Anda di halaman 1dari 20

Referat

INSUFISIENSI VENA KRONIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian / SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh

Disusun oleh:

SILVA RAHMA, S.KED


120611012

Pembimbing:

Dr. dr. T. Heriansyah, Sp.JP(K)-FIHA,FAsCC

BAGIAN /SMF KARDIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD DR.
ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis
syukuri, keluarga yang mencintai dan teman-teman yang penuh semangat, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi
referat ini. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar
Muhammad Saw, atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.

Adapun tugas referat ini berjudul “Insufisiensi Vena Kronik” Diajukan


Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Universitas Malikussaleh BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin – Banda Aceh. Penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada
Dr.dr.T.Heriansyah,Sp.JP(K)-FIHA,FAsCC yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan
penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran
dan bekal di masa mendatang.

Banda Aceh, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2


2.1 Anatomi Vena Ekstremitas Bawah .................................................... 2
2.1.1 Vena Superfisialis Estremitas Bawah ................................. 2
2.1.2 Vena Profunda Ekstremitas Bawah .......................................... 3
2.2 Definisis ............................................................................................. 4
2.3 Epidemiologi .................................................................................... 4
2.4 Etiologi dan faktor Risiko.................................................................. 4
2.5 Klasifikasi .......................................................................................... 6
2.6 Patofiologi ......................................................................................... 8
2.7 Manifestasi Klinis .............................................................................. 9
2.8 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 9
2.9 Penatalaksaan..................................................................................... 9
2.10 Komplikasi ........................................................................................ 11
2.11 Pencegahan ........................................................................................ 11

BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Anatomi dari Vena Ekstremitas inferior ..................................... 3
Gambar 2.1 Klasifiksi IVK berdasarkan Klinis .............................................. 6
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ceap Classification Of Chronic Venous Disease .............................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
Insufisiensi Vena Kronik (IVK) dideskripsikan sebagai suatu kondisi
ketidakmampuan vena yang berefek terhadap sistem aliran vena pada ektremitas
inferior yang dapat menyebabkan keadaan perubahan tekanan tinggi di vena yang
kemudian mempengaruhi lemak dan kulit di sekitar pergelangan kaki. Keadaan
yang sering terjadi adalah pembengkakan kronis, perubahan kulit yang dapat
mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi hiperpigmentasi dan terbentuknya
ulkus. IVK merupakan permasalahan kesehatan yang signifikan di Amerika
sekitar 2-5% penduduk Amerika memiliki penurunan fungsi dalam hal sosial-
