Anda di halaman 1dari 19

GANTUNG DIRI / HANGING 1. PENDAHULUAN Penggantungan adalah penyebab kematian akibat asfiksia yang paling sering ditemukan.

Bagaimanapun, penggantungan juga merupakan penyebab kematian yang paling sering menimbulkan persoalan karena rawan terjadi salah interpretasi baik oleh ahli forensic, polisi, dan dokter non-forensik.1 Selain itu, penggantunga merupakan metode bunuh diri yang sering ditemukan di banyak negara. Di nggris, terdapat lebih dari !""" kasus bunuh diri dengan penggantungan dilaporkan setiap tahun..Penggantungan baik akibat bunuh diri atau pembunuhan lebih sering ditemukan di kota. Di #merika Serikat, pada tahun !""1 dilaporkan sebanyak !$% kematian yang dikibatkan oleh penggantungan yang tidak disengajakan dan strangulasi, dan 1&1 kematian karena penggantungan, strangulasi, dan lemas. ! Pada balita, biasanya terjadi accidental hanging yaitu penggantungan yang tidak disengajakan misalnya akibat dijerat ayunan.! Di ndia, dari tahun 1%%$-!""", didapatkan kematian akibat penggantungan sebesar &,'(. Penggantungan yang diakibatkan oleh bunuh diri lebih sering ditemukan pada jenis kelamin laki-laki )!*1+, tetapi kematian yang disebabkan oleh kekerasan strangulasi lebih dominan ditemukan pada wanita.! . Di stanbul, ,urki, -&$ dari semua kasus gantung diri adalah lakilaki )$",-.(+ dan !!' adalah wanita )!%,''(+.& /ika dilihat dari faktor umur, insidens penggantung lebih sering terjadi pada dewasa muda. Di ndia misalnya, kematian akibat penggantungan paling sering ditemukan pada kelompok umur !1-!- tahun', manakala penelitian Da0idson 1 2arshall )1%3.+, melaporkan bahwa insidens penggantungan yang paling tinggi adalah pada kelompok umur !"-&% tahun.,indakan bunuh diri dengan cara penggantungan sering dilakukan karena dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan seutas tali, kain, dasi, atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Demikian pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan yang sudah digunakan sejak 4aman dahulu. 5asus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedaannya terletak pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada penjeratan tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan pada kasus gantung tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak seluruh berat badan digunakan.. Dalam rutinitas medikolegal, perbedaan keduanya penting karena kasus penggantungan dianggap bunuh diri sehingga dibuktikan sebaliknya, manakala kasus penjeratan dianggap pembunuhan.$ 2. DEFINISI Penggantungan )6anging+ adalah suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau sebagian. #lat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher. 3 7mumnya penggantungan melibatkan tali, tapi hal ini tidaklah perlu. Penggantungan yang terjadi akibat kecelakaan bisa saja tidak terdapat tali. Pada beberapa kasus konstriksi dari leher terjadi akibat eratnya jeratan tali bukan oleh berat badan yang tergantung. Pada beberapa kasus yang jarang, jeratan tali dipererat oleh berat tubuh yang tergantung oleh indi0idu dalam keadaan tegak lurus. 5ekuatan tambahan juga kadang dibutuhkan untuk mengeratkan tali.% 3. TIPE-TIPE PENGGANTUNGAN 3.1 Berdasarkan cara kema !an"# a. S$!c!da% Han&!n& 'Gan $n& D!r!( 8antung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai pada penggantungan, yaitu sekitar %"( dari seluruh kasus. 9alaupun demikian, pemeriksaan yang teliti harus dilakukan untuk mencegah kemungkinan lain terutamanya pembunuhan.

). Acc!den a% Han&!n& 5ejadian penggantungan akibat kecelakaan lebih banyak ditemukan pada anak-anak utamanya pada umur antara .-1! tahun. ,idak ditemukan alasan untuk bunuh diri karena pada usia itu belum ada tilikan dari anak untuk bunuh diri. 6al ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dari orang tua. 2eskipun tidak menutup kemungkinan hal ini dapat terjadi pada orang dewasa yaitu ketika melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang )#utoerotic 6anging+. c. H*m!c!da% Han&!n& 'Pem)$n$+an( Pembunuhan yang dilakukan dengan metode menggantung korban. Biasanya dilakukan bila korbannya anak-anak atau orang dewasa yang kondisinya lemah baik oleh karena penyakit atau dibawah pengaruh obat, alcohol, atau korban sedang tidur. Sering ditemukan kejadian penggantungan tetapi bukan kasus bunuh diri, namun kejadian diatur sedemikian rupa hingga menyerupai kasus penggantungan bunuh diri. Banyak alasan yang menyebabkan pembunuhan terjadi mulai dari masalah sosial, masalah ekonomi, hingga masalah hubungan sosial. 3.2 Berdasarkan ,*s!s! k*r)ana. Pen&&an $n&an %en&ka, 'c*m,%e e +an&!n&( Dikatakan penggantungan lengkap apabila tubuh korban tergantung di atas lantai, kedua kaki tidak menyentuh lantai. ). Pen&&an $n&an ,ars!a% 'Par !a% Han&!n&( :aitu apabila sebagian dari tubuh masih menyentuh lantai. Sisa berat badan 1" - 1- kg pada orang dewasa sudah dapat menyebabkan tersumbat saluran nafas dan hanya diperlukan sisa berat badan - kg untuk menyumbat arteri karotis. Partial hanging ini hampir selamanya karena bunuh diri. 3.3 Berdasarkan %e ak .era an/ d!ke%*m,*kkan a as " a. T0,!ca% +an&!n& :aitu bila titik penggantungan ditemukan di daerah oksipital dan tekanan pada arteri karotis paling besar. ). A 0,!ca% +an&!n& /ika titik penggantungan terletak di samping, sehingga leher sangat miring )fleksi lateral+, yang mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri 0ertebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.

