Anda di halaman 1dari 17

BAB III

ANALISIS MASALAH

Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan


keadaan yang dihasilkan atau didapatkan yang menimbulkan rasa ketidakpuasan.
Langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

III.1 Cakupan Program Bermasalah


(Terlampir)

III.2 Teknik Prioritas Masalah


(Terlampir)

III.3 Urutan Prioritas Masalah


(Terlampir)

III.4 Indikator Program yang Bermasalah


Permasalahan utama pada program kerja Puskesmas Salaman I Periode
Januari-Mei tahun 2020 adalah Penemuan TB semua kasus (CDR) dengan cakupan
sebesar 13,91%.

III.5 Tinjauan Pustaka Penemuan TB Semua Kasus


Penemuan TB semua kasus adalah penemuan pasien TB paru dan TB ekstra paru
melalui serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB,
pemeriksaan fisik dan laboratoris untuk menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi
penyakit serta tipe pasien TB sehingga dapat dilakukan pengobatan agar sembuh
sehingga tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Semua kasus TB adalah pasien yang terdiagnosis TB baik secara bakteriologis
maupun klinis, yang termasuk didalamnya adalah pasien TB paru BTA positif, TB paru
biakan M.TB positif, Tb paru TCM M.TB positif, pasien ekstra paru baik yang
terkonfirmasi bakteriologis maupun klinis, TB anak baik yang terkonfirmasi
bakteriologis maupun klinis, pasien TB paru BTA negative dengan hasil foto thorax
mendukung TB, pasien TB paru hasil BTA negative yang tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotik.

1
Pemeriksaan dilakukan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA
positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama,
harus diperiksa dahaknya. 4,5
Gejala utama pasien TB paru yaitu batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Penjaringan tersangka pasien TB dilakukan di unit pelayanan kesehatan. 4,5
Diagnosis TB paru:
• Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman
TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
sepanjang sesuai dengan indikasinya.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis.
• Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Diagnosis TB ekstra paru:
• Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang
(gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
• Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung
pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat
diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks
dan lain-lain.
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB

2
didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita
akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina
dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan
pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang.
Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. 4,5
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan; didukung dengan penyuluhan
secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka pasien TB. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB,
terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang
menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Penemuan secara aktif dari rumah
ke rumah, dianggap tidak cost efektif. 4,5

III.6 Analisa Kemungkinan Penyebab Masalah


Terdapat beberapa faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target
yang ditetapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai. Salah satu metode yang digunakan
untuk menentukan penyebab masalah adalah mengunakan diagram fish bone memakai
data yang telah diolah dalam empat bulan terakhir yaitu Januari – Mei 2020. Cara
menganalisis penyebab masalah adalah dengan menggunakan pendekatan sistem yang
meliputi: input, proses, output, outcome, serta faktor lingkungan, sehingga dapat
disimpulkan hal-hal yang menyebabkan timbulnya permasalahan tersebut. Beberapa
kemungkinan penyebab masalah yang ada, antara lain:

Tabel Analisa Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem


Tabel 7 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Penemuan TB Semua
Kasus Ditinjau dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

3
MAN  Dokter yang berjumlah cukup  Kurang optimalnya
(Tenaga Kerja) dan bekompeten untuk pemberdayaan beberapa kader
menemukan TB semua kasus kesehatan desa yang terlatih
 Perawat yang berjumlah cukup dalam memotivasi orang dengan
dan berkompeten menemukan gejala TB paru dan ekstra paru
TB semua kasus untuk memeriksakan diri
 Koordinator program TB, yang  Kurangnya pengetahuna kader
melaksanakan program terkait kesehatan terhadap gejla dan
TB tanda TB paru dan ekstra paru

MONEY  Tersedianya dana operasional  Tidak ada masalah


(Pembiayaan) untuk penangglangan TB dari
Pemerintah Daerah

METHOD  Pencatatan TB paru dan ekstra  Tidak ada masalah


(Metode) paru
 Screening pada pasien dengan
gejala dan tanda TB paru dan
ekstra paru
 Pemeriksaan pasien di Poli umum
 SOP pemeriksaan TB termasuk
spuntum BTA
 Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga untuk
menskrining penderita dengan
gejala dan tanda TB paru dan
ekstra paru
MATERIAL  Tersedianya tempat penyuluhan  Tidak ada masalah
(Perlengkapan) TB
 Teredianya poli di Puskesmas

MACHINE  Tersedianya alat untuk melakukan  Kurangnya penyuluhan TB Paru


(Peralatan) pemeriksaan fisik dan dan ekstra paru
laboratorium
 Tersedianya blanko pengisian
pelaporan TB sesuai program

4
penanggulangan TB Nasional
 Tersedianya blanko Program
Indonesia Sehat dengan
Pendekatab Keluarga (PIS PK)

Tabel 8. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Penemuan TB Semua Kasus


Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1  Terdapat target penjaringan pasien TB  Belum terdapat jadwal tetap
dan penyuluhan mengenai TB di penyuluhan TB paru dan ekstra
puskesmas paru kepada masyarakt akibat
pandemi Covid-19
P2  Petugas kesehatan (dokter dan perawat)  Kurangnya peran beberapa kader
di Poli Umum melakukan pemeriksaan dalam memotivasi pasien dengan
menyeluruh kepada pasien dengan gejala dan tanda TB paru dan
gejala dan tanda TB paru dan ekstra ekstra paru untuk memeriksakan
paru serta melakukan rujukan ke diri ke Puskesmas
laboratorium untuk melakukan
pemeriksaan bakteriologis
 Petugas kesehatan di pustu (Perawat)
merujuk ke puskesmas untuk diperiksa
secara laboratoris apabila pasien
mengalami keluhan atau memiliki gejala
TB paru dan ekstra paru
 Melakukan koordinasi dengan unit
pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta dalam pendataan pasien
TB semua kasus yang memeriksakan
diri ke pelayanan kesehatan swasta
(bidan, dokter praktek swasta, BKPM)
 Melakukan penanggulangan TB sesuai
SOP

5
P3  Laporan mengenai jumlah pasien TB  Tidak ada masalah
semua kasus di Puskesmas
 Adanya laporan bulanan dan tahunan
P2M TB
 Laporan program P2M TB paru
dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten, disertai dengan data
pencapaian program
 Evaluasi program 3 bulan – 1 tahun
sekali
LINGKUNGAN  Terjangkaunya sarana pelayanan  Kurangnya pengetahuan pasien,
kesehatan dari wilayah tempat tinggal keluarga pasien dan masyarakat
masyarakat terkait gejala tanda TB paru dan
terutama TB ekstra paru
 Kurangnya kesadaran pasien
dengan gejala tanda TB paru dan
esktra paru untuk memeriksakan
dirinya ke Puskesmas
 Kecenderungan masyarakat untuk
berobat ke rumah sakit, dokter
praktek swasta maupun dokter
spesialis diluar puskesmas

6
1. Kurang optimalnya pemberdayaan beberapa kader INPUT
kesehatan desa yang terlatih dalam memotivasi
orang dengan gejala TB paru dan ekstra paru untuk
memeriksakan diri MAN Tidak ada
2. Kurangnya pengetahuan kader kesehatan terhadap METHOD masalah
gejala dan tanda TB paru dan ekstra paru S

MATERIALL
Tidak ada
masalah

MACHINE Kurangnya penyuluhan TB paru dan ekstra paru

Tidak ada masalah MONEY

Cakupan Penemuan TB semua kasus


sebesar 13,91% dari target sebesar 50%

Belum terdapat jadwal tetap penyuluhan TB paru dan


ekstra paru kepada masyarakat akibat pandemik
PROSES
Covid-19 P1

Kurangnya peran beberapa kader dalam memotivasi


P2 pasien dengan gejala dan tanda TB paru maupun ekstra
paru untuk memeriksakan diri ke puskesmas
Tidak ada masalah P3

