DISUSUN OLEH:
Felicia 140100171
PEMBIMBING:
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sari kepustakaan ini
dengan judul “Hanging”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi
persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
hukuman gantung.2
1
2
kematian nomor dua tertinggi pada kelompok umur 15-29 tahun pada tahun
2012.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asfiksia
Asfiksia atau secara harfiah berarti tanpa pulsasi, penggunaan zaman sekarang
membatasi penggunaan kata ini, sehingga kata ini hanya ditujukan pada tubuh
mayat yang telah terpapar pada situasi penurunan oksigen yang signifikan,
sehingga mengakibatkan gangguan oksigenasi jaringan (gangguan pengangkutan
oksigen ke jaringan). Hal ini dapat menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
3
4
konjungtiva dan wajah merupakan penemuan yang penting untuk asfiksia, namun,
bukan sebagai diagnostik.4
Penelitian tentang patofisiologi asfiksia sedang dijalankan, termasuk usaha
untuk menganalisis urutan kejadian kematian yang ditunjukkan orang yang
gantung diri. Secara tradisional, tanda-tanda klasik asfiksia digambarkan sebagai
berikut :5
• Perdarahan ptekie pada kulit wajah dan pinggiran kelopak mata
• Edema dan bengkak wajah
• Sianosis (kebiruan) pada wajah
• Pembendungan jantung kanan dan darah yang abnormal
• Manual strangulation
7
b. Hanging
Asfiksia terjadi sekunder akibat adanya tekanan/ kompresi struktur
leher oleh tali atau benda pengikat lainnya yang dikencangkan oleh berat
badan. Kejadiannya lebih banyak akibat bunuh diri.
anak, sering terjadi aspirasi dari benda, mainan, koin uang logam.
Sementara pada orang dewasa, biasanya karena gigi palsu atau makanan.
Gambar 5. Obstruksi saluran napas oleh makanan merupakan salah satu penyebab
e. Asfiksia kompresi
Pada asfiksia jenis ini, tekanan diberikan pada dada atau abdomen
korban, sehingga menghambat pasien untuk bernapas secara efektif.
• Asfiksia traumatis
Terjadi saat sesuatu yang berat menahan pergerakan dada
atau perut atas, menyebabkan tidak bisa bernapas.
• Asfiksia posisional
Biasanya kecelakaan akibat intoksikasi obat atau alkohol,
menyebabkan seseorang berada pada posisi yang menghambat
jalan napas dan sulit untuk melepaskan diri. (misalnya, leher
tertekuk).
2. Asfiksia Nonmekanik
Biasanya disebabkan oleh keracunan bahan kimia, seperti keracunan
karbon monoksida, keracunan sianida, dan keracunan hidrogen sulfida.
2.2 Penggantungan
2.2.1. Definisi
Penggantungan adalah suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher oleh
alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau sebagian oleh
pengaruh gaya tarik berat badan sendiri. Kekuatan kontriksi pada leher akan
c. Trakhea : 15 kg.
2. Setengah tergantung (partial hanging), jika kedua kaki menyentuh tanah dan
tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh berat badan korban, misalnya pada korban
yang tergantung dengan posisi berlutut partial gantung diri hampir selamanya
karena bunuh diri.Istilah ini digunakan jika berat badan tubuh tidak
sepenuhnya menjadi kekuatan daya jerat tali, misalnya pada korban yang
tergantung dengan posisi berlutut. Pada kasus tersebut berat badan tubuh tidak
saluran udara tidak perlu menyebabkan kematian saat digantung. Sejumlah orang
telah menggantung diri dengan jerat di atas laring dan melakukan trakeostomi
permanen di bawahnya. Fraktur leher memainkan peran apa pun dalam
penggantungan bukan hukuman. Hal ini jarang dan biasanya hanya terlihat pada
individu dengan penyakit degeneratif lanjut pada tulang belakang leher, seperti
osteoartritis, dalam kombinasi dengan penggantungan lengkap tubuh, penjatuhan
yang tiba-tiba, dank arena obesitas.(forensic pathology 2 ed)
15
pernafasan.