1. PAT23E4ANIS3E Penggantungan menyebabkan kematian dengan beberapa mekanisme yang bisa berlansung bersamaan. Pada setiap kasus penggantungan beberapa kondisi di bawah akan terjadi.1& 1. Ar er! kar* !s ers$m)a 2. 5ena .$&$%ar!s ers$m)a 3. 3em!c$ re6%eks kar* !s

1. Frak $r 7er e)ra ser7!ka% 8. 3en$ $,n0a .a%an na6as Daripada kondisi di atas, dapat disimpulkan kematian pada korban penggantungan yang terdiri dari empat penyebab yaitu* 1. As6!ks!a 2. Iskem! * ak 3. Re6%eks 7a&$s 1. 4er$sakan med$%%a *)%*n&a a 5ematian segera akibat dari penggantungan dapat muncul akibat dari beberapa mekanisme. Penekanan pada ganglion saraf arteri karotis oleh tali yang melingkar pada leher korban dapat menyebabkan carotid body reflex )refleks 0agus+ sehingga memicu perlambatan denyut jantung. Perlahan-perlahan terjadi aritmia jantung sehingga terakhir korban mati dengan cardiac arrest. ;amun mekanisme kematian ini jarang didapatkan karena untuk menimbulkan refleks karotis, tekanan lansung yang kuat harus diberikan pada area khusus di mana carotid body berada. 6al ini sukar dipastikan. Sebagai tambahan refleks karotis juga dapat dimunculkan biar pun tanpa penggantungan.1&,1' ,ekanan pada 0ena jugularis juga bisa menyebabkan kematian korban penggantungan dengan mekanisme asfiksia. 5ebanyakan kasus penggantungan bunuh diri mempunyai mekanisme kematian seperti ini. Seperti yang diketahui, 0ena jugularis membawa darah dari otak ke jantung untuk sirkulasi. Pada penggantungan sering terjadi penekanan pada 0ena jugularis oleh tali yang menggantung korban. ,ekanan ini seolah-olah membuat jalan yang dilewati darah untuk kembali ke jantung dari otak tersumbat. <bstruksi total maupun parsial secara perlahan-lahan dapat menyebabkan kongesti pada pembuluh darah otak. Darah tetap mengalir dari jantung ke otak tetapi darah dari otak tidak bisa mengalir keluar. #khirnya, terjadilah penumpukan darah di pembuluh darah otak. 5eadaan ini menyebabkan suplai oksigen ke otak berkurang dan korban seterusnya tidak sadarkan diri. 5emudian, terjadilah depresi pusat nafas dan korban mati akibat asfiksia. ,ekanan yang diperlukan untuk terjadinya mekanisme ini tidak penting tetapi durasi lamanya tekanan diberikan pada leher oleh tali yang menggantung korban yang menyebabkan mekanisme tersebut. 5etidaksadaran korban mengambil waktu yang lama sebelum terjadinya depresi pusat nafas. Secara keseluruhan, mekanisme ini tidak menyakitkan sehingga disalahgunakan oleh pria untuk memuaskan nafsu seksual mereka )autoerotic sexual asphyxia+. Pada mekanisme ini, korban akan menunjukkan gejala sianosis. 9ajahnya membiru dan sedikit membengkak. 2uncul peteki di wajah dan mata akibat dari pecahnya kapiler darah karena tekanan yang lama. Didapatkan lidah yang menjulur keluar pada pemeriksan luar.%,1&,1' <bstruksi arteri karotis terjadi akibat dari penekanan yang lebih besar. 6al ini karena secara anatomis, arteri karotis berada lebih dalam dari 0ena jugularis. <leh hal yang demikian, obstruksi arteri karotis jarang ditemukan pada kasus bunuh diri dengan penggantungan. Biasanya korban mati karena tekanan yang lebih besar, misalnya dicekik atau pada penjeratan. Pada pemeriksaan dalam turut ditemukan jejas pada jaringan lunak sekitar arteri karotis akibat tekanan yang besar ini. ,ekanan ini menyebabkan aliran darah ke otak tersumbat. 5urangnya suplai darah ke otak menyebabkan korban tidak sadar diri dan depresi pusat nafas sehingga kematian terjadi. Pada mekanisme ini, hanya ditemukan wajah yang sianosis tetapi tidak ada peteki.!,1&,1' =raktur 0ertebra ser0ikal dapat menimbulkan kematian pada penggantungan dengan mekanisme asfiksia atau dekapitasi. 5ejadian ini biasa terjadi pada hukuman gantung atau korban penggantungan yang dilepaskan dari tempat tinggi. Sering terjadi fraktur atau cedera pada 0ertebra ser0ikal 1 dan ser0ikal ! )aksis dan atlas+ atau lebih dikenali sebagai > hangman fracture?. =raktur atau dislokasi 0ertebra ser0ikal akan menekan medulla oblongata sehingga terjadi depresi pusat nafas dan korban meninggal karena henti nafas.1&

#sfiksia bisa juga terjadi akibat dari tertutupnya jalan nafas. 5ondisi ini terjadi setelah korban tidak sadar dan tidak ada usaha untuk bernafas. #khirnya, korban mati. Gam)aran k%as!k as6!ks!a ermas$k"18 1. k*n&es ! ,ada 9a.a+ kulit tampak kemerahan pada wajah dan kepala akibat hambatan aliran kembali 0ena ke jantung oleh kompresi leher 2. edema ,ada 9a.a+ pembengkakan jaringan akibat transudasi cairan dari 0ena akibat peningkatan 0ena hasil obstruksi aliran kembali 0ena ke jantung 3. s!an*s!s ,ada 9a.a+ warna biru pada kulit akibat adanya darah terdeoksigenasi dalam sistem 0ena yang terkongesti serta kadang-kadang turut melibatkan sistem arteri. 1. ,e ek! ,ada k$%! 9a.a+ dan ma a perdarahan halus sebesar ujung jarum la4im ditemukan di wajah dan sekitar kelopak mata selain pada konjunkti0a dan sklera akibat darah bocor dari 0ena kecil yang mengalami peningkatan tekanan. 5eadaan ini diduga akibat hipoksia dinding pembuluh darah namun belum terbukti pasti. Peteki bukan tanda diagnostik asfiksia karena dapat ditemukan pada keadaan batuk atau bersin yang terlampau keras. 6al yang terkait peteki wajah adalah peteki 0isceral yang disebut >Tardieu spots? yang sebelumnya dianggap tanda khas asfiksia kini sudah terbukti bukan tanda terjadinya obstruksi pernapasan. 8. PE3ERI4SAAN 3,1.,1$ Pemeriksaan post-mortal pada kasus gantung diri atau penggantungan dipengaruhi oleh mekanisme kematiannya@ mekanisme kematian yang berbeda akan memberikan gambaran post-mortal yang berbeda. 8. 1 Pemer!ksaan em,a ke.ad!an. 3,1$ 1. !. &. '. -. .. Periksa apakah masih hidup atau sudah meninggal 5eadaan di ,5P )tempat kejadian perkara+ * Pada kasus gantung diri, keadaanya tenang, di ruang atau tempat tersembunyi atau pada tempat yang sudah tidak digunakan. Pakaian korban * Pada kasus gantung diri biasa ditemukan pakaian korban cukup rapih, sering didapatkan surat peninggalan dan tidak jarang diberikan alas sapu tangan sebelum alat jerat dikalungkan ke leher. #dakah alat penumpu seperti bangku dan sebagainya /umlah lilitan * Semakin banyak jumlah lilitan, dugaan bunuh diri makin besar #rah serabut tali penggantung* -Bunuh diri A arah serabut tali menuju korban -Dibunuh terlebih dulu A arah serabut sebaliknya $. Distribusi lebam mayat. Diperiksa apakah sesuai dengan posisi korban yang tergantung atau tidak.

3.

2acam simpul pada jerat di leher - Simpul hidup * 7mumnya pada kasus bunuh diri. - Simpul mati

Pemeriksaan * Bila dilonggarkan maksimal, apakah dapat melewati kepala. Bila dapat biasanya bunuh diri,. Bila tidak, curiga pembunuhan. %. /arak ujung jari kaki dengan lantai.

Pada kasus bunuh diri, posisi korban yang tergantung lebih mendekati lantai, berbeda dengan pembunuhan dimana jarak antara kaki dan lantai cukup lebar. 1". Betak korban di tempat kejadian

Cara menurunkan korban* Potong bahan penggantung di luar simpul. #walnya buat ikatan pada ! tempat untuk mencegah serabut terurai lalu potong diantara kedua ikatan secara miring untuk memudahkan rekonstruksi. 11. 1!. Bekas serabut tali pada tempat menggantung dan pada leher diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Bahan penggantung@ makin kecilDkeras bahan makin jelas alur jerat yang timbul di leher. ,ali, kawat, selendang, ikat pinggang Seprei yang disambung

8. 2 Pemer!ksaan 2 *,s!. 8. 21 Pemer!ksaan %$ar. 4e,a%a" 1. 3$ka s!an* !k '7ena er.e,! ( a a$ m$ka ,$ca '7ena dan ar er! er.e,! ( !. Tanda ,en.era an ,ada %e+er. 6al ini sangat penting diperhatikan oleh dokter, dan keadaannya bergantung kepada beberapa kondisi * a. ,anda penjeratannya jelas dan dalam jika tali yang digunakan kecil dibandingkan jika menggunakan tali yang besar. Bila alat penjerat mempunyai permukaan yang luas, yang berarti tekanan yang ditimbulkan tidak terlalu besar tetapi cukup menekan pembuluh balik, maka muka korban tampak sembab, mata menonjol, wajah berwarna merah kebiruan dan lidah atau air liur dapat keluar tergantung dari letak alat penjerat. /ika permukaan alat penjerat kecil, yang berarti tekanan yang ditimbulkan besar dan dapat menekan baik pembuluh balik maupun pembuluh nadi@ maka korban tampak pucat dan tidak ada penonjolan dari mata. b. #lur jerat * bentuk penjeratannya berjalan miring )oblik atau berbentuk E+ pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas di antara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga. ,anda ini semakin tidak jelas pada bagian belakang. c. ,anda penjeratan atau jejas jerat yang sebenarnya luka lecet akibat tekanan alat jerat yang berwarna merah kecoklatan atau coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan berkilat. Pada perabaan, kulit terasa seperti perabaan kertas perkamen, disebut tanda parchmentisasi, dan sering ditemukan adanya 0esikel pada tepi jejas jerat tersebut dan tidak jarang jejas jerat membentuk cetakan sesuai bentuk permukaan dari alat jerat. d. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit dibagian bawah telinga, tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telinga.

e. Pinggiran berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasi disekitarnya. f. /umlah tanda penjeratan. 5adang-kadang pada leher terlihat ! buah atau lebih bekas penjeratan. 6al ini menunjukkan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak ! kali. 3. Tanda-tanda asfiksia. a. 2ata menonjol keluar@ oleh karena pecahnya oleh bendungan kepala, dimana 0ena-0ena terhambat sedang arteri tidak. b. Perdarahan berupa peteki tampak pada wajah dan subkonjungti0a@ pecahnya 0ena oleh bendungan dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah akibat asfiksia. c. Bidah menjulur@ tergantung dari letak jerat. Bila tepat di kartilago tiroid lidah akan terjulur sedang jika di atasnya lidah tidak akan terjulur. 1. A!r %!$r men&a%!r dar! s$d$ )!)!r d! )a&!an 0an& )er%a9anan den&an s!m,$% a%!. 4eadaan !n! men$n.$kkan anda ,as ! ,en&&an $n&an an e-m*r em. 8. 4eda%aman dar! )ekas ,en.era an men$n.$kkan %aman0a $)$+ er&an $n&. -. :!ka k*r)an %ama er&an $n&/ $k$ran %e+er men.ad! semak!n ,an.an&. An&&* a &erak ;. Le)am ma0a dan )!n !k-)!n !k ,erdara+an er$ ama ,ada )a&!an akra% dar! eks rem! as/ san&a er&an $n& dar! %aman0a k*r)an da%am ,*s!s! er&an $n&. #. P*s!s! an&an )!asan0a da%am keadaan er&en&&am. D$)$r dan ke%am!n <. 4e%$arn0a man!/ dara+ 's!sa +a!d(/ $r!n dan 6eses ak!)a k*n raks! * * ,*%*s ,ada saa s ad!$m k*n7$%s! ,ada ,$ncak as6!ks!a. 6ai ini bukan merupakan tanda khas dari penggantungan dan keadaan ini tidak selalu menyertai penggantungan. 8. 22 Pemer!ksaan da%am. 4e,a%a 1. ,anda bendungan pembuluh darah otak

Le+er !. /aringan yang berada dibawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan seperti perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat tergantung cukup lama. Pada jaringan dibawahnya mungkin tidak terdapat cedera lainnya. &. Platisma atau otot lain disekitarnya mungkin memar atau ruptur pada beberapa keadaan. 5erusakan otot ini lebih banyak terjadi pada kasus penggantungan yang disertai dengan tindak kekerasan. '. Bapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun ruptur. Fesapan darah hanya terjadi didalam dinding pembuluh darah. -. =raktur tulang hyoid jarang terjadi. =raktur ini biasanya terdapat pada penggantungan yang korbannya dijatuhkan dengan tali penggantung yang panjang dimana tulang hyoid

mengalami benturan dengan tulang 0ertebra. #danya efusi darah disekitar fraktur menunjukkan bahwa penggantungannya ante-mortem. .. =raktur kartilago tiroid jarang terjadi. Pada korban diatas '" tahun, patah tulang ini darap terjadi bukan karena tekanan alat penjerat tetapi karena terjadinya traksi pada penggantungan. $. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. =raktur ini sering terjadi pada korban hukuman gantung Dada dan ,er$ 3. %. Perdarahan pada pleura, pericard atau peritoneum <rgan-organ dapat mengalami kongesti atau bendungan

Dara+ 1". Darah dalam jantung gelap dan lebih cair. 8.3 Per)edaan an ara ,en&&an $n&an an em*r em dan ,*s m*r em1. ,anda-tanda antemortem sebelum kematian dan tanda-tanda postmortem harus diketahui dan dapat dibedakan dengan jelas oleh seorang dokter supaya penyebab kematian dapat detentukan dengan pasti. Perbedaan antara tanda-tanda penggantungan antemortem dan postmortem adalah seperti pada tabel di bawah ini. N* Pen&&an $n&an an em*r em Pen&&an $n&an ,*s m*r em 1 ,anda-tanda penggantungan ante-,anda-tanda post-mortem menunjukkan mortem ber0ariasi. ,ergantung dari carakematian yang bukan disebabkan kematian korban penggantungan ! ,anda jejas jeratan miring, berupa,anda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran terputus )non-continuous+ danlingkaran utuh )continuous+, agak sirkuler dan letaknya pada leher bagian atas letaknya pada bagian leher tidak begitu tinggi & Simpul tali biasanya tunggal, terdapatSimpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan pada sisi leher dengan kuat dan diletakkan pada bagian depan leher ' Gkimosis tampak jelas pada salah satuGkimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan sisi dari jejas penjeratan. Bebam mayattidak ada atau tidak jelas. Bebam mayat tampak di atas jejas jerat dan padaterdapat pada bagian tubuh yang menggantung tungkai bawah sesuai dengan posisi mayat setelah meninggal . $ Pada kulit di tempat jejas penjeratan ,anda parchmentisasi tidak ada atau tidak teraba seperti perabaan kertas perkamen,begitu jelas yaitu tanda parchmentisasi Sianosis pada wajah, bibir, telinga, danSianosis pada bagian wajah, bibir, telinga dan lain-lain sangat jelas terlihat terutamalain-lain tergantung dari penyebab kematian jika kematian karena asfiksia 9ajah membengkak dan mata,anda-tanda pada wajah dan mata tidak mengalami kongesti dan agak menonjol,terdapat, kecuali jika penyebab kematian disertai dengan gambaran pembuluhadalah pencekikan )strangulasi+ atau sufokasi dara 0ena yang jelas pada bagian kening dan dahi Bidah bisa terjulur atau tidak samaBidah tidak terjulur kecuali pada kasus

N* Pen&&an $n&an an em*r em Pen&&an $n&an ,*s m*r em sekali kematian akibat pencekikan % Penis. Greksi penis disertai denganPenis. Greksi penis dan cairan sperma tidak keluarnya cairan sperma sering terjadiada. Pengeluaran feses juga tidak ada pada korban pria. Demikian juga sering ditemukan keluarnya feses 1" #ir liur. Ditemukan menetes dari sudut#ir liur tidak ditemukan yang menetes pad mulut, dengan arah yang 0ertikalkasus selain kasus penggantungan. menuju dada. 6al ini merupakan pertanda pasti penggantungan antemortem

8.1 Per)edaan ,en&&an $n&an ,ada )$n$+ d!r! dan ,ada ,em)$n$+an 1. Selain itu juga, terdapat beberapa perbedaan yang jelas antara penggantungan akibat bunuh diri dan pembunuhan. 6al tersebut adalah * N* Pen&&an $n&an ,ada )$n$+ d!r! Pen&&an $n&an ,ada ,em)$n$+an 1 7sia. 8antung diri lebih sering terjadi,idak mengenal batas usia, karena tindakan pada remaja dan orang dewasa. #nak-pembunuhan dilakukan oleh musuh atau lawan anak di bawah usia 1" tahun atau orangdari korban dan tidak bergantung pada usia dewasa di atas usia -" tahun jarang melakukan gantung diri ! ,anda jejas jeratan, bentuknya miring,,anda jejas jeratan, berupa lingkaran tidak berupa lingkaran terputus )non- terputus, mendatar, dan letaknya di bagian continuous+ dan terletak pada bagiantengah leher, karena usaha pelaku pembunuhan atas leher untuk membuat simpul tali & Simpul tali, biasanya hanya satu simpulSimpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian yang letaknya pada bagian sampingdepan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat leher ' Fiwayat korban. Biasanya korbanSebelumnya korban tidak mempunyai riwayat mempunyai riwayat untuk mencobauntuk bunuh diri bunuh diri dengan cara lain - Cedera. Buka-luka pada tubuh korbanCedera berupa luka-luka pada tubuh korban yang bisa menyebabkan kematianbiasanya mengarah kepada pembunuhan mendadak tidak ditemukan pada kasus bunuh diri . Facun. Ditemukannya racun dalam,erdapatnya racun berupa asam opium lambung korban, misalnya arsen,hidrosianat atau kalium sianida tidak sesuai sublimat korosif dan lain-lain tidakpada kasus pembunuhan, karena untuk hal ini bertentangan dengan kasus gantung diri.perlu waktu dan kemauan dari korban itu Fasa nyeri yang disebabkan racunsendiri. Dengan demikian maka kasus tersebut mungkin mendorong korbanpenggantungan tersebut adalah karena bunuh untuk melakukan gantung diri diri $ ,angan tidak dalam keadaan terikat,,angan yang dalam keadaan terikat karena sulit untuk gantung diri dalammengarahkan dugaan pada kasus pembunuhan keadaan tangan terikat 3 5emudahan. Pada kasus bunuhdiri,Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan

N* Pen&&an $n&an ,ada )$n$+ d!r! Pen&&an $n&an ,ada ,em)$n$+an mayat biasanya ditemukan tergantungtergantung pada tempat yang sulit dicapai oleh pada tempat yang mudah dicapai olehkorban dan alat yang digunakan untuk korban atau di sekitarnya ditemukan alatmencapai tempat tersebut tidak ditemukan yang digunakan untuk mencapai tempat tersebut % ,empat kejadian. /ika kejadian,empat kejadian. Bila sebaliknya pada ruangan berlangsung di dalam kamar, dimanaditemukan terkunci dari luar, maka pintu, jendela ditemukan dalam keadaanpenggantungan adalah kasus pembunuhan tertutup dan terkunci dari dalam, maka kasusnya pasti merupakan bunuh diri 1" ,anda-tanda perlawanan, tidak,anda-tanda perlawanan hampir selalu ada ditemukan pada kasus gantung diri kecuali jika korban sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak. -.ASPE4 3EDI42LEGAL PADA PENGGANTUNGAN Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundangundangan yang berlaku di ndonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Fuang lingkup medikolegal dapat disimpulkan sebagai yang berikut 13 a. pengadaan visum et repertum, b. tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka. c. pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam persidangan, d. kaitan 0isum et repertum dengan rahasia kedokteran, e. tentang penerbitan Surat 5eterangan 5ematian dan Surat 5eterangan 2edik , f. tentang kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik, Setelah pemerintah Fepublik ndonesia mengeluarkan 77 ;o. $& ,ahun 1%-3 yang isinya menyatakan berlakunya 77 ;o. 1 ,ahun 1%'- untuk seluruh ndonesia, maka suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada, sesuai dengan ketentuan Pasal 1 576P.. Penggantungan lebih sering terjadi pada kasus bunuh diri. ,etapi tidak menolak kemungkinan korban penggantungan mati akibat penganiayaan. Di sini lah dapat dilihat fungsinya dari satu perundangan yang ditetapkan. Pada buku kedua 576P Bab H H tentang kejahatan terhadap nyawa. Berikut merupakan pasal-pasal yang terkandung dalam bab H H 576P.1% 1. Pasa% 33# Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. 2. Pasa% 33< Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. 3. Pasa% 31=

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. 1. Pasa% 318 Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri. Pada kasus penggantungan, dokter forensik dipanggil untuk membuat pemeriksaan lengkap sesuai dengan Pasal 1&& 576#P yang menyatakan dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Pada pasal 1&& 576#P )ayat ! dan &+ menyatakan permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat )1+ dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat@ dan mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Pernyataan ini menjadi dasar pembuatan 0isum et repertum )laporan bertulis+ pada kasus tindak pidana.!" Salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada korban mati akibat penggantungan adalah otopsi. 6al ini dapat membantu dokter forensic untuk mengetahui mekanisme kematian sehingga dapat membantu penyidik mengetahui cara kematian korban. Sesuai dengan Pasal 576P !!! yang menyatakan barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.. Pada persidangan kasus pidana, dokter forensic akan dipanggil sebagai saksi ahli. Sesaui dengan Pasal 1$% ayat 1 576#P yang menyatakan setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.!"

ASPE4 F2RENSI4 ASFI4SIA De6!n!s!" Cessation of effective respiration Absence of pulsation 5umpulan pelbagai keadaan dimanan terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal hipoksia )anoksia+ #sfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang )hipoksia+ disertai dengan peningkatan karbondioksida )hiperkapnea+.Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen )hipoksia hipokasik+ dan terjadi kematian. I #sfiksia karena sumbatan jalan napas, adalah satu dari beberapa penyebab kegagalan oksigenasi jaringan yang biasanya karena kekerasan. I #sfiksia berasal dari bahasa yunani yang artinya ?tidak berdenyut?, pengertian ini sering salah digunakan sehingga sering menimbulkan kebingungan untuk membedakan dengan status anoksia lain pada defisiensi 6b, racun sianida, sirkulasi darah yang terganggu dimana ambilan oksigen oleh jaringan terganggu. I suatu perubahan patologis yang disebabkan oleh karena kekurangan oksigen pada udara respirasi, yang menimbulkan keadaan hipoksia dan hiperkapnea. Sementara itu asfiksia traumatic diartikan sebagai keadaan asfiksia yang terjadi sebagai akibat dari kompresi )penekanan+ yang berat atau tiba-tiba pada thoraks maupun abdomen bagian atas ataupun keduanya. HIP24SIA ' AN24SIA ( Suatu keadaan di mana tubuh sangat kekurangan oksigen Sel gagal melakukan metabolisme secara efisien Berdasar penyebab *

H!,*ks!a +!,*ks!k 'an*ks!a an*ks!k( a a$ As6!ks!a mekan!k

6ipoksia hipoksik adalah hipoksia yang disebabkan oleh rendahnya tekanan parsial oksigen dalam darah arteri yang disebabkan karena kurangnya oksigen yang masuk paru-paru sehingga oksigen tidak dapat mencapai darah dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. 5egagalan ini bisa disebabkan adanya sumbatan D obstruksi di saluran pernapasan, baik oleh sebab alamiah )misalnya penyakit yang disertai dengan penyumbatan saluran pernafasan seperti laringitis difteri, status asmatikus, karsinoma bronchonenik, dan sebagainya+ atau oleh traumaDkekerasan yang bersifat mekanik, seperti tercekik, penggantungan, tenggelam dan sebagainya.

H!,*ks!a anem!k 'an*ks!a anem!k(

hipoksia anemik, dimana P<! darah arteri normal tetapi jumlah hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut oksigen berkurang. Contohny, keracunan 5arbon monoksida yang menghambat kemampuan hemoglobin berikatan dengan oksigen.

H!,*ks!a s a&nan 'an*ks!a s a&nan(

di mana ada pembatasan lokal aliran darah beroksigen ke jaringan. <ksigen diberikan ke seluruh tubuh namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Contohnya adalah iskemia otak, penyakit jantung iskemik dan hipoksia ntraurine, yang merupakan penyebab kematian perinatal tersering. H!,*ks!a +!s * *k!k 'an*ks!a +!s * *ks!k( +!,*ks!a +!s * *ks!k di mana jumlah oksigen yang mencapai sel-sel normal, tetapi sel tidak dapat secara efektif menggunakan oksigen karena kerusakan en4im fosforilasi oksidatif. Contohnya adalah pengaruh minum minuman beralkohol. 5etiga jenis hipoksia yang terakhir )yakni hipoksia anemik, stagnan dan histotoksik+ disebabkan penyakit atau keracunan, sedangkan hipoksia yang pertama )yakni hipoksia hipoksik+ disebabkan kurangnya oksigen atau obstruksi pada jalan nafas baik karena penyakit maupun sebab kekerasan )yang bersifat mekanik+. #sfiksia mekanik )mechanical asphiJia+ adalah jenis yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut nyawa manusia. Dalam kedokteran forensik istilah asfiksia, sering disebut dengan mati lemas. ASFI4SIA 3E4ANI4 /enis K jenisnya, antara lain * 1. Pen$ $,an sa%$ran ,erna6asan )a&!an a as " Suffocation : kekurangan oksigen akibat ketidakmampuan menghirup oksigen Peristiwa suffokasi dapat terjadi jika oksigen yang ada di udara lokal kurang memadai, seperti misalnya di dalam satu ruang kecil tanpa 0entilasi cukup berdesak-desakan dengan banyak orang, pertambangan yang mengalami keruntuhan, ataupun terjebak di dalam ruang yang tertutup rapat. 5ematian dalat terjadi dalam beberapa jam, tergantung dari luasnya ruangan serta kebutuhan oksigen bagi orang yang berada di dalamnya. Sebab kematian pada peristiwa sufokasi, biasanya merupakan kombinasi dari hipoksia, keracunan C<!, hawa panas dan kemungkinan juga cedera yang terjadi, misalnya pada saat peristiwa kebakaran gedung. Smothering : pembekapan Smothering )pembekapan+ adalah bentuk safiksia yang disebabkan oleh penutupan lubang hidung dan mulut. Penutupan dpat dilakukan dengan mengguankan tangan atau suatu benda yang lunak, misalnya bantal atau selimut yang dilipat. Peristiwa pembekapan dapat terjadi karena pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri. 5ecelakaan dapat terjadi ketika anak-anak bermain dengan memasukkan kepala ke dalam kantong plastik dan mengikatnya di leher, meskipun cara ini juga dapat digunakan oleh orang dewasa untuk melakan pembunuhan atau bunuh diri.

Gangging & choking : sumbatan benda di saluran napas

angging ! di oropharynx Choking ! di laryngopharynx 5eduanya merupakan jenis asfiksia yang disebabkan blokade jalan nafas oleh benda asing yang datangnya dari luar ataupun dari dalam tubuh, misalnya seperti inhalasi mutahan )aspirasi+, tersedak makanan, tumor, jatuhnya lidah ke belakang ketika dalam keadaan tidak sadar, bekuan darah atau lepasnya gigi palsu. 8ejalanya sangat khas, yakni dimulai dengan batuk-batuk yang terjadi secara tiba-tiba, kemudian disusul sianosis dan akhirnya meninggal. Peristiwa ini dapat karena bunuh diri )meskipun sulit untuk memasukkan benda asing ke dalam mulutnya sendiri, karena akan ada reflek batuk atau muntah+, pembunuhan )umumnya korban adalah bayi, orang dengan fisik lemah atau tak berdaya+ dan kecelakaan )misalnya tersedak makanan hingga menyumbat saluran nafas+. 2ekanisme kematian yang mungkin terjadi adalah asfiksia atau refleks 0agal akibat rangsangan pada reseptor ner0us 0agus di arkus faring yang menimbulkan inhibisi kerja jantung dengan akibat cardiac arrest dan kematian. 2. Penekanan d!nd!n& sa%$ran ,erna6asan Stranggulation : penjeratan Penjeratan, adalah penekanan benda asing yang permukaannya relatif sempit dan panjang, dapat berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat di mana kekauatan jeratan berasal dari tarikan keua ujungnya, sehingga secara berturutan pembuluh darah balik, arteri superfisial dan saluran nafas tertutup. Biasanya arteri 0ertebralis tetap paten, hal ini disebabkan karena kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar. 2ekanisme matinya bisa karena tertutupnya jalan nafas hingga terjadi asfikisa, atau tertutupnya 0ena hingga anoksia otak, atau refleks 0agal atau karena tertutupnya arteri karotis sehingga otak kekurangan darah. Penjeratan biasanya merupakan peristiwa pembunuhan, meskipun dapat karena bunuh diri maupun kecelakaan )misalnya selendang yang dililitkan di leher tertarik roda saat mengendari motor+. Manual strangulation/throttling : pencekikan Pencekikkan adalah penekanan leher dengan tangan yang menyebabkan dinding saluran nafas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas, sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat. 2ekanisme matinya adalah karena asfiksia ataupun refleks 0agal yang terjadi akibat rangsang pada reseptor ner0us 0agus pada corpus caroticus di percabangan arteri karotis interna dan eksterna. Cekikkan merupakan jenis strangulasi yang hampir selalu disebabkan oleh pembunuhan. Dapat disebabkan kecelakaan, misal pada saat latihan bela diri atau pembuatan film, meskipun sangat jarang dan tidak mungkin digunakan untuk bunuh diri, sebab cekikkan akan lepas begitu orang yang melakukan bunuh diri itu muali kehilangan kesadaran.

Hanging

: penggantungan

Penggantungan D peristiwa gantung adalah peristiwa di mana seluruh atau sebagian dari berat tubuh seseorang ditahan di bagian lehernya oleh sesuatu benda dengan permukaan yang relatif sempit dan panjang )biasanya tali+ sehingga daerah tersebut mengalami tekanan. 5asus ini hampir sama dengan penjeratan, bedanya adalah asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil jeratan. Pada penjeratan, tenaga datang dari luar, sedangkan pada penggantungan, tenaga bersal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak perlu seluruh berat badan digunakan. Pada penggantungan tidak harus seluruh tubuh berada di atas lantai, sebab dengan tekanan berkekuatan 1" pon pada leher sudah cukup menghentikan aliran darah di daerah itu. Sehingga tindakan gantung diri dapat saja dilakukan dengan sebagian tubuh tetap beradaDmenempellantai. Peristiwa penggantungan tidak identik dengan bunuh diri, karena bisa saja karena pembunuhan maupun kecelakaan. 2ekanisme kematian pada peristiwa penggantungan bisa karena asfiksia, gangguan sirkulasi darah ke otak )akibat terhambatnya aliran arteri-arteri leher+, refleks 0agal ataupun karena kerusakan medulla spinalis akibat dislokasiDfraktur 0ertebra cer0icalisd )bisa pada sendi atlantoaJial+. 3. Penekanan d!nd!n& dada dar! %$ar 'as6!ks!a ra$ma !k( 5eadaan asfiksia traumatik merupakan hasil dari penekanan yang terus-menerus pada dada dan abdomen oleh kejatuhan sesuatu, kendaraan yang berat, tekanan kerumunan orang dan sebagainya. ,erjadi akibat penekanan dari luar pada dinding dada yang menyebabkan dada terfiksasi, kadang hingga perut, hingga menimbulkan gangguan gerak pernafasan, misalnya saat dada atau seluruh badan tertimbun pasir, tanah, runtuhan tembok, tergencet saat saling berdesakan, ataupun tergencet stir mobil. #kibatnya gerakan pernafasan tidak mungkin terjadi sehingga tubuh mengalami asfiksia. stilah lain untuk asfiksia jenis ini adalah crush asphyJia. 1. Sa%$ran na6as er!s! a!r ' en&&e%am/dr*9n!n&( 5ematian karena tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan. stilah tenggelam sebenarnya harus pula mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya korban dalam air yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan mengancam jiwa, meskipun pada peristiwa tenggelam tidak seluruh tubuh harus masuk dalam air. #salkan lubang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air, maka hal itu sudah cukup memenuhi kriteria peristiwa tenggelam. Berdasarkan pengertian tersebut, maka peristiwa tenggelam tidak hanya terjadi di laut atau sungai tetapi juga dapat terjadi di dalam watafel atau ember berisi air

Ge.a%a As6!ks!a ada em,a s ad!$m +!n&&a er.ad!n0a as6!ks!a/ an ara %a!n " D!s,n$e

Durasi ' menit, dengan gejala nafas cepat dalam, tekanan darah naik, nadi cepat, dan sianosis terutama pada muka dan tangan. 8ejala tersebut akibat rangsangan pusat pernafasan di medulla oblongata oleh karena kurangnya oksigen pada sel darah merah disertai penumpukan kadar C< ! berupa amplitudo-frekuensi nafas meningkat, nadi cepat, tensi tinggi, tanda-tanda sianosis pada muka-tangan

4*n7$%s! Durasi ! menit, semula klonik A tonik A epistotonik rangsangan susunan saraf pusat akibat peningkatan C<! berupa kejang klonik, lalu tonik, akhirnya epistotonus, pupil dilatasi, denyut jantung menurun, tensi turun. Pupil dilatasi, bradikardi dan tekanan darah menurun oleh karena paralise pada pusat syaraf yang letaknya lebih tinggi.

A,n$e Durasi 1 menit, dengan gejala nafas sangat lemah atau berhenti, tak sadar, pengeluaran feses, urin 1 sperma depresi pusat nafas hingga berhenti, kesadaran menurun, relaksasi spinkter.

S ad!$m ak+!r

Paralise total, jantung masih berdenyut beberapa saat postapneu. Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada leher.

Bama proses asfiksia sampai timbulnya kematian umumnya antara '-- menit. 2assa dari saat asfiksia timbul hingga terjadi kematian sangat ber0ariasi, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 1""( maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap. Tanda- anda As6!ks!a a( Tanda k%as!k / $m$m " > S!an*s!s > ??? 22/ dara+ %e)!+ encer dan &e%a, @ k$%! / m$%*sa A %e)am ma0a $m$mn0a %e)!+ &e%a, I /uga terdapat umum pada banyak kematian 5urangnya oksigen menyebabkan darah lebih encer dan lebih gelap. 9arna kulit dan mukosa terlihat lebih gelap. ,anda ini juga terdapat umum pada banyak kematian. 9arna lebam mayat merah kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam lebih luas akibat kadar C<! yang tinggi dan akti0itas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir. Pada kasus keracunan sianida dan C<, lebam jena4ah berwarna merah terang meskipun tidak selalu demikian, sebab masing-masing mempunyai kadar oskihemoglobin dan C<-6b yang tinggi. > 4*n&es ! 7ena > 4+as as6!ks!a )!%a k*n&es ! s!s em!k ,ada k$%! dan *r&an se%a!n ,ar$-,ar$ > etechial haemorrages !tardieu spot"

> Ter$ ama ,ada .ar!n&an %*n&&ar 'ke%*,ak ma a( a a$ *r&an den&an mem)ran rasn,aran ',%e$ra/ ,er!kard!$m( 5ongesti yang terjadi di paru-paru pada kematian karena asfiksia bukan merupakan tanda yang khas. 5ongesti yang khas asfiksia bila kongesti sistemik pada kulit dan organ selain paru-paru, termasuk dilatasi jantung kanan. Sebagai akibat dari kongesti 0ena, akan terlihat adanya bintik-bintik perdarahan )petechial haemorrages+ atau disebut tardieuLs spot. Bintik perdarahan terjadi karena timbulnya peningkatan permeabilitas kapiler dan juga karena rusakDpecahnya dinding endotel kapiler akibat hipoksia. Bintik perdarahan ini lebih mudah terjadi pada jaringan longgar, seperti misalnya jaringan bawah kelopak mata, atau organ dengan membran trasnparan )pleura, perikardium+. Pada asfiksia hebat, bintik perdarahan dapat terlihat pada faring dan laring. > Edema Disebkan karena kerusakan pada pembuluh kapiler sehingga permeabilitas meningkat, terutama pada paru-paru )( Tanda s,es!6!k Berhubungan dengan jenis penyebab asfiksia a( Pem)eka,an M Bila pembekapan dengan menggunakan benda lunak, maka pada pemeriksaan luar mungkin tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. M 5ekerasan yang mungkin terdapat adalah luka lecet jenis tekan atau geser, goresan kuku dan luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi dan dagu yang mungkin terjadi akibat korban melawan. M Buka memar atau lecet pada bagianDpermukaan dalam bibir, adalah akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. )( Pen&&an $n&an > :e.as .era " /ejas jerat berupa lekukan melingkari leher, baik penuh atau sebagian dan disekitarnya terlihat bendungan. #rah jejas jerat mengarah ke atas menuju simpul dan membentuk sudut atau jika jejas diteruskan )pada jejas yang tidak melingkar secara penuh+ akan membentuk sudut semu. 9arna jejas coklat kemerahan )karena lecet akibat tali yang kasar+, perabaan seperti kertas perkamen. /eratan akan semakin tidak jelas jejasnya, apabila penggantungan menggunakan alat yang lunak dan atau mempunyai ukuran lebar makin besar. 6al serupa terjadi pula pada penjeratan. #lat tersebut misalnya kain jarik, sprei atau sarung yang digulung. > Resa,an dara+ Fesapan darah pada jaringan bawah kulit dan otot. ,anda ini merupakan salah satu tanda intra0ital, yakni adanya proses reaksi inflamasi D ekstra0asasi sel-sel darah pada jaringan yang menunjukkan bahwa trauma D jeratan terjadi sebelum korban meninggal. 6al serupa pada prinsipnya terjadi pada semua jenis trauma pada semua jaringan. > Frak $r *s +0*!d ')!asan0a ,ada c*rn$ ma.$s( dan car !%a&e cr0c*!d > Le)am ma0a Bebam mayat dapat ditemukan pada bagian tubuh bawah, anggota bagian distal serta alat genital distal apabila sesudah mati tetap dalam keadaan tergantung cukup lama hingga lebam mayat menetap. > L!da+

Bidah akan terlihat menjulur bila posisi tali di bawah kartilago thyroid dan berwarna lebih gelap akibat proses pengeringan. Sebaliknya, apabila lilitan tali di atas kartilago thyroid, lidah tidak akan menjulur. P*s!s! &an $n& " 1. k*m,%! +an&!n& 2. !nk*m,%! +an&!n& a. duduk D berlutut b. berbaring terlungkup Le ak s!m,$% " 1. 0,!ca% +an&!n& " )e%akan& ke,a%a 2. a 0,!ca% +an&!n& " sam,!n& %e+er k!r! dan kanan/ de,an c( Pen.era an I /ejas jerat N jerat * jejas jerat D simpul N jejas * luka lecet tekan a. mendatar, seluruh leher b. di bawah rawan gondok c. simpul mati N jejas jerat * tali penjerat K keras, kecil, kasar K terlihat jelas, -- halus, lebar, lunak K tidak terlihat jelas I O lukaDmemar bagian tubuh lain I O sering adanya buih halus kemerahan di jalan nafas I Fesapan darah subkutis D otot I /ejas jerat biasanya mendatar, melingkari leher dan umumnya terdapat lebih rendah daripada jejas jerat pada gantung. /ejas jerat biasanya terletak setinggi atau di bawah rawan gondok. I Bila jerat kasar seperti tali dan tekanan kuat, maka dapat meninggalkan luka lecet yang tampak jelas berupa kulit yang mencekung berwarna coklat yang dengan perabaan teraba kaku seperti kertas perkamen. I Pada peristiwa pembunuhan sering ditemukan adanya lecet-lecet atau memar di sekitar jejas jerat, biasanya terjadi karena korban berusaha membuka jeratan. I Pada pemeriksaan dalam leher di sekitar jeratan, bisa tampak resapan darah pada otot dan jaringan ikat, fraktur dari tulang rawan reutama rawan gondok, dan kongesti jaringan ikat, kelenjar limnfe dan pangkal lidah. P Sering ditemukan adanya buih halus kemerahan pada jalan nafas d+ Pencekikan I BukaDmemar di daerah leher bentuk serupa kuku I Fesapan darah di bagian dalam leher, terutama di belakang kerongkongan, dasar lidah dan kelenjar thyroid I =raktur tulang rawan thyroid, crycoid dan hyoid I Buih halus lubang mulut dan hidung Pada pemeriksaan luar, tampak pembendungan pada kepala dan muka karena tertekannya pembuluh 0ena dan arteries superficial, sedangkan arteri 0ertebrallis tidak terganggu. ,anda kekerasan pada leher ditemukan dengan distribusi berbeda-beda, tergantung cara mencekik.

e( Ten&&e%am 5ematian akibat mati lemas )asfiksia+ disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan. ,erminologi tenggelam * > #et dro$ning Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernafasan setelah korban tenggelam. 5ematian terjadi setelah korban menghirup air. /umlah air yang dapat mematikan, jika dihirup paru-paru adalah sebanyak ! liter untuk orang dewasa dan &"-'" ml untuk bayi. > %r& dro$ning Pada keadaan ini, cairan tidak masuk ke dalam saluran pernafasan, akibat spasme laring dan kematian terjadi sebelum menghirup air. > Secondar& dro$ning ,erjadi gejala bebertapa hari setelah korban tenggelam dan diangkat dari dalam air dan korban meninggal akibat komplikasi > 'mmersion s&ndrome 5orban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks 0agal yang menyebabkan cardiac arrest. 5eadaan tersebut hanya dapat dijelaskan oleh karena terjadinya fibrilasi 0entrikel dan dapat dibuktikan bahwa pada orang yang masuk ke air dingin atau tersiram air yang dingin, dapat mengalami 0entricular ectopic beat. #lkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus. Pa *6!s!*%*&! Ak!)a Ten&&e%am Dalam air tawar #bsorbsiDaspirasi cairan masif A hemodilusi A hemolisis A gangguan keseimbangan elektrolit, terutama hiperkalemia di otot jantung A fibrilasi 0entrikel 1 penurunan tekanan A anoksia otak A kematian dalam - menit Pada keadaan ini terjadi absorbsiDaspirasi cairan masif hingga terjadi hemodilusi oleh karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah. #ir akan masuk ke dalam aliran darah sekitar al0eoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah )hemolisis+. #kibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung hingga kadar ion kalium dan plasma meningkat, terjadi perubahan keseimbangan ion 5O dan CaOO dalam serabuit otot jantung dapat mendorong terjadinya febrilasi 0entrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia otak. 5ematian dapat terjadi dalam waktu menit. Dalam air asin #bsorbaiDaspirasi cairan masif A edema pulmo A hipo0olemia, hemokonsentrasi A pelambatan aliran sirkulasi A payah jantung A kematian 3-% menit

5onsentrasi elektrolit cairan asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru yang akan menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipo0olemi dan kenaikan kadar magnesium dalam darah.

6emokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung. 5ematian terjadi kira-kira dalam waktu 3-% menit setelah tenggelam. Ada,$n mekan!sme kema !an ,ada *ran& en&&e%am da,a )er$,a " a( As6!ks!a ak!)a s,asme %ar!n& )( As6!ks!a karena &a&&!n& dan c+*k!n& c( Re6%eks 7a&a% d( F!)r!%as! 7en r!ke% 'da%am a!r a9ar e( Edema ,$%m*ner 'da%am a!r as!n" Pemer!ksaan L$ar 4*r)an Ten&&e%am" 1+ Pakaian D mayat basah, kadang bercampur pasir, lumur dan benda-benda asing lain yang terdapat dalam air. !+ Cutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh, terutama pada ekstremitas akibat kontraksi otot errector pilli yang dapat terjadi karena rangsang dinginnya air )sebagai gambaran seperti saat seseorang berdiri bulu kuduknya D >merinding?+ &+ 5ulit telapak tangan dan kaki, kadang menyerupai "asher "oman hand#skin, yakni berwarna '+ keputihan dan berkeriput yang disebabkan imbibisi cairan ke dalam kulit dan biasanya membutuhkan waktu lama )sebagai gambaran sepert tangan D kulitnya orang setelah mencuci+ -+ Cadaveric spasm, merupakan tanda intra0ital yang terjadi pada waktu korban berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa saja benda-benda disekitarnya, seperti rumput atau benda lain dalam air. )sebagai gambaran * tangan korban menggenggam erat hingga sulit dibuka dan biasanya terdapat benda air, misalnya rumputDlumut dalam genggamannya+. .+ Buih halus dari mulut dan hidung berbentuk seperti jamur )mushroom-like mass+ yang terbentuk akibat edema pulmo akut, berwarna putih dan persisten )tetap diproduksi terus, meskipun korban sudah meninggal+. Buih semakin banyak jika dada ditekan. $+ Buka memarDlecetDrobek bisa ditemukan pada beberapa bagian tubuh, akibat benturan dengan benda-benda keras dalam air )misalnya batu sungai atau karang laut+ pada saat tenggelam. Pemer!ksaan Da%am 4*r)an Ten&&e%am" 1+ Pada saluran nafas )trakhea 1 bronkhus+ terdapat buih. !+ $mphysema a%uosum, yakni keadaan paru-paru membesar dan pucat seperti paru-paru penderita asma tetapi lebih berat dan basah, di banyak bagian terlihat gambaran seperti marmer, bila permukaannya ditekan meninggalkan lekukan dan bila diiris terlihat buih berair. &+ Bercak hemolisis pada dinding aorta. Bercak >paltauf? yaitu bercak perdarahan yang besar )diameter &-- cm+, terjadi karena robeknya partisi inter al0eolar dan sering terlihatn di bawah pleura. '+ Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah yang berasal dari bilik jantung kiri dan kanan. Bila tenggelam di air tawar, berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan, sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya -+ Bambung dan esofagus terisi air beserta pasir dan benda air lain. .+ Benda air )diatom+ di jaringan paru, darah, ginjal, tulang.

Anda mungkin juga menyukai