ekonomi terkait dengan penyakit ini. Angka prevalensi pada insufisiensi vena
meningkat seiring pertambahan umur. Rata-rata penderita berumur antara 40-59
tahun pada wanita dan 70-79 tahun pada laki-laki. (Raju & Neglen , 2010; Florea,
et al., 2011)
Faktor resiko untuk IVK terdiri atas umur, jenis kelamin, riwayat keluarga
yang memiliki penyakit varises, obesitas, kehamilan, flebitis dan trauma pada kaki.
Faktor lingkungan maupun kebiasaan perilaku seperti berdiri lama dan posisi duduk
yang lama saat bekerja juga memiliki peranan dalam menyebabkan terjadinya
insuffisiensi vena kronik. (Ebenhart & Rafetto, 2015)
IVK diklasifikan berdasarkan CEAP yang terdiri atas beberapa kriteria yaitu
(clinical, etiology, anatomical and pathopsyological sistem. Kriteria ini yang akan
menetukan tingkat keparahan yang nantinya akan mengarahkan kepada standar
penanganan. Prinsip pengelolaan IVK adalah memperbaiki aliran balik vena dan
mengurang hipertensi vena. Pengobatan dengan cara elevasi tungkai dan bebat
kompresi/stocking merupakan terapi pilihan. Terapi non bedah yang murah dan
aman adalah terapi kompresi yang metode ini berfungsi sebagai katup vena yang
membantu pompa otot untuk mencegah kembalinya aliran darah vena, edema
tungkai dan bocornya fibrin sehingga mencegah perbesaran vena lebih lanjut,
namun metode ini tidak dapat mengembalikan ukuran vena. (Raju & Neglen , 2010;
Florea, et al., 2011)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Vena Ekstremitas Bawah
2.1.1 Vena Superfisialis Ekstremitas Bawah
Sistem superfisialis terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva.
Keduanya memiliki arti klinis yang sangat penting karena memiliki predisposisi
terjadinya varises yang membutuhkan pembedahan.
V. Safena magna keluar dari ujung medial jaringan v.dorsalis pedis. Vena ini
berjalan di sebelah anterior maleolus medialis, sepanjang aspek anteromedial betis
(bersama dengan nervus safenus), pindah ke posterior selebar tangan di belakang patela
pada lutut dan kemudian berjalan ke depan dan menaiki bagian anteromedial paha.
Pembuluh ini menembus fasia kribriformis dan mengalir ke vena.femoralis pada hiatus
safenus. Bagian terminal v.safena magna biasanya mendapat percabangan superfisialis
dari genitalia eksterna dan dinding bawah abdomen. Dalam pembedahan, hal ini bisa
membantu membedakan v.safena dari femoralis karena satu-satunya vena yang
mengalir ke v.femoralis adalah v.safena. Cabang-cabang femoralis anteromedial dan
posterolateral (lateral aksesorius), dari aspek medial dan lateral paha, kadang-kadang
juga mengalir ke v.safena magna di bawah hiatus safenus
V. safena magna berhubungan dengan sistem vena profunda di beberapa tempat
melalui vena perforantes. Hubungan ini biasanya terjadi di atas dan di bawah maleolus
medialis, di area gaiter, di regio pertengahan betis, di bawah lutut, dan satu hubungan
panjang pada paha bawah. Katup-katup pada perforator mengarah ke dalam sehingga
darah mengalir dari sistem superfisialis ke sistem profunda dari mana kemudian darah
dipompa keatas dibantu oleh kontraksi otot betis. Akibatnya sistem profunda memiliki
tekanan yang lebih tinggi daripada superfisialis, sehingga bila katup perforator
mengalami kerusakan, tekanan yang meningkat diteruskan ke sistem superfisialis
sehingga terjadi varises pada sistem ini. (Price & Wilson, 2006)
V. safena parva keluar dari ujung lateral jaringan v.dorsalis pedis. Vena ini
melewati bagian belakang maleolus lateralis dan di atas bagian belakang betis kemudian

2
menembus fasia profunda pada berbagai posisi untuk mengalir ke v.poplitea. (Price &
Wilson, 2006)

2.1.2 Vena Profunda Ekstremitas Bawah


Vena-vena profunda pada betis adalah v.komitans dari arteri tibialis
anterior dan posterior yang melanjutkan sebagai v.poplitea dan v.femoralis. Vena
profunda ini membentuk jaringan luas dalam kompartemen posterior betis pleksus
soleal dimana darah dibantu mengalir ke atas melawan gaya gravitasi oleh otot
saat olahraga. (Price & Wilson, 2006)

Gambar 1.1 anotomi dari vena ekstremitas inferior

2.2 Definisi

Insufisiensi Vena Kronik adalah kondisi dimana pembuluh darah tidak


dapat memompa oksigen dengan cukup (poor blood) kembali ke jantung yang

3
ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada tungkai. IVK paling sering
disebabkan oleh perubahan primer pada dinding vena serta katup-katupnya dan
perubahan sekunder disebabkan oleh thrombus sebelumnya dan kemudian
mengakibatkan reflux, obstruksi atau keduanya. (Willenberg, et al., 2010)

2.3 Epidemiologi

Prevalensi IVK pada populasi dewasa, lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan pria (3:1), meskipun studi saat ini menunjukkan prevalensi Lebih
besar pada pria The San Valentino Screening Project menemukan bahwa di
antara 30.000 subjek yang dinilai secara klinis dan ultrasonografi duplex,
prevalensi varises sebesar 7% dan IVK simptomatik 0,86%. Dari Framingham
Heart Study diperkirakan bahwa insiden tahunan varises pada perempuan 2,6%
dan pada pria 1,9%. Varises mempunyai dampak bermakna bagi perawatan
kesehatan, setiap tahun jutaan orang berobat ke dokter karena masalah kosmetik.
Konsekuensi masalah kosmetik pada varises dapat mempengaruhi kualitas hidup
dan dikaitkan dengan manifestasi lain yang lebih serius, seperti ulkus vena yang
prevalensinya diperkirakan sekitar 0,3%, meskipun ulkus aktif atau yang telah
sembuh ditemukan pada sekitar 1% populasi dewasa. Di AS, diperkirakan 2,5
juta orang menderita IVK dan 20%-nya berkembang menjadi ulkus vena.
Prognosis ulkus vena secara keseluruhan buruk, sering terlambat dalam hal
penyembuhan dan terjadi kekambuhan ulkus. Lebih dari 50% ulkus vena
memerlukan terapi hingga lebih dari 1 tahun. Ketidakmampuan terkait ulkus vena
dapat menyebabkan hilangnya jam kerja produktif, diperkirakan 2 juta hari
kerja/tahun. (Ebenhart & Rafetto, 2015)

2.4 Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi dari insufisiensi vena kronis dapat dibagi 3 yaitu, kongenital, primer dan
sekunder. (Florea, et al., 2011)
 Penyebab insufisiensi vena kronis yang kongenital adalah pada kelainan
dimana katup yang seharusnya terbentuk di suatu segmen ternyata tidak

4
terbentuk sama sekali (aplasia, avalvulia), atau pembentukannya tidak
sempurna (displasia), berbagai malformasi vena, dan kelainan lainnya yang
baru diketahui setelah penderitanya berumur.
 Penyebab insufisiensi vena kronis yang primer adalah kelemahan intrinsik dari
dinding katup, yaitu terjadi lembaran atau daun katup yang terlalu panjang
(elongasi) atau daun katup menyebabkan dinding vena menjadi terlalu lentur
tanpa sebab-sebab yang diketahui. Keadaan daun katup yang panjang
melambai (floppy, rebundant) sehingga penutupan tidak sempurna (daun-daun
katup tidak dapat terkatup sempurna) yang mengakibatkan terjadinya katup
tidak dapat menahan aliran balik, sehingga aliran retrograd atau refluks.
Keadaan tersebut dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan katup
(valve repair) dengan operasi untuk mengembalikan katup menjadi berfungsi
baik kembali.
 Penyebab insufisiensi vena kronis sekunder (insufisiensi vena sekunder)
disebabkan oleh keadaan patologik yang didapat (acquired), yaitu akibat
adanya penyumbatan trombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan
kronis pada katup vena dalam. Pada keadaan dimana terjadi komplikasi
sumbatan trombus beberapa bulan atau tahun paska kejadian trombosis vena
dalam, maka keadaan tersebut disebut sindroma post-trombotic. Pada
sindroma tersebut terjadi pembentukan jaringan parut akibat inflamasi,
trombosis kronis dan rekanalisasi yang akan menimbulkan fibrosis, dan juga
akan menimbulkan pemendekan daun katup (pengerutan daun katup),
perforasi kecil-kecil (perforasi mikro), dan adhesi katup, sehingga akhirnya
akan menimbulkan penyempitan lumen. Kerusakan yang terjadi pada daun
katup telah sangat parah tidak memungkinkan upaya perbaikan. Kejadian
insufisiensi vena kronis yang primer, dan yang sekunder (akibat trombosis
vena dalam, dan komplikasi post-trombotic), dapat terjadi pada satu penderita
yang sama.
Faktor resiko Insufisiensi Vena Kronik antara lain diabetes mellitus,
hipotiroidisme, pasca operasi ekstremitas bawah, obesitas, usia lanjut, berjenis
kelamin perempuan, pekerjaan yang berdiri dalam jangka waktu yang lama ( >

5
6jam/hari), herediter (riwayat varises dalam keluarga), merokok, sedentary
lifestyle, riwayat deep vein thrombosis, dan kehamilan.
2.5 Klasifikasi

Untuk mengevaluasi dan mengklasifikasikan kondisi, pengobatan, serta


akibat atau komplikasi dari penyakit ini, dipakai beberapa skala penilaian.
Klasifikasi CEAP berdasarkan tanda-tanda klinis (Clinical), penyebab (Etiologic),
Anatomic, dan Pathophysiology. Klasifikasi etiologi memisahkan penyakit
berdasarkan sifat congenital, primer, atau sekunder. Anatomi berdasarkan vena
yang terkena termasuk vena superfisial, profunda, atau perforantes. Sedang
klasifikasi patofisiologi mengidentifikasikan refluks pada system-sistem
superficial, communicantes, atau profunda, serta obstruksi outflow. Kekurangan
utama system ini adalah karena sifatnya yang statis, klasifikasi jenis ini sulit
dipakai untuk menilai perubahan yang terjadi sebagai respons terhadap terapi ang
telah diberikan. (R., 2012)

Gambar 2.1 klasifikasi IVK berdasarkan keadaan klinis

6
TABLE 2.1 CEAP Classification of Chronic Venous Disease

Klasifikasi Deskripsi/ definisi


C. klinis ( terbagi atas A
untuk asimptomatik , S
untuk simptomatik)
0 Tidak ada penyakit vena
1 Telangiektasis
2 Varises vena
3 Edema
4 Lipodermatosclerosis atau
hyperpigmentation
5 Ulkus yang sudah sembuh
6 Ulkus aktif
E, Etiologi
Congenital Muncul sejak lahir
Primer Idiopatik
Sekunder Berkaitan dengan post-
trombotik
Trauma
A, Kondisi Anatomi
Superficial Great and short saphenous
veins
Deep Cava, iliac, gonadal,
femoral, profunda,
popliteal, tibial, and
muscular veins
Perforator Thigh and leg perforating
P, Pathophysiological veins
Reflux Vena axial dan perforasi
Obstruksi Akut dan kronik
Kombinasi keduanya Kombinasi kerusakan
katup dan trombus

7
2.6 Patofisiologi

Keadaan patologis pada vena muncul ketika terjadi peningkatan tekanan


vena dan aliran balik darah terganggu akibat beberapa mekanisme. Gangguan
pada vena ini dapat disebabkan oleh inkompeten katup dari vena superficial;
maupun vena profunda, katup perforator yang inkompeten, obstruksi vena
maupun kombinasi antara beberapa hal tersebut. Faktir-faktor terebut diperparah
dengan adanya disfungsi dari pompa otot pada ekstrimitas bawah. Mekanisme ini
yang menyebabkan terjadinya hipertensi vena saat berjalan maupun saat berdiri.
Hipertensi vena yang tidak dikoreksi ini yang nantinya akan membuat perubahan
kulit menjadi hiperpigmentasi, fibrosis jaringan subkutan dan juga dapat
menyebabkan ulkus.
Terdapat beberapa mekanisme yang memiliki kerterkaitan dengan
kegagalan katup pada vena superficial. Hal yang paling sering terjadi adalah
adanya kelainan kongenital yang menyebabkan kelemahan pada dinding katup
vena yang berdilatasi sehingga menyebabkan tekanan rendah dan terjadilah gagal
katup sekunder. Kelainan kongenital pada katup juga dapat menyebabkan
inkompeten katup meski dalam keadaan tekanan darah yang rendah. Vena yang
normal dan katup yang normal juga dapat membengkak akibat pengaruh hormon
seperti hormon-hormon pada kehamilan. (R., 2012)

Tekanan darah vena yang meningkat nantinya akan menyebabkan sindrom


insufisiensi vena. Pada keadaan normal, terdapat dua mekanisme tubuh yang
mencegah terjadinya hipertensi vena. Pertama, katup trikuspid pada vena
mencegah aliran balik dan perlekatan vena. Deep Vein Thrombosis sering kali
menyumbat katup dan nantinya akan menyebakan kerusakan irrversibel pada
katup. Kedua, dalam keadaan ambulasi yang nornal, otot betis menurunkan
tekanan vena sebesar 70% pda ekstremitas bawah. Dengan istirahat, tekanan
kembali menjadi normal selama 30 detik. Pada penyakit vena, dengan bergerak
teknan vena hanya menurun sebesar 20%. Ketika ambulasi berhenti, tekanan pada
lumen vena menurun secara perlahan dan kembali ke normal dalam beberapa
menit. (R., 2012)

