................................................................................14

3.3

Rencana Keperawatan......................................................................................14

3.4

Implementasi....................................................................................................23

3.5

Evaluasi............................................................................................................23

BAB IV PENUTUP........................................................................................................24
4.1

Simpulan..........................................................................................................24

4.2

Saran................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki
fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ
yang tidak pernah beristirahat. Dalam keadaan fisiologis, pembentukan
rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (SA node) dan
menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika
rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan
penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan
utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung
mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman
modern ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di
negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah
gaya hidup misalnya: diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk,
kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu
banyak mengkonsumsi junk food yang notabenenya banyak mengandung
kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah
dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga,
dan istirahat, maka risiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin
tinggi,
Berbagai macam penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner,
infark miokard akut, hipertensi yang semuanya berujung pada gagal jantung.
Hal ini sangat membahayakan bagi kehidupan seseorang, sehingga untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut harus segera mendapat perawatan medis di
rumah sakit.
Untuk mrmberikan perawatan medis yang tepat dan efektif, khususnya
bagi tenaga keperawatan, harus memahami konsep asuhan keperawatan pada
gangguan kardiovaskuler. Apalagi dalam keadaan kedaruratan yang
membutuhkan keahlian dalam memberikan pertolongan pada pasien.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa definisi dari gagal jantung kanan?

1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5

Apa etiologi dari gagal jantung kanan?


Apa tanda dan gejala dari gagal jantung kanan?
Bagaimana patofisiologi dari gagal jantung kanan?
Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien

dengan gagal jantung kanan?


1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan medis dari gagal jantung kanan?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan dari gagal jantung kanan?
1.3 TUJUAN
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7

Mengetahui definisi dari gagal jantung kanan


Mengetahui etiologi dari gagal jantung kanan
Mengetahui tanda dan gejala dari gagal jantung kanan
Memahami patofisiologi dari gagal jantung kanan
Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
Mengetahui penatalaksanaan medis dari gagal jantung kanan
Memahami asuhan keperawatan dari gagal jantung kanan

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG KANAN

2.1 Definisi
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Gagal jantung kanan yaitu bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol
adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengkosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomopdasi dengan adequat semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi normal. (Brunner & Suddart, 2002)
Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk
memompa secara adekuat.Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering
terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi
dengan adanya ventrikel kiri benar-benar normal dan tidak menyebabkan
gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan dapat juga disebabkan oleh penyakit
paru dan hipertensi arteri pulmonary primer (NIC-NOC, 2015)
2.2 Etiologi
a.

Kelainan otot jantung

b.

Aterosklerosis koroner

c.

Hipertensi sistemik atau pulmonal

d.

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

e.

Faktor sistemik (Bruner & Suddarth, 2002 : 806)

f.

Otot jantung abnormal, sehingga terjadi serangan jantung.

g.

Aliran darah terlalu sedikit yang mengalir ke jantung, karena pergeseran


pembuluh darah atau adanya penyakit jantung.

h.

Gangguan mekanisme mengurangi pengisian darah di dalam ventrikel


(bilik).

i.

Kerusakan aliran darah yang mengganggu daya pompa jantung (kerja


jantung terlalu berat akibat volume atau tekanan darah meningkat).
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut:
1. Disfungsi miokard (Kegagalan miokardial)
Kegagalan miokard ialah ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi
dengan sempurna (akibat gangguan kontraktilitas) sehingga
mengakibatkan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac
output) menurun.
2. Beban tekanan berlebihan (abnormal pressure over load)
Beban tekanan berlebihan yang dihadapi ventrikel pada waktu kontraksi
(sistolik) dalam batas tertentu dapat ditanggulangi oleh kemampuan
kontraktilitas miokard ventrikel. Beban sistolik yang berlebihan diluar
kemampuan ventrikel (sistolik overload) menyebabkan hambatan pada
pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi
sekuncup.
3. Beban volume berlebihan (abnormal volume overload)
Beban isian ke dalam ventrikel yang berlebihan atau beban isian
berlebihan pada waktu diastolik dalam batas tertentu masih dapat
ditampung oleh ventrikel (preload yang meningkat).
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolik
overload) akan menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolik
dalam ventrikel meninggi.
4. Kebutuhan metabolik yang meningkat
Beban karena kebutuhan metabolik badan yang meningkat untuk
menambah sirkulasi.

