Anda di halaman 1dari 26

1

REFERAT

INFANTICIDE

Dosen Penguji :
dr. Julia Ike H, MH, SpFM

Residen Pembimbing :
dr. Risma Gayanti

Disusun Oleh :
Muhammad Sulton Al Haris
Ika Namira Irsan
Adinda Marisna Putri
Kevin Septian
Utta Gatra Permatasari

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG
2020
2

KATA PENGANTAR

Pertama kami bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena kami telah dapat membuat referat Infanticide pada kesempatan
kali ini. Tiada hal yang mustahil bagi Tuhan dan kami sangat percaya bahwa kami
dapat membuat referat ini dengan baik dan berguna.

Tujuan kami membuat referat ini adalah untuk memenuhi tugas dalam
kaitannya dengan kepaniteraan klinik ilmu kedokteran forensik.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang dan pihak yang
telah membantu proses pembuatan referat Infanticide ini, termasuk kepada anggota
kelompok yang telah bekerja sama dalam berdiskusi dengan sebaik baiknya. Tak lupa
kepada dosen penguji kami dr. Abraham, SpFM, residen pembimbing kami dr. Risma
Gayanti yang telah membantu dan membimbing kami dalam pembuatan referat ini.

Manfaat dari referat Infanticide ini adalah untuk memahami dan menerapkan
pengetahuan mengenai Infanticide dalam ilmu kedokteran forensik. Kami berharap
bahwa referat ini dapat berguna bagi para pembaca.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, maka dari itu apabila ada
kekurangan maupun kesalahan kami dalam pembuatan referat ini, maka dapat harap
dimaklumi. Untuk itu kami mengundang para pembaca untuk dapat memberi kritik
dan saran tentang referat ini agar untuk yang selanjutnya dapat menjadi yang lebih
baik.

Semarang, Mei 2020

Penulis
3

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
DAFTAR TABEL.................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR............................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................6
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................6

1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................7

1.3 TUJUAN.................................................................................................7

1.4 MANFAAT PENULISAN.....................................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8

2.1 DEFINISI................................................................................................8

2.2 LANDASAN HUKUM..........................................................................10

2.3 VIABILITAS..........................................................................................12

2.4 PENENTUAN USIA JANIN DI DALAM KANDUNGAN.................12

2.5 LAHIR HIDUP ATAU LAHIR MATI..................................................16

2.6 PENENTUAN USIA JANIN DI LUAR KANDUNGAN.....................18

2.7 TANDA PERAWATAN........................................................................18

2.8 PENYEBAB KEMATIAN.....................................................................19

2.9 PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKU INFANTISIDA..................21

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................23

3.1 KESIMPULAN......................................................................................23

3.2 SARAN................................................................................................... 24
4

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Usia janin berdasarkan panjang badan..................................................14


Tabel 2. Usia janin berdasarkan pusat penulangan..............................................15
5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pusat penulangan...............................................................................15

Gambar 2. Mikroskopis Paru Bayi Lahir Mati (Still Born).................................18

Gambar 3. Mikroskopis Paru Bayi Lahir Hidup (Live Born).............................18

Gambar 4. Korban pencekikan manual (tampak bekas kuku pelaku pada

leher korban)..........................................................................................................20

Gambar 5. Korban pembekapan..........................................................................21


6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Infanticide atau pembunuhan bayi menurut hukum di Indonesia adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya ketika dilahirkan
atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia
melahirkan anak.1 Berdasarkan data pada tahun 2000 s.d. 2009 di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, dari 10.968 kasus kematian tidak wajar, sebanyak 112
kasus merupakan kasus bayi, baik karena dugaan penelantaran, pembunuhan,
maupun pembunuhan anak sendiri.2 Kejadian infanticide dengan korban
berjenis kelamin perempuan (female infanticide) lebih banyak ditemukan,
yang mana hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai aspek seperti aspek kultural
dan ekonomi.3
Ada berbagai macam cara yang digunakan seorang ibu kandung untuk
membunuh bayinya sendiri, namun cara yang paling sering digunakan yaitu
membuat keadaan asfiksia mekanik, yaitu pembekapan, pencekikan, pen-
jeratan, dan penyumbatan. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul
di kepala, kekerasan tajam.4 Bayi yang sudah meninggal biasanya dibuang di
tempat pembuangan sampah umum hingga akhirnya ditemukan.2 Adapun
pelakunya biasanya masih berusia remaja, belum menikah, dan primipara.2,5
Dari penjelasan di atas, maka pada kasus infanticide terdapat 3 unsur
penting, yaitu :
1. Pelaku haruslah ibu kandung korban
2. Alasan pembunuhan ialah karena takut ketahuan akan melahirkan anak
3. Pembunuhan segera dilakukan pada saat anak dilahirkan atau beberapa
saat kemudian setelah dilahirkan
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih dalam lagi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan infanticide seperti yang telah dipaparkan di atas. Hal
inilah yang melatarbelakangi penulis dalam pembuatan tugas referat ini yang
berjudul “INFANTICIDE”.
7

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan infanticide?
1.2.2. Apakah dasar hukum infanticide?
1.2.3. Bagaimana pemeriksaan postmortem terhadap korban infanticide?
1.2.4. Bagaimana pemeriksaan terhadap pelaku infanticide?

1.3 TUJUAN
1) Untuk memahami definisi infanticide
2) Untuk memahami dasar hukum infanticide
3) Untuk memahami pemeriksaan postmortem terhadap korban infanticide
4) Untuk memahami pemeriksaan terhadap pelaku infanticide

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1. Teoritis
1) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terhadap infanticide
1.4.2. Praktis
1) Mampu melakukan pemeriksaan infanticide baik terhadap korban
maupun pelaku
2) Meningkatkan kewaspadaan jika dalam praktik menemukan
kasus kematian bayi
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.DEFINISI
Pembunuhan anak sendiri tersering terjadi dalam dua tahun pertama
kehidupan, dengan prevalensi terbanyak pada tahun pertama. Pembunuhan
anak sendiri yang dilakukan dengan sengaja dengan cara maupun metode
apapun disebut sebagai infantisida. Sedangkan istilah filisida diartikan
pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tua kandung. Pengertian
infantisida berdasarkan beberapa literatur dibagi atas :6
a. Neonatisida
Neonatisida dapat didefinisikan sebagai pembunuhan anak
secara sengaja dalam 24 jam pertama kehidupannya, yang umumnya
dilakukan oleh sang ibu, dan dilakukan segera setelah anak dilahirkan.
Umumnya neonatisida merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
satu individu tanpa saksi yang melihat. Tujuan dari Tindakan
neonatisida ialah untuk menyembunyikan fakta bahwa seseorang
pernah melahirkan anak, atau untuk membunuh anak yang tidak
diinginkan.6
Pada prakteknya, kebanyakan neonaticide terjadi langsung
setelah ibu melahirkan bayi, dilakukan oleh karena ibu berusaha
menutupi kehamilan dan kelahirannya. Pelaku biasanya adalah wanita
muda, lajang, dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan tidak punya
rekaman tindak kejahatan.7
Alasan
melakukan neonaticide antara lain adalah rasa takut akan
kehilangan pekerjaan, tidak ingin untuk mengurus anak, kemiskinan,
dan psikosis. Wanita muda yang masih lajang biasanya takut untuk
mengungkapkan tentang kehamilannya kepada keluarga oleh karena
malu dan rasa takut akan hukuman dan penolakan yang akan dia
terima.7
b. Infantisida dan Pembunuhan Anak
9

Didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja


yang
dilakukan diatas 24 jam pertama kehidupannya. Metode yang
digunakan biasanya jauh berbeda dengan kasus neonatisida, serta
biasanya terdapat campur tangan pihak lain meliputi suami, teman laki-
laki, ataupun babysitter dalam pembunuhannya.6

Berdasarkan Byard, dan Roger W. Pengertian infantisida adalah


pembunuhan bayi yang terjadi antara usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun
kehidupannya. Sedangkan neonatisida adalah pembunuhan bayi yang
terjadi pada kurang dari 24 jam, atau kurang dari 28-30 hari setelah
kelahiran (tergantung pada hukum yang berlaku).7
Substansi infanticide diatur dalam English Infanticide Act 1938
(Section 1) : “Di mana seorang wanita baik secara sengaja atau karena
kelalaian menyebabkan kematian pada bayi berusia kurang dari 12 bulan.
Namun jika pada saat itu juga keseimbangan pikirannya terganggu oleh
karena pengaruh setelah melahirkan atau efek laktasi, dia bisa dihukum
seolah melakukan pembunuhan secara tidak sengaja pada bayi.” 4,5
Perlu diperhatikan bahwa:4,5
 Hal tersebut hanya berlaku bagi ibu – bukan ayah, atau orang lain.
 Bayi tersebut harus berusia kurang dari 1 tahun, meskipun faktanya
kebanyakan infanticide terjadi pada beberapa jam bahkan menit
setelah ibu melahirkan bayi.
 Harus menjadi ‘bayi’ – yaitu, orang yang dapat hidup sendiri di luar
tubuh ibu.
 Kematian disebabkan karena kesengajaan atau kelalaian ibu.4,5

Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-

undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu

atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah
10

dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.4,5

Ada 3 faktor penting yang dapat dilihat, yaitu:4,5


 Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan
pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau
tidak. Sedangkan bagi orang lain yang melakukan atau turut
membunug anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau
pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat.4,5
 Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang
tepat, tetapi hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian”. Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa
kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang
sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh
anaknya.4,5
 Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan
akan diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang
dibunuh tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.4,5

2.2.LANDASAN HUKUM

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab


kejahatan terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya, yaitu:1
 Pasal 341

“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.”1
 Pasal 342

“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena


takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,
diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
11

dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.”1


 Pasal 343

“Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi
orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.”
 Pasal 181

“Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau


menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”1
 Pasal 308

“Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran
anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk
ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan
diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam pasal 305
dan 306 dikurangi separuh.”1

Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut,1

 Pasal 305

“Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun


untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk
melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun 6 bulan.”1
 Pasal 306

“(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun 6 bulan. (2) Jika mengakibatkan kematian,
pidana penjara paling lama 9 tahun.”1

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan


sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh
12

tubuhnya keluar dari tubuh ibu. Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan
tindakan membunuh, maka hal ini bukanlah pembunuhan anak sendiri
ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan
merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun viable
atau non-viable.1

Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi yang bersifat


Kinderdoodslag dan Kindermoord, harus memenuhi syarat sebagai berikut:8
 Pelaku harus ibu kandung8
 Korban harus bayi anak kandung sendiri8
 Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian8
 Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak8

2.3. VIABILITAS
Viabel adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar
kandungan lepas dari ibunya tanpa bantuan alat yang canggih. Bayi
dikatakan viabel dengan melihat tanda-tanda yang dapat diukur dan tanda-
tanda yang tidak dapat diukur. 1,8
Tanda dapat diukur antara lain :1,8
• Umur kehamilan >28 minggu
• Panjang badan kepala-tumit >35 cm
• Panjang badan kepala-bokong 30-33 cm
• Berat badan sekitar 2500-3000 gr
• Lingkar kepala sudah mencapai 33 cm

Sedangkan tanda yang tidak dapat dikur antara lain :1,8


• Jenis kelamin sudah dapat dikenali
• Rambut badan, alis dan rambut mata sudah tumbuh
• Kuku sudah melewati ujung jari ( dapat diketahui dengan
menggesek ujung kuku pada kulit pemeriksa)
• Inti penulangan sudah terbentuk minimal pada tulang kalkaneus
atau kalus (menandakan usia kehamilan kurang lebih 7 bulan)
13

• Pertumbuhan benih gigi sudah sampai tahap kalsifikasi.

2.4. PENENTUAN USIA JANIN DI DALAM KANDUNGAN


Bayi yang cukup bulan atau matur ialah bayi yang lahir setelah
dikandung selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh
(259 sampai 293 hari). Namun bila umur janin 7 bulan dalam kandungan
masih bisa dikatakan infanticide karena pada umur ini janin telah dapat
hidup di luar kandungan secara alami tanpa bantuan peralatan. Umur janin
dibawah 7 bulan termasuk kasus abortus.1
Ukuran antropometrik bayi cukup bulan : berat badan ± 3000 gram
(2500-4000), panjang badan dari puncak kepala (vertex) ke tumit 46-50 cm,
lingkar kepala oksipito frontal 33-34 cm, diameter dada (anteroposterior) 8-9
cm, diameter perut (anteroposterior) 7-8 cm, lingkar dada 30-33 cm, dan
lingkar perut 28-30 cm.1

Ciri – ciri eksternal bayi cukup bulan:1


 Daun telinga menunjukkan pembentukan tulang rawan yang keras pada
bagian dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan
semula
 Puting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol di atas permukaan
kulit dan diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih
 Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya
tegas dan relative keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak
tangan. Kuku jari kaki masih relatif pendek dan lunak
 Terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki dari depan hingga tumit,
yang dinilai garis yang relatif lebar dan dalam
 Keadaan genitalia eksterna: bila telah terjadi descencus testiculorum
maka hal ini dapat diketahui dari terabanya tetstis pada scrotum,
demikian pula halnya dengan keadaan labia mayora apakah telah
menutupi labia minora atau belum; testis yang telah turun serta labia
mayora yang telah menutupi labia minora terdapat pada anak cukup
bulan dalam kandungan ibu.
14

 Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama


lain dan tampak mengkilat, batas rambut pada dahi jelas
 Skin opacity cukup tebal sehingga pembuluh darah yang agak besar
pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar
 Processus xyphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan bayi
premature membengkok ke ventral atau satu budang dengan korpus
manubrium sterni.
 Alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah ada.

Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan:1


 Rumus De Haas, yaitu menentukan umur bayi dari panjang badan
bayi:1
< 5 bulan  umur (bulan) = √Panjang Badan (cm)
> 5 bulan  umur (bulan) = Panjang Badan (cm) : 5
Umur bayi sebaiknya dinyatakan dalam minggu.
Tabel 1. Usia janin berdasarkan panjang badan
Usia (bulan) Panjang Badan (kepala-tumit)
(cm)
1 1x1 = 1
2 2x2 = 4
3 3x3 = 9
4 4x4 = 16
5 5x5 = 25
6 6x5 = 30
7 7x5 = 35
8 8x5 = 40
9 9x5 = 45

 Rumus Arey, yaitu menentukan umur bayi dari panjang kepala,


tumit dan bokong:
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3
15

 Rumus Finnstrom, menentukan umur bayi menggunakan panjang


lingkar kepala oksipito-frontal:
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)15
Terdapat hubungan umur dengan berat badan, misalnya anak cukup
umur 9-10 bulan dengan panjang badan 45-50 cm mempunyai
berat badan 2500-3500 gram, umur 28 minggu kira-kira 1500 gram,
umur 20 minggu kira-kira 500 gram.

Penentuan usia dalam kandungan juga dapat dilihat dari pusat


penulangan. Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha
(femur) mempunyai arti yang cukup penting. Bagian distal femur dan
proksimal tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada umur
kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan cuneiform.
Sedangkan, talus can calcaneus pusat penulangan akan tampak pada
umur kehamilan 28 minggu.1
Tabel 2. Usia janin berdasarkan pusat penulangan
Pusat penulangan Usia (bulan)
Klavikula 1,5
Tulang panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium sterni 6
Talus akhir 7
Sternum bawah akhir 8
Distal femur akhir 9/ setelah lahir
Proksimal tibia akhir 9/ setelah lahir
Kuboid akhir 9/ setelah lahir
bayi wanita lebih cepat

Pemeriksaan pusat penulangan juga dapat dilakukan secara


radiologis atau diperiksa langsung di meja otopsi.1
16

Gambar 1. Pusat penulangan

2.5. LAHIR HIDUP ATAU LAHIR MATI


Lahir hidup (live born) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil
konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan tersebut, bernafas atau
menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut atau detak jantung, denyut
nadi tali pusat, gerakan otot volunter (otot rangka), tanpa mempersoalkan
usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan.1,9
Lahir mati atau (still born) adalah kematian hasil konsepsi sebelum
keluar atau dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan
(baik sebelum ataupun sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam
kandungan).1,9 Ada dua keadaan bayi lahir mati yaitu karena dalam
kandungan sudah mati (dead born foetus) dan bayi dalam kandungan masih
hidup sewaktu dilahirkan mati (still born), kemungkinan mati dalam
perjalanan kelahiran. Membedakan keduanya dalam otopsi tidaklah mudah,
sebab pada dead born yang masih baru belum tampak tanda-tanda
pembusukan intrauterine (maceration, aceptic decomposition). Pembusukan
maserasi di mulai dari luar tubuh ke arah dalam, berbeda dengan
pembusukan biasa berasal dari dalam tubuh ke luar. Pada awal maserasi
hanya terlihat perubahan pada kulit saja berupa vesikel atau bula yang berisi
cairan kemerahan, yang bila pecah terlihat kulit berwarna kecoklatan. Bayi
sangat lemas dimana sendi lengan dan sendi tungkai melunak sehingga
mudah dilakukan hiperekstensi. Tanda maserasi jelas terlihat bila sudah mati
beberapa hari, dengan tanda tanda berbau susu asam, epidermis bewarna
17

keputihan dan keriput, tubuh mengalami perlunakan sehingga terlihat dada


mendatar. Bila telah lama meninggal bayi bisa mengeras seperti batu
(litopedion).1,9
Pada bayi lahir mati (still born):1,9
 Tampak dada datar
 Puncak diafragma biasanya masih tinggi pada iga 3-4. Bila mayat
telah membusuk, penilaian tidak tepat lagi
 Paru-paru bentuknya kecil atau sedikit mengisi rongga dada
 Warna paru coklat uniform seperti hati, konsistensi padat, tidak
ada krepitasi, pinggir paru tajam.
 Bila dilakukan uji apung paru didapati hasil negative (tenggelam).
 Bila dilakukan Tes Fodere, berat kedua paru 30-40mg.10
 Bila dilakukan Tes Ploucquet, berat kedua paru 1/70 berat bayi.10
 Berat jenis paru 1,040-1,050.10

Pada bayi lahir hidup (live born):1,9


 Bentuk dada membukat, warna kemerahan. Diafragma telah
menurun setinggi iga 5 dan 6
 Rongga dada waktu dibuka yang utama terlihat paru-paru yang
sebagian telah menutupi pericard
 Warna paru kemerahan, tidak uniform bergaris seperti mozaik
atau marmer, spongi, ada krepitasi, pinggir paru tumpul.
 Dalam rongga perut terlihat lambung dan usus telah terisi udara.
Ini dapat dipakai untuk menentukan berapa lama telah bayi
hidup, sebab perjalanan udara dalam traktus digestivus tidak
sekaligus seperti paru-paru, tetapi tahap demi tahap dari lambung
ke bagian distal.
 Bila dilakukan uji apung paru didapati hasil positif (terapung).10
 Bila dilakukan Tes Fodere, berat kedua paru 60-70mg.10
 Bila dilakukan Tes Ploucquet , berat kedua paru 1/35 berat bayi.10
 Berat jenis paru 0,940-0,950.10
18

 Terdapat udara pada telinga tengah.10


 Adanya caput succadaneum menandakan bayi hidup saat proses
melahirkan dan hilang dalam waktu 24 jam.10
Pemeriksaan yang lengkap, yaitu pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam (otopsi) pada tubuh bayi perlu dilakukan, bila perlu
lakukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan mikroskopis pada
jaringan paru (patologi anatomi) dan pemeriksaan tes apung paru.1,9

Gambar 2. Mikroskopis Paru Gambar 3. Mikroskopis Paru


Bayi Lahir Mati (Still Born) Bayi Lahir Hidup ( Live Born)

2.6. PENENTUAN USIA JANIN DI LUAR KANDUNGAN


Usia pasca lahir dapat ditentukan dari:1
a. Udara dalam saluran pencernaan : terdapat udara dilambung berarti baru
saja lahir, namun belum tentu lahir hidup atau lahir mati. Terdapat udara
diduodenum berarti lebih dari 2 jam. Terdapat udara diusus halus berarti
6- 12 jam. Terdapat udara diusus besar berarti 12-24 jam
b. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berarti telah 24 jam atau lebih
c. Perubahan tali pusat. Bila kemerahan dipangkalnya berarti telah 36 jam.
Bila kering berarti 2-3 hari. Bila puput artinya telah 6-8 hari, atau kadang
sampai 20 hari. Bila sembuh berarti telah 15 hari. Bila arteri atau vena
umbilikalis tertutup berarti 2 hari
d. Duktus arteriosus menutup berarti 3-4 minggu
19

e. Duktus venosus menutup berarti lebih dari 4 minggu


f. Sel darah merah berinti hilang berarti 24 jam (masih ada jika diambil
disinusoid hati).1
e. Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat menghilang
setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.
f. Obliterasi arteri dan vena umbilikus dalam waktu 3-4 hari.
g. Foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-
kadang tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi.

2.7. TANDA PERAWATAN


Jika sudah tampak tanda perawatan maka pembunuhan yang
dilakukan oleh ibu tidak dapat dikatakan sebagai infanticide, tetapi
pembunuhan biasa. Tanda perawatan tersebut antara lain:1
• Pemotongan tali pusat dengan alat : dapat dilihat pada ujung
pemotongan tali pusat terlihat rata, apabila tidak dapat dinilai karena
sudah mengelisut penilaian dilakukan dengan memasukan ujung tali
pusat didalam air. Sehingga dapa terlihat apakak ujung pemotongan
tersebut rata atau terkoyak.
• Verniks kaseosa pada leher, lipat ketiak dan lipat paha sudah
dibersihkan
• Adanya makanan atau susu dalam labung
• Adanya pakaian yang dikenakan oleh bayi.

2.8. PENYEBAB KEMATIAN

Penyebab kematian bayi dapat diketahui bila dilakukan otopsi, dari


otopsi tersebut dapat ditentukan apakah bayi tersebut lahir mati, mati secara
alamiah, akibat kecelakaan atau akibat pembunuhan. Kematian yang
diakibatkan oleh tindakan pembunuhan dilakukan dengan mempergunakan
kekerasan atau member racun terhadap bayi tersebut. Cara yang digunakan
untuk membunuh anak antara lain:8 pembekapan, penjeratan,
penenggelaman,memukul kepala, membakar bayi, menggorok leher,
menusuk, penelantaran, peracunan, dan penguburan hidup-hidup.
20

Pada kasus yang diduga merupakan kasus pembunuhan anak, yang


harus diperhatikan adalah:1,8

a. Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung-


ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan
selaput kelopak mata serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat
yang lebih gelap dan luas, busa halus bewarna putih atau putih
kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta
tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.
b. Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan dibibir atau
sekitarnya yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada
bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gusi, serta adanya
benda-benda asing seperti gumpalan kertas koran atau kain yang
mengisi rongga mulut.
c. Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan
yang melinngkari sebagian atau seluruh bagian leher yang
merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh
alat penjerat yang dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil
yang seringkali berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh
tekanan dari ujung kuku pencekik, adanya luka-luka lecet dan
memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang
ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si pencekik

Gambar 4. Korban pencekikan manual (tampak bekas kuku pelaku


pada leher korban)
21

d. Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut
atau bagian tubuh lainnya, dimana menurut literature ada satu
metode yang dapat dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada
langit-langit sampai menembus ke rongga tengkorak yang dikenal
dengan nama “tusukan bidadari”
e. Adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang basah dan
berlumpur, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput
(Washer woman’s Hand), kulit yang berbintil – bintil (Cutis
Anserina) seperti kulit angsa, serta adanya benda-benda asing
terutama di dalam saluran pernafasan (trakea) yang dapat berbentuk
pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air.

Gambar 5. Korban pembekapan

2.9. PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKU INFANTICIDE


Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari
bayi bersangkutan bertujuan untuk menentukan apakah wanita tersebut
baru melahirkan.1 Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :1
1. Tanda telah melahirkan
a. Robekan baru pada alat kelamin
b. Ostium uteri dapat dilewati ujung jari
c. Keluar darah dari rahim
d. Ukuran rahim saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post
partum setinggi tulang kemaluan
e. Payudara mengeluarkan air susu
f. Hiperpigmentasi aerola mamma
22

g. Striae gravidarum dari wanita merah menjadi putih


2. Berapa lama telah melahirkan
a. Ukuran rahim kembali ke ukuran semula dalam 2-3 minggu
b. Getah nifas: 1-3 hari post partum berwarna merah
4-9 hari post partum berwarna putih
10-14 hari post partum berwarna getah nifas
habis
c. Robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari
3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus
a. Robekan pada alat kelamin
b. Inversio uteri (rahim terbaalik) yaitu bagian dalam rahim
menjadi keluar, lebih-lebih bila tali pusat pendek
c. Robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak
atau pada tempat lekat tali pusat. Robekannini harus tumpul
dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologis
d. Luka pada bayi menyebakan perdarahan dibawah kulit
kepala, perdarahan didalam tengkorak.
4. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang
berasal dari rahim.

Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak


yang diperiksa adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara dapat
digunakan, yaitu:1
1. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak
Ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi
fundus uteri, lochia, kolostrum dan sebagainya). Sedangkan saat
lahir si anak dilihat dari usia pasca lahir ditambah lama kematian
2. Memeriksa golongan darah ibu dan anak
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah.
Ekslusi hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan dapat
bersama-sama pada satu individu sedangkan individu lain tidak
punya sama sekali. Contohnya adalah bila golongan AB
23

sedangkan si anak golongan O atau sebaliknya. Penggunaan


banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan
mencapai tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya maka cara ini
tidak merupakan prosedur rutin.
3. Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang canggih dan membutuhkan
dana yang besar.
24

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Pengertian infanticide
Infanticide merupakan pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya
sendiri, segera atau beberapa saat setelah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa
ia melahirkan bayi.
2. Landasan hukum infanticide
Dasar hukum yang menyangkut pembunuhan anak sendiri, yaitu:
- Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan pembunuhan anak;
yaitu : pasal 341, 342 dan 343.
- Kinderdoodslag dilakukan tanpa rencana, sedangkan kindermoord dilakukan
dengan rencana, sehingga hukuman kindermoord lebih berat dari
kinderdoodslag.
Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
• Pelaku harus ibu kandung
• Korban harus bayi anak kandung sendiri
• Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian
• Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak
3. Pemeriksaan kedokteran forensik infanticide (Bayi PostMortem) pada kasus
pembunuhan anak atau yang diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk
memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut:
• Bayi viabel atau tidak
• Bayi lahir hidup atau mati
• Lama hidup diluar kandungan
• Sebab kematian bayi
4. Pemeriksaan terhadap pelaku
- Mencocokan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak
a. Adanya bekas-bekas kehamilan
• Striae gravidarum
• Dinding perut kendor
• Rahim dapat diraba di atas symphisis
25

• Payudara besar dan kencang


b. Adanya bekas-bekas persalinan
• Robekan perineum
• Keluar cairan lochea
- Memeriksa golongan darah ibu dan anak
- Sidik jari DNA

3.2SARAN

1. Dokter umum perlu mengetahui tentang pemeriksaan infanticide baik pada bayi
atau pada tersangka ibu.
2. Dokter umum harus mengetahui dasar hukum pada kasus infiticide.
3. Dokter umum perlu mengenali kasus diduga infanticide.
26

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.
2. Amelinda A, Hoediyanto H, Kalanjati V. Profil Kasus Pembunuhan Anak di
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo. Profil
Kasus Pembunuhan Anak. 2018;6:50–2.
3. Laksono S. Aspek Hukum Pembunuhan Anak Sendiri ( Infanticide ). Cdk. 2010;
(November):617–20.
4. Knight, Bernard; Saukko, Pekka. Knight’s Forensic Pathology. 3rd ed. UK: Hodder
Arnold. 2004
5. James, Jason Payne, et al. Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. UK:Hodder Arnold.
2011
6. Dimaio VJ, Dimaio D. Neonaticide, Infanticide, and Child Homicide. Forensic
Pathology: Second ed. London. CRC Press LLC. 2001;1:335-65.
7. Byard, Roger W. Sudden Death in Infancy Childhood and Adolosence. 2nd ed. UK.
Cambridge University Press; 2004:491-575.
8. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman bagi Dokter dan penegak Hukum.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 2004.
9. Afandi D, Hertian S. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) dengan Kekerasan
Multipel.Maj Kedokt Indon. Vol 5, No.9. 2008.
10. Bardale, R. Principles of Forensic Medicine and Toxicology. New Dehli : Jaypee
Brothers Medical Publishers, 2011.

Anda mungkin juga menyukai