PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran klinis, penegakkan diagnosis, terapi dan
prognosis gangguan bipolar II.
1.4. Manfaat
Sebagai sumber informasi dan sumber wawasan untuk pembaca mengenai
gangguan bipolar II.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran, biasanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.1,4
Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini adalah perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan suasana perasaan ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada
keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder
terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan
tersebut.5
Ada empat jenis GB tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu GB I, GB II. gangguan
siklotimia, dan GB yang tak dapat dispesifikasikan.1-3
2.2. Epidemiologi
Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar antara
0,3-4,8%, siklotimia antara 0,5-6,3%, dan hipoania antara 2,6-7,8%. Total
prevalensi spectrum bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6-7,8%.1,2
Menurut American Psychiatric Association gangguan afektif bipolar I
mencapai 0.8% dari populasi dewasa, dalam penelitian yang dilakukan dengan
komunitas mencapai antara 0,4-1,6%. Angka ini konsisten di beragam budaya dan
kelompok etnis. Gangguan bipolar II mempengaruhi sekitar 0,5% dari populasi.
Sementara gangguan bipolar II tampaknya lebih umum pada wanita hal ini
dperkirakan dipengaruhi oleh hormon, efek dari melahirkan, stressor psikososial
untuk wanita, dan pembelajaran budaya yang mengajarkan wanita tidak dapat
berusaha sendiri (behavioral models of learned helplessness), gangguan bipolar I
mempengaruhi pria dan wanita cukup merata. Ini perkiraan prevalensi dianggap
konservatif. Episode manik lebih banyak didapatkan pada pria dan depresi lebih
3
4
umum pada wanita. Saat seorang wanita mengalami episode manik gelaja yang
timbul dapat bercampur antara manik dan depresi. Pada wanita juga lebih sering
ditemukan siklus cepat atau rapid cycling seperti memiliki 4 episode manik dalam
1 tahun periode. 3,4
Epidemiologi Penelitian melaporkan usia rata-rata saat onset 21 tahun
untuk gangguan bipolar. Ketika studi meneliti usia saat onset yang bertingkat
menjadi interval 5 tahun, usia puncak pada timbulnya gejala pertama jatuh antara
usia 15 dan 19, diikuti oleh usia 20 - 24. Onset mania sebelum usia 15 telah kurang
dipelajari. Gangguan bipolar mungkin sulit untuk mendiagnosis pada kelompok
usia ini karena presentasi atipikal dengan ADHD. Dengan demikian, benar usia saat
onset bipolar disorder masih belum jelas dan mungkin lebih muda dari yang
dilaporkan untuk sindrom penuh, karena ada ketidakpastian tentang presentasi
gejala pada anak-anak. Penelitian yang mengikuti kohort keturunan pasien dengan
gangguan bipolar dapat membantu untuk mengklarifikasi tanda-tanda awal pada
anak-anak. Onset mania setelah usia 60 kurang mungkin terkait dengan riwayat
keluarga gangguan bipolar dan lebih mungkin untuk dihubungkan dengan
diidentifikasi faktor medis umum, termasuk stroke atau lainnya pusat sistem saraf
lesi.3
Bukti dari studi epidemiologi dan kembar sangat menunjukkan bahwa
gangguan bipolar adalah penyakit diwariskan. Kerabat tingkat pertama pasien
dengan gangguan bipolar memiliki pengaruh signifikan tinggi gangguan mood
daripada kerabat kelompok pembanding yang tidak menderita gangguan psikis.
Namun, modus warisan tetap tidak diketahui. Dalam praktek klinis, keluarga
dengan gangguan mood, terutama dari gangguan bipolar, memberikan bukti-bukti
yang nyata yang kuat dari potensi gangguan mood primer pada pasien dengan
sebaliknya didominasi fitur psikotik. Demikian juga, besarnya peran yang
dimainkan oleh stres lingkungan, terutama di awal perjalanan penyakit, masih
belum jelas. Namun, ada bukti yang berkembang bahwa fitur lingkungan dan gaya
hidup dapat berdampak pada tingkat keparahan dan perjalanan penyakit. Peristiwa
stres kehidupan, perubahan jadwal tidur-bangun, dan alkohol saat ini atau
5
2.3. Etiologi
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin,
dopamine, serotonin, dan histamine menjadi fokus teori dan masih diteliti hingga
saat ini. Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter
yang paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan mood ini.1,3,4
- Norepinefrin. Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan
sensitivitas dari reseptor β adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan
oleh respon pada penggunaan anti depresan yang cukup baik sehingga
mendukung adanya peran langsung dari system noradrenergik pada depresi.
Bukti lainnya melibatkan reseptor β2 presinaps pada depresi karena aktivasi
pada reseptor ini menghasilkan penurunan dari pelepasan norepinefrin.
Reseptor β2 juga terletak pada neuron serotoninergic dan berperan dalam
regulasi pelepasan serotonin.3
- Serotonin. Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective
serotonin reuptake inhibitor) dalam mengatasi depresi. Rendahnya kadar
serotonin dapat menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien dengan
dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam
cairan cerebropinalnya dan memiliki kadar konsentrasi rendah uptake
serotonin pada platelet.3
- Dopamine. Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga diduga
memiliki peran. Data memperkirakan bahwa aktivitas dopamine dapat
mengurangi depresi dan meningkat pada mania. Dua teori mengenai
dopamine dan depresi adalah bahwa jalur mesolimbic dopamine tidak
berfungsi terjadi pada depresi dan dopamine reseptor D1 hipoaktif pda
keadaan depresi.3
- Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita
6
2.4. Diagnosis
Pedoman diagnostik gangguan bipolar II menurut Penggolongan Pedoman
Diagnostik Gangguan Jiwa III adalah termasuk ke dalam gangguan bipolar lainnya
(F31.81). Sementara itu DSM-V mendiagnosis gangguan bipolar II sebagai
berikut:5
Gangguan Bipolar II ditandai dengan perjalanan klinis yang berulang
episode mood yang terdiri dari satu atau lebih episode depresi mayor (Kriteria A –
C di bawah "Episode Depresi Mayor") dan setidaknya satu episode hipomania
(Kriteria A – F di bawah "Episode Hipomania" di atas). Episode depresi mayor
harus berlangsung minimal 2 minggu, dan episode hipomania harus berlangsung
setidaknya 4 hari, untuk memenuhi kriteria diagnostik. Selama episode mood,
jumlah yang diperlukan gejala harus hadir hampir sepanjang hari, hampir setiap
hari, dan merupakan terlihat dari perubahan perilaku yang biasa dan perubahan
fungsi. Kehadiran episode manik selama perjalanan penyakit menghalangi
diagnosis gangguan bipolar II (Kriteria B di bawah "Gangguan Bipolar II").5
8
remisi dari episode depresi. Meskipun perbedaan substansial dalam durasi dan
tingkat keparahan antara manik dan episode hypomanie, Gangguan bipolar II
bukanlah "bentuk yang lebih ringan" dari gangguan bipolar I. Dibandingkan
dengan individu dengan gangguan bipolar I, individu dengan gangguan bipolar II
memiliki kronisitas lebih besar dan menghabiskan, rata-rata, lebih banyak waktu
dalam fase depresi penyakit mereka, yang dapatlebih parah. Gejala depresi terjadi
bersamaan dengan episode hypomanie atau hypomanie. Gejala ini terjadi dengan
episode depresi yang umum pada individu dengan bipolar II dan lebih banyak
menjangkiti perempuan, khususnya hypomania dengan gejala campuran. Individu
yang mengalami hypomania dengan gejala campuran tidak mungkin tidak nampak
seperti gejala hypomania, melainkan pengalaman mereka sebagai depresi dengan
peningkatan energi atau mudah marah.5,6
Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai
antimania.1,2
Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia
menghambat kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat. 1,2
Antidepresan
1) Derivat trisiklik
• Imipramin (dosis lazim: 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai
maksimum 250-300 mg sehari)
• Amitriptilin (dosis lazim: 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai
dosis maksimum 150-300 mg sehari). 1,2
2) Derivat tetrasiklik
• Maproptilin, Mianserin (dosis lazim: 30-40 mg malam hari, dosis
maksimum 90 mg/ hari). 1,2
3) Derivat MAOI (MonoAmine Oksidase-Inhibitor)
• Moclobemide (dosis lazim: 300 mg/ hari terbagi dalam 2-3 dosis dapat
dinaikkan sampai dengan 600 mg/ hari). 1,2
4) Derivat SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
• Sertralin (dosis lazim: 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200
mg/hr)
• Fluoxetine (dosis lazim: 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80
mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi)
• Fluvoxamine (dosis lazim: 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya
pada malam hari, maksimum dosis 300 mg)
• Paroxetine, Citalopram (dosis lazim: 20 mg/hari, maksimum 60 mg
/hari). 1,2
5) Derivat SNRI (Serotonin Norepineprin Reuptake Inhibitor)
• Venlafaxine (dosis lazim: 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan
menjadi 150-250 mg 1x/hari), Duloxetine. 1,2
13
2.6. Prognosis
Untuk prognosis bipolar II, sampai saat ini masih dilakukan penelitian.
Bipolar II adalah penyakit kronik dimana memerlukan strategi penatalaksana
jangka panjang.3,4
BAB 3
KESIMPULAN
14