Berdasarkan titik gantung, gantung diri dapat dibagi 2 yaitu:9
1. Tipikal (typical hanging) titik gantung berada tepat di atas pertengahan tulang
oksipital. Dalam hal ini terjadi penekanan arteri dan saluran nafas secara
2. Atipikal, titik gantung berada di semua tempat selain dari pada pertengahan
tulang oksipital.
Titik penggantungan paling umum adalah sisi leher, diikuti oleh bagian
belakang dan depan. Pada saat penggantungan, jerat biasanya bergeser dari
Ada 2 jenis simpul yang dapat ditemukan pada kasus gantung diri, yaitu:4
1. Simpul hidup (running noose).
korban mengikat kedua tangannya. Ada sejumlah kasus di mana para korban
18
kekuatannya apakah bisa menopang berat tubuh atau tidak. Penjerat seharusnya
diperiksa secara mikroskopis untuk memeriksa jaringan yang ada di dalamnya
dari leher orang yang telah gantung diri.8,9,10
sekresi cairan.
7. Berikan obat- obat yang perlu (misalnya coramine) Gejala sisa: Hemilplegia,
amnesia, demensia,bronkitis.
a. Bila pengikatan tali di atas kartilago tiroid maka basis lidah akan ditolak
ke atas dan ke belekang terhadap posterior faring, hingga saluran nafas
tertutup dan akhirnya terjadi asfiksia.
3. Iskemik serebral
Hal ini terjadi karena sumbatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis.
Tertekannya arteri karotis di leher akan menyebabkan terhentinya aliran darah
ke otak.
4. Syok vagal
Hal ini terjadi karena tekanan pada sinus carotis menyebabkan jantung berhenti
berdenyut. Akibat penekanan pada nervus vagus dan sinus karotis sehingga
menyebabkan vaso vagal inhibisi sehingga terjadi cardiac arrest. Telah diakui
selama beberapa waktu bahwa stimulasi mekanis dari sinus karotis
baroreseptor di leher dapat menyebabkan hasil yang tidak terduga, dan
terkadang berakibat fatal. Kematian telah dijelaskan, misalnya, setelah tekanan
yang tampaknya minimal diterapkan ke leher, dan peristiwa seperti itu telah
dikaitkan dengan vaso vagal inhibisa atau refleks henti jantung (Gambar 15.4).
Tekanan sinus karotid sebagai terapeutik dilakukan pada individu dengan
20
aritmia yang harus dipantau secara ketat, dan dianggap umumnya aman.
Bagaimanapun juga, respon klinis tidak dapat diprediksi dan kematian dapat
terjadi karena aritmia/asistol ventrikel. Stimulasi baroreseptor sinus karotis
menghasilkan impuls yang ditransmisikan melalui saraf sinus karotis (cabang
saraf glossopharyngeal) ke nukleus dari traktus solitaries, dan nukleus vagal di
medula. Impuls parasimpatis menuju ke jantung melalui saraf vagus yang dapat
Gambar 13.Sinus karotis baroreseptor dan penekanan pada leher: (a) lokasi dari
sinus karotis pada percabangan arteri karotis komunis di leher, dan (b)
penekanan pada leher yang menyebabkan penekanan pada sinus karotis.
servikalis II-III yang paling sering terkena. Pada faring juga bisa ditemukan
kerusakan pada kasus judicial hangingkarena terjadi penurunan tiba-tiba
(sudden drop).Selain itu, faktor lain pada individu dengan penyakit degeneratif
22
lanjut pada tulang belakang leher, seperti osteoartritis atau obesitas yang
dengan kasus penggantungan total.
2.2.5. Periode fatal
Pada hukuman gantung kematian berlangsung sangat cepat karena fraktur di
vertebra servikalis yang mengakibatkan perdarahan di medulla oblongata. Sering
4. Ekimosis, tampak jelas pada salah Ekimosis pada salah satu sisi jejas
satu sisi dari jejas penjeratan. penjeratan tidak ada atau tidak
Lebam mayat tampak di atas jejas jelas. Lebam mayat terdapat pada
karena asfiksia.
7. Wajah, membengkak dan mata Tanda- tanda pada wajah dan mata
mengalami kongesti dan agak tidak terdapat, kecuali jika
menonjol, disertai dengan penyebab kematian adalah
gambaran pembuluh darah vena pencekikan (strangulasi) atau
yang jelas pada bagian kening sufokasi.
dan dahi.
8. Lidah bisa terjulur atau tidak Lidah tidak terjulur kecuali pada
sama sekali. kasus kematian akibat pencekikan.
10. Air liur, ditemukan menetes dari Air liur, tidak ditemukan yang
sudut mulut, dengan arah yang menetes pada kasus selain kasus
vertikal menuju dada. Hal ini penggantungan.
merupakan pertanda pasti
penggantungan ante mortem
dan strangulasi.
Pada hanging :
i. 85% di atas cartilago thyroidea.
dilepaskan, alat jerat pada leher harus diuraikan dengan teliti. Setelah
diperiksa, alat jerat harus disegel dan kemudian diserahkan kepada polisi.
b. Bekas jeratan (ligature mark) yang terlihat di leher biasanya akan berbentuk
seperti alur atau berparit. Alur ini umumnya tidak sepenuhnya melingkari
leher, tetapi agak miring ke atas menuju simpul, memudar pada titik simpul
penggantungan sehinggamembentuk garis oblik (miring) seperti ”V” terbalik
pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas diantara kartilago
tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah
26
menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak jelas pada bagian
jeratan.Jika alat jerat lembut seperti handuk dan tubuh diturunkan tak lama
setelah kematian,maka tidak ada bekas luka di leher. Dengan alat jerat yang
tipis dan keras, alurnya akan sempit, dalam, dan jelas. Semakin lama tubuh
digantung, maka semakin jelas tandanya. Alurnya akan terlihat dangkal dan
lebar jika digunakan penjerat yang lebar seperti selembar kain. Tanda
jeratan terlihat paling dalam pada tempat yang berlawanan dengan titik
simpul.
c. Tanda penjeratan tersebut berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering,
keras dan berkilat. Pada perabaan, kulit terasa seperti perabaan kertas
perkamen, disebut tanda parchmentasi. Bila jeratan tali keras, mula- mula
akan menimbulkan warna pucat kemudian berubah menjadi coklat seperti
warna kertas perkamen. Pada pinggir ikatan dijumpai daerah hiperemis dan
hidup. Bila pengikatan dengan bahan yang lembut seperti selendang maka
terlihat bekasnya lebar dan tidak ada lekukan ikatan, biasanya miring dan
kontinu. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit lebih gelap
27
karena adanya lebam mayat.Tanda jerat yang terlihat di leher korban yang
tergantung disebabkan oleh alat penjerat yang dipakaikan pada leher korban
sewaktu hidup atau setelah korban mati. Tanda jerat akan muncul dalam
waktu 2 jam. Jadi, tanda jerat pada leher tidak harus berarti bahwa seseorang
d. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit di bagian bawah
telinga, tampak daerah segitiga pada kulit di bawah telinga, yaitu di bagian
yang tidak ada bekas jeratan. Kadang- kadang didapati juga bekas tekanan
28
simpul di kulit. Terkadang pada orang gemuk, tanda semu dapat terlihat
sekitarnya.
3. Jika korban lama tergantung, ukuran leher menjadi semakin panjang dan
meregang.
Gambar 18. Petekie pada wajah dan subkonjungtiva (Tardeou’s Spot)Color atlas
5. Lidah. Jika posisi tali di bawah kartilago tiroid maka ujung lidah akan terlihat
6. Air liur mengalir dari sudut bibir di bagian yang berlawanan dengan tempat
simpul tali. Keadaan ini merupakan tanda pasti penggantungan ante mortem
karena hal ini adalah fenomena penting dan tidak bisa diproduksi setelah
kematian.
7. Lebam mayat
Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati dikaki dan
tangan bagian bawah terutama di ujung-ujung jari tangan dan kaki. Bila segera
diturunkan lebam mayat bisa didapati di bagian depan atau belakang tubuh
sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan.
Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam dilakukan sayatan melengkung dari belakang
prosesus mastoid kanan ke kiri, memanjang ke bawah hingga sternum. Diseksi
lapisan demi lapisan dilakukan secari hati-hati agar mendapat hasil terbaik.
1. Jaringan yang berada di bawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan
terasa kering seperti perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat
tergantung cukup lama. Ini adalah tanda khas kematian karena penggantungan.
2. Platisma atau otot lain di sekitarnya mungkin memar atau ruptur pada beberapa
keadaan. Hal ini terjadi karena adanya kekuatan besar yang digunakan untuk
3. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah arteri karotis mengalami
pembuluh darah. Pada arteri karotis komunis dijumpai garis berwarna merah
4. Fraktur tulang hyoid sering terjadi. Fraktur ini biasanya terdapat pada
penggantungan yang korbannya dijatuhkan dengan tali pengantung yang
panjang dimana tulang hyoid mengalami benturan dengan tulang vertebra.
Adanya efusi darah disekitar fraktur menunjukkan bahwa kasus ini adalah
penggantungan ante-mortem.
6. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. Fraktur ini sering terjadi
jarang, di bawah dagu. Sebuah pintu jebakan muncul dan tahanan jatuh jarak
tertentu yang ditentukan oleh beratnya. Jika dia jatuh pada jarak yang tidak
cukup, tali penjerat akan mencekik dan tidak mematahkan lehernya tetapi jika
dia jatuh terlalu jauh, kepalanya akan terpenggal. Dalam hukuman gantung
yang dilakukan dengan benar, korban tiba-tiba berhenti pada akhir
kejatuhannya ketika kepalanya tersentak tiba-tiba dan dengan keras ke
belakang, mematahkan tulang punggungnya. Pola cedera ini disebabkan oleh
hiperekstensi dan mengakibatkan cedera saraf tulang belakang di vertebra C2-
3. Pada kasus ini dapat dijumpai tanda klasik, yaitu hangman’s fracture.
Fraktur ini berupa fraktur pada pedikulus atau pars interartikularis C2 dengan
arkus posterior masih menempel dengan C3. Fraktur klasik ini tidak selalu
terjadi pada kasus gantung. Bisa juga dapat terjadi fraktur hyoid, prosesus
styloid, dan tulang oksipital serta bagian korpus C2 dan prosesus transversal
C1-3 dan C5.
7. Paru- paru mengalami oedem dan kongesti dan dijumpai tanda Tardeou's spot
8. Pada jantung bilik kanan penuh dengan darah dan bilik kiri kosong.
35
Tabel 1. Perbedaan mati gantung dan penjeratan (Jurnal usu, concise textbook)
posisi menggantung untuk membuat kesan bahwa orang itu gantung diri. Dalam
kasus-kasus seperti itu, dokter harus dengan cermat memeriksa mayat dan mencari
36
penyebab kematian lainnya. Diseksi yang cermat pada leher akan mengungkapkan
bila ada luka di tubuh korban. Bila tergantung dekat dinding mungkin ada
satu kali, semakin banyak lilitan maka dugaan bunuh diri semakin besar.
Simpul alat penjerat biasanya simpul hidup, letak alat penjerat terhadap
leher berjalan serong, ini dapat diketahui dengan pengukuran letak alat
penjerat terhadap dagu, telinga kanan dan kiri serta batas rambut bagian
belakang. Letak simpul dapat di belakang atas kiri, belakang atas kanan,
depan atas kiri dan depan atas kanan atau tepat di garis pertengahan bagian
depan.
Untuk mengesampingkan setiap kekerasan yang mungkin tidak
terlihat dan untuk memastikan bahwa korban tidak dibius, dalam semua
37
dalam contoh ini, tanda leher tidak akan memiliki konfigurasi klasik huruf
“V” terbalik.
Pembunuhan dengan mempergunakan lasso merupakan contoh
yang baik untuk kasus ”homicidal hanging”, yaitu setelah lasso tadi
menjerat leher, korban segera dikerek ke atas. Makin jauh jarak antara
kaki korban dengan lantai makin kuat pembunuhan, makin dekat jarak
antara simpul dengan tiang tumpuan untuk menggantung makin kuat
dugaan bahwa kasus yang dihadapi adalah kasus pembunuhan. Accidental
hanging
Kecelakaan karena mati gantung sangat jarang, biasanya
berhubungan dengan pekerjaan yang sering mempergunakan tali atau pada
anak-anak. Penggantungan yang tidak sengaja ini dapat dalam dua
kelompok: yang terjadi sesewaktu bermain atau bekerja dan sewaktu
melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang yang disebut auto-erotic
hanging.
Mati tergantung sewaktu bermain umumnya pada anak-anak dan
tidak membutuhkan penyidikan yang sulit oleh karena biasanya kasusnya
sangat jelas, missal tersangkut pada batang pohon yang bercagak atau
tersangkut tas sekolah di leher.
Kematian yang terjadi sewaktu pelampiasan nafsu seksual yang
menyimpang memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam hal mempelajari
dan menguraikan tali-tali yang dipakai, yang sering kali diikatkan pada
banyak tempat, ikatan pada daerah genitalia, lengan, tungkai, leher dan
mulut; kematian terjadi karena ikatannya terlalu keras, atau hentakkannya
terlalu kuat sehingga leher terjerat.
Pada auto-erotic hanging, tidak jarang dijumpai gambar dan
benda- benda pornografi di sekitarnya. Telah dilaporkan bahwa dengan
menyebabkan asfiksia dengan penjerat di leher, stimulasi seksual
ditingkatkan dalam suasana seksual. Para korban sebagian besar laki-laki.
39
Beberapa bahan lunak seperti sapu tangan atau kawat dapat digunakan
oleh korban dan tekanannya meningkat dengan tangan atau dengan kaki.
KESIMPULAN
1. Gantung diri (hanging) adalah suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari
leher oleh alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau sebagian
sehingga menimbulkan kondisi asfiksia yang dapat menyebabkan kematian.
2. Pada kasus hanging alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya
3. Jumlah lilitan dapat hanya satu kali, semakin banyak lilitan dugaan bunuh diri
semakin besar.
4. Makin jauh jarak antara kaki korban dengan lantai makin kuat dugaan
pembunuhan; makin dekat jarak antara simpul dengan tiang tumpuan untuk
menggantung, makin kuat dugaan bahwa kasus yang dihadapi adalah kasus
pembunuhan.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Kedokteran Forensik. 1997. Kematian Akibat Asfiksia Mekanik.
Indonesia, 55-64.
2. Idries MA. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. 1st ed. Binarupa
Aksara.
3. Amir, A. 2008. Sebab Kematian. In: Amir, A., 2nd ed. Rangkaian Ilmu
Utara.
4. DiMaio J, Vincent, DiMaio D. 2001. Forensic pathology. 2nd ed. CRC
Press LLC.
5. Vij, K. 2011. Asphyxial Deaths. In: Textbook of Forensic Medicine and
from: https://www.slideshare.net/SunilSharma53/asphyxial-conditions
(Accessed: 30/06/2019)
9. Saukko, P., Knight, B. 2016. Knight’s Forensic Pathology. 4th Ed. Boca
11. Spitz, W.U., 2007. Asphyxia. In: Fisher, R. U., ed. Medicolegal
Investigation of Death Guidlines for the Aplication of Pathology to Crime
Investigation. USA: Charles C. Thomas, 270-277.
12. Prahlow JA., Byard RW. 2012. Atlas of Forensic Pathology. New York:
41
42