KELOMPOK III
03010277
WELLA RUSNI
03011010
AGNESS PRATIWI
03011001
A.A. GEDE I. P.
03011011
AGNESTIA S.
03011002
ABDEL HALIM A.
03011013
AKHMAD
03011003
ABDURRACHMAN M
03011014
AKHTA YUDISTIRA
03011005
ADINDA W.
03011015
ALDISA P.
03011006
ADITYA Y.
03011016
ALKITHYAR A
03011007
ADRI PERMANA U.
03011078
DIMAS ARYA P.
03011008
ADWINA SYAFITRI
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung pada anak banyak macamnya. Ada yang didapat pada waktu anak
masih kecil sampai menjelang remaja, tapi sebagian besar merupakan penyakit jantung
kongenital yang terjadi semenjak bayi dalam kandungan. Insiden penyakit jantung kongenital
diperkirakan meliputi 0,8 1% dari bayi-bayi yang lahir hidup. Dan 85% di antaranya berupa
kelainan yang paling banyak dijumpai, yaitu defek septum ventrikel (ventricular septal
defect), duktus arteriosus persisten (patent ductus arteriosus), defek septum atrium (atrial
septal defect), stenosis pulmonal (pulmonary valve stenosis), stenosis aorta (congenital aortic
stenosis), koartasio aorta (coarctatio aortae), tetralogi Fallot (tetralogy of Fallot), outlet
ganda ventrikel kanan (double outlet right ventricle) dan transposisi pembuluh darah besar
(transpotition of the great arteries). Hanya 15% berupa kelainan jantung kongenital yang
sangat jarang ditemukan dan secara anatomis sangat komplek.
Defek septum atrium (DSA) adalah kelainan jantung akibat terjadinya kesalahan pada
jumlah absorbsi dan proliferasi jaringan pada tahap perkembangan pemisahan rongga atrium
menjadi atrium kanan dan atrium kiri. Defek septum atrium merupakan lebih kurang 10%
dari seluruh PJB. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak perempuan disbanding pada
anak lelaki (rasio perempuan : lelaki = 1,5 sampa 2 : 1). Pada makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai DSA.1
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang penderita dengan identitas sebagai berikut datang ke poliklinik diantar oleh ibunya.
Nama
: Agus
Umur
: 10 tahun
No RM : 247896
: Pelajar kelas V SD
Alamat
apeks (-), mid diastolic tricuspid flow murmur pada parasternal kiri (+). Pulmo : ronki (-),
hepatomegali (-). Ekstremitas normal.
Pemeriksaan penunjang:
EKG : irama sinus, QRS rate 90/menit. RBBB tidak komplet, tipe volume overload, lain-lain
normal.
Foto toraks : kardiomegali ringan, segmen pulmonal menonjol / dilatasi, plethoric lung.
Ekokardiogram : diskontinuitas pada mid intra atrial septum dan tampak pirau / aliran dari
LA ke RA.
Lab klinik:
Hb 10 g%
Leukosit 13.000 /ml
Hematokrit 30%
LED 15/jam
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Anamnesis
Identitas:
Nama
: Agus
Umur
: 10 tahun
No RM : 247896
: Pelajar kelas V SD
Alamat
Sejak 4 hari yang lalu anaknya demam batuk pillek, 2 hari terakhir demamnya tidak
turun.
Demam yang berlangsung beberapa hari bisa disebabkan karena pasien mengalami
infeksi, pada saluran pernapasan atas sehingga terdapat juga keluhan batuk dan pilek.
Agus sering mengeluh cepat capai bila mengikuti kegiatan olahraga di sekolah.
Masalah diatas dapat diduga adanya kelainan pada jantung dimana jaringan organ
tubuh kekurangan suplay darah. Karena darah yang didistribusi berkurang dapat
Nilai
Nilai normal
Interprestasi
100/60
100/60
normal
90x/menit
55-90
normal
dispnea
normal
sianosis
normal
5+3 cm
normal
normal
S1 S2 reguler Wide
JVP
Bruit dan thrill
jantung
fixed splitting 2
lebar
sound
dan pembelahannya
yang
menyebabkan
kanan
secara
parasternal kiri
aliran
kanan
keluar
menuju
arteri pulmonalis
Aktifitas parasternal
kiri ICS IV pada
Karena
banyaknya
darah
kanan,
mengakibatkan
apeks normal
pada apeks
pada
katup
mitral
Mid diastolik
Dihasilkan
oleh
parasternal kiri
defek
pada
yang
sekat
melewati
atrium
katup
tricuspid
Ronki
hepatomegali
normal
Ekstremitas normal
normal
kepala?
Apakah ada keluhan nyeri sendi?
Apakah ada perubahan emosi akhir-akhir ini?
Apakah ada gangguan neurologis seperti gangguan menggenggam, gangguan
berbicara?
Riwayat penyakit sebelumnya
- Apakah ada riwayat penyakit hati/ginjal/infeksi streptococcus/penyakit paru?
- Pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya?
- Apakah pasien memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya?
Riwayat pengobatan
- Sejak kapan berhenti mengkonsumsi obat?
- Apakah konsumsi obat teratur sebelum merasa sembuh dan menghentikan
pengobatan?
Riwayat penyakit keluarga
Apakah anaknya pernah menderita sakit tenggorokan akhir-akhir ini?
Hasil
10 g/dL
Nilai normal
10-16 g/dL
Interpretasi
Normal
Leukosit
13.000/mL
9000-12.000/mL
Meningkat
(Peningkatan jumlah
leukosit menunjukkan
adanya proses infeksi
atau radang akut)
Hematocrit
30%
33-38%
Menurun
LED
15 mm/jam
0-8mm/jam
Meningkat
EKG3
NO
Hasil
Normal
Interpretasi
Irama sinus
Irama sinus
80-110 x/menit
Normal.
Akibat
BBB
maka
impuls
akan
Terdapat
akibat
peningkatan
peningkatan
end-diastolik
volume
pada
Foto thoraks
NO
1
Hasil
Kardiomegali ringan
Normal
Tidakada
kardiomegali
Interpretasi
Kardiomegali
karena
disebabkan
pembesaran
jantung
Segmen
pulmonal
Tidak menonjol
menonjol/dilatasi
darah
ke
segmen
mononjol
dan
berdilatasi
3
Plethoric lung
Terdapat
pada
peningkatan
ini
tampak
pada
Ekokardiogram
NO
1
Hasil
Interpretasi
1.7 Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnosis pada pasien ini
adalah defek sekat atrium. Hal ini ditegakkan dari hasil pemeriksaan fisik berupa ditemukannya
murmur mid diastolic tricuspid flow di parasternal kiri lalu pada foto toraks ditemukan plethoric
lung yang menandakan ada aliran berlebih pada paru-paru pasien juga pada ekokardiogramnya di
dapatkan diskontiunitas pada mid intra atrial septum dan tampak pirau/aliran dari LA ke RA yang
menandakan adanya ASD secundum.
1.8 Diagnosis Banding
1.9 Patofisiologi4
Pada defek septum atrium, terdapat celah patologis antara atrium kanan dan atrium kiri.
Akibatnya terjadi pirau atau aliran dari atrium kiri ke kanan karena tekanan yang lebih tinggi
pada atrium kiri dibandingkan dengan atrium kanan.
menanggung seluruh beban tambahan (volume overload) akibat adanya pirau tersebut.1
Dengan adanya tambahan volume tersebut, dapat terjadi dilatasi arteri pulmonal dan
peningkatan vaskularisasi pulmonal.
1.10 Tatalaksana5
Pasien dengan Penyakit defek septum atrium
pembedahan. Karena sampai saat ini tidak ada obat spesifik yang tersedia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.13 Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Tingkat mortalitas setelah dilakukan tindakan pembedahan sebesar < 1 % pada pasein dengan
usia kurang dari 45 tahun.
Ad functionam : Dubia Ad bonam
Ad Sanationam : Ad bonam
Tingkat kekambuhan akibat operasi sangat kecil
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Defek Septum Atrium6
Defek septum atrium adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan
atrium kanan. Secara anatomis defek ini dibagi menjadi defek ostium sekundum, defek
ostium primum dan defek sinus venosus. Defek septum atrium merupakan lebih kurang 10%
dari seluruh penyakit jantung bawaan, sedangkan defek septum atrium sekundum merupakan
80% dari seluruh defek septum atrium. Prevalensi defek septum atrium pada remaja lebih
tinggi dibanding pada masa bayi dan anak, oleh karena sebagian besar pasien asimtomatik
sehingga diagnosis baru ditegakkan setelah anak besar atau remaja.
1. Defek Septum Atrium Sekundum
Pada defek septum atrium sekundum terdapat lubang patologis di tempat fosa ovalis.
