Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan mood bipolar (GB) sudah dikenai sejak zaman Yunani kuno.
Emil Kraepelin, seorang psikiater Jerman, menyebut GB sebagai manik-depresif.
la melihat adanya perbedaan antara manik- depresif dengan skizofrenia. Awitan
manik-depresif tiba-tiba dan perjalanan penyakitnya berfluktuasi dengan keadaan
yang relatif normal di antara episode, terutama di awal-awal perjalanan penyakit.
Sebaliknya, pada skizofrenia, bila tidak diobati, terdapat penurunan yang progresif
tanpa kembali ke keadaan sebelum sakit. Walaupun demikian, pada keadaan akut
kedua penyakit terlihat serupa yaitu adanya waham dan halusinasi.1
Bipolaritas artinya pergantian antara episode manik atau hipomanik
dengan depresi. Istilah GB sebenamya kurang tepat karena ia tidak selalu
merupakan dua emosi yang berlawanan dari suatu waktu yang berkesinambungan.
Kadang-kadang pasien bisa memperlihatkan dua dimensi emosi yang muncul
bersamaan, pada derajat berat tertentu. Keadaan ini disebut dengan episode
campuran. Sekitar 40% pasien dengan GB memperlihatkan campuran emosi.
Keadaan campuran yaitu suatu kondisi dengan dua emosi tersebut dapat muncul
bersamaan atau pergantian emosi tersebut (mania dan depresi) sangat cepat
sehingga disebut juga mania disforik.1
Ada empat jenis GB tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu GB I, GB II. gangguan
siklotimia, dan GB yang tak dapat dispesifikasikan.1-3
Gangguan bipolar (GB) sering salah atau tidak terdiagnosis. Karena salah
atau tidak terdiagnosis, pengobatan GB sering tidak efektif sehingga menjadi beban
keluarga, disabilitas psikososial jangka panjang, dan tingginya risiko bunuh diri.
Sekitar 20%-50% pasien yang mulanya didiagnosis sebagai episode depresi mayor
unipolar ternyata adalah GB. Bila manifestasi yang muncul adalah mania akut,
penegakan diagnosisnya lebih mudah. Meskipun demikian, mania akut sulit
dibedakan dengan skizofrenia.1

1
2

Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik


dan ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren
serta dapat berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup
tinggi. Tingginya angka mortalitas disebabkan oleh seringnya terjadi komorbiditas
antara GB dengan penyakit fisik, misalnya, dengan diabetes melitus, penyakit
jantung koroner, dan kanker. Komorbiditas dapat pula terjadi dengan penyakit
psikiatrik lainnya misalnya, dengan ketergaotungan zat dan alkohol yang juga turut
berkontribusi dalam meningkatkan mortalitas. Selain itu, tingginya mortalitas juga
dapat disebabkan oleh bunuh diri. Sekitar 25% penderita gangguan bipolar pemah
melakukan percobaan bunuh diri, paling sedikitsatu kali dalam kehidupannya. Oleh
karena itu, penderita GB harus diobati dengan segera dan mendapat penanganan
yang tepat.1,2

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah uang
diajukan adalah sebagai berikut: “Apakah gangguan bipolar II itu dan bagaimana
gambaran klinis, penegakkan diagnosis, terapi dan prognosis gangguan bipolar II?”

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran klinis, penegakkan diagnosis, terapi dan
prognosis gangguan bipolar II.
1.4. Manfaat
Sebagai sumber informasi dan sumber wawasan untuk pembaca mengenai
gangguan bipolar II.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran, biasanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.1,4
Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini adalah perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan suasana perasaan ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada
keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder
terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan
tersebut.5
Ada empat jenis GB tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu GB I, GB II. gangguan
siklotimia, dan GB yang tak dapat dispesifikasikan.1-3
2.2. Epidemiologi
Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar antara
0,3-4,8%, siklotimia antara 0,5-6,3%, dan hipoania antara 2,6-7,8%. Total
prevalensi spectrum bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6-7,8%.1,2
Menurut American Psychiatric Association gangguan afektif bipolar I
mencapai 0.8% dari populasi dewasa, dalam penelitian yang dilakukan dengan
komunitas mencapai antara 0,4-1,6%. Angka ini konsisten di beragam budaya dan
kelompok etnis. Gangguan bipolar II mempengaruhi sekitar 0,5% dari populasi.
Sementara gangguan bipolar II tampaknya lebih umum pada wanita hal ini
dperkirakan dipengaruhi oleh hormon, efek dari melahirkan, stressor psikososial
untuk wanita, dan pembelajaran budaya yang mengajarkan wanita tidak dapat
berusaha sendiri (behavioral models of learned helplessness), gangguan bipolar I
mempengaruhi pria dan wanita cukup merata. Ini perkiraan prevalensi dianggap
konservatif. Episode manik lebih banyak didapatkan pada pria dan depresi lebih