Bila beban kebutuhan metabolik tersebut tetap meningkat melebihi


kemampuan daya kerja jantung maka akan terjadi kegagalan jantung
walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan sirkulasi. Kegagalan ini disebut output failure.
5. Hambatan pengisian ventrikel
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke
dalam ventrikel atau pada aliran balik vena (venous return) akan
menyebabkan pengeluaran output ventrikel berkurang dan curah jantung
menurun.
2.3 Tanda dan Gejala
a. Edema ekstremitas bawah (edema dependen)
b. Pitting edema
c. BB meningkat
d. Hepatomegali
e. Distensi vena jugularis
f. Acites (penimbunan cairan di dalam rongga peritonium) (Brunner & Suddarth,
2002: 807).
2.4 Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya
EDV (volume akhir diastolik ventrikel), maka terjadi pula pengingkatan
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan
tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka
terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan
ventrikel berhubungan langsung selama diastole. Peningkatan LAP diteruskan
ke belakang ke dalam anyaman vascular paru-paru, meningkatkan tekanan

kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler
paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular, maka akan terjadi transudasi
cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi
kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial. Peningkatan
tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli
dan terjadilah edema paru-paru. Tekana arteria paru-paru dapat meningkat
sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi
pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan
kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung
kanan, di mana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi
otot papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang
(Smeltzer 2001).
Dekompensasi kanan merupakan lanjutan dari dekompensasi kiri dimana:
Spasma pada arterioli paru meningkatkan tekanan terhadap mengalirnya
darah dari ventrikel kanan melalui jaringan kapiler paru ke aterium kiri
sehingga ventrikel kanan akan meningkatkan daya kuncupnya untuk
mengatasi tahanan tersebut untuk sampai ke tujuannya
Akibat usaha ini terjadi hipertensi dalam arteria pulmonalis dan lambat
laun terjadi hipertropi ventrikel kanan untuk mengkompensasi gangguan
peredaran darah dalam sirkulasi paru yang pada akhirnya daya kompensasi
habis dan terjadi decompensasi kanan.
Iskemik di hilir jantung kanan, berarti kongesti dalam atrium kanan
serta vena cava superior dan vena cava inferior serta cabang-cabangnya
Meringankan perasaan sesak nafas karena kongesti paru tidak bertambah
dengan cepat namun akibatnya sistol atrium kanan lebih kuat selanjutnya
menyebabkan tekanan dalam vena cava juga meningkat.
Vena jugularis tampak terisi penuh yang menandakan tekanan vena
sentral meningkat. Kongesti pada vena cava superior menyebabkan edema
pada kaki, kemudian menjalar ke atas sehingga hepar terasa nyeri pada

palpasi teraba pembebngkakan (hepatomegali) dan vena jugularis tampak


lebih tinggi (hepato-jugular reflux)
Bila kongesti menjalar ke vena porta, akan terjadi pembesaran limpa dan
asites, sehingga bila dilihat sepintas diagnosa DC kanan dengan Seroshis
hepatis dapat bertukar. Yang pasti pada decomp kanan terjadi kongesti dalam
vena cava superior dan inferior sampai pada sirosis terjadi pada vena parta
dan vena cava inferior (Sylvia, 1999)

Pathway Gagal Jantung Kanan

KETIDAK-E

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. EKG
Hipertrofi atrial atau entrikular, penyimpangan aksis, iskemia, dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia, mis., takikardia, fibrilasi
atrial, mungkin sering terdapat KVP. Kenaikan segmen ST/T persisten 6
minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya
aneurisme ventrikular (dapat menyebabkan gagal/disfungsi jantung).
2. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiagram dopple):
Dapat menunjukkan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
3. Scan Jantung
(Multigated acquisition (MUGA) : Tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan gerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau
insufisiensi. Juga mengkaji patensi arteri koroner. Zat kontras disuntikan
ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontraktilitas.
5. Rontgen dada
Dapat menunjukkan perbesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah
mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal. Kontur abnormal, misl.,
bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat menunjukkan aneurisme
ventrikel.
6. Enzim Hepar
Meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretik.
8. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut memperburuk
PPOM atau GJK kronis.
9. AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini)
atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
10. BUN, kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik
BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

