Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan
penerus kedua orang tuanya. Oleh karena itu, seorang anak seharusnya mendapatkan
perlindungan baik selama masih di dalam kandungan maupun sesaat setelah dilahirkan
kedunia. Namun hingga saat ini, masih banyak kasus pembunuhan bayi sendiri (infantisida)
yang terjadi di Indonesia.

Infantisida sendiri merupakan pembunuhan bayi dibawah satu tahun yang dilakukan
oleh ibu kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah bayi tersebut dilahirkan, hal
ini dikarenakan takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak yang; oleh karena anak tersebut
adalah anak dari hubungan gelap. Pembunuhan terhadap anak merupakan suatu kejahatan
terhadap nyawa.
Ada berbagai macam cara yang digunakan seorang ibu kandung untuk membunuh
bayinya sendiri, namun cara yang paling sering digunakan yaitu membuat keadaan asfiksia
mekanik, yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan, dan penyumbatan. Bentuk kekerasan
lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala, kekerasan tajam pada leher atau dada, bahkan
dibakar.
Langkah utama yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah harus ditentukan apakah
bayi tersebut dapat lahir hidup atau tidak; dan apakah bayi tersebut lahir dalam keadaan
hidup atau tidak. Sebab hal tersebut berguna untuk memastikan sebab kematian dari bayi
tersebut. Dari penjelasan di atas, maka pada kasus pembunuhan bayi, terdapat 3 unsur
penting, yaitu :
1. Pelaku haruslah ibu kandung korban
2. Alasan pembunuhan ialah karena takut ketahuan akan melahirkan anak
3. Pembunuhan segera dilakukan pada saat anak dilahirkan atau beberapa saat kemudian
setelah dilahirkan
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih dalam lagi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan infantisida seperti yang telah dipaparkan di atas. Hal inilah yang melatarbelakangi
penulis dalam pembuatan tugas referat ini yang berjudul “INFANTISIDA”.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Pembunuhan anak sendiri yang dilakukan dengan sengaja dengan cara maupun metode
apapun disebut sebagai infantisida. Sedangkan istilah filisida diartikan pembunuhan anak yang
dilakukan oleh orang tua kandung.

Pada prakteknya, kebanyakan neonaticide terjadi langsung setelah ibu melahirkan bayi,
dilakukan oleh karena ibu berusaha menutupi kehamilan dan kelahirannya. Pelaku biasanya
adalah wanita muda, lajang, dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan tidak punya rekaman
tindak kejahatan. Mereka biasanya akan mencoba melakukan aborsi.1

Alasan melakukan neonaticide antara lain adalah rasa takut akan kehilangan pekerjaan,
tidak ingin untuk mengurus anak, kemiskinan, dan psikosis. Wanita muda yang masih lajang
biasanya takut untuk mengungkapkan tentang kehamilannya kepada keluarga oleh karena malu
dan rasa takut akan hukuman dan penolakan yang akan dia terima.2

Substansi infanticide diatur dalam English Infanticide Act 1938 (Section 1): “Di mana
seorang wanita baik secara sengaja atau karena kelalaian menyebabkan kematian pada bayi
berusia kurang dari 12 bulan. Namun jika pada saat itu juga keseimbangan pikirannya
terganggu oleh karena pengaruh setelah melahirkan atau efek laktasi, dia bisa dihukum seolah
melakukan pembunuhan secara tidak sengaja pada bayi.” 3,4

Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di Indonesia adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak
berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.5

Ada 3 faktor penting yang dapat dilihat, yaitu:5

 Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain yang
melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau
pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat.5
 Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hanya
dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga boleh dianggap

2
pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih
sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.5
 Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui
orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh tersebut didapat dari
hubungan yang tidak sah.5

2.2. LANDASAN HUKUM INFANTISIDA


Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap
nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya, yaitu:6
 Pasal 341
“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.”6
 Pasal 342
“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.” 6
 Pasal 343
“Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang
turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.” 6
 Pasal 181
“Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat
dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana
penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”6
 Pasal 308
“Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak
lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.” 6

3
Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut,6

 Pasal 305
“Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan
atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya,
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.” 6
 Pasal 306
“(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan luka-
luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.” 6

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau anak
tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu. Bila bayi lahir
mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini bukanlah pembunuhan anak
sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan merupakan
bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun viable atau non-viable. 6

Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi yang bersifat Kinderdoodslag


dan Kindermoord, harus memenuhi syarat sebagai berikut:6
 Pelaku harus ibu kandung
 Korban harus bayi anak kandung sendiri
 Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian
 Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak

Jika pembunuhan bayi tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai Kinderdoodslag
ataupun Kindermoord seperti yang disebutkan di atas, maka pembunuhan tersebut
dikategorikan sebagai tindak pidana perampasan nyawa yang bersifat umum sebagaimana
diuraikan dalam pasal 338 dan 340 KUHP dengan hukuman yang jauh lebih berat.6
Bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena
pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu penjara 15
tahun (KUHP Pasal 338: tanpa rencana) atau 20 tahun, seumr hidup/hukuman mati (KUHP
Pasal 340). Adapun bunyi pasalnya, yaitu :6

4
 KUHP Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.6
 KUHP Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.6

2.3. PERBERDAAN INFANTICIDE DENGAN PEMBUNUHAN BIASA

Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan pada anak di atas usia satu hari yang
dilakukan oleh ibu, ayah, atau orang tua tiri. Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh orang tuanya sendiri dan tidak memenuhi syarat pembunuhan infanticide.
Resnick mengklasifikasikan pembunuhan terhadap anak berdasarkan motif dari pembunuhan,
yang terdiri dari altruism, acute psychosis, unwanted child, accidental, dan sposal revenge. 7

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah,
got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak
sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang
(pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (pasal 308). 6

Dalam KUHP, belum terdapat pasal yang mengatur secara langsung pembunuhan anak
biasa (non infanticida). Oleh karena itu, pembunuhan anak biasa dapat dimasukkan dalam bab
kejahatan terhadap nyawa orang. Selain itu, pada Undang-Undang juga terdapat pasal yang
mengatur mengenai perlindungan anak. Berikut merupakan isi-isi pasal tersebut.7
 Pasal 338
“ Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
 Pasal 339
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal

5
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”
 Pasal 340
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau p
idana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun
.”
 Pasal 344
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang je
las dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lam
a dua belas tahun.”

2.4.BUKTI MEDIK INFANTISIDA

Pada saat pemeriksaan jenazah bayi pada kasus curiga infanticide , dokter harus memeriksa
beberapa hal yaitu:8

1. Bayi tersebut viabel atau tidak

Viabel adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya
tanpa bantuan alat yang canggih. Bayi dikatakan viabel dengan melihat tanda-tanda yang dapat
diukur dan tanda-tanda yang tidak dapat diukur. Tanda dapat diukur antara lain :5

- Umur kehamilan >28 minggu,


- Panjang badan kepala-tumit >35 cm,
- Panjang badan kepala-bokong 30-33 cm,
- Berat badan >1000 gr,
- Lingkar kepala >32 cm.
Sedangkan tanda yang tidak dapat dikur antara lain :8

- Jenis kelamin sudah dapat dikenali


- Bulu badan, alis dan bulu mata sudah tumbuh
- Kuku sudah melewati ujung jari ( dapat diketahui dengan menggesek ujung kuku pada
kulit pemeriksa)
- Inti penulangan sudah terbentuk minimal pada tulang kalkaneus atau kalus
(menandakan usia kehamilan kurang lebih 7 bulan)
6
- Pertumbuhan gigi sudah sampai tahap kalsifikasi.8

Gambar 2.1. Inti penulangan


2. Bayi lahir hidup atau mati
Dengan melihat ada atau tidaknya tanda-tanda bayi lahir hidup dan mati. Tanda-tanda bayi
lahir hidup dengan menilai sistem pernafasannya. Pada bayi yang sistem pernafasannya
pernah bernafas, ditemukan: 8

 Dada sudah mengembang


 Tulang iga terlihat lebih mendatar
 Sela iga melebar
 Paru-paru telah memenuhi rongga dada
 Tepi paru tumpul
 Warna paru berubah dari livid menjadi bercak-bercak pink seperti mozaik (mottled
pink) karena terisinya alveolus dengan udara maka membuat darah mengalir pada
pembuluh darah
 Uji apung paru (Docimasia Hidrostatica Pulmonum) hasilnya positif jika parunya
mengapung. Akan tetapi, pada bayi lahir mati yang sudah pembusukan, akan
memberikan hasil positif palsu. Maka untuk membedakan keduanya dilakukan
pengeluaran udara pembusukan yuitu dengan memberikan tekanan yang besar pada
potongan paru tersebut sehingga udara hasil pembusukan akan keluar sedangkan udara
pernafasan akan tetap berada pada alveolus.8

Namun, hasil uji apung paru ini tetap meragukan, karena masih ada kemungkinan bayi
bernafas meskipun masih didalam uterus atau vagina (vaginitus uterus atau vaginitus vaginalis)
kemudian meninggal saat dilahirkan secara lengkap sehingga bayi tetap dinyatakan lahir mati.

