Anda di halaman 1dari 35

Hanging (Gantung Diri)

Novia Ayu Rahma


1510211152
Pendahuluan
 Gantung diri merupakan cara kematian yang paling
sering dijumpai pada bunuh diri.
 Tindakan bunuh diri dengan cara penggantungan
sering dilakukan karena dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja, dapat menggunakan seutas
tali, dasi atau bahan apa saja yang dapat melilit
leher. Demikian pula pada pembunuhan atau
hukuman mati dengan cara penggantungan yang
sudah digunakan sejak zaman dahulu.
DEFiNISI
Penggantungan atau hanging adalah suatu keadaan dimana
terjadi konstriksi dari leher oleh alat jerat yang ditimbulkan
oleh berat badan seluruh atau sebagian
Important :
Tali / penjerat → pasif
Berat badan → aktif
Definisi Hanging
Penggantungan (hanging) adalah suatu
bentuk kematian oleh karena asfiksia, akibat
terhalangnya udara masuk ke dalam paru-
paru, disebabkan pengikatan pada leher dan
tenaga kontriksi dari tali oleh karena
pengaruh dari berat badan sendiri.
Etiologi
1. Asfiksia
2. Venous Congestion/ Apopleksia
3. Kombinasi dari Asfiksia dan Vena
Congestion
4. Iskemia dari Otak (Anoksia)
5. Shock/Sincope
6. Fraktur atau Dislokasi Vertebra Servikalis
PATOFISIOLOGI
Drh mjd <--- fibrinolisis <--- ASFIKSIA --> relaksasi --> urin, feses & cairan
encer sfingter sperma/semen keluar
tdk sadar
Tenaga otot <<
dilatasi tek. O2 & kerusakan pd dinding kapiler
kapiler drh ↓ & kerusakan sel endotel dinding kapiler

bendungan kapiler sianosis ↑ permeabilitas kapiler

drh warna ungu


Kongesti ↑tek.
viseral intrakapiler

ruptur pembuluh kapiler


PENYEBAB KEMATIAN
 Asfiksia

 Kongesti Vena

 Iskemi serebral

 Syok Vagal

 Fraktur / dislokasi

tulang vertebra servikalis

cessation of effective respiration


Gejala Klinis
 Pertama-tama dijumpai kehilangan kemampuan
pada sensasi subjektif, kemudian diikuti oleh :
 Kehilangan tenaga (loose of power)
 Halusinasi penglihatan, seperti melihat cahaya
 Halusinasi pendegaran seperti ada suara ribut-
ribut ditelinga
 Kehilangan kesadaran
 Keadaan tersebut diikuti dengan berhentinya
fungsi jantung dan pernafasan.
Lanjutan ..
Lanjutan ..
Klasifikasi Hanging
A. Berdasarkan posisi korban pada saat gantung diri
1. Complete hanging/penggantungan sempurna
2. Partial hanging/penggantungan tidak sempurna

B. Berdasarkan letak simpul/ titik gantung, terbagi :


1. Typical hanging
2. Atypical hanging

C. Berdasarkan motif daripada penggantungan


1. Suicidal hanging
2. Accidental hanging
3. Homicidal hanging
 Berdasarkan titik simpul

Atipikal (Atypical hanging)


Tipikal (Typical hanging)
KLASIFIKASI
 Berdasarkan posisi korban
 Tergantung total (complete)
 Setengah tergantung (partial)

complete partial
Gambar Kasus Penggantungan
● Berdasarkan jenis simpul
* Simpul hidup

* Simpul mati
Gambaran Post-morten posisi
Gantung Diri
 Pemeriksaan Luar :
1. Tanda jeratan pada leher
Tanda penjeratan tersebut berwarna
coklat gelap dan kulit tampak
kering, keras dan berkilat. Pada
perabaan, kulit terasa seperti
perabaan kertas perkamen, disebut
tanda parchmentisasi
2. Kedalaman dari bekas
penjeratan menunjukkan
lamanya tubuh tergantung
3. Jika korban lama tergantung,
ukuran leher semakin menjadi
panjang
Lanjutan ...
4. Tanda-tanda asfiksia seperti :
mata menonjol keluar,
perdarahan berupa ptekie
tampak pada wajah dan
subkonjungtiva
Lidah menjulur menunjukan
adanya penekanan pada bagian
leher
5. Air liur mengalir dari sudut
bibir dibagian yang berlawanan
dengan simpul tali (keadaan ini
merupakan tanda pasti Tardieu spot pada Gantung diri.
Tardieu spot diakibatkan pecahnya kapiler-
penggantungan ante-morten) kapiler pada kaki
Lanjutan ...
6. Lebam mayat paling
sering terlihat pada
tungkai
7. Posisi tangan biasanya
dalam keadaan
tergenggam
8. Urin dan feses bisa
keluar
TANDA POST-MORTEM
PEMERIKSAAN LUAR
> Dijumpai jejas + luka lecet tekan (hurufV)
pada leher.

> Jika korban lama tergantung, ukuran leher


menjadi semakin panjang.
 Tanda-tanda asfiksia (sianosis,petekie,edeme wajah).

 Air liur mengalir dari sudut bibir.

> Tampak lidah terjulur.


 Lebam mayat (+).

 Urin dan feses bisa keluar.


• Pemeriksaan Dalam
1. Kepala korban penggantungan, 3. Platisma atau otot lain
ditemukan tanda-tanda disekitarnya mungkin
bendungan pembuluh darah memar atau ruptur pada
otak, kerusakan medulla beberapa keadaan.
spinalis & medulla oblongata Kerusakan otot ini lebih
2. Jaringan yang berada di bawah banyak terjadi pada kasus
jeratan berwarna putih, penggantungan yang
berkilat dan perabaan seperti disertai dengan tindakan
perkamen karena kekurangan kekerasan.
darah, terutama jika mayat 4. Lapisan dalam dan bagian
tergantung cukup lama.Pada tengah pembuluh darah
jaringan di bawahnya mungkin mengalami laserasi ataupun
tidak terdapat cedera lainnya. ruptur
Lanjutan...
5. Fraktur tulang hyoid jarang 8. Dada dan perut korban
terjadi (terjadi jika penggantungan (hanging)
penggantungan korban dapat kita temukan adanya
dijatuhkan sehingga os hyoid perdarahan (pleura, perikard,
mengalami benturan dgn os peritoneum, dan lain-lain)
vertebra) dan bendungan / kongesti
6. Fraktur kartilago tiroid jarang organ.
terjadi 9. Darah dalam jantung korban
7. Fraktur 2 buah tulang vertebra penggantungan (hanging)
servikalis bagian atas. Fraktur ini warnanya lebih gelap dan
sering terjadi pada korban konsistensinya lebih cair.
hukuman gantung
LETAK JEJAS

Atas kartilago tiroid → 80 %


Pada kartilago tiroid → 15 %
Bawah kartilago tiroid → 5 %
PEMERIKSAAN DALAM
 > Jaringan yang berada di bawah jeratan
 berwarna putih, berkilat dan diraba seperti
 kertas perkamen & tampak red line pd tunika intima.

 > Dijumpai resapan darah pd otot disekitar jeratan.


 > Fraktur kartilago hyoid, kartilago tiroid,vert cervicalis.

 > Tampak buih halus yg sukar pecah pd sal.nafas.

 > Organ2 oedem & kongesti.


•Aspek medikolegal

1. Apakah kematian disebabkan oleh penggantungan?


Pertanyaan ini sering diajukan kepada dokter pemeriksa
dalam persidangan.hal ini dapat diperkirakan melalui
pemeriksaan seperti dibawah ini :
a. Dengan teliti memeriksa jejas jeratan, baik pada
pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam.
b. Adanya air liur yang mengalir dari sudut bibir.
c. Tanda-tanda asfiksia post-mortem, seperti penonjolan
bola mata, lidah dan perdarahan berupa petekia pada wajah.
2. Apakah penggantungan tersebut merupakan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan? Biasanya faktor di bawah ini
dapat dijadikan bahan pertimbangan.
a. Penggantungan biasanya merupakan tindakan bunuh diri,
kecuali dibuktikan lain. Usia tidak menjadi masalah untuk
melakukan bunuh diri dengan cara lain. Pernah ada laporan
kasus dimana seorang anak berusia 12 tahun bunuh diri dengan
penggantungan.
Kecelakaan yang menyebabkan penggantungan jarang terjadi
kecuali pada anak-anak berusia dibawah 12 tahun.
b. Cara terjadinya penggantungan.
c. Bukti-bukti tidak langsung di tempat kejadian.
d. Tanda berupa jejas penjeratan.
e. Tanda-tanda kekerasan atau perlawanan.
Perbedaan Pengantungan Ante-Mortem
dan Post-Mortem
Penggantungan ante-mortem Penggantungan post-mortem

1. Tanda-tanda penggantungan ante-mortem bervariasi, 1. Tanda-tanda post-mortem menunjukkan kematian yang

tergantung dari cara kematian korban. bukan disebabkan penggantungan.

2. Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran terputus 2. Tanda-tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran

(non-continuous) dan letaknya pada leher bagian atas. utuh (continuous), agar sirktiler dan letaknya pada

3. Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada posisi leher. bagian leher tidak begitu tinggi.

4. Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi dari jejas 3. Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan

penjeratan. Lebam mayat tampak diatas jejas jerat dan kuat dan diletakkan pada bagian depan leher.

pada tungkai bawah. 4. Ekimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak ada

5. Pada kulit ditempat jejas jeratan teraba seperti atau tidak jelas. Lebam mayat terdapat pada bagian tubuh

perabaan kertas perkamen, yaitu tanda parchmentisasi. yang menggantung sesuai dengan posisi mayat setelah

meninggal.

5. Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak begitu jelas.


Penggantungan ante-mortem Penggantungan post-mortem

6 Sianosis pada wajh, bibir, telinga, dll, sangat jelas terlihat 6. Sianosis pada bagian wajah,bibir, telinga, dll,

terutama jika kematian karena asfiksia. tergantung dari penyebab kematian.

7. Wajah membengkak dan mata mengalami kongesti dan 7. Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak terdapat,

agak menonjol, disertai dengan gambaran pembuluh kecuali jika penyebab kematian adalah pencekikan

darah vena yang jelas pada bagian kening dan dahi. (strangulasi) atau sufokasi.

8. Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali. 8. Lidah tidak menjulur kecuali pada kasus kematian

9. Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya cairan akibat pencekikan.

sperma sering terjadi pada korban pria. Demikian juga 9. Penis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak ada.

sering ditemukan keluarnya feses. Pengeluaran feses juga tidak ada.

10. Air liur ditemukan menetes dari sudut mulut, dengan 10. Air liur tidak ditemukan yang menetes pada kasus

arah vertikal menuju dada. Hal ini merupakan pertanda selain kasus pengantungan.

pasti penggantungan ante-mortem.


Perbedaan Penggantungan Bunuh Diri dengan
Pembunuhan
Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan

1. Usia, gantung diri lebih sering terjadi pada remaja dan 1. Tidak mengenal batas usia, karena tindakan

orang dewasa. Anak-anak dibawah umur 10 tahun atau pembunuhan dlakukan oleh musuh atau lawan

orang dewasa diatas usia 59 tahun jarang ditemukan darikorban dan tidak tergantung pada usia.

bunuh diri. 2. Tanda jejas jeratan berupa lingkaran idak terputus,

2. Tanda jejas jeratan, bentuknya miring, berupa lingkaran mendatar letaknya dibagian tengah leher, karena usaha

terputus (non-continuous) dan terletak pada bagian atas pelaku pembunuhan untuk membuat simpul tali.

leher. 3. Simpul tali, biasanya lebih dari satu pada bagian depan

3. Simpul tali, biasanya hanya satu simpul letaknya pada leher dan simpu; tali tersebut terikat kuat.

bagian samping leher. 4. Sebelumnya korban tidak mempunyai riwayat untuk

4. Riwayat korban, biasanya korban mempunyai riwayat bunuh diri.

untuk mencoba bunuh diri dengan cara lain. 5. Cedera, berupa luka-luka pada tubuh korban biasanya

5. Cedera, luka-luka pada tubuh korban yang bisa mengarah kepada pembunuhan.
Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan

6. Racun, ditemukan racun dalam lambung korban, misalnya arsen, 6. Terdapatnya racun berupa asam opium hidrosianat atau kalium

sublimat, korosif, dll. Tidak bertentangan dengan kasus bunuh diri. sianida tidak sesuai dengan kasus pembunuhan, krena untuk hal

Rasa nyeri yang disebabkan racun tersebut mungkin mendorong ini perlu waktu dan kemauan dari korban itu sendiri. Dengan

korban untuk melakukan gantung diri. demikian maka kasus pengantungan tersebut adalah berupa bunuh

7. Tangan,tidak dalam keadaan teriat, karena sulit untuk gantung diri diri.

dalam keadaan tangan terikat. 7. Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada

8. Kemudahan, pada ksus bunuh diri, mayat biasanya ditemukan kasus pembunuhan.

tergantung pada tempat yang mudah dicapat oleh korban atau 8. Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan tergantug pada tempat

sekitarnya ditemukan alat yang digunakan untuk mencapai tempat yang sulit dicapai oleh korban dan alat yang digunakan untuk

tersebut. mencapai tempat tersebut tidak ditemukan.

9. Tempat kejadian, jika kejadian berlangsung di dalam kamar, 9. Tempat kejadian, bila sebaliknya pada ruangan ditemukan

dimana pintu, jendela, ditemukan dalam keadaan tertutup dan terkunci dari luar, maka penggantungan adalh kasus pembunuhan.

terkunci dari dalam, maka pasti kasusnya merupakan bunuh diri. 10. Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali korban

10. Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada kasus gantung sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.

diri.
Penatalaksanaan
Pada korban yang masih dapat tertolong hendaknya diberikan pertolongan
segera, yaitu
1. Korban diturunkan
2. Ikatan pada leher dipotong dan jeratan dilonggarkan/dilepaskan
3. Berikan bantuan pernafasan untuk waktu yang cukup lama
4. Lidah ditarik keluar, lubang hidung dan mulut dibersihkan jika banyak
mengandung sekresi cairan
5. Berikan oksigen, lebih baik lagi kalau disertai CO2 5%
6. Jika tubuh korban dingin dihangatkan
7. Jika korban mengalami kegagalan jantung kongestif, pertolongan
melalui vena mungkin akan membantu untuk mengatasi kegagalan
jantung tersebut
8. Awasi pasien 12-20 jam karena gejala relaps bisa terjadi
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai