Mati tergantung sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan bunuh diri
dengan cara ini sering dilakukan, karena dapat dilakukan dimana dan kapan saja
dengan seutas tali, kain, dasi atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Demikian
pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan yang sudah
digunakan sejak zaman dahulu. (Jurnal usu)
Pada kasus gantung diri (hanging) alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat
badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher. Keadaan tersebut
berbeda dengan penjeratan, dimana yang aktif (kekuatan yang menyebabkan
konstriksi leher), adalah terletak pada alat penjeratnya. Kematian karena
penggantungan pada umumnya bunuh diri, pembunuhan dengan cara mengantung
atau menggantung mayat untuk membuat keadaan seakan- akan korban gantung diri
jarang dijumpai. Kematian dengan penggantungan dapat dijumpai pada kasus
hukum gantung. (Jurnal usu)
DEFINISI
Gantung diri adalah suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat
penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau sebagian oleh pengaruh
gaya tarik berat badan sendiri. Kekuatan kontriksi ini akan menyebabkan terjadinya
asfiksia. Asfiksia adalah kondisi dimana terjadinya kekurangan oksigen. Selain
gantung diri, kematian akibat asfiksia juga disebabkan oleh pencekikan,
kekurangan napas, dan tenggelam. Gaya berat minimal alat yang dapat
menyebabkan pembendungan leher: (Jurnal usu, concise textbook)
a. Vena jugularis : 2 kg.
b. Arteri karotis : 2,5-10 kg.
c. Trakhea : 15 kg.
d. Arteri Vertebral : 16-30 kg.
Berdasarkan kekuatan konstriksi, gantung diri dapat dibagi 2 yaitu:
1. Tergantung total (complete hanging), j ika kedua kaki tidak menyentuh tanah dan
sepenuhnya dipengaruhi oleh berat badan korban.
2. Setengah tergantung (partial hanging), jika kedua kaki menyentuh tanah dan
tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh berat badan korban, misalnya pada korban
yang tergantung dengan posisi berlutut partial gantung diri hampir selamanya
karena bunuh diri.
Istilah ini digunakan jika berat badan tubuh tidak sepenuhnya menjadi kekuatan
daya jerat tali, misalnya pada korban yang tergantung dengan posisi berlutut. Pada
kasus tersebut berat badan tubuh tidak seluruhnya menjadi gaya berat sehingga
disebut penggantungan parsial.
Pada kebanyakan kasus korban yang meninggal. Gejalanya yang penting
sehubungan dengan penggantungan adalah:
1. Kehilangan tenaga dan perasaan subyektif.
1. Tipikal (typical hanging) titik gantung berada tepat di atas pertengahan tulang
oksipital. Dalam hal ini terjadi penekanan arteri dan saluran nafas secara
maksimum di daerah leher.
2. Atipikal, titik gantung berada di semua tempat selain dari pada pertengahan
tulang oksipital. Contohnya saat penggantungan korban terjatuh dari anak tangga
yang sedang dinaikinya.
Ada 2 jenis simpul yang dapat ditemukan pada kasus gantung diri, yaitu:
Pemeriksaan jenis dan panjang bahan yang dipakai, serta jenis simpul dapat
membantu menentukan cara kematian. Pada waktu membebas lilitan dari leher
korban, tidak boleh membuka simpul, tetapi lilitan dipotong diluar simpul, karena
bentuk simpul bisa membantu penentuan kematian secara medikolegal.
Mekanisme kematian
Walaupun sebab kematian mati gantung adalah karena asfiksia, tetapi sering
disertai sebab yang lain yaitu tekanan pada pembuluh darah (arteri carotis maupun
vena dileher dan refleks inhibisi vagal. Yang paling sering adalah campuran asfiksia
dengan sumbatan pada pembuluh darah. Dengan demikian sebab kematian bisa
terjadi karena: (Jurnal usu, concise textbook)
1. Asfiksia karena tersumbatnya saluran pernafasan sehingga menghalangi saluran
udara yang masuk ke paru-paru. Mekanisme terjadinya asfiksia:
a. Bila pengikatan tali di atas kartilago tiroid maka basis lidah akan ditolak
ke atas dan ke belekang terhadap posterior faring, hingga saluran nafas
tertutup dan akhirnya terjadi asfiksia.