3
4

umum pada wanita. Saat seorang wanita mengalami episode manik gelaja yang
timbul dapat bercampur antara manik dan depresi. Pada wanita juga lebih sering
ditemukan siklus cepat atau rapid cycling seperti memiliki 4 episode manik dalam
1 tahun periode. 3,4
Epidemiologi Penelitian melaporkan usia rata-rata saat onset 21 tahun
untuk gangguan bipolar. Ketika studi meneliti usia saat onset yang bertingkat
menjadi interval 5 tahun, usia puncak pada timbulnya gejala pertama jatuh antara
usia 15 dan 19, diikuti oleh usia 20 - 24. Onset mania sebelum usia 15 telah kurang
dipelajari. Gangguan bipolar mungkin sulit untuk mendiagnosis pada kelompok
usia ini karena presentasi atipikal dengan ADHD. Dengan demikian, benar usia saat
onset bipolar disorder masih belum jelas dan mungkin lebih muda dari yang
dilaporkan untuk sindrom penuh, karena ada ketidakpastian tentang presentasi
gejala pada anak-anak. Penelitian yang mengikuti kohort keturunan pasien dengan
gangguan bipolar dapat membantu untuk mengklarifikasi tanda-tanda awal pada
anak-anak. Onset mania setelah usia 60 kurang mungkin terkait dengan riwayat
keluarga gangguan bipolar dan lebih mungkin untuk dihubungkan dengan
diidentifikasi faktor medis umum, termasuk stroke atau lainnya pusat sistem saraf
lesi.3
Bukti dari studi epidemiologi dan kembar sangat menunjukkan bahwa
gangguan bipolar adalah penyakit diwariskan. Kerabat tingkat pertama pasien
dengan gangguan bipolar memiliki pengaruh signifikan tinggi gangguan mood
daripada kerabat kelompok pembanding yang tidak menderita gangguan psikis.
Namun, modus warisan tetap tidak diketahui. Dalam praktek klinis, keluarga
dengan gangguan mood, terutama dari gangguan bipolar, memberikan bukti-bukti
yang nyata yang kuat dari potensi gangguan mood primer pada pasien dengan
sebaliknya didominasi fitur psikotik. Demikian juga, besarnya peran yang
dimainkan oleh stres lingkungan, terutama di awal perjalanan penyakit, masih
belum jelas. Namun, ada bukti yang berkembang bahwa fitur lingkungan dan gaya
hidup dapat berdampak pada tingkat keparahan dan perjalanan penyakit. Peristiwa
stres kehidupan, perubahan jadwal tidur-bangun, dan alkohol saat ini atau
5

penyalahgunaan zat dapat mempengaruhi perjalanan penyakit dan memperpanjang


waktu untuk pemulihan.3,4

2.3. Etiologi
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin,
dopamine, serotonin, dan histamine menjadi fokus teori dan masih diteliti hingga
saat ini. Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter
yang paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan mood ini.1,3,4
- Norepinefrin. Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan
sensitivitas dari reseptor β adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan
oleh respon pada penggunaan anti depresan yang cukup baik sehingga
mendukung adanya peran langsung dari system noradrenergik pada depresi.
Bukti lainnya melibatkan reseptor β2 presinaps pada depresi karena aktivasi
pada reseptor ini menghasilkan penurunan dari pelepasan norepinefrin.
Reseptor β2 juga terletak pada neuron serotoninergic dan berperan dalam
regulasi pelepasan serotonin.3
- Serotonin. Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective
serotonin reuptake inhibitor) dalam mengatasi depresi. Rendahnya kadar
serotonin dapat menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien dengan
dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam
cairan cerebropinalnya dan memiliki kadar konsentrasi rendah uptake
serotonin pada platelet.3
- Dopamine. Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga diduga
memiliki peran. Data memperkirakan bahwa aktivitas dopamine dapat
mengurangi depresi dan meningkat pada mania. Dua teori mengenai
dopamine dan depresi adalah bahwa jalur mesolimbic dopamine tidak
berfungsi terjadi pada depresi dan dopamine reseptor D1 hipoaktif pda
keadaan depresi.3
- Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita
6

bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan


positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra
dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak
hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan
volume yang kecil pada amygdale dan hippocampus. Korteks prefrontal,
amygdale, dan hippocampus merupakan bagian dari otak yang terlibat
dalam respon emosi (mood dan afek). Penelitian lain menunjukkan ekspresi
oligodendrosit-myelin berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti
diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang
membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar
saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan
komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.3
Faktor genetik
- Studi pada keluarga. Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua dengan
gangguan mood, anaknya akan memiliki risiko antara 10-25% untuk
menderita gangguan mood. Jika kedua orang tuanya menderita gangguan
mood, maka kemungkinannya menjadi 2 kali lipat. Risiko ini meningkat jika
ada anggota keluarga dari 1 generasi sebelumnya daripada kerabat jauh.
Satu riwayat keluarga gangguan bipolar dapat meningkatkan risiko untuk
gangguan mood secara umum, dan lebih spesifik pada kemungkianan
munculnya bipolar.1,3
- Studi pada anak kembar. Studi ini menunjukan bahwa gen hanya
menjelaskan 50-70% etiologi dari gangguan mood. Studi ini menunjukan
rentang gangguan mood pada monozigot sekitar 70-90% dibandingkan
dengan kembar dizigot sekitar 16-35%.1,3,4
Faktor psikososial
- Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang. Penelitian telah
membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan
pada kehidupan psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang
dipicu oleh faktor lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama dari
7

Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang


bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin termasuk hilangnya
neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan
tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih
tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stressor eksternal.3
- Faktor kepribadian. Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa
gangguan kepribadian tertentu berhubungan dengan berkembangnya
gangguan bipolar II, walaupun pasien dengan gangguan distimik dan
siklotimik berisiko untuk dapat berkembang menjadi depresi mayor atau
gangguan bipolar II. Kejadian tiba-tiba yang memicu stress yang kuat
adalah prediktor dari onset episode depresi.3

2.4. Diagnosis
Pedoman diagnostik gangguan bipolar II menurut Penggolongan Pedoman
Diagnostik Gangguan Jiwa III adalah termasuk ke dalam gangguan bipolar lainnya
(F31.81). Sementara itu DSM-V mendiagnosis gangguan bipolar II sebagai
berikut:5
Gangguan Bipolar II ditandai dengan perjalanan klinis yang berulang
episode mood yang terdiri dari satu atau lebih episode depresi mayor (Kriteria A –
C di bawah "Episode Depresi Mayor") dan setidaknya satu episode hipomania
(Kriteria A – F di bawah "Episode Hipomania" di atas). Episode depresi mayor
harus berlangsung minimal 2 minggu, dan episode hipomania harus berlangsung
setidaknya 4 hari, untuk memenuhi kriteria diagnostik. Selama episode mood,
jumlah yang diperlukan gejala harus hadir hampir sepanjang hari, hampir setiap
hari, dan merupakan terlihat dari perubahan perilaku yang biasa dan perubahan
fungsi. Kehadiran episode manik selama perjalanan penyakit menghalangi
diagnosis gangguan bipolar II (Kriteria B di bawah "Gangguan Bipolar II").5
8

Episode dari bahan/obat yang menginduksi gangguan depresi atau dari


bahan/obat yang menginduksi bipolar dan gangguan terkait (mewakili efek
fisiologis dari obat, perawatan somatik lain untuk depresi, penyalahgunaan obat,
atau paparan toksin) atau depresi dan gangguan terkait karena kondisi medis lain
atau gangguan bipolar dan terkait akibat kondisi medis lain tidak dihitung terhadap
diagnosis gangguan bipolar II kecuali mereka bertahan di luar efek fisiologis dari
pengobatan atau substansi dan kemudian memenuhi kriteria durasi untuk sebuah
episode. Selain itu, episode tidak harus lebih baik dijelaskan oleh gangguan
skizoafektif dan tidak ditumpangkan pada skizofrenia, gangguan skizofreniform,
gangguan delusi, atau lainnya yang ditentukan atau tidak ditentukan oleh spektrum
skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya (Kriteria C di bawah "Gangguan Bipolar
II"). Episode depresif atau fluktuasi episode hipomania harus menyebabkan distress
klinis yang signifikan atau gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lainnya (Kriteria D di bawah "Gangguan Bipolar II"); Namun, untuk
episode hipomania, persyaratan ini tidak harus dipenuhi. Sebuah episode hipomania
yang menyebabkan penurunan fungsi yang signifikan mungkin akan memenuhi
syarat untuk diagnosis episode manik dan, karena itu, untuk menjadi diagnosis
seumur hidup gangguan bipolar I. Episode depresi mayor berulang sering, lebih
sering dan lebih panjang daripada yang terjadi dalam gangguan bipolar. Individu
dengan gangguan bipolar II biasanya hadir untuk dokter selama episode depresi dan
tidak mungkin untuk mengeluh awalnya dari hipomania. Biasanya, hipomania
merupakan episode sendiri yang tidak menyebabkan gangguan. Sebaliknya, hasil
penurunan fungsi dari episode depresi mayor atau dari pola perubahan mood yang
persisten dan yang tak terduga dan berfluktuasi, dapat diandalkan sebagai
penurunan fungsi antarpribadi atau pekerjaan. Individu dengan gangguan bipolar II
mungkin tidak melihat episode hipomania sebagai patologis atau merugikan,
meskipun orang lain mungkin akan terganggu oleh perilaku tak menentu individu.
Informasi klinis dari informan lain, seperti teman dekat atau kerabat, sering berguna
dalam menegakkan diagnosis gangguan bipolar II.5,6
Sebuah episode hypomanik tidak perlu dibingungkan dengan siklus hari
Euthyimia dengan fase pemulihan energinya yang kemungkinan diiukuti dengan
9

remisi dari episode depresi. Meskipun perbedaan substansial dalam durasi dan
tingkat keparahan antara manik dan episode hypomanie, Gangguan bipolar II
bukanlah "bentuk yang lebih ringan" dari gangguan bipolar I. Dibandingkan
dengan individu dengan gangguan bipolar I, individu dengan gangguan bipolar II
memiliki kronisitas lebih besar dan menghabiskan, rata-rata, lebih banyak waktu
dalam fase depresi penyakit mereka, yang dapatlebih parah. Gejala depresi terjadi
bersamaan dengan episode hypomanie atau hypomanie. Gejala ini terjadi dengan
episode depresi yang umum pada individu dengan bipolar II dan lebih banyak
menjangkiti perempuan, khususnya hypomania dengan gejala campuran. Individu
yang mengalami hypomania dengan gejala campuran tidak mungkin tidak nampak
seperti gejala hypomania, melainkan pengalaman mereka sebagai depresi dengan
peningkatan energi atau mudah marah.5,6

Karakteristik tambahan sebagai pendukung diagnosis


Karakteristik umum dari gangguan bipolar II adalah impulsif, yang dapat
berkontribusi untuk usaha bunuh diri dan gangguan penggunaan narkoba. Impulsif
juga mungkin berasal dari kepribadian gabungan gangguan penggunaan zat,
gangguan kecemasan, gangguan mental lainnya, dan atau kondisi medis. Selain itu,
juga tingkat kreativitas pada beberapa individu dengan gangguan bipolar cukup
tinggi, namun kaitannya tidak secara nonlinear, yaitu selama kehidupan kreatifitas
tinggi semakin besar dapat dicapai dapat dicapai pada bentuk gangguan yang lebih
ringan dan kreativitas yang lebih tinggi ditemukan pada anggota keluarga tidak
terkena . kecenderungan individu untuk memeiliki kreatifitas yang tinggi selama
episode hypomanie dapat menyebabkan ambivalensi untuk mencari pengobatan
atau melemahkan kepatuhan terhadap pengobatan.
2.5. Tatalaksana

Terapi psikososial 1,3,4,7


- Terapi kognitif (Aaron Beck)
Tujuannya :
a. Menghilangkan episode depresi dan mencegah rekurennya dengan
membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif.
10

b. Mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif,


serta melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.7
- Terapi interpersonal (Gerrad Kleman)
Memusatkan pada masalah interpersonal yang sekarang dialami oleh
pasien dengan anggapan bahwa masalah interpersonal sekarang
mungkin terlibat dalam mencetuskan atau memperberat gejala depresi
sekarang. Terapi ini difokuskan pada problem interpersonal yang ada.
Diasumsikan bahwa, pertama, problem interpersonal yang ada saat ini
merupakan akar terjadinya disfungsi hubungan interpersonal. Problem
interpersonal saat ini berperan dalam terjadinya gejala depresi. Biasanya
sesi berlangsung antara 12 sampai 16 minggu dan ditandai dengan
pendekatan terapeutik yang aktif. Tidak ditujukan pada fenomena
intrapsikik seperti mekanisme defensi dan konflik internal. Keterbatasan
asertif, gangguan kemampuan sosial, serta penyimpangan pola berpikir
hanya ditujukan bila memang mempunyai efek pada hubungan
interpersonal tersebut.7
- Terapi perilaku
Terapi didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif
menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari
masyarakat dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan demikian
pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana
mereka mendapatkan dorongan positif. 7
- Terapi berorientasi-psikoanalitik
Mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal, keintiman,
mekanisme penyesuaian, kapasitas dalam merasakan kesedihan serta
kemampuan dalam merasakan perubahan emosional secara luas.7,8
- Terapi keluarga
Diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan perkawinan pasien
atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood dapat ditangani oleh
situasi keluarga. Terapi keluarga meneliti peran suasana hati teratur
dalam keseluruhan kesejahteraan psikologis dari seluruh keluarga, tetapi
11

juga mengkaji peran seluruh keluarga dalam pemeliharaan gejala pasien.


Pasien dengan gangguan mood memiliki tingkat tinggi perceraian, dan
sekitar 50 persen dari semua pasangan melaporkan bahwa mereka tidak
akan menikah atau memiliki anak jika mereka tahu bahwa pasien akan
mengembangkan gangguan mood. 7,8

Rekomendasi terapi akut depresi, GB II


Tabel 5 Terapi akut depresi, GB II.1
Lini I Quetiapin
Lini II Litium, lamotrigin, divalproat, litium atau divalproat
+ antidepresan, litium + divalproat, antipsikotika
atipik + antidepresan
Lini III Antidepresan monoterapi (terutama untuk pasien
yang jarang mengalami hipomania)

Rekomendasi terapi rumatan GB II


Tabel 6 Terapi Rumatan GB II.1
Lini I Litium, lamotrigin
Lini II Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika
atipik + antidepresan, kombinasi dua dari: litium,
lamotrigin, divalproat, atau antipsikotika atipik
Lini III Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT
Tidak direkomendasikan Gabapentin

Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan pada gangguan bipolar:1,2


Mood stabilizer
Litium
Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang
lalu. Memiliki efek akut dan kronis dalam pelepasan serotonin dan norepineprin di
neuron terminal sistem saraf pusat. 1,2
12

Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai
antimania.1,2

Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia
menghambat kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat. 1,2

Antidepresan
1) Derivat trisiklik
• Imipramin (dosis lazim: 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai
maksimum 250-300 mg sehari)
• Amitriptilin (dosis lazim: 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai
dosis maksimum 150-300 mg sehari). 1,2
2) Derivat tetrasiklik
• Maproptilin, Mianserin (dosis lazim: 30-40 mg malam hari, dosis
maksimum 90 mg/ hari). 1,2
3) Derivat MAOI (MonoAmine Oksidase-Inhibitor)
• Moclobemide (dosis lazim: 300 mg/ hari terbagi dalam 2-3 dosis dapat
dinaikkan sampai dengan 600 mg/ hari). 1,2
4) Derivat SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
• Sertralin (dosis lazim: 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200
mg/hr)
• Fluoxetine (dosis lazim: 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80
mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi)
• Fluvoxamine (dosis lazim: 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya
pada malam hari, maksimum dosis 300 mg)
• Paroxetine, Citalopram (dosis lazim: 20 mg/hari, maksimum 60 mg
/hari). 1,2
5) Derivat SNRI (Serotonin Norepineprin Reuptake Inhibitor)
• Venlafaxine (dosis lazim: 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan
menjadi 150-250 mg 1x/hari), Duloxetine. 1,2
13

2.6. Prognosis
Untuk prognosis bipolar II, sampai saat ini masih dilakukan penelitian.
Bipolar II adalah penyakit kronik dimana memerlukan strategi penatalaksana
jangka panjang.3,4
BAB 3

KESIMPULAN

Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan


ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
dapat berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup tinggi.
Gangguan mood ini disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya faktor genetik,
biologik, dan psikososial. Dalam perjalanan penyakitnya, gangguan bipolar ini
berbeda-beda, tergantung pada tipe dan waktunya. Onsetnya biasanya pada usia 20-
30 tahun. Wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama. Semakin muda
seseorang terkena bipolar, maka makin besar kemungkinannya untuk mengalami
gejala psikotik dan semakin jelas terlihat hubungan genetiknya. Untuk
penatalaksanaan gangguan bipolar, tergantung pada jenis bipolarnya sendiri,
apakah itu fase manik, fase depresi, fase campuran. Diperlukan teknik wawancara
dan pendekatan yang baik sehingga dapat menegakkan diagnosis bipolar dan
membedakan bipolar dari gangguan jiwa maupun penyakit lainnya. Penegangkan
diagnosis penting untuk memberikan penatalaksaan yang tepat bagi pasien.

14

Anda mungkin juga menyukai