Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh
Disusun oleh:
Aisah Rahmawati
30101206589
Advisor :
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan
tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di
batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu
saluran kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan
penyakit batu saluran kemih, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12%
penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah satu
dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih
kalsifikasi didalam buli-buli. Gangguan tersebut dapat terjadi akibat stasis urin
tanpa kelainan anatomi, striktur, infeksi ataupun adanya benda asing didalam urin.
Adanya batu pada traktus urinarius bagian atas tidak menjadi faktor predisposisi
penyakit tetapi vesikolitiasis dapat memberikan suatu kondisi tidak nyaman dan
gejala spesifik. Pada umumnya komposisi batu terdiri dari batu infeksi (struvit),
ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Beberapa faktor risiko terjadinya
2
vesikolitiasis adalah obstruksi infravesika, neurogenic bladder, infeksi saluran
Vesikolitiasis sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala
obstruktif dan iritatif saat berkemih. Oleh sebab itu tidak jarang penderita datang
dengan keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil
berhenti tiba-tiba.2,3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Vesika urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
organ lain seperti rektum, organ reproduksi,bagian usus halus, serta pembuluh-
mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta
empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesika
4
urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat
vesikae merupakan suatu bagian berbentuk mirip segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesikae. Vesikae urinaria disuplai oleh
a.vesikalis superior dan inferior. Namun pada perempuan juga disuplai oleh
a.vaginalis.4,5
Gambar 2. Organ pelvis yang berkaitan dengan buli-buli (pada wanita dan pria).5
Sedangkan persarafan pada vesika urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan
5
Gambar 3. Persarafan pada reflex miksi.5
urin, vesika urinaria mempunyai kapasitas yang maksimal, yang volumenya untuk
orang dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada
Pada saat kosong, vesika urinaria terdapat di belakang simpisis pubis dan
pada saat penuh berada pada atas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi atau di
perkusi. Vesika urinaria yang terasa penuh memberikan rangsangan pada saraf
afferen dan menyebabkan aktivasi miksi di medulla spinalis segmen sacral S2-4.
Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher vesika dan
6
Proses berkemih normal memerlukan koordinasi proses fisiologik
berurutan yang dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase penyimpanan dan fase
pengosongan.
kali yang biasanya timbul pada saat volume vesika urinaria terisi antara 150-350
ml dari kapasitas normal sekitar 300-600 ml. Pada keadaan ini, serabut aferen dari
dinding vesika urinaria menerima impuls regangan (stretch receptor) yang dibawa
peningkatan aktivitas saraf simpatis yang berasal dari NILCLMS Th10-L2 yang
berlanjut, rasa pengembangan vesika urinaria disadari, dan pusat cortical (pada
Pada saat vesika urinaria terisi penuh dan timbul keinginan untuk
yang berasal dari NILCLMS S2-4 dan di bawa oleh N. eregentes, menyebabkan
kontraksi otot m. detrusor vesikae. Selain itu terjadi inhibisi sistem simpatis yang
7
menyebabkan relaksasi spinchter urethra interna. Miksi kemudian terjadi jika
saraf somatik yg dibawa oleh N. pudendus dan tekanan intra vesikal melebihih
tekanan intraurethra.4,5
2.2 Definisi
urinarius. Vesikolitiasis adalah suatu kondisi dimana terdapat batu atau material
2.3 Epidemiologi
Jenis batu yang paling sering ditemukan adalah kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, struvit (magnesium ammonium fosfat), dan sistin. Batu struvit
berkaitan dengan infeksi saluran kemih oleh Proteus dan Klebsiella. Batu asam
urat berkaitan dengan hiperurikosuria pada pasien gout, dehidrasi dan tingginya
intak purin. Batu sistin berkaitan dengan gangguan metabolism asam amino pada
usus dan tubulus renalis proksimal. Pada pasien yang menjalani terapi Indavir
Pada studi oleh Curhan et al., menunjukkan insiden 300 per 100.000 populasi
pria, dan 100 per 100.000 populasi wanita. Di negara yang sedang berkembang,
insidensi batu saluran kemih relatif rendah, baik dari batu saluran kemih bagian
bawah maupun batu salurankemih bagian atas. Di negara yang telah berkembang,
terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang
8
dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih sangat jarang,
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita 3:1. Puncak kejadian di
usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12%untuk pria dan
7% untuk wanita.8
2.4 Etiologi
Vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi atau
terdapat benda asing di vesika urinari yang aktivitasnya sebagai inti batu.
iatrogenic dan non iatrogenik. Benda iatrogenic terdiri dari bekas jahitan, balon
folley kateter yang pecah, kalsifikasi yang disebabkan karena iritasi balon kateter,
benda yang terkandung pada buli-buli. Selain itu batu vesika dapat berasal dari
batu ginjal atau batu ureter yang turun ke vesika yang banyak dijumpai pada
anak-anak yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi atau
diare. Infeksi pada saluran kemih akan mempercepat timbulnya batu. Inflamasi
pada vesika disebabkan karena hal sekunder misalnya sinar radiasi atau infeksi.
batu. Pada pasien ini batu umumnya terbentuk dari bahan kalsium dan struvit.1,6,8
9
2.5 Patofisiologi
Batu pada vesika dapat berasal dari vesika urinaria sendiri (batu primer) atau
berasal dari ginjal, traktus urinarius bagian atas (batu sekunder). Pada umumnya
batu vesika terbentuk dalam vesika urinari, tetapi pada beberapa kasus batu
deposisi batu untuk berkembang menjadi besar. Batu vesika yang turun dari ginjal
pada umumnya berukuran kecil sehingga dapat melalui ureter dan dapat
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tampat- tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau vesika. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises
terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan
menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun
ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran
kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan
10
pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat
dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu
magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu
batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk
dalam asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine
bersifat basa. Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya komposisi
batu merupakan batu asam urat yaitu lebih dari 50% dan batu paling banyak
berlokasi di vesika. Batu yang terdiri dari kalsium oksalat biasanya berasal dari
ginjal. Gambaran fisik batu dapat halus maupun keras. Batu pada vesika
umumnya mobile, tetapi ada batu yang melekat pada dinding vesika yaitu batu
yang berasal dari adanya infeksi dari luka jahitan dan tumor intra vesika.6,8
2.6 Faktor Resiko
Faktor intrinsik
1. Herediter (keturunan)
11
umum penyakit, individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki
risiko dua kali lipat lebih tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk
pria, insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60
tahun. Untuk wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir
20-an pada usia 50, sisa yang relatif konstan selama beberapa dekade
berikutnya.7
3. Jenis kelamin
. Faktor Ekstrinsik
1. Geografi
kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai
daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan
12
produksi vitamin D3 (memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat)
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
4. Diet
penyakit batu saluran kemih. Obat sitostatik untuk penderita kanker juga
5. Pekerjaan
13
Gambar 4. Pembentukan dan tanda serta gejala batu vesika
1) obstruksi infravesika
2) neurogenic bladder
beberapa daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu
endemic yang disebabkan diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi
kronik.
14
2.7 Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau
kalsium fosfat (75%), asam urat (7%), magnesium ammonium fosfat (15%,),
sistein (2%), xanthin, silikat dan senyawa lainnya (1%). Data mengenai
kandungan atau komposisi batu sangat penting untuk pencegahan timbulnya batu
yang residif.8
a. Batu Kalsium, merupakan batu yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar
70- 80% dari seluruh batu saluran kemih. Adapun kandungannya adalah
paratiroid.
• Hiperoksaluri merupakan peningkatan ekskresi oksalat melebihi 45
kelainan usus karena post operasi dan diet kaya oksalat, misalnya teh,
kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk, sitrun, dan sayuran
15
asam urat dalam urin berasal dari makanan yang mengandung banyak
urin sehingga kalsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat,
karena proses infeksi pada saluran kemih. Hal ini disebabkan karena infeksi
yang sebagian besar karena kuman pemecah urea, sehingga urea yang
c. Batu asam urat, merupakan batu yang terjadi pada 5-10% kasus batu. 75- 80%
adalah batu asam urat murni dan sisanya merupakan campuran dengan asam
oksalat. Batu ini banyak diderita oleh pasien dengan gout, penyakit
d. Batu jenis lain diantaranya batu sistin, batu santin, batu silikat dan batu
antasida yang mengandung silikat berlebihan dalam jangka waktu yang lama
terapi Indavir pada pasien HIV dapat ditemukan adanya batu indavir.2,8
2.8 Diagnosis
Pasien dengan batu vesika kadang asimptomatik, tetapi gejala khas batu
buli adalah kencing lancar tiba-tiba terhenti dan menetes dengan disertai rasa
kaki, kemudian urine dapat keluar lagi pada perubahan posisi; perasaan tidak
enak sewaktu berkemih; gross hematuri terminal. Rasa sakit diperberat saat
sedang beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu
memasuki leher vesika. Pada anak nyeri miksi ditandai oleh kesakitan,
17
menangis, menarik-narik penis atau menggosok-gosok vulva, miksi mengedan
sering diikuti defekasi atau prolapsus ani. Jika terjadi infeksi ditemukan tanda
inspeksi, adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya
urin yang banyak (bulging), hanya pada batu yang besar dapat diraba secara
bimanual.2,3
b. Pemeriksaan Penunjang
BNO
Melihat adanya batu radio-opak di saluran kemih. Urutan radio-opasitas
beberapa jenis batu saluran kemih:7,8
Gambar 6. A. Foto polos abdomen menunjukan adanya batu vesika. B. Batu vesika setelah diangkat.
18
IVP
Mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak
terlihat di BNO, menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi divertikel,
indentasi prostat.6,8
USG
Menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (echoic shadow),
hidronefrosis, pembesaran prostat.9
Gambar 8. Ultrasonografi transvaginal (A) dan transabdominal (B) menunjukkan batu vesika dengan
19
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin, kimia darah, urinalisa dan kultur urin. Pemeriksaan ini sering
gambaran jenis batu dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan dipstick, batu
disuria dan nyeri hebat oleh karena itu banyak pasien yang sering
infeksi.
2.9 Penatalaksanaan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan
Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila
yang mempunyai batu asam urat pada saluran kemih adalah dengan
alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu
akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga
asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis
60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan.
terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan produksi kadar asam
urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi
hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah
makan.6,8
b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta,
tetapi dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat
batu tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui
air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur
21
berkeping-keping dan keluar bersama kemih.6,8
c. Terapi pembedahan
gelombang kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian
kita harus memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih
batas kuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu
laser.
22
dewasa juga digunakan untuk anak- anak, tehnik percutaneus
dengan tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang ditimbulkan oleh
jika beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini adalah cepat,
penggunaan tehnik ini adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih
2.10 Pencegahan
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Blasler, Joseph. Baldder Stones. [online]. 2012. [citied Januari, 2014]. Diakses
dari : http://emedicine.medscape.com/article/2028899-overview
2. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi : 3. Malang : Sagung Seto, 2011.
85-99.
3. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :3. Jakarta : EGC.
2008. 872-879.
4. Saladin. Anatomy Physiology the Unity of Form and Function. Philladelpia:
McGrawhill. 2003. 879-908.
5. Waugh A, Grant A. Anatomy and Physiology in Health and Illnes. Churcill
Livingstone. London 2002. 339-358.
6. Schwartz BF. Stone of the Urethra, Prostate, Seminal Vesicle, Bladder, and
Encrusted Foreign Bodies dalam Stoller, ML : Urinary Stone Disease The
Practical Guide to Medical and Surgical Management. New Jersey: Humana Press
2007.
7. Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA :
Informa healthcare, 2009. 1-6
8. Stoller ML. Urinary Stone Disease dalam Tanagho EA: Smith’s General Urology
edisi 17. New York: McGraw-Hill Companies 2008.
9. Yang JM, Yang SH, Huang WC. Imaging Study in Female Voiding Dysfunction
(III): Giant Bladder Stone Caused Voiding Difficultiesincont Pelvic Floor
Dysfunct 2010; 4(1):26-27
24