Defek dapat berukuran kecil sampai sangat besar sehingga mencakup sebagian besar septum.
Karena tekanan di atrium kiri lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan, maka pada defek
septum atrium terjadi pirau dari kiri ke kanan, meskipun pada pemeriksaan endokardiografiDoppler serta angiografi dapat dibuktikan adanya sedikit pirau kanan ke kiri. Akibatnya
terjadilah beban volume di atrium kanan, ventrikel kanan, dan arteri pulmonalis. Ketiga
struktur ini akan mengalami dilatasi. Derajat dilatasi dipengaruhi oleh besarnya defek serta
perbedaan antara tahanan sitemik dan tahanan paru. Karena beban tekanan pada defek septum
atrium tidak begitu berat, maka kelainan vaskuler paru tidak terjadi secepat pada kelainan
jantung bawaan dengan beban tekanan yang berlebihan seperti pada defek septum ventrikel
atau duktus arteriosus persisten.
a. Manifestasi klinis
Sebagian besar pasien defek septum atrium sekundum asimtomatik. Kecurigaan
biasanya timbul bila pada pemeriksaan rutin ditemukan bising jantung. Infeksi saluran
napas berulang tidak begitu berat dibandingkan dengan defek septum ventrikel.
Pertumbuhan fisis umumnya normal atau hampir normal. Hanya pada defek yang
sangat besar didapatkan deformitas dada. Pada palpasi tidak ditemukan getaran bising.
Kadang dapat diraba aktivitas ventrikel kanan yang meningkat. Pada auskultasi
didapatkan bunyi jantung I normal, sedangkan bunyi jantung II terdengar dengan split
yang lebar dan menetap. Jarak antara komponen aorta-pulmonal bunyi jantung II pada
inspirasi dan ekspirasi tetap sama sehingga disebut fixed splitting.
Jumlah darah yang besar dalam jantung kanan akan menyebabkan terjadinya
stenosis pulmonal relatif, sehingga akan terdengar bising sistolik ejeksi di tepi kiri atas
sternum yang biasanya menjalar ke tepi kiri sternum bagian tengah. Pada defek septum
atrium yang besar, dapat terjadi stenosis trikuspid relatif, sehingga terdengar bising mid
diastolik di tepi kiri sternum bagian bawah. Keadaan ini terjadi bila rasio aliran
pulmonal/sistemik (Qp:Qs) lebih dari 2:1.
b. Elektrokardiografi
Pada sebagian besar pasien defek septum atrium sekundum sumbu QRS pada
bidang frontal berdeviasi ke kanan (antara +95 sampai +170 derajat), dengan rotasi
searah jarum jam. Pada hantaran dada kanan ditemukan pola RsR atau rsR, yang biasa
disebut right bundle branch block (RBBB) inkomplet. Interval P-R dapat normal atau
memanjang. Hipertrofi ventrikel kanan selalu dapat ditemukan pada defek yang
bermakna. Pada defek yang besar sering juga terlihat pembesaran atrium kanan.
c. Foto Thorax
Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila defek
bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung kanan, sedangkan
jantung kiri normal; pembesaran ventrikel kanan ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.
Segmen pulmonal nampak menonjol pada foto AP. Corakan vaskular paru jelas bertmbah
bila Qp/Qs lebih dari 2:1.
d. Ekokardiografi
kava inferior dan seringkali disertai dengan anomali parsial drainase vena pulmonalis, yakni
sebagian vena pulmonalis bermuara ke dalam atrium kanan. Pada bedah korektif dilakukan
pula koreksi terhadap kelainan vena pulmonalis yang ada.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Baraas F. Penyakit jantung pada anak. Penyakit jantung pada anak. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1995.p.3-4
2. Nelson. In : Wahab S, editor. Ilmu Kesehatan Anak, 15th ed. Jakarta :Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2000. p. 1575
3. Widjaja S. cara menilai EKG. EKG praktis. Jakarta: Binarupa Aksara; 2009.p.73-4
4. Mansjoer A, Supraohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kardiologi anak: Defek
septum atrium. Kapita Selekta Kedokteran, 3rd ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2000:
447.
5. Markham WL.Aterial Septal Defect. emedicine.medscape.com/article/162914treatment. Updated: sep 20th 2012
6. Sastroasmoro S, Madiyono B. Sistem Kardiovaskular: Penyakit Jantung Non-sianotik
dengan Vaskularisasi Paru Bertambah. In: Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A,
Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2002. p550-6.