11. Albumin/transfer in serum


Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau
penurunan sistesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
12. HSD
Mungkin menunjukkan anemia, polisitemia, atau perubahan kepekatan
menandakan retensi air, SDP mungkin meningkat, mencerminkan MI
baru/akut, perikarditis, atau status inflamasi atau infeksius lain.
13. Kecepatan sedimentasi (ESR)
Mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi akut.
14. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai
pre-pencetus GJK
2.6 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dari gagal jantung adalah:
a. Tirah baring untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Posisi semifowler untuk mengurangi sesak
c. Diet
Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah garam, jumlah kalori
sesuai kebutuhan. Pasien dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori
dan tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml/kg BB/hari dengan
maksimal 1500 ml/hari.
d. Obat-obatan
Tujuan dasar pengobatan pasien adalah:
a. Menurunkan kerja jantung
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi otot jantung.
c. Menghindari akumulasi cairan lebih lanjut dengan menghindari
pemasukan cairan yang berlebihan, kontrol diet, monitor diuretik dan
penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE).
Terapi pengobatan:
a. ACE inhibitor misal: captopril, lisinopril.
a) Meningkatkan vasodilatasi dan dieresis
Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 g/kg BB/menit iv.
Nitroprusid 0,5-1 g/kgBB/menit iv
Prazosin per oral 2-5 mg
Penghambat ACE: kaptopril 2 X 6,25 mg.
b) Menurunkan sekresi aldosteron

Pasien yang mendapatkan terapi tersebut harus dimonitor tentang


hipotensi, hipovolemia, hiponatremia.
b. Diuretik
Meningkatkan pengeluaran natrium dan air melalui ginjal. Yang
digunakan furosemid 40-80 mg. Dosis penunjang rata-rata 20 mg. Efek
samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium
atau diganti dengan spironolakton. Diuretik lain yang dapat digunakan
antara lain hidroklorotiazid, klortalidon, triamteren, amilorid, dan asam
etakrenat.
Dampak diuretik yang mengurangi beban awal tidak mengurangi
curah jantung atau kelangsungan, tetapi merupakan pengobatan garis
pertama karena mengurangi gejala dan pengobatan dan perawatan di
rumah sakit. Penggunaan penghambat ACE bersama diuretik hemat
kalium harus berhati hati karena memungkinkan timbulnya
hiperkalemia.
c. Digitalis, misal : digoxin, digitoxin, dll
a) Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
b) Memperlambat konduksi sepanjang AV node
c) Meningkatkan pengeluaran pada ventrikel kiri
Dosis gigitalis:
-

Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 2 mg dalam 4-6 dosis


selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0.5 mg dalam 4 dosis selama 24

jam. Cedilanid IV 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.


Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari.

Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.


Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal
Akut yang berat: Digoksin 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan,
Cedilanid 0,4 - 0,8 mg IV perlahan-lahan.

d. Dobutamin
a) Meningkatkan kontraksi jantung
b) Meningkatkan konduksi AV memadai.
e. Pengobatan penunjang lainnya
a) Oksigen

Pada bayi dengan dekompensasi diberikan dengan kadar 10-20%.


b) Penenang
Terutama pada anak yang gelisah
c) Untuk mengurangi sesak nafas bayi dibaringkan dengan kepala
lebih tinggi 20-30 derajat.
d) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit
e) Bila dalam keadaan asidosis diberikan natrium bikarbonat dengan
formula: BB x defisit basa x 0,3 meq, biasanya diberikan
setengahnya dahulu.
f) Memperbaiki anemia
Pada gagal jantung karena anemia berat yagn pertama diberikan
ialah transfusi darah.
g) Antibiotika
Pada gagal jantung dianjurkan antibiotika spektrum luar
mengingat tingginya frekuensi infeksi saluran nafas, sebaiknya
didahului dengan biakan usap tenggorok dan uji sensitivitas.
h) Rotating tourniquet
Pada edema paru yang akut dapat dilaukan pemasangan turniket
pada salah satu anggota gerak secara berptuarbergantian untuk
meringankan gejala.
i) Vena seksi
Jarang dilakukan, hanya bila perlu saja

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL
JANTUNG KANAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


a) Identitas/Biodata
b) Anamnesa (Data subjektif)
1) Alasan kunjungan
2) Keluhan utama
3) Riwayat menstruasi
4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
5) Riwayat kehamilan ini
6) Riwayat sosial
c) Pemeriksaan Fisik
1) Umum (TB, BB, TD, nadi, respirasi, suhu)
2) Kebidanan (bangun tubuh, postur tubuh, cara berjalan, gerak motorik,
keadaan kulit, turgor kulit)
3) Kepala
4) Wajah
5) Gigi dan mulut
6) Leher
7) Dada
8) Ekstremitas
9) Abdomen

10) Genetalia
11) Pemeriksaan dalam
12) Pemeriksaan panggul
d) Pemeriksaan Penunjang

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot- otot
pernafasan, disfungsi neuromuskuler, sindrom hipoventilasi
2. Nyeri akut
3. Kerusakan integritas kulit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Defisit perawatan diri
6. Ansietas berhubungan dengan kesulitas nafas dan kegelisahan akibat
oksigenasi yang tidak adekuat

3.3 Rencana Keperawatan


N

Diagnosa

Tujuan dan
Intervensi

Rasional

Keperawatan

Kriteria Hasil

1.

