Oleh:
DEPARTEMEN KARDIOLOGI
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih
Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar seningga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Defek Septum Atrium
Sekundum”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan kegiatan
pembimbing dr. Ali Nafiah Nasution, Sp.JP (K) yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan masukan dalam penyususnan laporan kasus ini sehinggan dapat
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis menerima masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pada dasarnya penyakit jantung kongenital dikempokkan atas dua kelompok yaitu
kelompok yang disertai biru (sianosis) dan kelompok yang tidak disertai biru
(Asianosis).Penyakit jantung kongenital yang sianosis adalah tetralogi fallot,
transposisi arteri besar dan trunkus arteriosus. Sedangkan penyakit jantung
kongenital asianosis adalah defek septum atrium, defek septum ventrikel, duktus
arteriosus persisten, stenosis pulmonal dan koarktasio aorta.1
Kejadian yang sebenarnya dari kelainan kardiovaskular sulit ditentukan
secara akurat, ada beberapa kelainan yang tidak terdeteksi pada saat kelahiran,
misalnya stenosis aorta bikuspidalis dan prolaps katup mitral.2 Insiden penyakit
jantung kongenital berkisar 8 penderita tiap 1000 kelahiran.3 Di Amerika penyakit
jantung kongenital baik yang dikoreksi maupun yang tidak diperkirakan
meningkat 55% pertahun.2
Defek septum atrium (DSA) merupakan penyakit jantung bawaan
terbanyak ke dua setelah defek septum ventrikel, dengan perkiraan insiden sebesar
56 penderita tiap 100.000 kelahiran dan meningkat sebesar 100 per 100.000
kelahiran hidup dengan adanya kemajuan diagnosis menggunakan ekokardiografi.
Defek septal atrium sering tidak terdeteksi sampai dewasa karena biasanya
asimtomatik dan tidak memberikan gambaran diagnosis fisik yang khas.3
Komplikasi yang akan timbul jika tidak dilakukan penutupan defek adalah
pembesaran jantung kanan dan penurunan komplians ventrikel kanan, aritmia, dan
kemungkinan untuk menyebabkan penyakit vaskular paru obstruktif.3
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah;
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit defek septum
atrium sekundum.
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapatkan
terhadap kasus defek septum atrium sekundun sehingga dapat
mendiagnosis penyakit tersebut dengan tepat.
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Memahami dan memperdalam secara teoritis tentang defek septum
atrium sekundum.
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
defek septum atrium sekundum.
BAB 2
Sidomulyo
Hp : Hp :
ANAMNESIS
√ Autoanamnesis √ Alloanamnesis
Anamnesa :
Hal ini pertama kali dialami os sejak 2 bulan yg lalu (Tgl 22 Maret
2018) dan memberat dalam 7 hari ini. Keluhan ini timbul secara tiba- tiba saat os
pulang sekolah. Sesak nafas bertambah berat saat melakukan aktivitas dan sedikit
berkurang saat istirahat. Os merupakan rujukan dari rumah sakit Bina Kasih dan
3
4
sempat dirawat selama 7 hari. Keluhan disertai nafsu makan menurun, dan batuk.
Batuk muncul pada saat yang bersamaan ketika pasien mengalami sesak nafas 7
hari yang lalu. Batuk disertai dengan dahak berwarna putih. Demam ( + ) Mudah
lelah ( + ) Nyeri dada ( - ) jantung berdebar-debar (-) Demam dengan nyeri sendi
( - ) Respon terhadap nyeri yang meningkat (-) infeksi saluran nafas berulang (-)
Riwayat sianosis ( - ) .
Riwayat Kelahiran :
Os lahir normal, spontan, cukup bulan (9 bulan 1 minggu), segera
menangis dan berat badan lahir normal (2800 gr).Os lahir ditolong oleh bidan di
klinik bersalin.Riwayat biru dan kejang saat lahir disangkal.
Riwayat Tumbuh kembang :
Pemberian ASI dilakukan sampai usia os 2 tahun 3 bulan. Dimana saat
usia os 3 bulan pemberian ASI diselingi dengan nasi tim yang dibuat sendiri. Os
kuat dalam menyusui.Os anak ke- 2 dari 3 bersaudara.Tumbuh kembang Os
normal.
Riwayat Keluarga :
Riwayat penyakit jantung bawaan ( - ) Riwayat penyakit jantung dari
keluarga ( -) Riwayat sakit gula dari keluarga ( - ). Ibu Os memiliki penyakit
darah tinggi.
Status Present :
KU : Sedang Kesadaran : CM
TD : 90/70 mmHg HR : 104 x/m
RR : 28 x/m Suhu : 36,3 0C
Sianosis : (-) Ortopnu : (+)
5
Pemeriksaan Fisik :
Asites (-)
Diagnosa Kerja :
1. Fungsional : Defek Sekat Sekundum (ASD II)
2. Anatomi : Defek Septum Atrium (DSA)
3. Etiologi : Congenital Heart Disease
Diferensial Diagnosis :
1. Defek Septum Ventrikel
2. Duktus Arteriosus Patent
Pengobatan :
Bed rest
O2 2-4 L/I via nasal kanul (K/P)
IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i (mikro)
Sildenafil 4 x 50 mg
Inj Furosemide 20 mg/ 24 jam
Hematokrit : 32 % (36-47)
Trombosit : 688.000 / 𝜇𝑙 (150.000-450.000)
MCV : 79 fl (81-99)
MCH : 25,2 pg (27.0-31.0)
MCHC : 32,0 g/ 𝜇𝑙 (31.0-37.0)
Neutrofil : 81,30 % (50-70)
Limfosit : 8,70% (20-40)
Monosit : 9,80% (2-8)
Eosinofil :0 (1-3)
Basofil : 0,20 (0-1)
Ureum : 15 (15-40)
Kreatinin : 0,47 (0,6-1,1)
Elektrokardiografi (23-05-2018)
8
Kesimpulan Radiologis
Cardiomegali DD : Efusi Pericardial
Cardiomyopathy
Edema paru dengan efusi pleura kiri
(25-05-2018)
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
FAAL HEMOSTATIS
WAKTU PROTOMBIN
Pasien detik 13.9
Kontrol detik 14.00
INR 1.00
APTT
Pasien detik 27.1
Kontrol detik 33.0
Waktu Trombin
Pasien detik 22.0
Kontrol detik 20.0
KIMIA KLINIK
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (sewaktu) mg/dl 104 <200
11
ELEKTROLIT
Natrium (Na) mEq/L 128 135-155
Kalium (K) mEq/L 5.5 3.6 - 5.5
Klorida (Cl) mEq/L 97 96-106
IMUNOSEROLOGI
ASTO <200 <200
AUTOIMMUNE
CRP Kuantitatif mg/dl 0.7 <0.7
HEPATITIS
HBsAg Non Reaktif Non reaktif : S/CO < 1.00
Reaktif : S/CO >1.00
12
(28-05-2018)
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
FAAL HEMOSTATIS
Waktu perdarahan Menit 3’ <5
WAKTU PROTOMBIN
Pasien detik 10.4
Kontrol detik 14.20
INR 0.78
APTT
Pasien detik 27.7
Kontrol detik 33.5
Waktu Trombin
Pasien detik 19.9
Kontrol detik 19.5
URINALISIS
Urine Lengkap
Warna Kuning Pekat Kuning
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Positif Negatif
Keton Negatif Negatif
Berat Jenis 1.010 1.005-1.030
Ph 6.5 5-8
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Negatif
Darah Negatif Negatif
FCM
Eritrosit LPB 0-1 <3
Leukosit LPB 0-1 <6
13
BAB 3
FOLLOW UP
Tabel 3.1 Follow Up pasien tanggal 23 Mei 2018
Tanggal S O A P
23/05/2018 Sesak nafas Sensorium : tampak - ASD sekundum O2 3 L/I, via nasal
lemah - Efusi pericardial kanul
TD : 110/70 mmHg Massive IVF Nacl 0,9% 10gtt
HR : 124x /i - Pneumonia dd TB paru Inj Furosemide 2gr/
RR : 28x /i 12j
SaO2 : 80% Inj Ceftriaxone 700
Mata : anemis (-), µg/12j
Ikterus (-) Sprinolakton 1x25
Mulut: Bibir sianosis (-) mg tab
Leher : TVJ R+2 cmH2O Digoxin 1x0,2 mg
Jantung : S1(+), S2 (+), tab
Murmur (+), MDM, Captopril 3x25mg
regular, gallop (-) tab
Paru : Sp. Vesikuler
(+/+), ST : Ronki (-/- Rencana :
),Wheezing (-/-) - Cek ASTO,Urinalisis
Abdomen : Kultur darah,Gene
- H/L/R dalam batas Xpert, Sputum,
normal
SGOT/SGPT, Anti
Ekstremitas : HIV
- Akral hangat
- Edema (-/-)
14
- Sianosis (-)
- Clubbing finger (-)
- Sianosis (-)
- Clubbing finger (-)
Ekstremitas : - Echocardiography
- Akral hangat lengkap
- Edema (-/-)
- Sianosis (-)
- Clubbing finger (-)
EKG : AR+RAD+ RVH
Hasil lab
- ASTO <200
- CRP 0,7
- PCT 0,41
Ekstremitas :
- Akral hangat
- Edema (-/-)
Sianosis (-)
BAB 4
TEORI KASUS
20
21
4.2.2 Patofisiologi
Jantung sebagai pompa, berfungsi memompakan darah ke
seluruh tubuh untuk memenuhi tubuh akan kebutuhan metabolisme.
Sebagai pompa darah, kinerja jantung dipengaruhi oleh beban diastolik
(preload), beban sistolik (afterload), kontraktilitas dan laju jantung.
Pembuluh nadi utama (aorta) keluar dari ventrikel kiri, sedangkan arteri
pulmonal keluar dari ventrikel kanan jantung. Pembuluh balik besar (vena
kava) yang menampung darah dari seluruh tubuh, masuk ke dalam atrium
kanan sedangkan vena pulmonalis masuk ke dalam atrium kiri. Darah yang
mengandung oksigen tinggi dari ventrikel kiri, melalui aorta akan
dipompakan ke seluruh tubuh untuk memenuhi metabolisme tubuh.
Selanjutnya darah dengan saturasi rendah yang berasal dari seluruh tubuh
melalui vena kava superior dan inferior masuk ke dalam atrium kanan
yang kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan untuk selanjutnya
dipompakan ke paru melalui arteri pulmonal untuk dibersihkan di paru.
Darah yang mengandung oksigen tinggi dari paru, melalui vena
pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, kemudian dialirkan ke ventrikel kiri
untuk selanjutnya dipompakan ke seluruh tubuh.5
Defek septum atrium merupakan keadaan dimana terjadi defek
pada bagian septum antar atrium sehingga terjadi hubungan langsung
antara atrium kiri dan kanan.Dalam keadaan normal, pada peredaran darah
janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan (lingkaran fosa
ovalis) sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi
22
lahir, lubang ini biasanya menutup.DSA dapat terjadi di tiga lokasi yaitu
region fossa ovalis (DSA ostium sekundum), bagian superior septum
atrium dekat dengan vena kava superior (DSA sinus venosus) dan bagian
inferior septum atrium dekat dengan annulus katup trikuspid (DSA ostium
primum).2
Pada kasus defek septum atrium yang tidak ada komplikasi,
darah yang mengandung oksigen dari atrium kiri mengalir ke atrium
kanan, tetapi tidak sebaliknya.Aliran ini tidak deras karena perbedaan
tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada
atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg). Normalnya
setelah bayi lahir pengisian (compliance) ventrikel kanan menjadi lebih
besar daripada ventrikelkiri yang menyebabkan ketebalan dinding
ventrikel kanan berkurang. Hal ini menyebabkan shunt dari kiri ke kanan.
Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat
3-5 kali dari darah yang melalui aorta.Dengan bertambahnya volume aliran
darah pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, maka tekanan pada
ventrikel kanan dan arteri pulmonalistersebut naik. Dengan adanya
kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga
adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan
tekanan ini, timbul suatu bising sistolik (jadi bising sistolik pada ASD
merupakan bising dari stenosis relatif katup pulmonal ).Juga pada valvula
trikuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi stenosis
relatif katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik.Hal ini juga
mengakibatkan volume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan
meningkat.3
Jika pengisian (compliance) ventrikel kanan terus menurun
akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri ke kanan bisa berubah.
Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit
vaskuler paru yang terus bertambah berat menyebabkan arah shunt bisa
membalik (shunt dari kanan ke kiri), sehingga darah desaturasi memasuki
sirkulasi sistemik, mengakibatkan hipoksemia dan sianosis.3
23
4.2.4 Diagnosis
Anamnesa :
Detak jantung berdebar-debar (palpitasi)
Sering mengalami infeksi saluran pernapasan
Dispneu (kesulitan bernapas)
Sesak napas ketika melakukan aktivitas
Pemeriksaan fisik :
Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang
abnormal. Dapat terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah
yang melalui katup pulmonalis.
Jika shunt-nya besar, murmur juga bisa terdengar akibat
peningkatan aliran darah yang mengalir melalui katup trikuspid.
Terdapat suara splitting yang menetap pada S2 (khas pada
patologis, dimana tipe lain tidak menyebabkan suara splitting pada
S2 yang menetap.
Sianosis jarang ditemukan (kecuali bila defek besar atau common
atrium, defek sinus koronarius, kelainan vascular paru, stenosis
pulmonal,atau bila disertai anomaly Ebstein).
Pemeriksaan penunjang :
Foto toraks2
24
4.2.5 Penatalaksanaan
Pada dewasa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk
keluhan, umur, ukuran dan anatomi defek, adanya kelainan yang
menyertai, tekanan arteri pulmonal serta resistensi vaskular paru.2
Indikasi penutupan DSA:2
Pembesaran jantung pada foto toraks, dilatasi ventrikel kanan,
kenaikan tekanan arteri pulmonalis 50% atau kurang dari tekanan
aorta, tanpa mempertimbangkan keluhan. Prognosis penutupan
DSA akan sangat baik dibandingkan dengan pengobatan
25
Riwayat pra kehamilan terjadi aritmia dan usia ibu diatas 30 tahun
merupakan faktor resiko untuk terjadinya gagal jantung pada ibu. Wanita
dengan defek septum atrium yang tidak di koreksi saat hamil memiliki
resiko preeklamsia, kehilangan janin dan berat badan bayi lahir rendah.
Kehamilan harus dihindari jika muncul gejala yang berat dari defek
septum atrium dan juga pada hipertensi paru berat. Pada sebuah studi
menyebutkan bahwa risiko kematian pada ibu hamil yang memiliki
penyakit jantung bawaan dan hipertensi pulmonal meningkat sebesar 28%.
Kematian ibu cenderung terjadi segera setelah melahirkan dan sering
disebabkan oleh gagal jantung, tromboemboli, krisis hipertensi pulmonal
dan kematian jantung mendadak.3
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI DISKUSI
klinis yang baik untuk Hal ini pertama kali dialami os sejak 2
jantung ataupun derajat kelainan Keluhan ini timbul secara tiba- tiba setelah os
jantung. Pasien gagal jantung selalu pulang sekolah. Sesak nafas bertambah berat
latihan dapat ditanyakan pada nafsu makan menurun, batuk disertai dahak
orangtua dengan membandingkan berwarna putih. Batuk muncul pada saat yang
pasien dengan anak sebaya, apakah bersamaan ketika pasien mengalami sesak
pasien cepat lelah, napas menjadi nafas seminggu yang lalu. Os merupakan
cepat setelah melakukan aktivitas rujukan dari RS Bina Kasih dan sudah
yang biasa, atau sesak napas dalam dirawat selama 7 hari . Os juga mengeluhkan
- Sianosis (Warna biru pada ujung jari Riwayat demam sebelumnya disangkal.
Sianosis timbul akibat saturasi darah berdebar-debar (-) Demam dengan nyeri
26
27
Sianosis mudah dilihat pada meningkat (-) infeksi saluran nafas berulang
Gejala ini timbul akibat meningkatnya dan kejang saat lahir disangkal.
ahli jantung anak karena anak Riwayat sakit gula dari keluarga ( - ).
dan pilek.
Paru :
Abdomen :
Asites (-)
Ekstremitas :
Clubbing (-/-)
Akral : Hangat
Hasil EKG
AR + RAD + RVH
Kardiomegali (CTR: 93 %)
Jantung membesar dari kiri ke kanan
Kedua hilus suram
30
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
2. Ali, G., Penyakit Jantung Kongenital Pada Dewasa, In: Sudoyo, Aru W.,
Setiyohadi, Bambang, Alwi, Idrus, Simadibrata K., Marcellus, Setiati Seto.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed. 5, Jakarta: Internal Publishing. 2009;
1254-170.
3. Tal Geva, Jose D. M., Rachel M. W., Atrial Septal Defects. Lancet. 2014:
13: 62146-5.
5. Lyli I. R., Faisal B., Santoso K. K., Poppy S. R., Buku Ajar Kardiologi
FKUI.Jakarta.2003
9. Erin T., MPH., MMS., Atrial Septal Defect. Journal of the American
Academy of Physician Assistants. 2013: 6 vol(26).
10. Anik M., Buku Saku Penyakit Jantung pada Kehamilan, Persalinan dan
Pada Masa Nifas. Jakarta: trans info media. 2008.
32