8
2.7 Manifestasi Klinis

Gejala Insufisiensi vena kronik dapat meliputi :


 Bengkak di kaki atau pergelangan kaki
 Kaki terasa berat atau pegal, panas dan gatal
 Nyeri saat berjalan yang berhenti saat istirahat
 Perubahan warna kulit
 Varises
 Ulkus kaki

2.8 Pemeriksaan Penunjang


- Duplex Doppler ultrasonography
Jenis prosedur USG yang dilakukan untuk menilai pembuluh darah,
aliran darah serta struktur vena-vena kaki. (Krishnan & Nikholis, 2010)
- Venogram
Dilakukan dengan menggunakan x-ray dan intavena (IV) pewarna
kontras untuk memvisualisasikan pembuluh darah. Pewarna kontras
menyebabkan pembuluh darah muncul suram pada pencitraan x-Ray,
yang memudahkan menvisualisasikan pembuluh darah yang di evaluasi
(Krishnan & Nikholis, 2010)
- Pletismografi vena
Teknik pletismografi mendeteksi perubahan dalam volume darah vena di
dalam tungkai. Obstruksi vena dan refluks katup mengubah pola normal
pengisian dan pengosongan vena ke ekstremitas. Teknik pletismography
yang umum mencangkup 1. Impendance plestimography 2. Strain gauge
pletismography 3. Air pletismography 4. Photopletismography.
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan insufisiensi vena kronis pada tungkai pada prinsipnya adalah
usaha memperlancar aliran darah vena tungkai, yaitu dengan cara melakukan
elevasi tungkai sesering mungkin, terutama setelah kegiatan berjalan-jalan,
dimana elevasi dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring dengan membuat

9
posisi kaki setinggi dengan jantung. Dengan posisi tersebut aliran darah vena akan
menjadi lancar dan dilatasi vena tungkai yang berkelok-kelok menjadi tampak
mengempis dan melengkuk, pada posisi tersebut secara subjektif penderita akan
merasa keluhannya berkurang dengan cepat. Beberapa penetalaksanaan lain yang
dapat dilakukan yaitu:
a. Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan
hemodinamik dengan varises vena dan menghilangkan edema. Kaus kaki
dengan tekanan 20-30 mmHg (grade II) memberikan hasil yang maksimal.
Pada penelitian didapatkan sekitar 37-47 % pasien yang menggunakan
kaus kaki kompresi selama 1 tahun setelah menderita DVT mencegah
terjadi ulkus pada kaki. Kekurangan penggunaan kaos kaki adalah harga
yang relative mahal, kurangnya pendidikan pasien, dan kosmetik yang
kurang baik.

b. Medikamentosa, beberapa jenis obat dapat digunakan untuk mengobati


insufisiensi vena kronis. Diuretik dapat digunakan untuk mengurangi
pembengkakan. Pentoxifylline untuk meningkatkan aliran darah melalui
pembuluh darah, dapat dikombinasikan dengan terapi kompresi untuk
membantu menyembuhkan ulkus kaki. Terapi antikoagulan dapat
direkomendasikan untuk orang-orang yang memiliki masalah belulang
dengan pembuluh darah di kaki.
c. Sclerotherapy, digunakan pada pasien dengan usia lanjut, Caranya dengan
menginjeksi bahan kimia kedalam pembuluh darah sehingga tidak
berfungsi lagi. Darah kemudian kembali ke jantung melalui vena lain dan
tubuh menyerap pembuluh darah yang terluka.
d. Operasi, pembedahan dapat digunakan untuk mengobati chronic venous
insufficiency meliputi :
 Ligasi
Vena yang rusak diikat sehingga darah tidak melewati vena
tersebut. Jika vena atau katup rusak berat, pembuluh darah akan
diangkat (vein stripping).

10
 Surgical repair
Vena atau katup diperbaiki dengan operasi, melalui sayatan
terbuka atau dengan penggunaan kateter.
 Vein Transplant
Mengganti pembuluh darah yang rusak dengan pembuluh darah
sehat dari bagian tubuh yang lain.
 Subfascial endoscopic perforator surgery
Prosedur invasive minimal dilakukan dengan endoskopi. Vena
perforator dipotong dan diikat. Hal ini memungkinkan darah
mengalir ke pembuluh darah yang sehat dan meningkatkan
penyembuhan ulkus.