Ketidak-

Setelah

efektifan pola

dilakukan

kedalaman

biasanya

nafas

tindakan

pernafasan dan

mencapai

berhubungan

keperawatan

ekspansi dada.

kedalaman

dengan

selama x24

Catat upaya

pernafasan

keletihan otot-

jam,

pernafasan

bervariasi

otot

diharapkan

termasuk

tergantung

pernafasan,

pola nafas

penggunaan

derajat gagal

disfungsi

pasien kembali

otot bantu

nafas. Ekspansi

1.

Kaji frekuensi

1. Kecepatan

neuromuskuler

efektif dengan

pernafasan/

dada terbatas

, sindrom

kriteria hasil:

pelebaran nasal.

yang

hipoventilasi

Pola nafas
efektif

bunyi
nafas
normal
atau bersih

TTV dalam
batas
normal

batuk
berkurang

2. Auskultasi
bunyi nafas dan
catat adanya
bunyi nafas
seperti krekels,
wheezing.
3. Tinggikan
kepala dan
bantu
mengubah
posisi.
4. Observasi pola

Ekspansi

batuk dan

paru me-

karakter sekret.

ngembang.

5. Dorong/bantu
pasien dalam
nafas dan
latihan batuk.

berhubungan
dengan
atelektasis dan
atau nyeri dada
2. Ronchi dan
wheezing
menyertai
obstruksi jalan
nafas /
kegagalan
pernafasan.
3. Duduk tinggi
memungkinkan
ekspansi paru
dan
memudahkan
pernafasan.
4. Kongesti
alveolar
mengakibatkan
batuk
sering/iritasi.
5. Dapat
meningkatkan/
banyaknya
sputum dimana
gangguan
ventilasi dan
ditambah

ketidaknyamanan
upaya bernafas.
2.

Nyeri akut

Setelah

1. Monitor

dilakukan
tindakan
keperawatan
selama x 24
jam
diharapkan
pasien tidak
lagi
mengalami
nyeri dengan
kriteria hasil :
-

2. Lakukan
pengkajia

keadaan vital
pasien
2. Mengetahui

n nyeri

tingkatan nyeri

secara

pasien

komprehe
nsif
termasuk
lokasi,
karakterist
ik, durasi,

3. Sebagai salah
satu cara mengidentifikasi
tingkatan nyeri
4. Menghindari
pencetus nyeri

Mampu

frekuensi,

mengon

kualitas

trol

dan factor

menghilangkan

nyeri,

presipitasi

rasa nyeri

mampu
menggu
na-kan
teknik
farmakologi
untuk

vital sign

1. Mengobservasi

3. Observasi

6. Menentukan

reaksi non

terapi yang

verbal dari

tepat bagi

ketidak-

pasien

nyamanan
4. Kontrol

me-

ruanga

nguran

yang

gi

dapat

nyeri.

mem-

Me-

5. Membantu

pengaruhi
nyeri

laporka

seperti

suhu

bahwa

ruangan,

nyeri

pencahaya

berkura

an,

ng

kebisingan

dengan
menggu
na-kan
manage

n istirahat
6. Konsultasi

-ment

kan

nyeri

dengan

Mampu
mengen
ali
nyeri

5. Tingkatka

dokter
mengenai
terapi
farmakolo
gi yang

Me-

tepat

nyatakan

untuk

nyaman

meredaka

setelah nyeri

n nyeri

berkurang
3.

Kerusakan

Setelah

1. Anjurkan

1. Agar pasien

integritas

dilakukan

pasien

merasa

kulit

tindakan

untuk

nyaman

keperawatan

mengguna

selama x24

kan

jam

pakaian

diharapkan

yang

pasien tidak

longgar

lagi
mengalami

2. Hindari
kerutan

2. Menghindari
luka pada kulit
pasien
3. Sebagai upaya
menghindari
adanya infeksi

kerusakan

pada

kuman atau

integritas kulit

tempat

virus

dengan kriteria

tidur

hasil:
-

3. Jaga
Integrit

kebersihan

as kulit

kulit agar

yang

tetap

baik

bersih dan

bisa

kering

diperta
hankan
(sensasi
,
elastisit
as, temperatur
e,
hidrasi,

pasien
(ubah
posisi
pasien)
setiap 2
jam sekali
5. Monitor

pigmen

kulit akan

tasi).

adanya

Tidak

kemeraha

ada

luka/les

4. Mobilisasi

6. Oleskan

i pada

lotion atau

kulit

minyak

Perfusi

pada

jaringa

daerah

n baik

yang

Menunj
uk-kan
pemaha

tertekan
7. Monitor
aktivitas

4. Menghindari
dekubitus
5. Memberikan
tindakan
perawatan
pada kulit
apabila
terdapat
kemerahan
6. Menjaga
turgor kulit
tetap lembab
7. Menilai
kemampuan
pasien
melakukan
mobilitas
8. Mengetahui
intake nutrisi
yang dapat memengaruhi permeabilitas
kulit
9. Menjaga
kebersihan
pasien

m-an

dan

dalam

mobilisasi

proses

pasien

perbaik
an kulit
dan
menceg
ah
terjadin

8. Monitor
status
nutrisi
pasien
9. Memandik

ya

an pasien

cedera

dengan

berulan

sabun dan

air hangat

Mampu
melind
ungi
kulit
dan
mempertaha
n-kan
kelemb
ab-an
kulit
dan
perawat
an
alami

4.

Ketidak-

Setelah

seimbangan

dilakukan

nutrisi

tindakan

kurang dari

keperawatan

1. Monitor
vital sign
2. Kaji

1. Mengawasi
keadaaan vital
pasien

kebutuhan

selama x 24

adanya

2. Menghindari

tubuh

jam

alergi

terjadinya

diharapkan

makanan

alergi makanan

kebutuhan
nutrisi pasien
seimbang

menentuka

jumlah kalori

n jumlah

yang tepat bagi

Adanya

kalori dan

pasien

pe-

nutrisi

ningkat

yang

an berat

dibutuhkan

badan

pasien

sesuai
dengan
tujuan

4. Anjurkan
pasien
untuk

Berat

meningkat-

badan

kan intake

ideal

Fe

sesuai
dengan
tinggi
badan
-

Mampu
mengid
entifika

5. Monitor
jumlah gizi
dan

kebutuh

meningkatkan
pertumbuhan
sel
5. Mencegah
terjadinya
kelebihan
nutrisi
6. Mengontrol
tanda hindrasi
pada pasien
7. Mengontrol
tanda-tanda

kalori

dehidrasi pada

6. Monitor
turgor kulit
7. Monitor

an

mual dan

nutrisi

muntah
monitor

Tidak

4. Untuk

kandungan

si

3. Untuk
menentukan

hasil :

dengan ahli

bagi pasien

gizi untuk

dengan kriteria

3. Kolaborasi

pasien

ada

kulit kering

tanda-

dan

tanda

perubahan

malnutr

pigmentasi

isi
-

Menunj
ukkan
peningkat
an
fungsi
pengecap
an dari
menela
n

Tidak
terjadi
penuru
nan
berat
badan
yang
berarti

5.

Defisit

Setelah

1. Mandikan

1. Agar badan

Perawatan

dilakukan

pasien

menjadi segar,

Diri

tindakan

setiap hari

melancarkan

keperawatan

sampai

peredaran darah

selama x24

klien

dan

jam diharapkan

mampu

meningkatkan

pasien dan

melaksana

kesehatan.
2. Untuk

keluarga
mampu
merawat
dirinya sendiri

kan sendiri
2. Ganti
pakaian
yang kotor
dengan
yang
bersih.
3. Berikan
HE pada
klien dan
keluargany
a tentang

melindungi
klien dari
kuman dan
meningkatkan
rasa nyaman
3. Agar klien dan
keluarga dapat
termotivasi
untuk menjaga
personal
hygiene.
4. Bimbing

pentingnya

keluarga klien

kebersihan

memandikan /

diri.
4. Bimbing

menyeka pasien
5. Klien merasa

keluarga

nyaman dengan

klien

tenun yang

memandik

bersih serta

an /

mencegah

menyeka

terjadinya

pasien
5. Bimbing

infeksi.

keluarga
klien
memandik
an /
menyeka
pasien

6.

Ansietas

Setelah

berhubungan

dilakukan

1. Gunakan
pendekatan

1.Pasien merasa

dengan

tindakan

kesulitas nafas keperawatan


dan

selama x24

kegelisahan

jam

akibat

diharapkan

oksigenasi

pasien tidak

yang tidak

lagi

adekuat

mengalami
kecemasan

yang
menenangkan
2. Nyatakan
dengan jelas
harapan
terhadap pelaku
pasien
3. Jelaskan semua

tenang
2.Agar pasien
kooperatif
3.Agar pasien
kooperatif
4.Pasien merasa
dihargai
5.Pasien merasa

dengan kriteria

prosedur dan

hasil :

apa yang

aman dan tidak

dirasakan

takut

1. Klien
mampu
meng-

selama prosedur 6.Pasien merasa lebih


4. Pahami

tenang dengan
keluarga

identifikasi

perspektif

dan

pasien terhadap 7.Meningkatkan


situasi stress
kenyamanan

mengungka
pkan gejala
cemas

5. Temani pasien
untuk

pasien
8.Pasien merasa

memberikan

dilindungi dan

identifikasi

keamanan dan

dihargai

mengurangi

mengungka

takut

2. Meng-

p-kan dan

6. Dorong

menunjukk

keluarga untuk

an teknik

menemani

untuk

pasien

mengontrol
cemas
3. Vital sign
dalam

7. Lakukan
back/neck rub
8. Dengarkan
dengan penuh

9.Mengetahui tingkat
kecemasan pasien
10. Pasien dapat
mengenali hal-hal
yang membuat
cemas
11. Pasien dapat
mengutarakan
perasaannya

batas
normal
4. Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa
tubuh, dan
tingkat
aktivitas
menunjukk

perhatian

12. Pasien dapat


menurunkan

9. Identifikasi

tingkat

tingkat

kecemasan

kecemasan
10. Bantu pasien

13. Pasien dapat

mengenal
situasi yang
menimbulkan

menurunkan
tingkat
kecemasan

kecemasan
11. Dorong pasien

an

untuk

berkurangn

mengungkapka

ya

n perasaan,

kecemasan

ketakutan, dan
persepsi
12. Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
13. Berikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan

3.4 Implementasi
Hari/
Tanggal/
Jam
Hari

N
O
DX

Implementasi

Evaluasi Formatif

Pada implementasi

Evaluasi respon pasien

dilaksanakan rencana

terhadap tindakan

Paraf

intervensi yang telah


ditetapkan

3.5 Evaluasi
N

Hari/

Diagnosa

Evaluasi

Keperawatan

Sumatif

Paraf
O Tanggal
1

Hari

Lakukan evaluasi mengenai kondisi


pasien dengan teknik
S : Kaji respon subbjektif pasien
O : kaji respon objektif pasien
A : diagnose masalah yang sedang,
telah ditangani
P : lakukan perencanaan tindakan
selanjutnya

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya habya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara Heart Failure / gagal jantung
adalah ssuatu kondisi di mana jantung mengalami kegagalan memompa darah
guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara
adekuat.
Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk
memompa secara adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering
terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi
dengan adanya ventrikel kiri benar-benar normal dan tidak menyebabkan
gagal jantung kiri.

4.2 Saran
Gagal Jantung telah menjadi penyakit yang umum bagi banyak orang
saat ini, apalagi bagi mereka yang tinggal di perkotaan. Akibat terburuk dari
gagal jantung adalah kematian. Jika pembaca memiliki riwayat gagal jantung,
pembaca dapat mengendalikan penyakit ini dengan cara pemberian obatobatan, seperti obat inotropik (digitalis, obat inotropik intravena), obat
vasodilator (arteriolar dilator: hidralazin), venodilator (nitrat, nitrogliserin),
mixed dilator (prazosin, kaptopril, nitroprusid), diuretik serta obat-obatan
distrimia.
Tindakan pembedahan, hal ini biasanya dilakukan untuk mengatasi
penyakit jantung bawaan (paliatif, korektif) dan penyakit jantung didapat
(valvuloplasti, penggantian katup).

DAFTAR PUSTAKA

Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah.


Jakarta: EGC
Healthwise Staff. 2014. Right-Sided Heart Failure. http://www.webmd.com/heartdisease/heart-failure/tc/right-sided-heart-failure-topic-overview#1. Diakses
pada 06 Oktober 2016
Mansjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Penerbit Media
Ausculapius FKUI, 2001.
Mariyono H, Santoso A. Gagal Jantung. FK Unud/RSUP Sanglah, Denpasar
Sylvia, AP. (1999). Patofisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai