Anda di halaman 1dari 20

PAPER

PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI (INFANTICIDE)

Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior (KKS)

Oleh :

Robby Firmansyah Murzen(17360195)


Sasqia Putri Aulia (17360196)
Sri Astuti rahayu (17360197)
Winary Yusif (17360198)

Pembimbing :
Dr. Surjit Singh, MBBS, SpF, DFM
Dr. Rahmawati, SpF

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR (KKS)


SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN SUMATRA UTARA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobilalamin atas rahmat dan ridho dariNYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul “PEMBUNUHAN ANAK

SENDIRI (INFANTICIDE)”. Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas

bantuan dari berbagai pihak, maka tidak lupa saya mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Dr. Surjit Singh, MBBS, SpF, DFM dan Dr. Rahawati, SpF

selaku pembimbing dalam melaksanakan Kepaniteraan Klinik Senior

(KKS) SMF Ilmu Kedokteran Forensik Rs. Umum Haji Mina Medan,

Sumatera Utara

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini baik

secara langsung ataupun tidak langsung

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Juli 2017

Penulis

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 2


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul........................................................................................... 1
Kata Pengantar .......................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pembunuhan Anak Sendiri ............................... 6
2.2 Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri ..... 6
2.3 Pemeriksaan Kedokteran Forensik ...................................... 7
2.4 Pemeriksaan Kasus Pembunuhan Anak Sendiri ................. 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai

pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok

yang penuh kasih sayang, apapun dikorbankan demi anak buah hatinya. Oleh

karena itu seorang anak harus mendapatkan perlindungan baik masih dalam

kandungan maupun setelah dilahirkan. Tetapi sekarang ini berita-berita tentang

ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan meninggal karena dibunuh oleh

ibunya, seringkali dijumpai di media massa.1

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak

dahulu dan terjadi dimana saja. Fir’aun di zamannya telah memerintahkan

membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, karena takut munculnya seorang raja

baru. Pada zaman dahulu juga terjadi di tanah arab dimana lazimnya terjadi setiap

bayi perempuan yang dianggap membawa sial bagi keluarganya juga dibunuh.

Masih banyak lagi alasan lain yang mendorong seseorang sampai hati merampas

nyawa seorang bayi yang baru dilahirkan.2

Pembunuhan anak adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa dimana

kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan

haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan

kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah

melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap.

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 4


Selain itu, keunikan lainnya yaitu saat dilakukan tindakan menghilangkan nyawa

anaknya yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian. Patokannya yaitu

dapat dilihat apakah sudah ada atau belum tanda-tanda perawatan, dibersihkan,

dipotong tali pusat atau diberikan pakaian.3

Cara yang paling sering digunakan dalam kasus pembunuhan anak sendiri

adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan,

penjeratan dan penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar

30-40 kasus PAS per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk

kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan

tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).4

Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental

emosional dari ibu seperti rasa malu, takut, benci serta rasa nyeri bercampur aduk

menjadi satu, sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan

mental yang tenang, sadar serta dengan perhitungan yang matang.3

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan


oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayi nya pada saat
dilahirkan atau beberapa saat setelah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang
lain bahwa ia telah melahirkan anaknya. Dengan demikian berdasarkan pengertian
di atas, persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus pembunuhan anak
(infanticide) yaitu:

1. Pelaku adalah ibu kandung


2. Korban adalah anak kandung
3. Alasan melakukan tindakan tersebut yaitu takut ketahuan telah
melahirkan anak
4. Waktu pembunuhan yaitu tepat pada waktu melahirkan atau beberapa
saat setelah melahirkan.

Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu
pembunuhan yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut
sebagai pembunuhan anak (infanticide), malainkan suatu pembunuhan biasa.5

2.2 Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan


terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya yaitu:

Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak
pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 6


Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan
karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan
rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau
pembunuhan berencana.
Pasal 305. Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh
tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk
melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5
tahun 6 bulan.
Pasal 306. Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 305 :
1. luka berat, diancam hukuman 7 tahun 6 bulan.
2. Jika mengakibatkan kematian, diancam hukuman 9 tahun.
Pasal 308. Seorang ibu takut diketahui orang tentang kelahiran anaknya,
tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, ancaman
hukuman sesuai 305 dan 306 dikurangi separuh.
Pasal 181. Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam pidana penjara 9 bulan atau denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah..6

2.3 Pemeriksaan Kedokteran Forensik

Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang


diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam
hal sebagai berikut:

 Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?


 Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 7


 Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab
kematian?

Oleh karena Visum et Repertum itu juga mengandung makna sebagai


pengganti barang bukti, maka segala apa yang terdapat dalam barang bukti dalam
hal ini yaitu tubuh anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian selain
ketiga kejelasan tersebut di atas, masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan
dalam VER yaitu:

 Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?


 Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?

Sehingga lebih jelas bahwa permasalahan tentang maturitas seperti cukup


bulan atau prematur merupakan hal yang penting, sama halnya dengan
kemampuan anak untuk hidup dengan wajar (viabilitas) tanpa kelainan bawaan
yang diderita oleh anak.3
Sebelum melangkah lebih jauh, perlu ditinjau lebih dahulu pengertian lahir
hidup dan lahir mati. Perlu diketahui bahwa seorang dokter tidak dibenarkan
membuat kesimpulan lahir hidup atau lahir mati dari hasil pemeriksaan terhadap
korban kasus yang diduga akibat pembunuhan anak.5

A. Lahir hidup atau lahir mati


Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi
yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda
kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat
dipotong dan uri dilahirkan. Tanda-tanda lahir hidup:
• Dada telah mengembang, berbentuk seperti barel.
• Sekat rongga badan turun menjadi setinggi sela iga 4 atau iga 5.
• Konsistensi paru seperti spons dan teraba derik udara.
• Permukaan paru seperti marmer.
• Uji apung paru positif.

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 8


Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique),
paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada
sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.
Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah
dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga
tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat
sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esophagus
bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus bersama dengan
trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini
dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau
benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah
masuknya udara ke dalam paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau
pinset bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian
esophagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini
dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-
usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu
dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam
air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan
dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air,
diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh
karena kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung,
letakkan di antara dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus
jangan digeser untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan
interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih
mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu
yang tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 9


pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar
dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru
mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang
dapat bersifat buatan atau alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu
bayi sudah bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan
bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih
berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini,
pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir
mati atau lahir hidup.
Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat
dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.

Perbedaan dari pemeriksaan paru yaitu:5


N Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
Volume
1 kecil, kolaps, Volume 4-6x lebih besar, sebagian
1. menempel pada vertebra, menutupi jantung, konsistensi seperti
konsistensi padat, tidak ada karet busa (ada krepitasi)
krepitasi
2 Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
2.
Warna
3 homogen, merah Warna merah muda
3. kebiruan/ungu
Kalau
5 diperas di bawah Gelembung gas yang keluar halus dan
4. permukaan air tidak keluar rata ukurannya.
gelembung gas atau bila sudah
ada pembusukan
gelembungnya besar dan tidak
rata.

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 10


Tidak
6 tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang
5. berkembang pada permukaan terpisah sendiri
Kalau
6 diperas hanya keluar Bila diperas keluar banyak darah
6. darah sedikit dan tidak berbuih berbuih walaupun belum ada
(kecuali bila sudah ada pembusukan (volume darah dua kali
pembusukan) volume sebelum napas.
Berat
8 paru kurang lebih 1/70 Berat paru kurang lebih 1/35
7. BB BB
Seluruh
8 bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang
8. dalam air mengembang terapung dalam air.

Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum
ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian
ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan
lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.

Bukti kematian dalam kandungan:


 Ante partum rigor mortis (kaku mayat) yang sering menimbulkan
kesulitan waktu melahirkan
 Maceration, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:
a. Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau)
b. Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan
c. Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak
d. Tidak ada gas, baunya khas
e. Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam
kandungan.5

B. Tanda Perawatan
Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam
kasus pembunuhan anak, oleh karena dapat diduga apakah kasus yang dihadapi

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 11


memang benar kasus pembunuhan anak seperti dimaksud dalam undang-undang,
atau menjadi kasus lain yang ancaman hukumannya berbeda.
Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat
diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:
 tubuh masih berlumuran darah
 ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih
berhubungan dengan pusat (umbilicus)
 bila ari-ari tidak ada, maka ujung talli pusat tampak tidak beraturan,
hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke
permukaan air
 adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah
yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat
paha dan bagian belakang bokong.

Gambar 1. Tali Pusat Belum Terpotong dan Masih Terhubung dengan


Ari-Ari.
C. Luka-luka yang dapat Dikaitkan dengan Penyebab Kematian
Cara atau metoda yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan
pembunuhan anak adalah cara atau metoda yang menimbulkan keadaan mati
lemas (asfiksia) seperti penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta
membenamkan ke dalam air. Adapun cara yang lain seperti menusuk atau
memotong serta kekerasan dengan benda tumpul relatif jarang ditemukan.
Dalam kasus ini yang harus diperhatikan yaitu:

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 12


 Adanya tanda-tanda mati lemas seperti sianosis pada bibir dan ujung-
ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput
kelopak mata serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih
gelap dan luas, busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang
keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan
pada alat dalam.
 keadaan mulut dan sekitarnya yaitu adanya luka lecet tekan di bibir
dan sekitarnya, biasanya berbentuk bulan sabit, memar pada bibir
bagian dalam yang berhadapan dengan gusi serta adanya gumpalan
benda asing seperti koran atau kain yang mengisi rongga mulut.
 keadaan di daerah leher dan sekitarnya yaitu adanya luka lecet tekan
yang melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan
jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat
yang digunakan, adanya luka-luka lecet kecil berbentuk bulan sabit
yang diakibatkan dari ujung kuku dan adanya luka-lua lecet dan
memar yang tidak beraturan akibat tekanan ujung jari.
 adanya luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian
tubuh lainnya. adanya istilah “tusukan bidadari” yaitu menusukkan
benda tajam pada langit-langit rongga mulut sampai menembus rongga
tengkorak.
 adanya tanda terendam seperti tubuh yang basah dan berlumpur,
telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer
woman hand), kulit yang berbintil-bintil (cutis anserina sepert kulit
angsa, serta adanya benda asing di saluran pernapasan terutama
trakea).

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 13


Gambar 2. Tampak adanya Luka terbuka pada Kepala dan Luka lecet
Berbentuk Bulan Sabit pada Leher.

D. Cukup Bulan dalam Kandungan


 pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, tinggi badan, berat badan
 ujung-ujung jari
 keadaan genitalia eksterna
 pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (os femur)
mempunyai arti yang cukup penting. Bagian distal os femur serta
proksimal os tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada umur
kehamilan 36 minggu, demikian juga pada os cuboideum dan os
cuneiform, sedangkan os talus dan calcaneus pusat penulangan akan
tampak pada umur kehamilan 28 minggu.

E. Viabilitas
Dapat dilihat apakah terdapat kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bayi seperti jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau
mikrosefalus) dan saluran pencernaan (stenosis esophagus).3

2.4. Pemeriksaan Kasus Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)


Pemeriksaan dilakukan terhadap pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru
melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan).
A. Pemeriksaan terhadap Ibu
1. Tanda telah melahirkan anak
 Robekan baru pada alat kelamin

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 14


 ostium uteri dapat dilewati ujung jari
 keluar darah dari rahim
 ukuran rahim  saat post partum setinggi pusat,
6-7 hari post partum setinggi tulang kemaluan
 payudara mengeluarkan air susu
 hiperpigmentasi aerola mamma
 striae gravidarum dari warna merah menjadi putih
2. Berapa lama telah melahirkan
 ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu
 getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah
4-9 hari post partum berwarna putih
10-14 hari post partum getah nifas habis
 robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari
3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus
 robekan pada alat kelamin
 inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi
keluar, lebih-lebih bila tali pusat pendek
 robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada
tempat lekat tali pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan
dengan pemeriksaan histopatologis
 luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit
kepala, perdarahan di dalam tengkorak

4.Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasal


dari rahim

Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang
diperiksa adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara dapat digunakan,
yaitu:
1. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 15


Si ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri,
lochia, kolostrum dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak dilihat
dari usia pasca lahir ditambah lama kematian.
2. Memeriksa golongan darah ibu dan anak
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah. Ekslusi hanya
dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu
individu sedang individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya
adalah bila golongan AB sedangkan si anak golongan O atau sebaliknya.
Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan
mencapai tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya maka cara ini tidak
merupakan prosedur rutin.
3. Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang canggih dan membutuhkan dana yang besar.

B. Pemeriksaan terhadap Korban


1. Viabilitas
Syaratnya yaitu:
 Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan
 Panjang badan ≥ 35 cm
 Berat badan ≥ 2500 gram
 Tidak ada cacat bawaan yang berat
 Lingkaran frontoocipital ≥ 32 cm

2. Penentuan umur bayi


 berdasarkan panjang badan (rumus Haase)
 berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan
 berdasarkan inti penulangan
o Calcaneus = ± 5-6 bulan
o Talus = ± 7 bulan
o Femur = ± 8-9 bulan
o Tibia = ± 9-10 bulan

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 16


3. Pernah atau tidak pernah bernapas. Hal ini dibuktikan dengan percobaan
apung paru. Hasil percobaan apung paru yang menyimpulkan “belum
pernah bernapas”, belum dapat menyingkirkan kemungkinan tindakan
“pembunuhan anak”, karena ada keadaan dimana bayi lahir hidup tetapi
belum/tidak sempat bernapas dan dibunuh ibunya pada saat itu (bernapas
hanya salah satu bukti/tanda kehidupan)
4. Berapa lama bayi hidup
Lamanya bayi hidup (bila hidup lebih dari 24 jam) dapat dilihat pada:
perubahan tali pusat, perubahan pada pembuluh darah. Kalau bayi hidup
kurang dari 24 jam, hal ini tidak dapat ditentukan dengan pasti. Penutupan
duktus arteriosus dan foramen ovale tidak dapat dipakai sebagai pegangan,
karena waktu penutupannya bervariasi (tidak tepat).

5. Sebab kematian
a. Kelalaian
Pada peristiwa kelahiran sering dijumpai kelalaian, baik itu disengaja atau
tidak disengaja.
 Inhalasi cairan ketuban/darah atau terbenam di dalam WC mati
akibat asfiksia
 Terjerat tali pusat, mati akibat asfiksia. Jeratan tali pusat yang
dilakukan setelah bayi mati dapat dibedakan dengan jeratan tali
pusat intrauterine yaitu bayi yang mati intrauterine menunjukkan
paru yang belum pernah bernapas.
 Perdarahan dari tali pusat, karena setelah bayi lahir, tali pusat tidak
diikat dengan baik.
 Suffocation, misalnya terjadi kelahiran dibawah selimut
 Lalai membuat hangat (tidak dapat dibuktikan post mortem) atau
tidak memberi ASI. Sehingga kematian bayi secara pasif
(kedinginan dan starvasi)
b. Kekerasan

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 17


 Kekerasan dalam uterus
o Dinding perut tertumbuk sesuatu (jatuh/ditendang)
o Pemasukkan alat ke vagina
 Kekerasan selama proses kelahiran
o Kemungkinan terjadi trauma kelahiran yang wajar harus
dipikirkan sebelum menduga adanya tindak kekerasan
o Retak tulang tengkorak karena trauma kelahiran (biasanya
pada os temporal) pada umumnya hanya sedikit dan tidak
disertai luka lecet
o kekerasan pada kepala yang disengaja menimbulkan retak
yang besar, ada luka lecet, mungkin ditemukan
kontusio/laserasi cerebri
 Kekerasan yang terjadi setelah kelahiran lengkap
o Kekerasan benda tumpul
o Suffocation dan gagging
o Jeratan atau cekikan
o Luka iris atau luka tusuk
o Tenggelam
6. Periksa golongan darah
7. Tanda-tanda perawatan.5

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 18


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pembunuhan anak sendiri (infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan


oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayi nya
pada saat dilahirkan atau beberapa saat setelah dilahirkan, oleh karena
takut diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan anaknya.
2. Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri tertera dalam
KUHP pasal 341, 342,343.
3. Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang
diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di
dalam hal sebagai berikut:

 Apakah bayi lahir hidup/tidak?

 Apakah ada tanda-tanda perawatan?

 Apakah bayi dapat lahir diluar kandungan/tidak (viabilitas)?

 Jika lahir hidup, berapa lama hidup diluar kandungan?

 Apakah penyebab dan cara kematian?

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 19


DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijah, Siti. 2008. Penegakan Hukum Pidana Dalam


Penanggulangan Pembunuhan Bayi Di Wilayah DIY. Available from:
http://eprints.undip.ac.id (accessed: 2010, Desember 24)
2. Hoediyanto. (Last Update: 2008, September 17). Pembunuhan Anak
(Infanticide). Available from: http://www.fk.uwks.ac.id (accesed:
2010, Desember 24)
3. Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu kedokteran Forensik. Jakarta:
Binarupa Aksara.
4. Affandi et al. 2008. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) Dengan
Kekerasan Multipel. Majalah Kedokteran Indonesia, September 2008,
Vol 58 Nomor 9.
5. Apuranto, H. dan Hoediyanto. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal. Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
6. Laksono ,S.2010. Aspek Hukum Pembunuhan Anak Sendiri
(INFANTICIDE). Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Negeri
Sebelas Maret.

Malahayati |PAPER FORENSIK-PAS 20

Anda mungkin juga menyukai