2.10 Komplikasi
Lima sampai tujuh persen kasus mengalami cedera pada nervus cutaneus,
keadaan ini sering bersifat sementara namun dapat bersifat permanen. Komplikasi
berupa terjepitnya vena dan arteri femoral juga tidak dapat untuk dihindari.
Hematome dan infeksi pada luka relatif sering terjadi ( sampai dengan
10%), dan terjadi gangguan dalam aktivitas dan bekerja sehari-hari.

2.11 Pencegahan

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya IVK
yaitu:

1. Hindari jangka waktu yang lama berdiri atau duduk


2. Elevasi kaki untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah di kaki.
3. Berolahraga secara teratur.
4. Menurunkan berat badan
5. Stoking kompresi untuk memusatkan tekanan pada kaki dan membantu
aliran darah.
6. Antibiotik jika diperlukan untuk mengobati infeksi kulit

11
BAB III
KESIMPULAN

Insufisiensi vena kronik merupakan masalah yang memiliki dampak secara


langsug terhadap individu dan sistem pelayanan kesehatan. Disfungsi dari struktur
vena dapat menyebabkan terjadinya hipertensi vena dan akhirnya mengarah ke
IVK. Gejala yang timbul dari IVK dapat berupa perubahan warna kulit dari hanya
eritem hingga ulkus. Keluhan utama pasien dengn IVK adalah munculnya kram
terutama jika pasien banyak berjalan, Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang
berupa invasive maupun noninvasive yang membantu penegakan diagnosis IVK.
Pengobatan dari IVK tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Penanganannya
dipertimbangkan berdasarkan keadaan anatomi dan patofisiologi.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Alguire, P. C. & Mathes , B. M., 2007. Chronic Venous Insufficiency and


Venous Ulceration. JGIM, Volume 37.

2. Burns, T., Breathnach, S., Cox, N. & Griffits, C., 2010. Rook's : Textbook
of Dermatology. 8th ed. s.l.:s.n.

3. Ebenhart, R. T. & Rafetto, J. D., 2015. Chronic Venous Insufficiency.


Cilculation, Volume 23, pp. 2398-2408.

4. Florea, Stoica, L. E. & Tolea, 2011. Chronic Venous Insufficiency :


Clinical Evolutional Aspect. Health Science Journal, Volume 37, pp. 21-
25.

5. Inrhaoun, H., Kullmann, T., Mrabti, H. & Errihani, H., 2012. Treatment of
Chemotherapy Induced Nausea and Vomitting. Journal of Gastrointestinal
Cancer , 43(4), pp. 541-546.

6. Krishnan, S. & Nikholis, S. C., 2010. Chronic Venous Insufficiency:


Clinical Asessment and Patient Selection. Seminars in Interventional
Radiology.

7. Price, S. A. & Wilson, M. L., 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis


Perjalanan Penyakit. s.l.:s.n.

8. R., S., 2012. Chronic venous insufficiency : epidemiology. Bratisl Lek


Listy, pp. 166-168.

9. Raju, S. & Neglen , P., 2010. Chromic Venous Insufficiency and Varicouse
Vein. The New England Journal of Medicine, pp. 2319-27.

10. Rutterman, M. & Buckkhart, M., 2013. Local Treatment of Chronic Wound
in Patient with peripheral Vaskular disease, Chronic Venous Insufficiensy
and Diabetes. Dscth Arzbel Int.

11. Scott, T. E., LaMorte, W., Gorin, D. R. & Menzoian, J. O., 2009. Risk
factors for chronic venous insufficiency ; a dud case, control study. J Vasc
Surg, pp. 622-8.

13
12. Willenberg, T., Schumacher, A., Vesti, B. A. & Jacomella , V., 2010.
Impact of obesity on venous hemodynamics of the lower limbs. J Vasc
Surg, pp. 664-8.

14

Anda mungkin juga menyukai