Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS : Menerjemahkan Pancasila dalam

Kehidupan Sehari-hari

Kelompok II

03011014 Akhta Yudistira 03011022 Anastasia Widha S.

03011015 Aldisa Puspitasari 03011023 Anasthasya Giovani

03011016 Alkithyar A. M. 03011025 Andrian Valerius C.

03011017 Amanda Irnandita H. 03011026 Andriany Chairunnisa

03011018 Amanda Nabila F. 03011027 Andry Dimas D. P.

03011019 Amanda Shabrina P. 03011028 Anggi Calapi

03011020 Amanda Ulfa D. 03011029 Anggi Saputri

03011021 Amydhea Garnetta

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2011
BAB I

PENDAHULUAN

Makalah ini dibuat berdasarkan hasil diskusi tentang menerjemahkan Pancasila dalam

kehidupan sehari hari pada tanggal 10 Oktober 2011. Dalam diskusi yang berdurasi 120

menit tersebut terdapat 15 peserta. Ketua dalam diskusi ini adalah Alkhitiyar dan Anggi

Calapi sebagai sekertaris, serta tutor dr. Alvina. Diskusi berjalan secara lancar dan para

peserta aktif dalam memberikan pendapat dan pemikiran masing-masing. Dalam diskusi

terdapat pokok permasalahan yang penting, yaitu lunturnya nilai Pancasila. Kelompok kami

lebih terfokus pada sila ke dua dengan aspek humanitas.

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia dan juga merupakan rumusan

dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi

utama penyusun Pancasila adalah ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan

beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.1

Dalam menerapkan arti sila dibutuhkan penghayatan “kebertuhanan” yang universal,

berkemanusiaan secara adil dan beradab, bersatu sebagai suatu bangsa, demokratis

berdasarkan hikmat kebijaksaan, serta berkeadilan sosial.


BAB II

LAPORAN KASUS

Saat ini negara kita nampaknya sedang mengalami ancaman disintegrasi. Kejadian

teror, kekerasan, dan konflik di beberapa daerah, sepertinya menunjukkan adanya

kepentingan-kepentingan lain yang ingin memecah belah NKRI. Pada masa pemerintahan

Bung Karno, Pancasila pernah ditawarkan oleh beliau untuk menjadi dasar PBB dalam suatu

pidato “To Build the World a New”, yang mendapat sambutan dengan cara standing ovation.

Ki Hajar Dewantara menyebutkan Pancasila sebagai puncak-puncak kebudayaan bangsa atau

saripati budaya bangsa. Saat itu kita bangga menjadi bangsa Indonesia, kita bangga akan

Pancasila. Semasa pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan alat indoktrinasi

untuk mengukuhkan kekuasaan eksekutif. Diadakan dimana-mana Penataran Pelaksanaan

Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4). Pancasila menjadi asas tunggal setiap

partai politik. Pada masa itu, Indonesia masih dianggap sebagai suatu kekuatan politik yang

diperhitungkan oleh berbagai negara di dunia.

Saat ini, di era reformasi, sepertinya kita hanya dipandang sebelah mata. Ada pulau

yang diklaim oleh negara tetangga, juga batik dan angklung. Generasi muda sepertinya

melupakan Pancasila, demikian pula para pemimpin negara.

Uni soviet, suatu negara besar pecah berantakan, bukan karena perang, melainkan

karena tidak adanya pertahanan budaya, tidak ada nilai dasar yang menyatukan jati diri

mereka sebagai suatu bangsa.


BAB III

PEMBAHASAN

Setiap bangsa memiliki tujuan negara masing-masing. Indonesia memiliki tujuan

bernegara dan berbangsa yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4, yaitu

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia.2 Selain itu, Indonesia juga memiliki tujuan untuk menentukan nasib bangsa itu sendiri

dalam arti menjadi bangsa yang maju dan mandiri, serta tidak didominasi oleh negara lain.

Dalam pencapaian tujuan tersebut dibutuhkan penerapan nilai-nilai pancasila dalam

kehidupan sehari-hari.

Namun dalam mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa kendala. Salah satu kendala

yang sedang dihadapi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah adanya ancaman

disintegrasi. Ancaman disintegrasi ini ditunjukkan dengan sering terjadinya konflik antar

daerah, kekerasan, serta aksi teror dan pemboman. Masalah lain yang sedang dihadapi

Indonesia adalah pengaruh globalisasi. Pengaruh globalisasi membuat pola hidup bangsa

Indonesia mulai berubah mengikuti gaya kebarat-baratan atau kearab-araban. Selain itu,

pertahanan bangsa Indonesia terhadap budaya masih kurang. Ini terlihat dengan adanya

konflik dimana negara lain mengakui budaya Indonesia sebagai budaya bangsanya.

Selain memiliki tujuan tertentu setiap negara juga memiliki dasar negaranya masing-

masing. Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Sebagai warga negara Indonesia, sudah

sepatutnya kita hidup bernegara dengan berpegang pada dasar negara Indonesia. Apabila

setiap masyarakat Indonesia mau menerapkan nilai-nilai dari Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari, masalah-masalah yang telah disebutkan sebelumnya tidaklah perlu terjadi. Bila
dikaitkan dengan Pancasila, masih banyak masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia,

yaitu :

 Sila 1

1. Kurangnya toleransi antar agama. Contoh: pemboman gereja

2. Pengaruh pemahaman agama yang menyimpang ke masyarakat luas

3. Masyarakat muslim di Indonesia mendominasi, sehingga timbul gerakan dari

masyarakat untuk membentuk negara islam

 Sila 2

1. Krisis etika di kalangan masyarakat Indonesia

2. Perbedaan hak asasi antara yang kaya dan yang miskin. Perlakuan di lingkup

masyarakat berbeda. Biasanya yang kaya lebih dihormati

 Sila 3

1. Kurangnya persatuan Indonesia

2. Perbedaan ras yang sering menimbulkan konflik

3. Lunturnya jiwa nasionalisme dan patriotisme

 Sila 4

1. Adanya kepentingan golongan bukan kepentingan rakyat

2. Masih sering terjadi main hakim sendiri yang tidak mencerminkan isi pancasila

bahwa setiap masalah sebaiknya dimusyawarahkan

3. Aspirasi masyarakat masih kurang di dengar, padahal Negara Indonesia adalah

negara yang berkedaulatan rakyat

 Sila 5

1. Ketidakmerataan pembangunan di Indonesia

2. Kurangnya kepedulian terhadap rakyat kecil. Contoh: pelayanan kepada rakyat

kecil di rumah sakit sangat dibedakan


Tantangan yang berkaitan dengan humanitas adalah adanya pelanggaran HAM di

Indonesia. Contoh kasus pelanggaran HAM yang sering terjadi di Indonesia yaitu:

 Pelecehan seksual

 Penganiayaan TKI di luar negeri

 Mempekerjakan anak di bawah umur secara paksa

 Main hakim sendiri dalam menyelesaikan masalah

 Ketidaksamaan hak dalam hal korupsi. Contohnya adalah bila orang miskin mencuri

mangga, kasusnya akan segera ditindaklanjuti secara cepat. Sementara pejabat yang

mencuri hingga milyaran rupiah, penanganan kasus pidananya diproses secara lambat.

Solusi normatif dari tantangan ini adalah melindungi HAM. Berikut merupakan

program kerja yang dapat dilakukan beserta evaluasinya.

Evaluasi
Program Kerja Sasaran
Output Outcome

Meminta Pemerintah Mendirikan kantor Rakyat dapat

perbanyakan cabang Komnas HAM di menggunakan fasilitas

lembaga penegakan kota-kota besar di yang sudah dibuat untuk

HAM Indonesia mengadukan kasus

pelanggaran HAM yang

terjadi

Meminta fasilitas Pemerintah Mengalokasikan dana Kinerja lembaga HAM

untuk mengadakan untuk mensosialisasikan semakin meningkat

seminar atau perlindungan HAM dan karena merasa didukung

penyuluhan tata cara pengaduan oleh pemerintah

kasus pelanggaran HAM


Membuat aturan Dewan Membuat atau Rakyat menjadi jera

hukum yang lebih perwakilan memperbaharui undang- untuk melakukan kasus

tegas undang tentang HAM pelanggaran HAM

yang lebih tegas dan

memperberat pidana bagi

yang melanggarnya

Melakukan Publik Melakukan penyuluhan Rakyat tergerak dan

penyuluhan di daerah terisolasi yang sadar bahwa kasus

dilakukan oleh pelanggaran HAM harus

sukarelawan yang telah segera dilaporkan demi

berpendidikan untuk kesejahteraan bersama

memberikan materi

tentang HAM

Impact dari program kerja tersebut adalah berkurangnya kasus pelanggaran HAM.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurdiaman A. Pembelaan terhadap Negara. In: Reni Susilawati, editor. Pendidikan

Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa dan Bernegara. Bandung: Pribumi Mekar;

2007. p. 3-10.

2. Redaksi Kawan Pustaka. UUD 1945 dan Perubahannya: Susunan Kabinet RI (1945-

2009). Jakarta: Kawan Pustaka; 2008. p. 1.


BAB V

PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah ini dapat kami

selesaikan. Terima kasih kepada dr. Danny Wiradharma, SH, MS., DR. dr. Rudy Hartanto,

M.Fil., dr. Maria Magdalena, M.Kes., dan dr. Lie T.Merijanti, MKK. selaku kontributor MP 2

serta seluruh rekan-rekan yang telah membantu. Demikian makalah kami, mohon maaf

apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Anda mungkin juga menyukai