7
hasil yang meragukan juga bida terjadi pada bayi yang telah diberikan nafas buatan sehingga
terjadi pernafasan parsial. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan lain, yaitu :8

 Ditemukan makanan atau bakteri di dalam usus


 Uji apung lambung-usus (Uji Breslau) yang pelaksanaannya mirip dengan uji apung
paru. Pada keadaan bayi lahir hidup, akan terdapat udara dalam usus bayi karena pada
saat dia menangis atau hidup ada beberapa udara yang tertelan sehingga akan
memberikan hasil yang positif pada uji Breslau. Pemeriksaan ini juga tidak dapat
dilakukan pada saat sudah terjadi pembusukan
 Uji telinga tengah (Uji Wredent Wendt) yaitu dengan membuka terlinga tengah bayi di
dalam bejana berisi air, hingga terlihat gelembung udara pada bayi yang saat bernafas
telinga tengahnya terisi udara.8

3. Lama hidup diluar kandungan

Setelah diketahui bayi lahir hidup, maka selanjutnya perlu diamati berapa usia bayi dan berapa
lama bayi hidup diluar kandungan. Usia bayi dapat dihitung menggunakan rumus de Hass yaitu
untuk 5 bulan pertama panjang kepala sampai tumit (cm) adalah kuadrat dari umur (bulan).
Untuk mengetahui lama bayi hidup diluar kandungan dapat dinilai juga dari :8

 Kondisi bayi, masih kotor atau sudah dirawat


 Mekonium yang akan keluar dari usus maksimal dalam 2 hari
 Tingkat proses pelepasan tali pusat
 Ikterus yang akan tampak pada hari ke-4-10
 Terdapat udara pada usus kecil (1 jam setelah lahir), duodenum (6-12 jam pasca lahir)
dan usus besar (12-24 jam pasca lahir).8

4. Sebab kematian

Penentuan sebab kematian dapat dilihat dari tanda-tanda jeratan, luka atau pun tanda kekerasan
lain pada tubuh bayi. Cara yang paling sering dilakukan adalah dengan pembekapan dan
penjeratan.8

5. Apakah sudah ada tanda-tanda perawatan

Jika sudah tampak tanda perawatan maka pembunuhan yang dilakukan oleh ibu tidak dapat
dikatakan sebagai infanticide, tetapi pembunuhan biasa. Tanda perawatan tersebut antara lain:

8
 Pemotongan tali pusat dengan alat : dapat dilihat pada ujung pemotongan tali pusat
terlihat rata, apabila tidak dapat dinilai karena sudah mengelisut penilaian dilakukan
dengan memasukan ujung tali pusat didalam air. Sehingga dapa terlihat apakak ujung
pemotongan tersebut rata atau terkoyak.
 Verniks kaseosa pada leher, lipat ketiak dan lipat paha sudah dibersihkan
 Adanya makanan atau susu dalam labung
 Adanya pakaian yang dikenakan oleh bayi.8

2.5. LAHIR HIDUP ATAU LAHIR MATI

Lahir hidup atau Live Birth adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang
lengkap, yang setelah pemisahan tersebut, bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain
seperti denyut atau detak jantung, denyut nadi tali pusat, gerakan otot volunter (otot rangka),
tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari
dilahirkan.7,8
Lahir mati atau Still Birth adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun sesudah
kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak
bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali
pusat, atau gerakan otot rangka.7,8,9
Berikut adalah tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan :7,8,9
 Pernafasan (paru mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus).
 Menangis.
 Pergerakan otot.
 Sirkulasi darah, dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin.
 Isi usus.
 Keadaan tali pusat.

1. Pernafasan7
Pernafasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi plasenta,
dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. Pernafasan setelah bayi
lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan sifat paru-paru.

9
a. Letak diafragma
Pada bayi yang sudah bernafas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6. Sedangkan pada
yang belum bernafas setinggi iga ke-3 atau ke-4.
b. Gambaran makroskopik paru
Paru-paru bayi yang sudah bernafas berwarna merah muda tidak homogeny namun berbercak-
bercak. Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik pada perabaan. Sedangkan, pada
paru-paru bayi yang belum bernafas berwarna merah ungu tua seperti warna merah hati bayi
dan homogeny, dengan konsistensi kenyal seperti hati atau limpa.7,8,9
c. Uji apung paru2,10
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh, paru-paru tidak disentuh untuk
menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologi jaringan paru akibat
manipulasi berlebihan.
Lidah keluarkan seperti biasa dibawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset atau
klem, kemudian ditarik kearah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole. Dengan scalpel
yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring,
laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esophagus bersama
dengan trakea diikat dibawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan
agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, meconium, atau benda asing lain tidak
mengalir keluar melalui trakea, bukan untuk mencegah masuknya udara kedalam paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan
scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat diatas diafragma dan
dipotong diatas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk kedalam lambung
dan uji apung lambung-usus tidak memberikan hasil meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan kedalam air dan
dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan
dimasukkan kembali kedalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap
lobus dipisahkan dan dimasukkan kedalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah
mengapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan
adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan diantara dua karton dan
ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas
pembusukan yang terdapat pada jaringan interstitial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air
dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam.
10
Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun,
terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut
akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat
kemungkinan adanya pernafasan sebagian yang dapat bersifat buatan atau alamiah yaitu bayi
yang sudah bernafas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina.
Hasil negatif belum tentu pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan
hidup tapi kemudian berhenti nafas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam
alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan
untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka
uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.10

d. Mikroskopik paru-paru10
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan
larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan
fiksatif melekat dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat
sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk
digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernafas, tetapi
merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk
paru janin belum bernafas adalah adanya tonjolan yang berbentuk seperti bantal yang kemudian
akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan tampak seperti ganda. Pada
permukaan ujung bebas tonjolan tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi
belum bernafas yang sudah membusuk dengan pewarnaan gomori atau ladewig, tampak
serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang
keriting, sedangkan pada tonjolan berjalan dibawah kapiler sejajar dengan permukaan tonjolan
dan membentuk gelung-gelung terbuka.
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion
yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio
plasenta sehingga terjadi pernafasan janin prematur.

Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang
dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang.

11
Juga tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak
eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat
dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang
merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.10
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya kehidupan
seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan
tentorium serebeli, pneumonia intrauterine, kelainan kongenital yang fatal seperti
anensefalus.10

Gambar 2.2. Mikroskopis Paru Bayi Lahir Mati (Still Born)

Gambar 2.3 Mikroskopis Paru Bayi Lahir Hidup ( Live Born)

12
Tabel 1. Penentuan lahir hidup atau mati
Tanda-tanda Lahir hidup Lahir mati
Tanda-tanda maserasi - Baru terlihat
setelah 8-10 hari kematian
inutero.
- Bila kematian
baru terjadi 3 atau 4 hari:
Perubahan berupa vesikel
atau bula yang berisi cairan
kemerahan, epidermis
bewarna putih dan
berkeriput, bau tengik, dan
tubuh mengalami
perlunakan.
- Organ-organ
tampak basah tetapi tidak
berbau busuk
Pengembangan dada - Dada sudah - Iga masih
mengembang mendatar dan diafragma
- Diafragma masih setinggi iga 3-4.
sudah turun sampai sela iga 4-
5
Pemeriksaan makroskopik - Paru sudah - Paru-paru
paru mengisi rongga dada dan masih tersembunyi
menutupi sebahagian dibelakang kandung jantung
kandung jantung. atau telah mengisi rongga
- Paru berwarna dada.
merah muda tidak merata - Paru-paru
dengan pleura tegang. bewarna kelabu ungu merata
- Menunjukkan seperti hati, konsistensi
gambaran mosaic kerana padat,tidak teraba derik
alveoli telah berisi udara. udara dan pleura yang
longgar

13
- Gambaran
marmer akibat pembuluh
daran interstitial berisi darah
- Konsistensi
seperti spons dan teraba derik
udara.
- Pengirisan
paru dalam air : terlihat jelas
keluarnya gelembung udara
dan darah.
- Berat paru
bertambah 2 kali kerana
berfungsinya sirkulasi darah
jantung paru.
Uji apung paru - Hasil positip - -Hasil negatip
Pemeriksaan mikroskopik - Alveoli paru - Tanda khas
paru mengembang sempurna untuk paru bayi yang belum
dengan atau tanpa emfisema bernafas adalah adanya
obstruktif tonjolan yang berbentuk
- Tidak terlihat seperti bantal yang akan
projection. bertambah tinggi dan dasar
- Perwarnaan menipis sehingga tampak
Gomori atau Ladewig: seperti dada (club –like)
serabut retikulin tampak - Pada paru
tegang. bayi yang belum bernafas
dan sudah membusuk dengan
pewarnaan Gomori atau
Ladewig: Tapak serabut
retikulin pada permukaan
dinding alveoli berkelok-
kelok seperti rambut yang
kerinting

14
2. Menangis
Bernafas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernafas.
Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara tangisan dapat
terjadi dalam uterus atau vagina. Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah
masuknya udara ke dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO2
dalam darah meningkat.10

3. Pergerakan otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan. Kaku
mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati, maupun yang lahir mati.10

4. Peredaran darah, denyut jantung, dan perubahan pada hemoglobin


Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi mata) dan
bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus arteriosus,
foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilikalis yang langsung masuk vena
cava inferior). Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat / detak jantung pada bayi yang
sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale
tertutup bila telah terjadi pernafasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu). Duktus
arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam). Duktus venosus
menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.10

Gambar 2.4 Foramen ovale pada bayi baru lahir

5. Isi usus dan lambung


Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek
menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung dan usus
dapat terjadi akibat pernafasan wajar, pernafasan buatan atau tertelan. Keadaan-keadaan
15
tersebut tidak dapat dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama
lambung yang diikat pada jejunum pada lekuk pertama, kemudian dimasukkan kedalam air.
Makin jauh udara usus masuk kedalam usus, makin kuat dugaan adanya pernafasan 24-48 jam
post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus besar.10

6. Keadaan tali pusat


Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali pusat
setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua, pengeringan tali pusat,
letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu diputus (secara tajam atau tumpul).10

7. Keadaan kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir,
sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu
maserasi yang dapat terjadi bila bayi sudah mati didalam uterus beberapa hari (8-10 hari). Hal
ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk gas karena
terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan,
atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.10

Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau setelah terpisah
sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:10
 Antepartum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan.
 Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri :
 Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
 Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
 Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
 Tidak ada gas, baunya khas.
Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.

VIABILITAS 8,9
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup diluar kandungan ibunya atau
sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya. Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu :
1. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
2. Panjang badan ≥ 35 cm.

16
3. Berat badan ≥ 2500 gram.
4. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
5. Lingkaran fronto-oksipital ≥ 32 cm.
Selain itu juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus), dan
aluran pencernaan (stenosis esophagus, gastroskizis).9

PENYEBAB KEMATIAN
Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan penyebab
kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka ditentukan sebab lahir mati
atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal death).8,9
Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:

a. Kematian wajar
1. Kematian secara alami
 Imaturitas
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu hidup di luar
kandungan sehingga mati setelah beberapa saat sesudah lahir.
 Penyakit kongenital
Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang mengandung seperti
sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki cacat bawaan yang menyebabkan
kelainan pada organ internal seperti paru-paru, jantung dan otak.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.

3. Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak lengkap seperti
anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak akan bisa bertahan hidup.
4. Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding uterus akan dapat
menyebabkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat diketahui jika sang ibu meninggal
dan dilakukan pemeriksaan dalam.
5. Spasme laring

17
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring atau akibat pembesaran
kelenjar timus.
6. Eritroblastosis fetalis
Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung anak dengan
rhesus positif, sehingga darah ibu akan membentuk antibodi yang menyerang sel darah
merah anak dan menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga menyebabkan
kematian anak baik sebelum maupun setelah kelahiran.8,9

b. Kematian akibat kecelakaan


1. Akibat persalinan yang lama
Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari darah ke selaput
otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat kompresi kepala dengan pelvis,
walaupun tanpa disertai dengan fraktur tulang kepala.
2. Jeratan tali pusat
Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses kelahiran. Hal ini dapat
menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati karena sufokasi.
3. Trauma
Hantaman yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan senjata tumpul,
terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab kematian bayi intrauterin.
Untuk kasus seperti ini harus diperiksa tanda-tanda trauma pada ibu.
4. Kematian dari ibu
Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum melahirkan, maka anak tidak
akan bertahan lama di dalam kandungan sehingga harus dilahirkan sesegera mungkin.
Jika kematian disebabkan oleh penyakit kronis, seperti perdarahan kronis, maka
kesempatan untuk menyelamatkan nyawa anak sangatlah kecil. Sedangkan jika
kematian disebabkan karena kejadian akut seperti kecelakaan, dimana ibu sebelumnya
sehat, maka kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa bayi lebih besar.8,9

c. Kematian karena tindakan pembunuhan


1. Pembekapan (sufokasi)
Penekanan yang ringan pada mulut dan hidung bayi yang baru saja dilahirkan dengan
menggunakan bantal atau telapak tangan sebenarnya sudah cukup untuk mematikannya
tanpa meninggalkan jejas. Namun umunya si ibu menjadi panik pada saat mendengar
tangisan bayi sehingga ia cepat-cepat membekap hidung dan mulut bayi.
18
Tindakan yang tergesa-gesa dengan tenaga yang berlebihan itu dapat meninggalkan
jejas pada muka bayi. Pada pembekapan dengan tangan dapat ditemukan luka-luka
memar dan lecet yang masing-masing disebabkan oleh tekanan bagian lunak ujung jari
dan oleh tekanan kuku. Pembekapan dengan menggunakan selimut atau bantal mungkin
tidak menimbulkan luka namun serabut-serabut benang atau kapuk dapat tertinggal
pada muka bayi.

Gambar 2.5 Korban pembekapan

2. Penjeratan (strangulasi)
Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang cukup sering ditemui. Sering
ditemukan tanda-tanda kekerasan yang sangat berlebihan dari yang dibutuhkan untuk
membuat bayi mati. Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan di daerah leher disertai
dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan penjeratan dengan
menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati secara alami.
3. Penenggelaman (drowning)
Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air, sungai dan
bahkan toilet.
4. Pencekikan
Pada pemeriksaan mayat baru lahir, daerah leher dan tengkuk harus diperiksa dengan
teliti karena pencekikan merupakan cara yang sering dilakukan dalam pembunuhan
anak sendiri. Pada pencekikan dengan kedua tangan dan dari depan dapat ditemukan

19
luka-luka lecet di daerah tengkuk dan luka memar di daerah leher. Luka lecet bekas
tekanan kuku dapat berbentuk garis lengkung atau garis lurus. Untuk meredam tangisan
bayi, si ibu mungkin akan membekap mulut bayinya sehingga luka-luka memar dan
lecet dapat ditemukan disekitar mulut.

Gambar 4. Korban pencekikan manual (tampak bekas kuku pelaku pada leher korban)9

5. Kekerasan tumpul pada kepala


Jika ditemukan fraktur kranium, maka dapat diperkirakan bahwa terjadi kekerasan
terhadap bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi hingga terjadi patah
tulang.
6. Kekerasan tajam
Kematian pada bayi baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi dengan senjata
tajam seperti gunting atau pisau dan menyebabkan luka yang fatal hingga menembus
organ dalam seperti hati, jantung dan otak.8,9

2.6. CUKUP BULAN DALAM KANDUNGAN


Pengertian cukup bulan biasanya diasosiasikan dengan usia kehamilan aterm atau diatas 36
minggu. Anak tersebut cukup bulan jika:5,8
 Berat badan lebih dari 2500 gram, panjang badan lebih dari 48 cm, lingkar kepala lebih
dari 34 cm, diameter puting susu 7 mm

20
 Terdapat pusat penulangan episisis didistal femur dan proksimal tibia ( merah ukuran
5x5 mm). Cara pemeriksaannya dengan uji radiologik atau dengan memeriksa langsung
pada tulang tersebut. Bila pada proksimal tibia, maka kulit daerah lutut diinsisi
melintang , patella dilepaskan, dan ujung distal femur diiris melintang sejajar tipis-tipis.
Pusat penulangan tampak sebagai merah tua pada dasarnya putih ( rawan ). Bedakan
dengan warna merah yang ditemukan pada diafisa tulang. Pusat penulangan epifisis ini
juga sudah ditemukan disternum, kuboid, tibia dan lain-lain.
 Lanugo tinggal sedikit, kuku-kuku sudah melewati ujung jari dan telah cukup kaku,
kemudian juga daun telinga tidak cukup kaku, daktilografi telah jelas, kedua testis telah
turun bila tidak ada kelainan atau labia mayor telah menutupi labia minor.

Disebut belum cukup bulan jika belum memenuhi ciri-ciri diatas. Bila belum cukup bulan,
selanjutnya ditentukan berapakah usia kehamilannya dengan menggunakan rumus Haase:5,8
 Usia kehamilan 1-5 bulan : panjang tubuh = bulan kuadrat cm
 Usia kehamilan > 5 bulan : panjang tubuh = bulan x 5 cm

Bulan pada rumus ini = 4 minggu, dan usia kehamilan yang didapat harus ditulis dalam satuan
minggu. Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi yang lahir setelah dikandung selama
37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh. Pengukuran bayi cukup bulan dapat
dinilai dari:5,8

Ciri-ciri eksternal
- Daun telinga
Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan pembentukan tulang
rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada bagian
dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula.
- Susu
Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas
permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau lebih.
- Kuku jari tangan
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan relatif
keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan pelaku autopsi. Kuku jari

21
kaki masih relatif pendek. Pada bayi yang prematur kuku jari tangan belum melampaui
ujung jari dan relatif lebih lunak sehingga ujungnya mudah dilipat.
- Garis telapak kaki
Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan hingga
tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif lebar dan dalam. Dalam hal kulit telapak
kaki itu basah maka dapat juga tampak garis-garis yang halus dan superfisial.
- Alat kelamin luar
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna yakni pada dasar skrotum
dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada bayi perempuan yang matur, labia
minor sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor.
- Rambut kepala
Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan tampak
mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang prematur rambut kepala halus
seperti bulu wol atau kapas, masing-masing helai sulit dibedakan satu sama lain dan
batas rambut pada dahi tidak jelas.
- Skin opacity
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh darah
yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar. Pada bayi
prematur pembuluh-pembuluh tersebut tampak jelas.
- Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan pada
yang prematur membengkok ke ventral atau satu bidang dengan korpus manubrium
sterni.
- Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah terdapat,
sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat.
- Pusat penulangan
Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang
cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat
penulangan pada umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan
cuneiform. Sedangkan, talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada umur
kehamilan 28 minggu.5,8

22
Penaksiran umur gestasi
- Rumus De Haas
Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit dalam sentimeter
adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5 bulan terakhir, panjang badan adalah
sama dengan angka bulan dikalikan dengan angka 5.
- Rumus Arey
Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3
- Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)

Tabel 1. Umur bayi dan panjang badan.


Umur Panjang badan (kepala-tumit)
1 bulan 1 x 1 = 1 (cm)
2 bulan 2 x 2 = 4 (cm)
3 bulan 3 x 3 = 9 (cm)
4 bulan 4 x 4 = 16 (cm)
5 bulan 5 x 5 = 25 (cm)
6 bulan 6 x 5 = 30 (cm)
7 bulan 7 x 5 = 35 (cm)
8 bulan 8 x 5 = 40 (cm)
9 bulan 9 x 5 = 45 (cm)

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan (ossification
centers) sebagai berikut:
Pusat penulangan pada: Umur (bulan)
Klavikula 1,5
Tulang panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6

23
Manubrium sterni 6
Talus Akhir 7
Sternum bawah Akhir 8
Distal femur Akhir 9/ setelah lahir
Proksimal tibia Akhir 9/ setelah lahir
Kuboid Akhir 9/ setelah lahir
Bayi perempuan lebih
cepat

2.7.PENENTUAN USIA JANIN DILUAR KANDUNGAN


Usia pasca lahir dapat ditentukan dari:5,8
a. Udara dalam saluran pencernaan : terdapat udara dilambung berarti baru saja lahir,
namun belum tentu lahir hidup atau lahir mati. Terdapat udara diduodenum berarti lebih
dari 2 jam. Terdapat udara diusus halus berarti 6-12 jam. Terdapat udara diusus besar
berarti 12-24 jam
b. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berarti telah 24 jam atau lebih
c. Perubahan tali pusat. Bila kemerahan dipangkalnya berarti telah 36 jam. Bila kering
berarti 2-3 hari. Bila puput artinya telah 6-8 hari, atau kadang sampai 20 hari. Bila
sembuh berarti telah 15 hari. Bila arteri atau vena umbilikalis tertutup berarti 2 hari
d. Duktus arteriosus menutup berarti 3-4 minggu
e. Duktus venosus menutup berarti lebih dari 4 minggu
f. Sel darah merah berinti hilang berarti 24 jam (masih ada jika diambil disinusoid hati).5

Penentuan umur bayi ekstra uterin didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi setelah
bayi dilahirkan, misalnya:5,8
a. Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum berarti
hidup berarti saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam usus besar,
telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam rectum berarti telah hidup 12 jam.
b. Mekonium dalam kolon. Meconium akan keluar kira-kira dalam waktu 24 jam setelah
lahir.
c. Perubahan tali pusat setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat baik
di lahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah
setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mnegering menjadi
24
seperti benang dalam waktu 6 hingga 8 hari dan akan terjadi peneymbuhan luka yang
sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan mikroskopik
daerah yang akan melepas akan tampak reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24
jam berupa sebukan sel-sel leukosit berisi banyak, kemudian akan terlihat sel-sel
limfosit dan jaringan granulasi.
d. Eritrosit berini akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala
masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.
e. Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga
berbentuk kipas (fan-shaped) lebih banyak dalam pyramid daripada medulla ginjal. Hal
ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.
f. Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena
umbilikus dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setlah 3-4 minggu dan
foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak
menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriousus akan tertutup setelah
3 minggu-1 bulan.

2.8.PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKU INFANTISIDA


Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi bersangkutan
bertujuan untuk menentukan apakah wanita tersebut baru melahirkan.Pada pemeriksaan juga
perlu dicatat keadaan jalan lahir untuk menjawab pertanyaan “apakah mungkin wanita tersebut
mengalami partus presipitatus” 5,8

Tanda telah melahirkan anak.


- Robekan baru pada alat kelamin.
- Osteum uteri dapat dilewati ujung jari
- Keluar darah dari Rahim.
- Ukuran Rahim; saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum setinggi tulang
kemaluan.
- Payudara mengeluarkan air susu.
- Hiperpigmentasi aerola mamae.
- Striae gravidarum dari warna merah menjadi putih.5,8

25
Berapa lama telah melahirkan
- Ukuran Rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu.
- Getah nifas : 1-3 hari post patum berwarna merah, 4-9 hari post partum berwarna putih,
10-14 hari post partum getah nifas habis.
- Robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari.5,8

Tanda-tanda partus presipitatus.


- Robekan pada alat kelamin.
- Inversion uteri yaitu bagian dalam Rahim menjadi keluar, lebih-lebih bila tali pusat
pendek.
- Robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat lekat tali
pusat. Robekan ini harus tumpul, dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologis.
- Luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan dibawah kulit kepala, perdarahan
didalam tengkorak.5,8

Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta pada darah yang berasal dari rahim.
Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa adalah suatu
hal yang paling sukar. Beberapa cara yang paling sering digunakan yaitu:5,8
a. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak.
Ibu diperiksa apakah memang baru melahirkan (tinggi uteri, striae gravidarum, dinding
perut kendor, payudara besar dan kencang, robekan perineum, lochia, kolostrum).
Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca lahir ditambah lama kematian.
b. Memeriksa golongan darah ibu dan anak.
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah, akan tetapi sekarang
pemeriksaan golongan darah ini merupakan prosedur standard yang digunakan.
Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada
satu individu sedangkan individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya adalah
bila ibu golongan darah AB sedangkan anak O atau sebaliknya. Penggunaan banyak
jenis golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai tujuan.5,8

Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang meskipun canggih namun harus diinterpretasikan dengan
hati-hati. Hanya separuh DNA inti sel anak yang berasal dari ibu, sedangkan yang lainnya

26
berasal dari ayah, sehingga apabila identitas ayah tak ditemukan makan interpretasi hasil
menjadi sangat sulit. Penggunaan DNA mitokondria yang memiliki cara yang persis sama
anatara ibu dan anak juga kurang memiliki kemampuan determinasi.5,8

27
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengertian infantisida
Infantisida merupakan pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri,
segera atau beberapa saat setelah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan
bayi.
2. Landasan hukum infantisida
Dasar hukum yang menyangkut pembunuhan anak sendiri, yaitu:
- Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan pembunuhan anak;
yaitu : pasal 341, 342 dan 343.
- Kinderdoodslag dilakukan tanpa rencana, sedangkan kindermoord dilakukan
dengan rencana, sehingga hukuman kindermoord lebih berat dari
kinderdoodslag. Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
 Pelaku harus ibu kandung
 Korban harus bayi anak kandung sendiri
 Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian
 Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak
3. Pemeriksaan kedokteran forensik infantisida (Bayi Post Mortem)
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga kasus
pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut:
 Bayi viabel atau tidak
 Bayi lahir hidup atau mati
 Sebab kematian bayi
 Lama hidup diluar kandungan

28
4. Pemeriksaan terhadap pelaku (suspect)
- Mencocokan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak
a. Adanya bekas-bekas kehamilan
 Striae gravidarum
 Dinding perut kendor
 Rahim dapat diraba diatas symphisis
 Payudara besar dan kecil
b. Adanya bekas-bekas persalinan
 Robekan perineum
 Keluar cairan lochea
- Mencari data antropologi yang khas pada ibu dan anak
- Memeriksa golongan darah ibu dan anak
- Sidik jari DNA

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Dimaio VJ, Dimaio D. Neonaticide, Infanticide, and Child Homicide. Forensic


Pathology: Second ed. London. CRC Press LLC. 2001;1:335-65.
2. Byard, Roger W. Sudden Death in Infancy Childhood and Adolosence. 2nd ed. UK.
Cambridge University Press; 2004:491-575.
3. Knight, Bernard; Saukko, Pekka. Knight’s Forensic Pathology. 3rd ed. UK: Hodder
Arnold. 2004
4. James, Jason Payne, et al. Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. UK:Hodder Arnold.
2011
5. Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.
6. Pembunuhan anak sendiri. Dalam :Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum.
Edisi Pertama. Jakarta. 2008 ;161-170
7. Apuranto, H. dan Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; 1997.
8. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Penerbit Binarupa Aksara. 1997: 256 – 69.
9. Knight, Bernard. Knight’s Forensic Pathology, 3rd dd. London:Arnold.2004.
10. Sheperd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. London:Arnold.2003.

30

Anda mungkin juga menyukai