Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut National Cancer Institute (2010), kandung kemih adalah organ berongga di
abdomen bagian bawah. Kandung kemih menyimpan urin dan cairan limbah yang
dihasilkan oleh ginjal. Kandung kemih adalah bagian dari saluran kencing. Urin lewat
dari kedua ginjal menuju ke kandung kemih melalui selang panjang yang disebut
ureter. Urin meninggalkan kandung kemih melalui uretra untuk kemudian
dikeluarkan dari tubuh. Dinding kandung kemih memiliki tiga lapisan jaringan, yakni
inner, middle, dan outer. Sel-sel lapisan kandung kemih dapat berkembang abnormal
dan menyebabkan kanker kandung kemih.
Kanker dimulai dari sel dan menghambat penyusunan jaringan, dimana jaringan
menyusun kandung kemih dan organ lain di dalam tubuh. Sel-sel normal tumbuh dan
terbagi untuk membentuk sel-sel baru sebagaimana diperlukan tubuh. Saat sel normal
menua atau rusak lalu mengalami kematian, sel-sel baru akan menggantikan. Saat
terjadi tumor, sel-sel baru terbentuk saat tubuh tidak membutuhkannya dan sel-sel tua
atau rusak tidak akan mengalami kematian. Tumor pada kandung kemih dapat berupa
tumor jinak dan tumor ganas (kanker). Kanker inilah yang dapat menjadi ancaman
untuk hidup. Kanker pada kandung kemih biasanya dapat dihilangkan tetapi dapat
tumbuh kembali, dapat menjalar dan dapat merusak jaringan atau organ di sekitarnya,
kemudian dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Di Amerika Serikat keganasan ini merupakan penyebab kematian ke enam dari
seluruh penyakit keganasan dan pada tahun 1996 yang lalu diperkirakan ditemukan
52.900 kasus baru kanker buli-buli. Di Indonesia berdasarkan pendataan hasil
pemeriksaan jaringan yang dilakukan selama 3 tahun diketahui bahwa kanker buli-
buli menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas primer pada pria. Di Sub Bagian
Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 152 kasus keganasan urologi antara
tahun 1995-1997, 36% diantaranya adalah kanker buli-buli. Puncak kejadiannya
terutama berada pada usia dekade ke lima sampat ke tujuh.
National Cancer Institute (2010) menyebutkan, baik tumor jinak maupun tumor
ganas dapat terbentuk di permukaan dinding kandung kemih atau di dalam

1
dindingnya sendiri dan dengan cepat menyebar ke otot di bawahnya. Sekitar 90%
kanker kandung kemih merupakan transisi dari sel karsinoma yang muncul dari
transisi epithelium dari membran mukosa. Kanker ini terkadang juga merupakan
transisi dari tumor jinak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Anatomi Buli-Buli
Buli-buli (vesika urinaria) terletak tepat di belakang pubis didalam cavitas pelvis.
Secara anatomik bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan yaitu permukaan superior
yang berbatasan dengan rongga peritoneum, permukaan inferolateral, permukaan
posterior. Permukaan superior merupakan lokus minorus dinding buli-buli. Kapasitas
maksimum vesika urinaria dalam menyimpan urine adalah kurang lebih 500 ml.
vesika urinaria yang kosong pada orang dewasa seluruhnya terletak didalam pelvis,
bila vesika urinaria terisi, dinding atasnya akan terangkat sampai masuk ke region
hipogastrikum. Vesika urinaria yang kosong berbentuk pyramid, mempunyai apek,
basis dan sebuah fasies superior serta dua buah fascies inferolateralis juga
mempunyai collum.
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang
saling beranyaman. Disebelah dalam adalah otot longitudinal, ditengah merupakan
otot sirkuler dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri
atas sel-sel transisional yang sama seperti mukosa pelvic renalis, ureter, dan uretra
posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum
membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli.

3
Perdarahan vesika urinaria berasal dari arteri vesicalis superior dan inferior,
cabang-cabang arteria iliaca interna, vena-vena yang membentuk plexus venosus
vesicalis, di bawah berhubungan dengan plexus prostaticus; dan bermuara ke vena
iliaca interna. Pembuluh limfe bermuara ke nodi iliaca interni dan externi. Persarafan
vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut posganglionik
simpatik berasal dari ganglion lumbale pertama dan kedua dan berjalan turun ke
vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpatikus
yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvici dari nervus sacralis kedua, ketiga,
keempat, berjalan melalui plexus hypogastricus menuju ke vesica urinaria, di tempat
ini serabut- serabut tersebut bersinaps dengan neuron posganglionik. Sebagian besar
serabut aferen sensorik yang berasal dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat
melalui nervi splanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf
simpatik melalui plexus hypogastricus dan masuk ke medula spinalis setinggi segmen
lumbalis pertama dan kedua. Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus
detrusor vesicae dan merangsang penutupan.

4
2.2 Definisi Tumor Buli-Buli
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli. Karsinoma buli-buli
merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi
ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke
jaringan sekitar.

2.3 Epidemiologi
Pada tahun 2008 sekitar 386.300 kasus baru dan 150.200 kematian akibat kanker
kandung kemih muncul di seluruh dunia. Terdapat sekitar 70.530 baru terdiagnosa
kasus kanker kandung kemih (5.760 pada pria dan 17.770 pada wanita) dan sekitar
14.680 terkait kematian (10.410 pada pria dan 4.270 pada wanita) di USA di 2010.
Angka kejadian paling tinggi rata-rata terjadi di Eropa, Amerika Utara, dan Afrika
Utara. Di Amerika Serikat keganasan ini merupakan penyebab kematian ke enam dari
seluruh penyakit keganasan dan pada tahun 1996 yang lalu diperkirakan ditemukan
52.900 kasus baru kanker buli-buli.di Indonesia berdasarkan pendataan hasil
pemeriksaan jaringan yang dilakukan selama 3 tahun diketahui bahwa kanker buli-
buli menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas primer pada pria. Di Sub Bagian
Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 152 kasus keeganasan urologi antara
tahun 1995-1997, 36% diantaranya adalah kanker buli-buli. Puncak kejadiannya
terutama berada pada usia dekade ke lima sampat ke tujuh.

2.4 Etiologi
a. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium,pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/pencukur rambut sering terpapar oleh
bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik seperti 2-naftilamin,
benzidine dan 4-aminobifamil. Periode laten dari paparan industri dapat
terjadi hingga 20 – 45 tahun.

b. Perokok

5
Risiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih besar
dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen
amin aromatic dan nitrosamine.
c. Infeksi Saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.Coli dan Proteus spp menghasilkan
nitrosamine yang merupakan zat karsinogen.
d. Kopi dan obat-obatan
Kebiasaan mengonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat serta pemakain obat-obatan siklofosfamid yang diberikan
intravesika, fenasetin, opium dan antituberkulosa INH dalam jangka waktu
lama dapat meningkatkan risiko timbulnya karsinoma buli-buli.
e. Usia dan jenis kelamin
Usia >40 tahun dan jenis kelamin laki-laki 3-4 kali lebih banyak disbanding
wanita.

2.5 Patofisiologi
Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang pada sel
epitel transisional kandung kemih (Monahan, et al, 2007). Perubahan (mutasi gen)
pada kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat dari lingkungan
seperti tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi
proses pertumbuhan sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan
riwayat penyakit kandung kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat
terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen supresor tumor yang
termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53. Akibat dari mutasi ini
terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi dari reseptor faktor
pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching & Hansel 2010). Karsinoma kandung
yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor ini lama-kelamaan dapat
mengadakan infiltrasi ke lamina propia, otot dan lemak perivesika yang kemudian
menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Hematuria yang disertai nyeri merupakan
gejala awal kanker pada kebanyakan pasien (Nursalam & Batticaca 2006).

2.5 Gambaran Klinik

6
Pasien dengan tumor buli-buli umumnya akan mengalami gelaja berupa nyeri di
daerah suprapubis yang bersifat konstan, kencing bercampur darah (hematuria).
Hematuria dapat dilihat dengan mata telanjang ataupun secara mikroskopis.
Hematuria dapat menyebabkan terjadinya retensi urin. Gejala lain yang dihubungkan
dengan adanya tumor buli-buli yaitu adanya rasa nyeri dan terasa terbakar atau panas
saat berkemih, rasa tidak tuntas setelah berkemih, sering berkemih terutama saat
malam hari dan pada tahap lanjut pasien mengalami kesulitan berkemih. Jika terjadi
hidronefrosis akan menimbulkan gejala berupa nyeri pada pinggang. Gejala lebih
lanjut yang dapat di alami adalah adanya obstruksi saluran kemih bagian atas yaitu
adanya edema pada kedua tungkai yang disebabkan oleh adanya penekanan pada
kelenjar limfe oleh tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.

2.6 Diagnosis Banding


1. Tumor ginjal dan ureter
2. Benign Prostat Hiperplasia (BPH)
3. Batu ginjal, ureter dan buli-buli

2.7 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis tumor buli-buli, harus dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Diagnosis tumor buli-buli dapat ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap.
Pada anamnesis biasanya pasien mengeluhkan adanya kencing disertai darah dan
adanya nyeri yang menetap di daerah suprapubis. Pasien juga umumnya
mengalami kencing dengan frekuensi yang meningkat dan saat kencing pasien
harus mengejan. Akibat adanya hematuria pasien sering datang dengan keluhan
retensi urin.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tumor buli-buli pada umumnya jarang ditemukan adanya
kelainan. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah inspeksi dan palpasi

7
pada daerah suprapubik. Pada inspeksi umumnya tidak tampak adanya kelainan.
Adanya massa sangat sulit ditemukan pada inspeksi. Distensi kandung kemih
dapat ditemukan pada inspeksi jika terjadi retensio urin. Pada palpasi dapat
ditemukan adanya nyeri tekan daerah suprapubik dan dapat ditemukan adanya
massa. Namun massa sangat sulit untuk di palpasi. Massa akan dapat teraba jika
tumor buli-buli sudah keluar dari dinding buli-buli.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis tumor
buli-buli adalah
- Pemeriksaan Laboratorium : ditemukan kelainan berupa hematuria, anemia
dapat dijumpai sebagai tanda adanya perdarahan kronis dan uremia dapat
dijumpai bila tumor menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi
tumor atau adanya limfadenopati.
- Pemeriksaan Radiologi : dapat dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen
dan Pielografi Intravena. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan
traktur urinarius yaitu berupa adanya gangguan fungsi eskresi ginjal
(hidronefrosis dan hidroureter yang merupakan salah satu tanda infiltrasi
tumor ke ureter atau muara ureter. Kedua pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan baku untuk mengetahui adanya keganasan di saluran kemih.
Pada tumor buli-buli akan ditemukan adanya filling defect pada buli-buli).
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan untuk pemeriksaan
pielografi intravena, dapat dilakukan pemeriksaan USG. Dapat pula dilakukan
pemeriksaan foto thoraks untuk mengetahui adanya metastasis ke paru-paru.
- Sitoskopi dan Biopsi : dilakukan untuk mengevaluasi kandung kemih dengan
pemeriksaan visual langsung dengan menggunakan cystoscope. Pemeriksaan
ini mutlak dilakukan pada kasus yang dicurigai tumor buli-buli. Pada
pemeriksaan ini dapat sekaligus dilakukan biopsy untuk menentukan derajat
infiltrasi tumor dan menentukan terapi selanjutnya.
- CT-Scan dan MRI : berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ
sekitarnya dan mendeteksi penyebaran tumor ke kelenjar limfe.

8
- Sitologi Urine: yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama
urine.
- Cell Survey Antigen Study: yaitu pemeriksaan lab untuk mencari sel antigen
terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
- Flow Cytometri berfungsi untuk mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-
sel urtelium.

2.8 Penatalaksanaan
1. Operatif
a. Reseksi Transuretral
Tindakan yang pertama kali yang dapat dilakukan pada pasien dengan tumor
buli-buli adalah Transuretral Reseksi Buli Buli (TUR-B). Tindakan ini dapat
dilakukan pada tumor yang posisinya superfisial dan tumor papiler. Prosedur
melalui cystoscope yang dimasukkan melalui uretra. Tindakan TUR-B diikuti
dengan pengobatan kemoterapi untuk mencegah timbulnya sel kanker yang
tidak terangkat. Efek samping yang sering ditimbulkan setelah tindakan yaitu
adanya hematuria yang dapat diatasi dengan three way catheter dan irigasi
kandung kemih
b. Sistektomi Parsial, Radikal dan Total
Sistektomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang berlokasi
disepanjang dinding posterolateral atau puncak buli buli. Dapat juga
dilakukan jika pasien tidak ingin dilakukan sistektomi radikal atau jika tumor
tidak dapat diangkat dengan tindakan reseksi transurethral. Prosedur ini masih
memungkinkan untuk sel kanker tumbuh kembali. Efek samping prosedur
pembedahan ini adalah berkurangnya kapasitas kandung kemih hingga > 60
ml dan bertambah hingga 400 ml pada beberapa bulan setelah pembedahan.
Sistektomi radikal merupakan pengangkatan kandung kemih dan organ
disekitarnya. Pada wanita dilakukan pengangkatan kandung kemih, uretra,
tuba falopii, uterus, ovarium dan segmen anterior vagina. Sedangkan pada pria
dilakukan pengangkatan kandung kemih, uretra, vesika seminalis, dan prostat

9
atau disebut juga sistoprostatektomi. Selain itu juga dilakukan pengangkatan
lemak perivesikal dan nodus limfe pelvis. Prosedur ini digunakan jika reseksi
transurethral dan kemoterapi intravesika tidak dapat digunakan dan dilakukan
jika tumor telah menginfiltrasi dinding vesika. Selanjutnya aliran urin akan
dialirkan melalui beberapa cara diversi urin yaitu:
- Ureterosigmoidostomi yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke
dalam sigmoid
- Konduit usus yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai
penampung urin, sedangkan untuk mengeluarkan urin dipasangkan
kateter menetap melalui sebuah stoma. Saat ini sudah banyak
ditinggalkan karena tidak praktis
- Diversi urin kontinen yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum
dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada
volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan
kateterisasi mandiri secara berkala.
- Diversi urin orthotopic yaitu membuat neobladder dari segmen usus
yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini lebih
fisiologis bagi pasien karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma yang dipasang di abdomen.

2. Radioterapi
Radioterapi merupakan pilihan alternative selain sistektomi radikal pada kasus
tumor infiltrative yang dalam. Radioterapi diberikan sekitar 5-8 minggu.
Rekurensi lokal sering terjadi.

3. Kemoterapi
Kemoterapi adjuvant dengan terapi sistemik antara lain dengan menggunakan
regimen Sisplatinum-Siklofosfamid dan Adriamisin. Kemoterapi dapat dilakukan
pada tumor buli-buli yang telah mengalami metastasis. Pemberian single ataupun

10
kombinasi kemoterapi agen menunjukkan respon yang baik pada pasien dengan
tumor buli-buli yang telah mengalami metastasis. Respon meningkat pada
pemberian kombinasi Methotrexate, Vinblastin, Cisplastin, Doxorubicin, dan
Siklofosfamid.

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada tumor buli buli antara lain adanya infeksi
sekunder yang bersifat kronis bila terdapat nekrosis dan ulserasi pada permukaan
tumor. Bila tumor menginvasi leher buli buli maka akan dapat terjadi retensio urin.
Pada kasus obstruksi ureter oleh adanya tumor, jarang menimbulkan terjadinya
infeksi pada ginjal.
Kematian tidak jarang terjadi diakibatkan oleh adanya beberapa komplikasi dari
tumor buli buli seperti hidronefrosis dan urosepsis dengan gagal ginjal serta uremia

2.10 Prognosis
Prognosis tumor buli-buli tergantung dari infiltrasi tumor dan metastasisnya. Semakin
jauh infiltrasi dan metastasinya semakin buruk prognosis. Prognosis akan menjadi
baik apabila telah dilakukan pemusnahan secara menyeluruh dari tumor namun
rekurensi tetap dapat terjadi.

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

11
Nama penderita : NWP
Umur : 48 tahun
Alamat : Kesta, Payangan, Gianyar
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Agama : Hindu
Suku bangsa : Bali
Nomor RM : 502011

3.2 Data Subjektif (Anamnesis)


a. Keluhan utama
Kencing berdarah

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan kencing berdarah yang dirasakan sejak 2 bulan
SMRS. Keluhan kencing berdarah dikatakan terus menerus setiap kencing.
Darah yang keluar bergumpal-gumpal dan dikatakan tidak bercampur dengan
kencing. Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingan keluhan
pasien. Keluhan lain seperti nyeri dan terasa panas saat kencing (+), mengejan
saat kencing (+), terasa tidak tuntas setelah kencing (+), riwayat demam (-),
mual (-), muntah (-). Pasien mengatakan sejak 4 bulan SMRS pasien memiliki
riwayat tumor buli-buli. Pasien rutin kontrol ke poliklinik bedah RSUD
Sanjiwani Gianyar dan sudah direncanakan untuk dilakukan operasi.

c. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan seperti saat ini
sebelumnya. Pasien mempunyai riwayat tumor buli-buli sejak 4 bulan SMRS.
Pasien rutin untuk kontrol ke poliklinik bedah RSUD Sanjiwani dan
disarankan untuk dilakukan operasi. Pasien juga memiliki riwayat penyakit
stroke 2 tahun lalu. Riwayat terpapar radiasi pada perut dan saluran kemih
disangkal. Riwayat mengalami batu dan infeksi pada saluran kemih disangkal

12
oleh pasien. Riwayat penyakit kronis lainnya seperti diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit jantung disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi terhadap obat-obatan maupun makanan.

d. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa dengan pasien.
Riwayat alergi, penyakit kronis dan tumor di keluarga disangkal oleh pasien.

e. Riwayat sosial
Saat ini pasien sudah tidak bekerja dikarenakan memiliki riwayat penyakit
stroke. Pasien lebih banyak menghabiskan aktivitas dirumah. Riwayat sering
mengkonsumsi kopi (+). Pasien mengkonsumsi kopi sebanyak 2-3 sehari.
Riwayat konsumsi alcohol (-), riwayat sering menahan kencing dan
mengalami infeksi saluran kemih disangkal oleh pasien (-).

3.3 Data Objektif (Pemeriksaan Fisik)


a. Status Present
Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,7oC
RR : 20 x/menit

b. Status Generalis
Kepala/leher : Normocephali, pembesaran KGB (-)
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-), RP (+/+) isokor
THT : Kesan tenang
Thorax : Cor: S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal, jejas (-)
Ekstremitas :
Hangat Edema - -
+ -

c. Status Lokalis
Regio Flank Dextra et Sinistra
I: massa (-/-), sikatriks (-/-)
P: ballottement (-/-), NT (-/-), massa (-/-)

13
P: nyeri ketok CVA (-/-)

Regio Suprapubis
I: distensi (-), sikatriks (-), massa (-)
P: massa (-), NT (+), blast kosong

Regio Genitalia Eksterna


I: OUE normal
P: NT (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


a. Foto BOF

Kesan: Tak tampak batu opak sepanjang traktus urinarius

14
b. USG Urologi

Ginjal kanan: tampak kista subcapsuler


Ginjal kiri: tak tampak kelainan
Buli: tampak lesi solid multiple menempel di dinding buli yang pada color
Doppler tampak vaskularisasi intra lesi, pada perubahan posisi pasien tidak
tampak berpindah
Kesan: Blood cloth dd massa buli-buli, simple cyst ginjal kanan

c. Foto Rontgen Thoraks PA

15
Kesan: Cor dan pulmo dalam batas normal

d. Pemeriksaan darah lengkap


Parameter Hasil Nilai normal Unit Remark
WBC 10,4 4,0 – 10,0 103/uL H
Gran% 77,8 50,0 – 70,0 % H
Lymph% 12,3 20,0 – 40,0 % L
RBC 5,08 3,5 – 5,5 106/uL N
HCT 39,4 37 – 54 % N
HGB 12,3 11 – 16 g/dL N
PLT 376 150 – 450 103/uL N

e. Pemeriksaan elektrolit
Parameter Hasil Nilai normal Remark
Natrium 134 (133 – 155)mmol/L N
Kalium 3,3 (3,5 – 5,5)mmol/L L
Klorida 90 (95 – 108)mmol/L L

f. Pemeriksaan Faal Ginjal dan Liver


Parameter Hasil Nilai normal Unit Remark
Ureum 33 18 – 55 mg/dL N
Creatinin 0,6 0,7 – 1,2 mg/dL L

16
SGOT 23 < 35 U/L N
SGPT 30 < 41 U/L N

g. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu dan Faal Hemostasis


Parameter Hasil Nilai normal Remark
Bleeding Time (BT) 2’30 1-6 menit N
Clothing Time (CT) 8’30 10-15 menit L
Gula Darah Sewaktu 146 80-120 mg/dL H
3.5 Diagnosis
Tumor Buli-Buli

3.6 Penatalaksanaan
Pro TUR-B

3.7 Resume
Pasien berinisial NWP berusia 48 tahun datang dengan keluhan kencing berdarah
yang dirasakan sejak 2 bulan SMRS. Keluhan kencing berdarah dikatakan terus
menerus setiap kencing. Darah yang keluar bergumpal-gumpal dan dikatakan tidak
bercampur dengan kencing. Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingan
keluhan pasien. Keluhan lain seperti nyeri saat kencing (+), mengejan saat kencing
(+), terasa tidak tuntas setelah kencing (+), riwayat demam (-), mual (-), muntah (-).
Pasien mengatakan sejak 4 bulan SMRS pasien memiliki riwayat tumor buli-buli.
Pasien rutin kontrol ke poliklinik bedah RSUD Sanjiwani Gianyar dan sudah
direncanakan untuk dilakukan operasi. Pasien juga memiliki riwayat penyakit stroke
2 tahun lalu. Riwayat terpapar radiasi pada perut dan saluran kemih disangkal.
Riwayat mengalami batu dan infeksi pada saluran kemih disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit kronis lainnya seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit
jantung disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun
makanan. Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa dengan pasien.
Riwayat alergi, penyakit kronis dan tumor di keluarga disangkal oleh pasien. Saat ini
pasien sudah tidak bekerja dikarenakan memiliki riwayat penyakit stroke. Pasien

17
lebih banyak menghabiskan aktivitas dirumah. Riwayat sering mengkonsumsi kopi
(+). Pasien mengkonsumsi kopi sebanyak 2-3 sehari. Riwayat konsumsi alcohol (-),
riwayat sering menahan kencing dan mengalami infeksi saluran kemih disangkal oleh
pasien (-).

Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda vital dan pemeriksaan status generalis pasien
dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis region flank dextra dan sinistra,
region suprapubik dan region genitalia eksterna tidak tampak adanya kelainan.
Pasien selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu Foto BOF, USG
Urologi, Foto Thorax PA, darah lengkap, elektrolit, faal hemostasis, faal ginjal dan
hepar serta GDS. Hasil pemeriksaan foto BOF dan foto thoraks dalam batas normal.
Pada pemeriksaan USG ditemukan ginjal kanan tampak kista subcapsuler, pada buli
tampak lesi solid multiple menempel di dinding buli yang pada color doppler tampak
vaskularisasi intra lesi, pada perubahan posisi pasien tidak tampak berpindah, kesan:
blood cloth dd massa buli-buli.
Hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan peningkatan WBC (10,4),
Granulosit % (77,2) dan penurunan limfosit % (12,3), pemeriksaan elektrolit terjadi
penurunan kalium (3,3) dan klorida (90), untuk pemeriksaan fungsi ginjal didapatkan
penurunan creatinine (0,6) dan fungsi hepar didapatkan dalam batas normal, GDS
didapatkan meningkat (146) dan clotting time didapatkan memendek (8’30 menit).
Pasien di diagnosis dengan tumor buli-buli. Pasien dilakukan MRS dan direncanakan
untuk dilakukan TUR-B.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Buli-buli (vesika urinaria) terletak tepat di belakang pubis didalam cavitas pelvis.
Secara anatomik bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan yaitu permukaan superior
yang berbatasan dengan rongga peritoneum, permukaan inferolateral, permukaan
posterior. Kapasitas maksimum vesika urinaria dalam menyimpan urine adalah
kurang lebih 500 ml. Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman. Disebelah dalam adalah otot longitudinal, ditengah
merupakan otot sirkuler dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-
buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti mukosa pelvic renalis, ureter,
dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra
internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli.
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli. Karsinoma buli-
buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan
infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar
langsung ke jaringan sekitar. Faktor risiko terjadinya tumor buli-buli yaitu pekerjaan
yang berhubungan dengan paparan zat karsinogenik yang terus-menerus, perokok,
konsumsi kopi dan obat-obatan, infeksi saluran kemih dan faktor usia. Pada kasus ini
diduga salah satu faktor risiko yang menyebabkan terjadinya tumor buli-buli pada
pasien yaitu adanya riwayat konsumsi kopi yang terus-menerus.
Gejala dan tanda pada pasien adalah kencing disertai darah. Darah dikatakan
bergumpal-gumpal dan tidak bercampur dengan kencing. Selain itu pasien juga
mengeluh nyeri dan terasa panas saat kencing. Keluhan nyeri dirasakan menetap.
Pasien juga mengeluhkan harus mengejan saat kencing dan merasa tidak tuntas
setelah kencing. Hal berikut sesuai dengan teori fraktur femur dimana umumnya

19
gelaja yang dialami pasien berupa nyeri di daerah suprapubis yang bersifat konstan,
kencing bercampur darah (hematuria), adanya rasa nyeri dan terasa terbakar atau
panas saat berkemih dan rasa tidak tuntas setelah berkemih. Sementara gejala lain
seperti sering berkemih terutama saat malam hari, kesulitan berkemih tidak dialami
oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien didapatkan tanda-tanda
vital dan pemeriksaan status generalis pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan
status lokalis region flank dextra dan sinistra, region suprapubik dan region genitalia
eksterna tidak tampak adanya kelainan. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa pemeriksaan fisik pada tumor buli-buli tidak spesifik dan
umumnya dalam batas normal. Adanya massa akan teraba jika tumor sudah
menginfiltrasi keluar dari dinding kandung kemih.
Pilihan utama untuk menunjang diagnostik adalah dengan pemeriksaan radiologi
(Foto BOF) dan pemeriksaan USG. Pada kasus ini sudah dilakukan pemeriksaan
penunjang tersebut dan didapatkan hasil pemeriksaan foto BOF dalam batas normal.
Pada pemeriksaan USG ditemukan ginjal kanan tampak kista subcapsuler, pada buli
tampak lesi solid multiple menempel di dinding buli yang pada color doppler tampak
vaskularisasi intra lesi, pada perubahan posisi pasien tidak tampak berpindah, kesan:
blood cloth dd massa buli-buli.
Penatalaksanaan pertama kali yang dapat dilakukan pada pasien dengan tumor
buli-buli adalah Transuretral Reseksi Buli Buli (TUR-B). Tindakan ini dapat
dilakukan pada tumor yang posisinya superfisial dan tumor papiler. Prosedur melalui
cystoscope yang dimasukkan melalui uretra. Tindakan TUR-B diikuti dengan
pengobatan kemoterapi untuk mencegah timbulnya sel kanker yang tidak terangkat.
Efek samping yang sering ditimbulkan setelah tindakan yaitu adanya hematuria yang
dapat diatasi dengan three way catheter dan irigasi kandung kemih. Pada kasus ini
penatalaksanaan yang dilakukan telah sesuai dengan teori dimana pasien telah
direncanakan untuk dilakukan TUR-B.
Komplikasi yang dapat terjadi pada tumor buli buli antara lain adanya infeksi
sekunder yang bersifat kronis bila terdapat nekrosis dan ulserasi pada permukaan

20
tumor. Bila tumor menginvasi leher buli buli maka akan dapat terjadi retensio urin.
Kematian tidak jarang terjadi diakibatkan oleh adanya beberapa komplikasi dari
tumor buli buli seperti hidronefrosis dan urosepsis dengan gagal ginjal serta uremia.
Pada kasus ini tidak ditemukan adanya komplikasi pada pasien.
Prognosis tumor buli-buli tergantung dari infiltrasi tumor dan metastasisnya.
Semakin jauh infiltrasi dan metastasinya semakin buruk prognosis pasien. Prognosis
akan menjadi baik apabila telah dilakukan pemusnahan secara menyeluruh dari tumor
namun rekurensi tetap dapat terjadi.

21
BAB V
SIMPULAN

Fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan kontinuitas tulang
femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung
dengan adanya kerusakan jaringan lunak. Tulang femur merupakan tulang terpanjang
di tubuh manusia yang memiliki bagian seperti kepala, leher, trochanter mayor dan
minor, batang dan kondil distal. Kejadian fraktur femur dibedakan menjadi dua yaitu
fraktur traumatik dan patologis. Dewasa muda sering diakibatkan trauma berenergi
tinggi, sedangkan pada wanita usia tua yang sudah mengalami menopause dan
osteoporosis dapat terjadi fraktur femur tanpa adanya trauma dengan energi tinggi.
Klasifikasi fraktur pada femur meliputi fraktur collum femur, intertrokanter,
subtrokanter, batang femur, dan distal femur. Hampir keseluruhan fraktur femur
memerlukan tindakan operatif. Prognosis fraktur femur sangat tergantung dengan
kecepatan penanganannya. Semakin dini dikenali, direduksi, retensi dan mendapat
rehabilitasi yang tepat maka akan baik prognosisnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, B.B. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Sagung Seto. Jakarta.
2. Staff Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi FKUI. 2010.
Radiologi Diagnostik. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
3. Sjamsuhidajat, R. & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai