Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Aneurisma adalah suatu penonjolan (pelebaran, dilatasi) pada dinding suatu arteri.
Penonjolan biasanya terjadi pada suatu daerah yang lemah pada dinding arteri. Aneurisma
bisa terjadi di sepanjang aorta, tetapi 75% aneurisma muncul pada bagian aorta yang menuju
ke perut. Aneurisma bisa berbentuk bulat (sakuler) atau seperti tabung (fusiformis). Sebagian
besar berbentuk fusiformis.
Aneurisma aorta terutama merupakan akibat dari arteriosklerosis, yang menyebabkan
lemahnya dinding aorta sehingga tekanan di dalam mendorong dinding menggembung keluar.
Di dalam aneurisma sering terbentuk bekuan darah (trombus) dan bisa tersebar di sepanjang
dinding aorta. Aneurisma juga dapat terjadi pada arteri-arteri lain selain aorta.
Sering tampak pembengkakan disertai massa yang berdenyut di daerah tempat
aneurisma berada. Jika aneurisma pecah, akan timbul gejala tekanan darah rendah, denyut
jantung yang cepat serta pusing. Aneurisma yang pecah memiliki resiko kematian yang
tinggi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, USG dan CT scan.
Aneurisma terinfeksi pada arteri yang menuju ke otak sangat berbahaya dan perlu
segera ditangani. Infeksi biasanya berasal dari bagian tubuh lainnya, terutama katup jantung.
Seringkali perlu dilakukan pembedahan yang sangat beresiko.(medicastore)

Aneurisma aorta abdominalis Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Aneurisma berasal dari bahasa yunani “aneurysma” berarti pelebaran.
Aneurisma adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara
abnormal atau mengembang (over-inflated) seperti balon yang menonjol keluar.
Pelebaran yang terjadi adalah lokal dan lebih dari 50% diameter pembuluh darah.
Aneurisma sering terjadi pada arteri di basis otak (circulus Willisi) dan di aorta.4,5

Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya karena dapat ruptur dan


menyebabkan kematian kapan saja. Aneurisma aorta adalah aneurisma yang
melibatkan aorta. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa aorta adalah pembuluh
darah besar utama yang berasal dari jantung yang mensuplai darah ke abdomen,
pelvis, dan tungkai bawah.4,5

Aorta disebut sebagai aorta thoracica saat ia meninggalkan jantung, ascenden,


melengkung (arcus), dan descenden lewat rongga thorak hingga mencapai diafragma
(pemisah antara rongga thorak dan abdomen), aorta mulai disebut sebagai aorta
abdominalis setelah ia melewati diafragma dam berlanjut turun ke abdomen yang
terpisah menjadi dua arteri iliaca yang turun ke tungkai bawah. Aorta dapat
mengalami aneurisma, dan biasanya terjadi pada abdomen dibawah ginjal (abdominal
aneurysm), tetapi dapat juga terjadi di rongga thorak (thoracic aneurysm).2,4,5

Hal tersebut dapat terjadi jika dinding aorta menjadi lemah karena deposit
lemak (plak) pada atherosclerosis. Aneurisma juga dapat terjadi sebagai penyakit yang
diturunkan seperti Marfan syndrome. Beberapa lokasi yang sering terjadi aneurisma
antara lain: Aorta (abdominal aortic aneurysm dan thoracic aortic aneurysm), Otak
(cerebral aneurysm), Tungkai bawah (popliteal artery aneurysm), Usus (mesenteric
artery aneurysm), Splenic artery aneurysm.4,5

Aneurisma aorta abdominalis Page 2


Gambar 1. A. Gambaran aorta setelah meninggalkan jantung, B. Aneurisma
aorta thoracikus, C. Aneurisma aorta abdominalis5

B. INSIDENS

Aneurisma aorta abdominalis bisa terjadi pada siapa saja, tetapi paling sering
ditemukan pada pria usia 40-70 tahun. Pada anak-anak, aneurisma bisa terjadi akibat
cedera tumpul pada perut atau akibat sindroma Marfan.4

C. ETIOLOGI1,3,5
Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita. Penyebab
pasti penyakit ini belum diketahui, defek pada beberapa komponen dari dinding arteri
dapat bertanggung jawab terdapat faktor risiko untuk terjadinya aneurisma aorta
meliputi tekanan darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, diabetes, perokok
tembakau, alkoholism, dan insomnia. dan obesitas. Penyebab yang paling banyak dari

Aneurisma aorta abdominalis Page 3


aneurisma aorta adalah pengerasan dari arteri disebut arteriosclerosis. Sekitar 80%
dari aneurisma aorta adalah dari arteriosclerosis. Arteriosclerosis dapat melemahkan
dinding aorta dan tekanan darah yang dipompakan melewati aorta menyebabkan
ekspansi pada area yang lemah. Kehamilan sering dihubungkan dengan pembentukan
dan rupture dari aneurisma arteri splenica.
Penyebab lain adalah infeksi, kelainan bawaan pada jaringan ikat yang
membentuk dinding arteri, selain adanya trauma. Pada anak-anak biasanya
diakibatkan cedera tumpul pada perut atau akibat sindrom marfan (kelainan yang
mengenai jaringan ikat. Biasanya ditandai dengan langit-langit lidah yang tinggi dan
organ tubuh yang menjadi lebih panjang). Aneurisma yang besarnya sampai dengan 5
cm, sangat mungkin akan pecah. Pecahnya gelembung ini bisa menyebabkan
pendarahan hebat dalam rongga perut.

D. KLASIFIKASI2,5

Aneurisma dapat digolongkan berdasarkan bentuknya: sakular atau fusiform.


Sakular aneurisma menyerupai kantong (sack) kecil; fusiform aneurisma menyerupai
kumparan. Aneurisma juga dapat digolongkan kedalam dua kelompok true aneurysms
dan false aneurysms. True aneurysm melibatkan pelebaran semua 3 lapis dinding
pembuluh darah, intima, media, dan adventitia. True aneurysms dapat karena
malformasi kongenital, infeksi, atau hypertension. False aneurysm, juga disebut
sebagai pseudoaneurysm, melibatkan pelebaran hanya adventitia saja.
Pseudoaneurysms dapat karena trauma melibatkan intima pembuluh darah dan
sebagai komplikasi prosedur arteri percutaneous.

Gambar 2. Klasifikasi aneurisma1,2

Aneurisma dapat terjadi dimana saja terdapat pembuluh darah, meskipun


paling sering terjadi pada arteri tetapi dapat juga pada vena (misal: aneurisma vena
popliteal). Sebagian besar aneurisma non intracranial (95%) muncul pada distal arteri
renalis di aorta abdominalis infrarenal. Aorta thoracica juga dapat terkena. Salah satu
Aneurisma aorta abdominalis Page 4
yang paling sering dari aneurisma aorta thoracica meliputi pelebaran aorta proksimal
dan pangkal aorta, yang dapat menyebabkan insufisiensi aorta. Aneurisma dapat
terjadi pada tungkai, terutama pembuluh darah dalam (vasa popliteal pada lutut).
Kebanyakan aneurisma muncul terisolasi, aneurisma berry pada anterior
communicating artery dari circulus Willisi berasosiasi dengan autosomal dominant
polycystic kidney disease (ADPKD). Tahap ketiga dari syphilis juga bermanifestasi
aneurisma aorta, dimana terjadi kehilangan vasa vasorum di tunica adventitia

Gambar 3. Lokasi terjadinya aneurisma2

E. ANATOMI5,6,7
Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari segenap pembuluh darah
cabangnyayang berfungsi membawa darah teroksigenasi ke berbagai jaringan di tubuh
untuk kebutuhan nutrisinya. Aorta berada sebagai bagian atas dari vebtrikel, dimana
diameternya sekitar 3 cm, dan setelah naik (ascending) untuk jarak yang pendek, ia
melengkung (arch) kebelakang dank e sisi kiri, tepat pada pangkal paru kiri, kemudian
turun (descending) dalam thorax pada sisi kiri kolumna vertebralis, masuk rongga
Aneurisma aorta abdominalis Page 5
abdomen lewat hiatus diafragmatikus, dan berakhir, dimana diameternya mulai
berkurang (1,75 cm), setingkat dengan vertebra lumbalis ke IV, ia bercabang menjadi
arteri iliaca comunis dekstra dan sinistra. Dari uraian diatas maka aorta dapat
dipisahkan menjadi beberapa bagian: aorta ascenden, arcus aorta, dan aorta descenden
yang dibagi lagi menjadi aorta thoracica dan aorta abdominalis.

Aorta Ascendens panjangnya sekitar 5 cm, menyusun bagian atas dari basis
ventrikel kiri, setinggi batas bawah kartilago kosta ke III dibelakang kiri pertengahan
sternum; ia melintas keatas secara oblik, kedepan, dan kekanan, searah aksis jantung,
setinggi batas atas dari kartilago kosta ke II. Pada pangkal asalnya, berlawanan
dengan segmen valvula aortikus, terdapat tiga dilatasi kecil disebut sinus aortikus.
Saat pertemuan aorta ascenden dengan arcus aorta caliber pembuluh darah meingkat,
karena bulging dinding kanannya. Segmen dilatasi ini disebut bulbus aortikus, dan
pada potongan transversal menunjukkan bentuk yang oval. Aorta ascenden terdapat
dalam pericardium.

Batas-batas—aorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria pulmonalis dan


aurikula dekstra, dan, lebih tinggi lagi, terpisah dari sternum oleh pericardium, pleura
kanan, margo anterior dari pulmo dekstra, jaringan ikat longgar, dan sisa dari jaringan
timus; di posterior ia bersandar pada atrium sinistra dan arteri pulmonary dekstra.
Pada sisi kanan, ia berdekatan dengan vena cava superior dan atrium dekstra; pada sisi
kiri dengan arteri pulmonary.

Cabang-cabang—satu-satunya cabang dari aorta ascenden adalah arteria


coronaria yang mensuplai jantung; muncul dekat commencement aorta tepat diatas
pangkal valvula semilunaris.

Arcus Aorta—dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke II pada


sisi kanannya, dan berjalan keatas, kebelakang, dank e kiri di depan trachea;
kemudian mengarah ke belakang pada sisi kiri trachea dan akhirnya turun lewat sisi
kiri tubuh pada setinggi vertebra thoracic ke IV, pada batas bawahnya dan kemudian
berlanjut menjadi aorta descenden. Sehingga terbentuk dua kurvatura: satu dimana ia
melengkung keatas, yang kedua dimana ia melengkung kedepan dan kekiri. Batas
atasnya kira-kira 2,5 cm dibawah batas superior manubrium sterni.

Aneurisma aorta abdominalis Page 6


Batas-batas—arcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan margo anterior
dari pulmo; dan dengan sisa dari timus. Saat pembuluh melinta ke belakang sisi
kirinya bersentuhan dengan pulmo sinistra dan pleura. Melintas ke bawah pada sisi
kiri bagian tersebut pada arcus terdapat 4 nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus
superior cabang nervus vagus sinistra, cabang nervus cardiacus superior dari trunkus
simpatikus sinistra, dan trunkus vagus sinistra. Saat nervus terakhir tadi melintasi
arcus ia memberikan cabang recurrent, yang melingkar dibawah pembuluh dan
melintas keatas pada sisi kanan. Vena intercostalis melintas oblik keatas dan kedepan
pada sisi kiri arcus, diantara nervus phrenicus dan vagus. Pada sisi kanan terdapat
plexus cardiacus profunda, nervus recurrent sinistra, esophagus, dan ductus
thoracicus; trachea berada dibelakang kanan dari pembuluh. Diatas adalah arteri
innominata, carotis comunis sinistra, dan arteri subclavia sinistra, yang mncul dari
lengkungan arcus dan bersilangan berdekatan di pangkalnya dengan vena innominata
sinistra. Dibawah adalah bifurkasio arteri pulmonalis, bronchus sinistra, ligamentum
arteriosum, bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan nervus recurrent sinistra.
Ligamentum arteriosum menghubungkan arteri pulmonary sinistra dengan arcus
aorta.

Diantara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus, lumen aorta
bayi sedikit menyempit, membentuk bangunan yang disebut sebagai isthmus aorticus,
yang pada saat diatas ductus arteriosus pembuluh membentuk dilatasi yang disebut
aortic spindle.

Cabang-cabang—arcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh darah:


arteri innominata, carotis comunis sinistra, dan subclavia sinistra.
Aorta desenden—dibagi menjadi dua bagian, thoracica dan abdominalis, saat
melewati dua rongga besar tubuh.

Aorta thoracalis—terdapat dalam cavum mediatinum posterior. Dimulai pada


batas bawah dari vertebra thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari arcus
aorta, dan berakhir di depan batas bawah dari vertebra thoracic ke XII pada hiatus
aorticus diafragma. Dalam perjalanannya ia terdapat di sisi kiri kolumna vertebralis;
ia mendekati garis tengah saat turun; dan, saat terminasinya berada tepat didepan
kolumna vertebralis.

Aneurisma aorta abdominalis Page 7


Batas-batas—anterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal pulmo
sinistra, pericardium, esophagus, dan diafragma; posterior, dengan kolumna
vertebralis dan vena hemiazigos; sisi kanan, dengan vena azigos dan ductus
thoracicus; sisi kiri, dengan pleurae dan pulmo sinistra.

Cabang pericardial (rami pericardiaci)—terdiri dari beberapa pembuluh kecil


yang terdistribusi pada permukaan posterior pericardium. Arteri brochialis (aa.
bronchiales)—bervariasi jumlah, ukuran, dan asalnya. Terdapat aturan baku bahwa
hanya satu arteri bronchialis dekstra yang berasal dari aorta intercostalis pertama, atau
dari arteri bronchialis sinistra superior. Arteri bronchialis sinistra terdapat dua buah,
dan berasal dari aorta thoracalis. Bagian superior arteri bronchialis sinistra muncul
berlawanan dengan vertebra thoracic ke V, bagian inferior terdapat tepat dibawah
bronchus sinistra. Tiap-tiap pembuluh berjalan di bagian belakang masing-masing
bronchus, bercabang disepanjang tube bronchus, memvaskularisasinya. Juga pada
jaringan jaringan longgar pulmo, limfonodi bronchialis, dan esophagus.

Arteri esophageal (aa. æsophageæ)—terdapat empat atau lima jumlahnya,


berasal dari bagian depan aorta, dan turun oblik kebawah menuju esophagus,
membentuk rantai anastomosis disepanjang tube, beranastomosis juga dibagian atas
dengan cabang esophageal dari arteri thyroidea inferior dan dibagian bawah dengan
arteri phrenica inferior sinistra dan arteri gastrica inferior.

Cabang mediastinal (rami mediastinales)—adalah sejumlah pembuluh kecil


yang mensuplai kelenjar limfe dan jaringan ikat longgar pada mediatinumk posterior.
Arteri intercostalis (aa. intercostales)—terdapat sembilan pasang arteri intercostalis
aorta. Mereka berasal dari bagian belakang aorta, arteri intercostalis dekstra lebih
panjang dibanding yang sinistra sesuai dengan posisi aorta yang disebelah kiri
vertebra. Tiap arteri dibagi menjadi ramus anterior dan posterior.

Ramus anterior—tiap pembuluhnya ditemani dengan vena dan nervus, yang


pertama terdapat diatas dan yang terakhir terdapat di bawah arteri. Kecuali pada
bagian atas dimana nervus terdapat diatas arteri. Arteri intercostalis aorta yang
pertama beranastomosis dengan cabang intercostal dari truncus costocervicalis. Dua
arteri intercostalis bagian bawah berlanjut ke anterior dari spatium intercostalis ke
dinding abdomen, serta beranastomosis dengan arteri subcostalis, epigastrica superior,

Aneurisma aorta abdominalis Page 8


danlumbalis.

Cabang intercostalis collaterale—berasal dari arteri intercostalis dengan sudut costae,


dan turun ke batas atas costae dibawahnya. Ia juga beranastomosis dengan cabang
intercostal dari arteri mammaria interna. Cabang muscularis—memvaskularisasi m.
Intercostalis, Pectoralis, dan Serratus anterior. Cabang cutaneus lateralis—menemani
cabang cutaneus lateralis dari nervus thoracicus.

Ramus posterior—berjalan kebelakang pada ruangan yang dibatasi bagian atas


dan bawah oleh leher dan costae, medial oleh corpus vertebrae, lateral oleh
ligtamentum costotransversalis anterior. Ia memberi cabang spinalis yang ,masuk
kedalam canalis vertebralis lewat foramen intervertebralis dan mensuplai medulla
spinalis beserta membrannya dan vertebra. Kemudian perjalanannya berlanjut
melewati processus transversus bersama dengan divisi posterior nervus thoracicus
mensuplai otot punggung dan cabang cutaneus mensuplai kulit punggung.

Arteri subcostalis—diberi nama demikian karena ia berada dibawah costae


terakhir. Menyusun pasangan terbawah cabang yang berasal dari aorta thoracica serta
susunan terakhir dari arteri intercostalis. Masing-masingnya melintasi batas bawah
dari costae ke XII dibelakang ginjal dan didepan m. Quadratus lumborum, ditemani
dengan nervus thoracicus ke XII, kemudian bergabung dengan aponeurosis posterior
dari m. Transversus abdominis, dan melintas didepan otot tersebut dan m. Obliquus
internus, beranastomosis dengan arteri epigastrica superior, intercostalis inferior, dan
lumbalis. Tiap arteri subcostalis memberi cabang posterior yang mirip distribusinya
dengan ramus posterior arteri intercostalis.

Cabang phrenicus superior—merupakan pembuluh kecil yang berasal dari


bagian bawah aorta thoracica; terdistribusi ke bagian posterior dari permukaan atas
diafragma, dan beranastomosis dengan arteri musculophrenicus dan
pericardiophrenicus.
Aorta abdominalis—dimulai pada hiatus aortikus diafragma, didepan batas bawah
dari korpus vertebrae thoracic terakhir, dan, turun didepan kolumna vertebralis,
berakhir pada korpus vertebra lumbalis ke IV, sedikit kekiri dari garis tengah tubuh,
kemudian terbagi menjadi dua arteri iliaca comunis. Aorta semakin berkurang
ukurannya dengan semakin banyak ia mempercabangkan pembuluh darah.
Aneurisma aorta abdominalis Page 9
Batas-batas—aorta abdominalis dibatasi, anterior, oleh omentum minus dan
gaster, dibelakang cabang dari arteri celiaca dan plexus celiaca; dibawah vena lienalis,
pankreas, vena ranalis sinistra, bagian inferior dari duodenum, pleksus mesenterium
dan pleksus aortikus. Posterior, dipisahkan dari vertebrae lumbalis dan fibrokartilago
intervertebrae oleh ligamentum longitudinalis anterior dan vena lumbalis sinistra.
Pada sisi kanan terdapat vena azygos, cisterna chyli, ductus thoraksikus, crus dekstra
diafragma yang memisahkan aorta dari bagian atas vena cava inferior dan dari
ganglion celiaca dekstra; vena cava inferior bersentuhan dengan aorta dibawahnya.
Pada sisi kiri adalah crus sinistra diafragma, ganglion celiaca sinistra,bagian
ascending dari duodenumdan sedikit bagian intestinum.

Dari cabang viseral, arteri celiaca dan arteri mesenterika superior dan inferior
tidak berpasangan, sementara arteri suprarenalis, renalis, spermatica interna, dan
ovarian adalah berpasangan. Dari cabang parietal, arteri phrenica inferior dan
lumbalis adalah berpasangan; arteri sacralis media tidak berpasangan. Cabang
terminal berpasangan. Arteri celiaca (a. cæliaca; celiac axis)—mempercabangkan tiga
cabang besar, arteri gastrica sinistra, hepatica, dan splenica, juga terkadang arteri
phrenica inferior.

Arteri mesenterika superior—mempercabangkan arteri pancreaticoduodenalis


inferior, intestinalis, ileocolica, colica dekstra. Arteri mesenterika inferior—
mempercabangkan arteri colica sinistra, sigmoidea, dan hemorrhoidalis superior.
Arteri suprarenalis media (aa. suprarenales media; middle capsular arteries; suprarenal
arteries)—adalah dua pembuluh darah kecil yang muncul dari kedua sisi aorta,
berlawanan dengan arteri mesenterika superior. Melewati bagian lateral dan sedikit
keatas, melintasi crura diafragmatika, ke glandula suprarenalis, dimana kemudian
beranastomosis dengan cabang suprarenal dari arteri phrenica inferior dan arteri
renalis.

Arteri renalis (aa. renales)—adalah dua pembuluh besar, yang muncul dari tiap
sisi aorta, tepat dibawah arteri mesenterika superior. Tiap-tiapnya melintasi crus
diafragma, sehinga membentuk sudut hampir tegak lurus dengan aorta. Sisi kanan
lebih panjang daripada sisi kiri; sisi kiri lebih tinggi daripada sisi kanan. Sebelum
mencapai hilus renalis, tiap arteri bercabang menjadi empat atau lima cabang kecil.
Tiap arteri juga mempercabangkan suprarenalis superior.
Aneurisma aorta abdominalis Page 10
Arteri spermatica internus (aa. Spermaticæ internæ; spermatic arteries)—
terdistribusi ke testis. Adalah dua arteri yang panjang berasal dari aorta bagian depan
sedikit dibawah arteri renalis. Tiap-tiapnya melintas turun oblik dan lateral dibelakang
peritoneum, bersandar pada m. Psoas major. Tiap-tiapnya menyilang oblik diatas
ureter dan bagian bawah arteri iliaca eksternus untuk mencapai anulus inguinalis,
kemudian melewatinya dan merupakan salah satu penyusun corda spermatica
disepanjang canalis inguinalis menuju skrotum. Ia memvaskularisasi ductus deferens,
epididimys, bagian belakang tunica albuginea, testis, ureter, dan m. Cremaster.
Arteri ovaria (aa. Ovaricæ)—adalah arteri pada wanita yang serupa dengan arteri
spermatica internus pada pria, memvaskularisasi ovarium. Asal dan jalurnya sama
dengan arteri spermatica interna.

Arteri phrenica inferior (aa. Phrenicæ inferiores)—adalah dua pembuluh darah


kecil yang memvaskularisasi diafragma. Ia dapat berasal terpisah dari bagian depan
aorta, terkadang salah satunya berasal dari aorta dan yang lain dari arteri renalis;
tetapi jarang muncul terpisah dari aorta. Mendekati bagian belakang tendo central
diafragma tiap pembuluh terbagi menjadi cabang medial dan lateral. Cabang medial
melintas kedepan dan beranastomosis dengan sesamanya disisi yang berlawanan, dan
dengan arteri musculophrenicus dan pericardiophrenicus. Cabang lateral melintas
pada sisi thorax, dan beranastomosis dengan arteri intercostalis bawah, dan dengan
arteri musculophrenicus, ia juga memberi cabang ke vena cava inferior dan
esophagus. Tiap-tiap pembuluh subcostal memberi cabang suprarenalis superior
menuju kelenjar suprarenal. Spleen dan liver juga menerima beberapa cabangnya.

Arteri lumbalis (aa. Lumbales)—merupakan satu seri denga arteri


intercostalsi. Mereka biasanya berjumlah empat pada tiap sisi, dan berasaldari bagian
belakang aorta, berlawanan dengan vertebra lumbalis ke IV. Kadang juga terdapa
tpasangan ke V yang berukuran kecil yang berasal dari arteri sacralis media. Mereka
beranastomosis dengan arteri intercostalis inferior, subcostalis, iliolumbalis, iliaca
circumflexi profunda, dan epigastrica inferior.

Cabang-cabang—pada sela antara processus transversus tiap arteri lumbalis


mepercabangkan ramus posterior yang terdistribusi ke otot dan kulit punggung, ia
kemudian menjadi cabang spinal yang memasuki canalis vertebralis dan terdistribusi
sama dengan cabang spinal ramus posterior arteri intercostalis. Cabang muscular
Aneurisma aorta abdominalis Page 11
dibentuk dari tiap arteri lumbalis dan dari ramus posterior dari otot tetangganya.
Arteri sacralis media (a. Sacralis media)—adalah pembuluh kecil, yang muncul dari
belakang aorta, sedikit diatas bifurcatio. Ia turun pada garis tengah didepan vertebra
lumbalis ke IV dan V, sacrum dan coccyx, dan berakhir pada glomus coccygeum
(coccygeal gland). Dari situ ia melintas ke permukaan belakang rectum.

Gambar 4. Anatomi pembuluh darah aorta6

Aneurisma aorta abdominalis Page 12


Gambar 5. Kanan: perjalanan aorta keluar dari jantung sebelum melewati
diafragma, kiri: perjalanan aorta melewati diafragma6

Gambar 6. A. mesenterika superior dan inferior dan organ yang diperdarahi6

Aneurisma aorta abdominalis Page 13


Gambar 7. Cabang-cabang—pada sela antara processus transversus tiap
arteri lumbalis7

F. PATOGENESIS DAN PATOLOGI


Aorta manusia adalah sirkuit yang relatif rendah tahanan untuk peredaran
darah. Ekstremitas bawah memiliki tahanan arteri yang terbesar, dan trauma yang
berulang sebagai cerminan gelombang arterial pada distal aorta dapat mencederai
dinding aorta dan menyebabkan degenerasi aneurisma. Hipertensi sistemik juga dapat
mencederai, dan mempercepat ekspansi aneurisma.1

Secara hemodinamik, keadaan dilatasi aneurisma dan peningkatan stress


dinding sesuai dengan hukum Laplace. Spesifiknya, hukum Laplace menyatakan
bahwa tekanan dinding proporsional terhadap tekanan dikali radius dari arterial (T = P
x R). Peningkatan diameter, diikuti dengan peningkatan tekanan dinding, sebagai
respon terhadap peningkatan diameter. Meningkatnya tekanan, maka meningkat pula
risiko ruptur. Peningkatan tekanan (hipertensi sistemik) dan meningkatnya ukuran
aneurisma memicu tekanan pada dinding dan lebih lanjut meningkatkan risiko ruptur.
Patogenesis dari pembentukan aneurisma aorta abdominalis belum dimengerti secara
baik. Aneurisma aorta abdominalis dikarakteristikkan dengan destruksi elastin dan

Aneurisma aorta abdominalis Page 14


kolagen pada tunica media dan adventitia, ilangnya sel otot polos tunica media
dengan penipisan dinding pembuluh, dan infiltrat limfosit dan makrofag transmural.
Atherosclerosis adalah gambaran utama yang mendasari aneurisma. Bagaimanapun
juga kurang disetujui jika menyebutkan atherosclerosis menyebabkan aneurisma
sebagai penyakit primer pada intima sementara pementukan aneurisma terutama
melibatkan tunica media dan adventitia. National Heart, Lung, and Blood Institute
Request for Applications (HL-99-007) mengajukan judul "Pathogenesis of Abdominal
Aortic Aneurysms" dan diidentifikasi 4 mekanisme yang relevan dengan
pembentukan aneurisma aorta abdominalis 1) degradasi proteolitik dari dinding
jaringan ikat aorta, 2) inflamasi dan respon imun, 3) stress biokimia pada dinding,
dan 4) molecular genetics.1,3

Degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta—pembentukan


aneurisma melibatkan proses komplek dari destruksi tunica media aorta dan jaringan
penyokongnya lewat degradasi elastin dan kolagen. Pada model in vivo dari
pembentukan aneurisma aorta abdominalis, meliputi aplikasi calcium chloride dan
perfusi elastase intraluminal, telah digunakan untuk meningkatkan peran berbagai
protease selama pembentukan aneurisma. Model tersebut, sebaik yang telah dipelajari
juga pada jaringan aorta manusia, menunjukkan bahwa berbagai matrix
metalloproteinase proteinases (MMPs), berasal dari makrofag dan sel otot polos aorta,
memainkan peran terintegrasi dalam pembentukan aneurisma. Disolusi kolagen
intersisial mengikuti ekspresi dari collagenase MMP-1 dan MMP-13 pada aneurisma
aorta abdominalis manusia. Elastase MMP-2 (gelatinase A), MMP-7 (matrilysin),
MMP-9 (gelatinase B), dan MMP-12 (elastase makrofag) juga meningkat pada
jaringan aneurisma aorta. MMP-12, diekspresikan tinggi pada aneurisma aorta
abdominalis manusia dan dapat berperan penting dalam inisiasi aneurisma. Sebagai
tambahan, tingginya kadar MMP-2, ditemukan pada aneurisma aorta yang kecil,
menunjukkan peran MMP-2 pada pembentukan awal aorta. Terakhir elastase MMP-9
yang dapat diinduksi meningkat pada jaringan aorta, juga pada serum pasien
aneurisma. Selama pembentukan aneurisma, keseimbangan remodeling dinding
pembuluh antara MMPs dan inhibitornya yaitu Tissue Inhibitors of
Metalloproteinases (TIMPs), menentukan degradasi elastin dan kolagen. Lebih lanjut
mekanisme biologis yang menginisiasi proteolitik enzim pada aorta belum diketahui.

Aneurisma aorta abdominalis Page 15


Inflamasi dan respon imán—gambaran histologi yang menonjol dari
aneurisma aorta abdominalis adalah infiltrasi transmural oleh makrofag dan limfosit.
Dihipotesiskan bahwa sel ini secara simultan melepaskan kaskade sitokin yang
menghasilkan aktivasi berbagai protease. Pemicu untuk influk dan migrasi leukosit
belum diketahui, tetapi paparan produk degradasi elastin pada dinding aorta dapat
berperan sebagai primary chemotactic attractant untuk infiltrasi makrofag. Konsep
bahwa pembentukan aneurisma adalah respon autoimun didukung oleh infiltrat
ekstensif dari limfosit dan monosit, juga deposisi imunogobulin G yang reaktif
terhadap matriks protein ekstraselular pada dinding aorta. Tunica adventicia
tampaknya adalah area utama yag menjadi tempat infiltrasi leukosit dan aktivasi
inisial MMP. Sitokin dari makrofag dan limfosit meningkat pada dinding aneurisma
aorta, meliputi IL-1ß, TFN-a, IL-6, IL-8, MCP-1, IFN-g, dan GM-CSF. Sitokin
inflamatori ini, bersama dengan plasminogen aktivator, menginduksi ekspresi dan
aktivasi dari MMPs dan TIMPs.1,3

Stress biokimia pada dinding—letak terbanyak infrarenal untuk pembentukan


aneurisma aorta abdominalis menunjukkan perbedaan potensial pada struktur aorta,
biologi dan stress disepanjang aorta. Peningkatan shear dan tension pada dinding aorta
menghasilkan remodeling kolagen. Lebih lanjut, penurunan rasio elastin terhadap
kolagen dari proksimal ke distal aorta dapat relevan secara klinis semenjak penurunan
elastin berhubungan dengan dilatasi aorta, sementara degradasi kolagen adalah
predisposisi untuk ruptur. Saat aneurisma terbentuk, maka peningkatan stress dinding
adalah penting dalam percepatan dilatasi dan peningkatan risiko ruptur. ß-blockers
berperan untuk mengurangi stress dinding dan telah diperkirakan berperan protektif
untuk dilatasi aneurisma dan ruptur pada model binatang.2,3

Molekular genetik—familial cluster dan subtype HLA menunjukkan baik


peran genetik dan imunologis dalam patogénesis aneurisma. Yang terbaru, tidak ada
polimorfisme gen tunggal atau defek yang dapat diidentifikasi sebagai denominator
yang paling sering untuk aneurisma aorta abdominalis. Beberapa fenotip telah
ditemukan berhubungan dengan pembentukan aneurisma aorta abdominalis. Sebagai
contoh, Hp-2-1 fenotip haptoglobin dan defisiensi a1-antitrypsin berasosiasi dengan
pembentukan aneurisma. Sebagai tambahan, adanya penurunan frekuensi aneurisma

Aneurisma aorta abdominalis Page 16


pada pasien dengan Rh-negative blood group dan penngkatan frekuensi pada pasien
dengan MN atau Kell-positive blood groups.1,3

Mekanisme gabungan—kombinasi dari faktor multipel meliputi stress


hemodinamik lokal, fragmentasi tunica media, dan presdiposisi genetik, lewat
mekanisme imunologi yang tidak diketahui sepertinya menstimulasi sel-sel inflamasi
kedalam dinding aorta. Sel inflamasi kemudian melepaskan chemokine dan sitokin
menghasilkan influk lebih lanjut dari leukosit dengan ekspresi dan aktivasi protease,
terutama MMPs. Protease ini menghasilkan degradasi tunica media dan dilatasi
aneurisma. Peningkatan stress dinding kemudian melanjutkan proses proteolisis dan
progresifitas dilatasi aneurisma dengan ruptur aorta jika tidak ditangani dengan
tepat.1,3

Gambar 8. Patogenesis terbentuk aneurisma

G. GEJALA KLINIK3,4

Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa
gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur
aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah ( aortic
dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba. Penderita sering merasakan denyutan di
perutnya. Aneurisma bisa menimbulkan nyeri, terutama berupa nyeri yang menusuk
dalam di punggung. Nyeri bisa menjadi berat dan biasanya menetap, tetapi perubahan
posisi badan bisa mengurangi rasa nyeri ini.

Pertanda awal dari pecahnya aneurisma biasanya adalah nyeri yang luar biasa
di perut bagian bawah dan punggung dan nyeri tumpul di atas aneurisma. Pada

Aneurisma aorta abdominalis Page 17


perdarahan dalam yang berat, penderita bisa jatuh ke dalam keadaan syok. Pecahnya
aneurisma abdominalis sering berakibat fatal.

Gejala ruptur antara lain:

 Sensasi pulsasi di abdomen


 Nyeri abdomen yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan. Nyeri
dapat menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah.

 Abdominal rigidity

 Nyeri pada punggung bawah yang berat, tiba-tiba, persisten, atau


konstan, dapat menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah

 Anxietas

 Nausea dan vomiting

 Kulit pucat

 Shock

 Massa abdomen

H. DIAGNOSIS

Banyak penderita yang tidak memiliki gejala dan terdiagnosis pada


pemeriksaan fisik rutin atau pada pemeriksaan rontgen yang dilakukan untuk alasan
lain. Pada pemeriksaan fisik, dokter bisa merasakan adanya massa yang berdenyut di
garis tengah perut. Aneurisma yang berkembang dengan cepat dan hampir pecah,
sering terasa nyeri atau menimbulkan nyeri tumpul bila ditekan. Pada penderita yang
gemuk, aneurisma yang lebar pun sering tidak dapat ditemukan.1,2,5

Pemeriksaan :

Foto rontgen :

Aneurisma aorta abdominalis Page 18


Foto rontgen perut bisa memperlihatkan suatu aneurisma yang memiliki
endapan kalsium di dindingnya.

USG :

Pemeriksaan skrining pilihan dan bernilai juga untuk mengikuti perkembangan


aneurisma pada pasien dengan aneurisma yang kecil (<5 cm). Biasanya
aneurisma membesar 10% diameter per tahunnya; sehingga USG abdomen
direkomendasikan untuk aneurisma yang lebih besar 3,5 cm.USG bisa
menunjukkan dengan jelas ukuran dari aneurisma.

Gambar 9. Gambaran aneurisma dengan USG

CT Scan :

CT scan yang dilakukan setelah penyuntikan zat warna secara intravena, bisa
secara tepat menunjukkan ukuran dan bentuk aneurisma, tidak hanya tepat
dalam menentukan ukuran aneurisma tetrapi juga menentukan hubungan
terhadap arteria renalis, tetapi biayanya mahal.

Aneurisma aorta abdominalis Page 19


Gambar 10. Gambaran aneurisma pada CT Scan

Angiography aorta :

Diindikasikan sebelum repair aneurisma arterial oclusive disease pada viseral


dan ekstremitas bawah atau saat repair endograft akan dilakukan.

Gambar 11. Gambaran aneurisma dengan angiography

Aneurisma aorta abdominalis Page 20


MRI :

MRI scan juga merupakan pemeriksaan yang akurat, tetapi biayanya mahal.

I. DIAGNOSA BANDING1,3,4

Inflamasi :

 Perforasi ulkus peptik


 Perforasi usus tifus

 Pankreatitis akut

 Kolesistitis akut

 Peritonitis

Obstruksi :

 Hernia inkarserata
 Volvulus

 Nephrolitiasis, Ureterolitiasis (kolik ureter)

 Kholelitiasis (kolik bilier)

Iskemia :

 Hernia strangulata
 Volvulus

Hemoragi :

 Kehamilan ektopik

Trauma :

 Ruptur organ (perdarahan ginjal, limpa, hati)


 Perforasi organ berongga

Aneurisma aorta abdominalis Page 21


J. PENATALAKSANAAN3,4

Pengobatan aneurisma tergantung kepada ukurannya. Jika lebarnya kurang


dari 5 cm, jarang pecah; tetapi jika lebih lebar dari 6 cm, sering pecah. Karena itu
pada aneurisma yang lebih lebar dari 5 cm, dilakukan pembedahan.

Terapi aneurisma secara tradisional adalah intervensi bedah atau observasi


(watchful waiting) dengan kombinasi pengawasan tekanan darah. Sekarang,
endovascular atau teknik invasif minimal telah dikembangkan untuk berbagai tipe
aneurisma.

Jika aneurisma berukuran kecil dan tidak ada gejala (misalnya aneurisma yang
ditemukan saat pemeriksan kesehatan rutin), maka direkomendasikan pemeriksaan
kesehatan periodik saja, meliputi pemeriksaan ultrasonik tiap tahunnya, untuk
memantau apakah aneurisma menjadi besar.

Aneurisma yang menyebabkan gejala membutuhkan tindakan bedah untuk


mencegah komplikasi. Operasi direkomendasikan untuk pasien dengan aneurisma
yang lebih dari 5 cm diameternya dan aneurisma yan meningkat ukurannya secara
cepat. Tujuan tindakan bedah adalah melaksanakan operasi sebelum komplikasi
terjadi.

Ada dua pendekatan tindakan bedah. Secara tradisional adalah membuka


abdomen. Pembuluh darah yang abnormal digantikan oleh graft yang dibuat dari
material sintetis, seperti Dacron. Pendekatan lain disebut endovascular repair. Tube
tipis disebut catheters dimasukkan lewat arteri ke inguinal. Tube ini memungkingkan
graft diletakkan tanpa membuat potongan besar di abdomen dan penyembuhan dapat
lebih cepat.

Pada pembedahan dimasukkan pencangkokan sintetik untuk memperbaiki


aneurisma. Angka kematian karena pembedahan ini adalah sebesar 2%. Aneurisma
yang pecah atau terancam pecah, perlu ditangani melalui pembedahan darurat. Resiko
kematian selama pembedahan aneurisma yang pecah adalah sebesar 50%. Jika suatu
aneurisma pecah, ginjal memiliki resiko untuk mengalami cedera karena

Aneurisma aorta abdominalis Page 22


terganggunya aliran darah ke ginjal atau karena syok akibat kehilangan darah. Jika
setelah pembedahan terjadi gagal ginjal, harapan hidup penderita sangat tipis.
Aneurisma yang pecah dan tidak diobati, selalu berakibat fatal.(medicastore)

Gambar 12. Pembuluh darah yang abnormal digantikan oleh graft yang dibuat dari material
sintetis, seperti Dacron6

Gambar 13. Endovascular repair dengan tube tipis (catheters) dimasukkan lewat arteri ke
inguinal6

Aneurisma aorta abdominalis Page 23


K. PROGNOSIS1,2,3
Outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman sebelum ruptur. Kurang dari 50% dari pasien bertahan dari ruptur
aneurisma abdominal. Mortalitas setelah open elective atau endovascular repair
adalah 1-5%. Pada umumnya pasien dengan aneurisma aorta yang lebih besar dari 5
cm mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk meninggal sebagai
konsekuensi dari ruptur dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate 5 tahun setelah
tindakan bedah adalah 60-80%. 5-10% pasien akan mengalami pembentukan
aneurisma lainnya berdekatan dengan graft.

BAB III
KESIMPULAN
Aneurisma aorta abdominalis Page 24
Aorta adalah pembuluh darah besar dari segenap pembuluh darah cabangnya yang
berfungsi membawa darah teroksigenasi ke berbagai jaringan untuk kebutuhan nutrisinya.
Kata aneurisma berasal dari bahasa yunani “aneurysma” berarti pelebaran. Aneurisma adalah
keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal. Aneurisma aorta
adalah aneurisma yang melibatkan aorta. Aorta dipisahkan menjadi: aorta ascenden, arcus
aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta thoracica dan aorta abdominalis.
Aneurisma dapat digolongkan berdasarkan bentuknya: sakular atau fusiform. Dapat juga
digolongkan kedalam dua kelompok true aneurysms dan false aneurysms.

Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita. Penyebab pastinya
belum diketahui. Faktor risiko meliputi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi,
diabetes, perokok tembakau, alkoholism, insomnia, dan obesitas. Aneurisma dapat terjadi
dimana terdapat pembuluh darah, paling sering terjadi pada arteri tetapi dapat juga pada vena.
Beberapa lokasi antara lain pada: aorta, otak, tungkai bawah, usus, spleen.

Patogenesis aneurisma belum diketahui pasti tetapi telah diidentifikasi 4 mekanisme:


1) degradasi proteolitik dari dinding jaringan ikat aorta, 2) inflamasi dan respon imun, 3)
stress biokimia pada dinding, dan 4) molecular genetik. Aneurisma yang terbentuk perlahan
dalam beberapa tahun sering tanpa gejala. Jika aneurisma mengembang cepat, maka terjadi
ruptur aneurisma, atau aortic dissection.

Gejala aneurisma aorta abdominal: nyeri midabdominal atau punggung bawah atau
keduanya dan adanya pulsasi aorta prominen. Pemeriksaan penunjang: abdominal ultrasound,
CT scan abdomen, angiography aorta. Terapi aneurisma adalah intervensi bedah atau
observasi. Aneurisma kecil dan tidak bergejala direkomendasikan pemeriksaan kesehatan
periodik. Aneurisma bergejala perlu tindakan bedah. Direkomendasikan untuk aneurisma > 5
cm diameter dan aneurisma yang meningkat ukurannya secara cepat. Tujuan tindakan bedah
adalah mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi: aortic rupture, hypovolemic shock,
arterial embolism, kidney failure, heart attack, stroke, aortic dissection. Prognosis biasanya
baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman sebelum ruptur.

DAFTAR PUSTAKA

Aneurisma aorta abdominalis Page 25


1. Beers. M.H., Fletcher. A.J., Jones. T.V., Chapter 35: Aneurysms and Aortic
Dissection in The Merck Manual of Medical Information, 2nd ed. USA, Merck &
Co., Inc, 2003. 204-208.
2. Clason. A., Wilson. RG., Peripheral Vascular Disease in Mc Latchie. GR.,
Leaper. DJ., Oxford Handbook of Clinical Surgery, 2nd ed. New Delhi, Oxford
University Press, 2002. 308-310.
3. Messina. L. M., Pak. L. K., Tierney. L. M., Chapter 12: Arterial Aneurysm in
Current Medical Diagnosis and Treatment, 44th ed. USA, The McGraww-Hill
Companies, Inc, 2005. 428-431.
4. Sjamsuhidajat. R., de Jong. W., Bab 22 Jantung, Pembuluh Arteri, Vena, dan
Limfe: Aneurisma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. 1. Jakarta, EGC, 1997.
5. Anonim. Aneurisme aorta. 2009.
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/aneurisma-aorta.html. [diakses tanggal 19
April 2012]
6. Teguh budi santoso. Aneurisma aorta abdominalis. 2009.
http://health.detik.com/read/2009/07/27/131111/1172151/770/aneurisma-aorta-
abdominalis. [diakses tanggal 19 April 2012]
7. Anonim. Aneurisma aorta perut. 2005.
http://medicastore.com/penyakit/642/Aneurisma_Aorta_Perut.html. [diakses
tanggal 19 April 2012]

Aneurisma aorta abdominalis Page 26

Anda mungkin juga menyukai