b. Bila pengikatan di bawah kartilago tiroid maka secara langsung akan
menekan laring dan menimbulkan tanda- tanda asfiksia lebih jelas.
c. Konstriksi umum dari jaringan akan menimbulkan penutupan complete
atau partial dari arteri carotis comunis dileher dan ini akan menimbulkan
anemia pada otak dan tekanan pada nervus laringeus hingga akan
menimbulkan shock.
2. Kongesti vena (pembendungan vena)
Akibat lilitan tali pengikat pada leher terjadi penekanan vena jugularis secara
complete sehingga timbul pembendungan darah vena di otak sampai
menimbulkan kondisi anoksia dan perdarahan di otak.
3. Iskemik cerebral
Hal ini terjadi karena sumbatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis.
Tertekannya arteri karotis di leher akan menyebabkan terhentinya aliran darah
ke otak.
4. Syok vagal,
Hal ini terjadi karena tekanan pada sinus carotis menyebabkan jantung berhenti
berdenyut. Akibat penekanan pada nervus vagus dan sinus karotis sehingga
menyebabkan vaso vagal inhibisi sehingga terjadi cardiac arrest.
5. Fraktur atau dislokasi tulang vertebra servikalis
Ini didapati pada hukuman gantung (judicial hanging), hentakan yang tiba-tiba
pada ketinggian 1-2 meter oleh berat badan korban dapat menyebabkan fraktur
dan dislokasi vertebra servikalis bagian atas yang menekan atau merobek spinal
cord hingga menyebabkan kematian tiba- tiba. Vertebra servikalis II-III yang
paling sering terkena. Pada faring juga bisa ditemukan kerusakan pada judicial
hanging.
Periode fatal
Pada judicial hanging kematian berlangsung sangat cepat karena fraktur di
vertebra servikalis yang mengakibatkan perdarahan di medulla oblongata. Sering
didapati jantung masih berdenyut untuk beberapa saat kemudian.
Bila kematian karena penutupan arteri juga berlangsung cepat karena iskemik
otak, sedangkan kematian berlangsung lebih lambat pada penyumbatan vena. Bila
yang tersumbat adalah saluran pernafasan, maka kematian bisa berlangsung di
bawah 5 menit.
Pemeriksaan jenazah
Pemeriksaan luar
1. Tanda penjeratan pada leher. Hal ini sangat penting diper-hatikan oleh dokter,
dan keadaannya bergantung kepada beberapa kondisi:
a. Tanda penjeratannya jelas dan dalam jika bahan penggantung yangdigunakan
kecil dan keras dibandingkan jika menggunakan bahan yang lembut dan lebar
seperti selendang, maka bekas jeratan tidak begitu jelas. Letak ikatan pada
leher penting untuk membedakan hanging dan strangulasi.
Pada hanging :
i. 85% di atas cartilago thyroidea.
ii. 15% setinggi cartilago thyroidea.
iii. 5% di bawah cartilago thyroidea.
b. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblik (miring) seperti ”V”
terbalik pada bagaian depan leher, dimulai pada leher bagian atas diantara
kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang
bawah menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak jelas pada bagian
belakang. Kadangkadang disertai luka lecet dan vesikel kecil di pinggir
jeratan.
c. Tanda penjeratan tersebut berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering,
keras dan berkilat. Pada perabaan, kulit terasa seperti perabaan kertas
perkamen, disebut tanda parchmentasi. Bila jeratan tali keras, mula- mula
akan menimbulkan warna pucat kemudian berubah menjadi coklat seperti
warna kertas perkamen. Pada pinggir ikatan dijumpai daerah hiperemis dan
ekimosis. Ini menunjukkan bahwa pengikatan terjadi sewaktu korban masih
hidup. Bila pengikatan degan bahan yang lembut seperti selendang maka
terlihat bekasnya lebar dan tidak ada lekukan ikatan, biasanya miring dan
kontinu. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit lebih gelap
karena adanya lebam mayat
d. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit di bagian bawah
telinga, tampak daerah segitiga pada kulit di bawah telinga, yaitu di bagian
yang tidak ada bekas jeratan. Kadang- kadang didapati juga bekas tekanan
simpul di kulit.
e. Pinggirannya berbatas tegas dan tidak terdapat tandatanda abrasi di sekitarnya.
f. Jumlah tanda penjeratan
Pada keadaan lain bisa didapati leher dililiti beberapa kali secara horizontal
baru kemudian digantung, dalam keadaan ini didapati beberapa bekas jeratan
yang lengkap, tetapi pada satu bagian tetap ada bagian yang menunjukkan
titik simpul.
2. Kedalaman dari bekas penjeratan juga menunjukkan lamanya tubuh tergantung,
berat badan korban (komplit atau inkomplit) dan ketatnya jeratan.
3. Jika korban lama tergantung, ukuran leher menjadi semakin panjang.
4. Tanda- tanda asfiksia.
Muka pucat atau bisa bengkak, mata menonjol keluar, perdarahan berupa ptekia
tampak pada wajah dan subkonjuntiva (Tardeou's spot pada conjuntiva bulbi dan
palpebra).
5. Lidah. Jika posisi tali di bawah cartilago thyroidea maka lidah akan terlihat
menjulur ke luar dan berwarna lebih gelap akibat proses pengeringan.
6. Air liur mengalir dari sudut bibir di bagian yang berlawanan dengan tempat
simpul tali. Keadaan ini merupakan tanda pasti penggantungan ante-mortem.
7. Lebam mayat
Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati dikaki dan
tangan bagian bawah terutama di ujungujung jari tangan dan kaki. Bila segera
diturunkan lebam mayat bisa didapati di bagian depan atau belakang tubuh sesuai
dengan letak tubuh sesudah diturunkan.
8. Posisi tangan biasanya dalam keadaan tergenggam.
9. Urin dan feses bisa keluar.
10. Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya darah.
Pemeriksaan dalam
1. Jaringan yang berada di bawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan
seperti perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat tergantung
cukup lama. Pada jaringan di bawahnya mungkin tidak terdapat cedera lainnya.
2. Platisma atau otot lain di sekitarnya mungkin memar atau ruptur pada beberapa
keadaan. Kerusakan otot ini lebh banyak tejadi pada kasus penggantungan yang
disertai dengan tindak kekerasan.
3. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun
ruptur. Resapan darah hanya terjadi di dalam dinding pembuluh darah. Pada
arteri karotis komunis dijumpai garis berwarna merah (red line) pada tunica
intima.
4. Fraktur tulang hyoid sering terjadi. Fraktur ini biasanya terdapat pada
penggantungan yang korbannya dijatuhkan dengan tali pengantung yang panjang
dimana tulang hyoid mengalami benturan dengan tulang vertebra. Adanya efusi
darah disekitar fraktur menunjukkan bahwa penggantu-ngannya ante- mortem.
5. Fraktur kartilago tiroid jarang terjadi.
6. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. Frak-tur ini sering terjadi
pada korban hukuman gantung.
7. Paru- paru mengalami oedem dan kongesti dan dijumpai tanda Tardeou's spot
dipermukaan paru, jantung dan otak.
8. Pada jantung bilik kanan penuh dengan darah dan bilik kiri kosong.
KESIMPULAN
1. Gantung diri (hanging) adalah suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher
oleh alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau sebagian.
2. Pada kasus hanging alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya
aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher.
3. Jumlah lilitan dapat hanya satu kali, semakin banyak lilitan dugaan bunuh diri
semakin besar.
4. Makin jauh jarak antara kaki korban dengan lantai makin kuat dugaan
pembunuhan; makin dekat jarak antara simpul dengan tiang tumpuan untuk
menggantung, makin kuat dugaan bahwa kasus yang dihadapi adalah kasus
pembunuhan.