Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

HERNIA SCROTALIS SINITRA INKASERATA

Disusun Oleh :

dr. Nurul Millati

Pembimbing :

dr. Siti Hanah

dr. Rr. Devi Noviana Setyoningsih

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN

PEKALONGAN

2019

1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN

Identitas pasien adalah sebagai berikut:


 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 65 Tahun ( 14 Mei 1954)
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Podosari 11/5 Kesesi, Pekalongan
 Ruang : Bangsal Mawar
 No. CM : 66481621
 Tanggal Masuk RS : 21 April 2019
 Tanggal Keluar RS : 24 April 2019

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 21 April 2019 di IGD pada pukul 21.30
WIB.
a. Keluhan Utama

Benjolan pada buah zakar kiri sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan ada benjolan di buah zakar kiri sejak kurang lebih 2 tahun
sebelum masuk rumah sakit. Benjolan berjumlah satu disebelah kiri. Menurut pasien ukuran
benjolannya berbentuk bulat , Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7 cm dengan permukaan
yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Pada perabaan benjolan rata dan
terasa lunak dan dapat digerakkan. Awalnya benjolan bisa menghilang sendiri bila sedang
dalam posisi berbaring, tetapi 2 bulan terakhir benjolan tidak dapat menghilang sendiri.
Benjolan kadang terasa nyeri. Benjolan bisa membesar dan mengecil. Biasanya benjolan

2
akan membesar saat batuk, bersin dan mengejan dan mengecil saat berbaring istirahat. Selain
itu pasien juga kadang mengeluh mual +, kembung +, dan muntah +

Pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun perut
sebelumnya Buang air kecil dan buang air besar pasien normal tidak ada keluhan
Sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit Pasien sudah berobat ke dokter puskesmas, tetapi
tidak sembuh.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat batuk lama, hipertensi, DM, asma, sakit jantung, paru, alergi, riwayat perawatan, dan
operasi sebelumnya disangkal.
Pasien mengaku sudah pernah melakukan pemeriksaan kesehatan sebelumnya dipuskesmas.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga Pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Riwayat batuk lama, hipertensi, DM, asma, sakit jantung, paru, alergi, riwayat perawatan, dan
operasi sebelumnya pada keluarga pasien disangkal.

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien seorang buruh,bangunan tinggal bersama Istri dan anaknya. Pembiayaan Rumah Sakit
ditanggung BPJS PBI.

Kesan : sosial ekonomi cukup

Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok dan minum alkohol, pasien jarang olah raga. Pasien bekerja sebagai
Buruh Bangunan dan sering mengangkat barang berat.

Riwayat Medikasi

3
Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke dokter puskesmas tetapi dokter puskesmas hanya
memberikan vitamin saja , dan keluhan tidak membaik.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 21 April 2019 pada pukul 22.00 WIB, di ruang
IGD.

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis ; GCS E4M6V5=15

Status gizi : Kesan gizi cukup


Tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg

 Nadi : 80 x/menit

 Suhu : 36,7oC

 Pernafasan : 20 x/menit

 Sp02 : 98%

Status generalis
1. Kulit

Warna : sawo matang, tidak ikterik dan tidak terdapat hipopigmentasi maupun
hiperpigmentasi
Lesi : tidak terdapat lesi primer seperti macula, papul vesikuler, pustule maupun lesi
sekunder seperti jaringan parut atau keloid pada bagin tubuh yang lain.
Rambut : tumbuh rambut permukaan kulit
Turgor : baik

4
Suhu raba : hangat

2. Kepala

Ekspresi : ekspresif
Simetris wajah : simetris
Nyeri tekan sinus : tidak terdapat nyeri tekan sinus
Rambut : distribusi merata, warna hitam
Pembuluh darah : tidak terdapat pelebaran pembuluh darah
Deformitas : tidak terdapat deformitas

3. Mata

Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris


Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema, perdarahan, blefaritis,
maupun xanthelasma
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya langsung positif pada
mata kanan dan kiri, reflex cahaya tidak langsung positispada mata kanan dan
kiri
Eksoftalmus : tidak ditemukan
Endoftalmus : tidak ditemukan

4. Telinga

Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri
Nyeri tarik auricular : tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun kanan

5
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri

5. Hidung

Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas


Septum : terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : tidak ada perdarahan

6. Mulut dan tenggorok

Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis


Gigi-geligi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

7. Leher

Bendungan vena : tidak ada bendungan vena


Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah

8. Kelenjar getah bening

Leher : tidak terdapat pembesaran di KGB leher


Aksila : tidak terdapat pembesaran di KGB aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal

9. Thorax

Paru-paru

6
 Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis dan dinamis

 Palpasi : gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax

 Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada linea
midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung
pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.

 Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing pada
kedua lapang paru

Jantung
 Inspkesi : tidak tampak pulsasi ictus cordis

 Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis sinistra

 Perkusi :

Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra


Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
 Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun gallop

10. Abdomen

 Inspeksi : datar, striae (-), bekas luka operasi (-) , darm contour (-), darm steifung (-
)
 Auskultasi : Bising usus (+)
 Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
 Palpasi :teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan +, maupun nyeri
lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negative

7
11. Genitalia

Status lokalis genitalia


 Inspeksi: Benjolan dibuah zakar kiri +, ukuran ± 7cm,permukaan rata, warna sama
kulit+,
 Palpasi: Benjolan rata,lunak, bisa digerakkan +, Konsistensi kenyal, permukaan
licin, suhu teraba sama dengan sekitarnya, nyeri tekan (+) .
 Strain Finger test : teraba di ujung jari (+)

12. Ekstremitas

Tidak tampak deformitas


Akral hangat pada keempat ekstremitas
Tidak terdapat oedema pada keempat ekstremitas

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi pada tanggal 22 April 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


WBC 12,3 103/mm 3.5-10.0
RBC 4,51 106/mm 3.80-5.80
HGB 13,6 g/dl 11.0-16.5
HCT 38,2 % 35.0-50.0
PLT 255 103/mm 150-390
MCV 85 µm3 80-97
MCH 30,2 Pg 26.5-33.5
MCHC 35,6 g/dl 31.5-35.0
Golongan Darah B
CT 6’15”
BT 2’15”

8
HbsAg Negatif
HIV Negatif
Ureum 19 mg/dl 10-50
Creatinin 1,03 mg/dl 0,6-1,1
Glucosa 83 Mg/dl 80-130
SGOT 22 U/I <=37
SGPT 23 U/I 0-42

V. RESUME
 benjolan di buah zakar kiri sejak kurang lebih 2 tahun SMRS.
 ukuran benjolannya berbentuk bulat besar Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7 cm
dengan permukaan rata dan warna=kulit.
 Pada perabaan benjolan rata dan terasa lunak dan dapat digerakkan. Awalnya
benjolan bisa menghilang sendiri bila sedang dalam posisi berbaring, tetapi 2 bulan
terakhir benjolan tidak dapat menghilang sendiri.
 Benjolan kadang terasa nyeri. Benjolan bisa membesar dan mengecil. Biasanya
benjolan akan membesar saat batuk, bersin dan mengejan , dan mengecil saat berbaring
istirahat. Selain itu pasien juga kadang mengeluh mual +, kembung +, dan muntah +

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


WBC 12,3 103/mm 3.5-10.0
RBC 4,51 106/mm 3.80-5.80
HGB 12,4 g/dl 11.0-16.5
HCT 38,2 % 35.0-50.0
PLT 255 103/mm 150-390
MCV 85 µm3 80-97
MCH 30,2 Pg 26.5-33.5
MCHC 35,6 g/dl 31.5-35.0
Golongan Darah B
CT 6’15”

9
BT 2’15”
HbsAg Negatif
HIV Negatif
Ureum 19 mg/dl 10-50
Creatinin 1,03 mg/dl 0,6-1,1
Glucosa 83 Mg/dl 80-130
SGOT 22 U/I <=37
SGPT 23 U/I 0-42

VI. DIAGNOSA KERJA

Hernia Scrotalis Sinistra Inkaserata

VII. DIAGNOSA BANDING

Hidrokel
tumor testis
VIII. PENATALAKSANAAN

Ruangan IGD:

-Infus RL 20 tpm

-Inj. Ketorolak 1A

-Inj. Ranitidin 1 A

-Inj. Ondansetron 1 A

-Pasang DC, NGT

Ruangan

-Infus RL 20 tpm

-Inj. Ketorolak 1A /8 jam

10
-Inj. Ranitidin 1 A/ 8 jam

-Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam

Awasi Ku, Rawat Sp.B

1. Operasi : Hernioraphi Duplex

Laporan Operasi :
a. Pasien dalam spinal anesthesia

b. Desinfeksi lapangan operasi

c. Insisi kanan bawah abdomen

d. Hernioraphi(jaringan yang di eksisi atau insisi kantong hernianya)

e. Tutup luka operasi

f. Operasi selesai

11
2. Instruksi post-operasi

 Bed rest total

 Beri infuse RL 20 tpm

 Obat :

o Infus RL 20 tpm
o -Inj. Ketorolak 1A /8 jam
o -Inj. Ranitidin 1 A/ 8 jam
o -Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam
o –inj. Ondansetron 1A/ 8 jam

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Ad bonam

12
X. FOLLOW UP (PROGRESS NOTE)
21 April 2019 – 24 April 2019

Tanggal Diagnosis Planning


21/4/2019 S : Benjolan dibuah zakar kiri+, nyeri +, berbentuk Ruangan IGD:
Ruang IGD bulat Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7
-Infus RL 20 tpm
22.00 cm ,benjolan rata dan terasa lunak dan dapat
digerakkan. Mual+, muntah +,kembung + -Inj. Ketorolak 1A

-Inj. Ranitidin 1 A
O : KU sakit sedang
Kesadaran CM -Inj. Ondansetron 1A
TTV :TD : 120/80 mmHg
-Pasang DC, NGT
HR : 78x x/mnt
Suhu : 36,50C
RR : 20x/mnt
Mata : CA +/+
Pulmo : SDV (+/+),S1-S2 Reguler
Abdomen : BU (+), Nyeri tekan (+)
Status lokalis genitalia
 Inspeksi: Benjolan dibuah zakar kiri +,
ukuran ± 7cm,permukaan rata, warna
sama kulit+,
 Palpasi: Benjolan rata,lunak, bisa
digerakkan +, Konsistensi kenyal,
permukaan licin, suhu teraba sama
dengan sekitarnya, nyeri tekan (+)
 Strain Finger test : teraba di ujung jari

13
(+)
Ekstremitas : pitting edema
- -
- -

A : Hernia scrotalis sinistra inkaserata

22/4/2019 S : Benjolan scrotum kiri, mual +, muntah +, nyeri


Mawar perut + Ruangan
08.00 O : KU baik
-Infus RL 20 tpm
Kesadaran CM
TTV: TD : 130/80 mmHg -Inj. Ketorolak 1A /8
HR : 80 x/mnt, isi dan tegangan cukup jam
RR : 20 x /mnt
-Inj. Ranitidin 1 A/ 8
Suhu : 36,50C
jam
Mata : CA +/+
Pulmo : SDV (+/+),S1-S2 Reguler -Inj. Cefotaxim 1
Abdomen : gr/12 jam
Status lokalis genitalia
-Inj. Ondansetron 1
 Inspeksi: Benjolan dibuah zakar kiri +,
A/ 8 jam
ukuran ± 7cm,permukaan rata, warna
sama kulit+,
 Palpasi: Benjolan rata,lunak, bisa -Program operasi
digerakkan +, Konsistensi kenyal, Hernioraphy duplex
permukaan licin, suhu teraba sama besok
dengan sekitarnya, nyeri tekan (+)
kadang-kadang.
 Strain Finger test : teraba di ujung jari
(+)

Ekstremitas : pitting edema

14
- -
- -
A : Hernia scrotalis sinistra inkaserata

23/04/2019 -Bed Rest


Ruang S= tidak ada mual, pasien sudah mulai bisa kentut -lanjutkan terapi
Mawar (+), mual muntah (-), nyeri daerah operasi (+).
21.00 O : KU baik
Kesadaran CM
TTV: TD : 130/80 mmHg
HR : 80 x/mnt, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x /mnt
Suhu : 36,50C
Mata : CA +/+
Pulmo : SDV (+/+),S1-S2 Reguler
Abdomen :
supel, nyeri tekan (+), BU 1x/menit lemah, luka
operasi di daerah inguinal kiri-skrotum kiri tertutup
perban, pus(-), cairan (-), darah (-).
A. Post operasi Hernioraphy duplex H+1

S= mual -, pasien sudah mulai bisa kentut (+), BLPL


24/4/2019 mual muntah (-), nyeri daerah operasi sudah
Ruang mulai berkurang(+).
Mawar O : KU baik
12.00 Kesadaran CM
TTV: TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/mnt, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x /mnt
Suhu : 36,50C

15
Mata : CA +/+
Pulmo : SDV (+/+),S1-S2 Reguler
Abdomen :
supel, nyeri tekan sudah mulai berkurang (+), BU
+,, pus(-), cairan (-), darah (-).,
A. Post operasi Hernioraphy duplex H+2

Dokumentasi Gambar

Pre operasi
(21 April 2019)

16
Post Operasi
(23 April 2019)

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hernia Secara Umum


Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang
menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi
hernia.1,2

Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.
Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional (sering) dan
hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).1,3
Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi kantung
bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan. Sedangkan bila tidak
bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia ireponibel disebabkan oleh perlekatan
isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada
keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.1
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel, maka
disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan gangguan
vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.1
Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat
(acquired) :
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari
abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan

18
peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei).
Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat
masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2
tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
 Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
 Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
kantong dan isi hernia
 Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik
(batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi
hernia ke annulus inguinalis internus
 Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan n.
illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi

B. Hernia Inguinalis

Anatomi Regio Inguinalis

19
Gbr 1. Dinding Abdomen
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis m. transverses
abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus
inguinalis eksternus, yaitu bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya
adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum inguinale.
Akanal ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada
perempuan.1

Gbr 2. Kanalis Inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang
keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum
dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol langsung
ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di
inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis

20
m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk
menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya tidak
mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1

Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal


Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada
lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada
pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya
dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali
kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa

21
dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa
mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis.
Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang
menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
bisa menyebabkan terjadinya hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan
saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites,
obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.1,6

Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di
dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu
masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. 1,7
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan
yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. 1

22
Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1

Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau mengedan, dan menghilang
saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir.
Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru
muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih
berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia
berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti
hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi

23
gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi
organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan klinis
yang teliti.2

Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :


1. Hernia inguinalis medialis (direk)
Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui trigonum
hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis inguinalis dan tidak
ke scrotum.
Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach. Oleh
karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis memiliki leher
yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak
pernah terjadi inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih
sering pada pria usia tua.1,3
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara khas
mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3
2. Hernia inguinalis lateralis
Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu annulus dan
kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang langsung menonjol di trigonum
hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis
biasanya bulat. Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar
annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit.
Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.1,3
Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga seringkali turun
ke dalam skrotum.3
Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis peritoneum
sebagai akibat proses penurunan testis.1,4

24
Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk
corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.1
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas lebih
jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih elastis pada
anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari
berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan
tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak dianjurkan
karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.1
Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi maka factor-
faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus dicari dan diperbaiki.
Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan defek yang ada
direkonstruksi.2
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi
sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti.1
Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1

Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus


dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil
annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus abdominis dan m.

25
transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum inguinale poupart
menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m. transverses abdominis, m. oblikus
internus abdominis ke ligamentum cooper menurut McVay.1

Gbr 4. Herniotomi dan Hernioplasti

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan
prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis
inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1
Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama dengan
yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah vital atau tidak.
Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.2

26
Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau
isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial
atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku,
sering terjadi jepitan parsial.1
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah sehingga
suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan
transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang
menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi
sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap
karena rangsang peroitoneal.1
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses local.
Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan
segera.1

27
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :
Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24th 2011.
(Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on May 12th 2011)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last Updated
December 2008.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on
May 12th 2011)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on May
13th 2011)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati Celal,
editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515

28

Anda mungkin juga menyukai