1. Kurangnya pengetahuan pasien, keluarga pasien dan masyarakat


terkait gejala tanda TB paru dan terutama TB ekstra paru
2. Kurangnya kesadaran pasien dengan gejala tanda TB paru dan
esktra paru untuk memeriksakan dirinya ke Puskesmas
LINGKUNGAN 3. Kecenderungan masyarakat untuk berobat ke rumah sakit, dokter
praktek swasta maupun dokter spesialis diluar puskesmas

Gambar 3. Diagram Fish Bone 7


III.7 Konfirmasi Penyebab Masalah
Setelah dilakukan analisa kemungkinan penyebab masalah kemudian dilakukan
konfirmasi kepada pihak puskesmas yang terdiri dari kepala puskesmas, koordinator
program, dokter, perawat, bidan desa mengenai penemuan TB semua kasus, maka
dari kemungkinan penyebab masalah diatas didapatkan penyebab masalah yang akan
kita tuangkan ke dalam table analisa sistem penyebab masalah yang sudah
terkonfirmasi.
1. Kurang optimalnya pemberdayaan beberapa kader kesehatan desa yang
terlatih dalam memotivasi orang dengan gejala TB paru dan ekstra paru
untuk memeriksakan diri
2. Kurangnya pengetahuan kader kesehatan terhadap gejala dan tanda TB pa
ru dan ekstra paru
3. Kinerja para petugas Kesehatan dan lintas program yang belum maksimal
4. Kerjasama lintas sektor yang belum maksimal
5. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) yang
belum maksimal akibat pandemik Covid-19
6. Kurangnya penyuluhan TB paru dan ekstra paru
7. Kurangnya media informasi seperti poster atau leaflet mengenai TB paru
dan ekstra paru
8. Belum berjalannya penyuluhan TB paru dan ekstra paru kepada
masyarakat sesuai jadwal tetap akibat pandemik Covid-19
9. Program penyuluhan ke masyarakat yang terhenti akibat adanya
pandemik Covid-19
10. Kuantitas dan kualitas kunjungan rumah pasien dengan gejala tanda TB
paru dan esktra paru belum optimal
11.Adanya beberapa yankes yang belum melakukan pelaporan / feedback
baik dari pemerintah maupun swasta dalam pendataan pasien TB semua
kasus yang memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan tersebut (RS,
bidan, dokter praktek swasta)
12.Kecenderungan masyarakat untuk berobat ke rumah sakit, dokter praktek
swasta maupun dokter spesialis diluar puskesmas.

8
III.8 Penentuan Alternatif Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya,
yaitu dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini adalah alternatif
pemecahan penyebab masalah yang ada, yaitu:
Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah
No
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
.
Kurang optimalnya pemberdayaan
beberapa kader kesehatan desa yang Meningkatkan jumlah pertemuan
1 terlatih dalam memotivasi orang dengan antara kader kesehatan desa dan
gejala TB paru dan ekstra paru untuk petugas Kesehatan melalui pelatihan
1
memeriksakan diri untuk meningkatkan pengetahuan
Kurangnya pengetahuan kader kesehatan mengenai gejala dan tanda dari TB
2 terhadap gejala dan tanda TB paru dan paru dan ekstra paru
ekstra paru
Pemberian reward/penghargaan
Kinerja para petugas Kesehatan dan lintas
3 2 kepada kader dan petugas kesehatan
program yang belum maksimal
yang aktif
Meningkatkan kerjasama lintas sektor
Kerjasama lintas sektor yang belum dengan melakukan pertemuan guna
4 3
maksimal membahas evaluasi program terkait
TB
Program Indonesia Sehat dengan Melakukan kunjungan rutin ke rumah
5 Pendekatan Keluarga (PIS PK) yang belum masyarakat luas untuk memberikan
maksimal akibat pandemik Covid-19 pengetahuan tentang gejala dan tanda
4
Kuantitas dan kualitas kunjungan rumah klinis dari TB paru dan TB ekstra
6 pasien dengan gejala tanda TB paru dan paru dengan tetap memerhatikan
esktra paru belum optimal protokol kesehatan
Kurangnya penyuluhan TB paru dan ekstra
7 paru kepada masyarakat sesuai jadwal
tetap akibat pandemik Covid-19
Kurangnya media informasi seperti poster
8 atau leaflet mengenai TB paru dan ekstra Melakukan penyuluhan dan
paru pembagian poster atau leaflet
5
Belum berjalannya penyuluhan TB paru mengenai TB paru dan ekstra paru
9 dan ekstra paru kepada masyarakat sesuai kepada masyarakat
jadwal tetap akibat pandemik Covid-19
Program penyuluhan ke masyarakat yang
10 terhenti akibat adanya pandemik Covid-19
11 Adanya beberapa yankes yang belum 6 Meningkatkan kerjasama antar UPK
melakukan pelaporan / feedback baik dari untuk melakukan pencatatan data TB
pemerintah maupun swasta dalam sehingga diharapkan pasien dapat
pendataan pasien TB semua kasus yang terpantau dengan baik dan
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan menuntaskan pengobatan

9
tersebut (RS, bidan, dokter praktek swasta)
Kecenderungan masyarakat untuk berobat
12 ke rumah sakit, dokter praktek swasta
maupun dokter spesialis di luar puskesmas
PENYEBAB MASALAH
ALTERNATIF

Kurang optimalnya pemberdayaan beberapa


kader kesehatan desa yang terlatih dalam
memotivasi orang dengan gejala TB paru dan
ekstra paru untuk memeriksakan diri
Kurangnya pengetahuan kader kesehatan
terhadap gejala dan tanda TB paru dan
ekstra paru
Kinerja para petugas Kesehatan dan lintas
program yang belum maksimal
Kerjasama lintas sektor yang belum
maksimal
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS PK) yang belum maksimal
akibat pandemik Covid-19
Kuantitas dan kualitas kunjungan rumah
pasien dengan gejala tanda TB paru dan
esktra paru belum optimal
Kurangnya penyuluhan TB paru dan ekstra
paru kepada masyarakat sesuai jadwal tetap
akibat pandemik Covid-19
Kurangnya media informasi seperti poster
atau leaflet mengenai TB paru dan ekstra
paru
Belum berjalannya penyuluhan TB paru dan
ekstra paru kepada masyarakat sesuai jadwal
tetap akibat pandemik Covid-19
Program penyuluhan ke masyarakat yang
terhenti akibat adanya pandemik Covid-19
Adanya beberapa yankes yang belum
melakukan pelaporan / feedback baik dari
pemerintah maupun swasta dalam pendataan
pasien TB semua kasus yang memeriksakan
diri ke pelayanan kesehatan tersebut (RS,
bidan, dokter praktek swasta)

10
Kecenderungan masyarakat untuk berobat ke
rumah sakit, dokter praktek swasta maupun
dokter spesialis di luar puskesmas
Meningkatkan jumlah pertemuan antara
kader kesehatan desa dan petugas
Kesehatan melalui pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai
gejala dan tanda dari TB paru dan ekstra
paru
Pemberian reward/penghargaan kepada
kader dan petugas kesehatan yang aktif
Meningkatkan kerjasama lintas sektor
dengan melakukan pertemuan guna
membahas evaluasi program terkait TB
Melakukan kunjungan rutin ke rumah
masyarakat luas untuk memberikan
pengetahuan tentang gejala dan tanda
klinis dari TB paru dan TB ekstra paru
dengan tetap memerhatikan protokol
kesehatan
Melakukan penyuluhan dan pembagian
poster atau leaflet mengenai TB paru dan
ekstra paru kepada masyarakat
Meningkatkan kerjasama antar UPK
untuk melakukan pencatatan data TB
sehingga diharapkan pasien dapat
terpantau dengan baik dan menuntaskan
pengobatan

11
III.9 Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus
MxIxV/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks menggunakan rumus M x I x
V / C. Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :
1. Efektifitas Program
Pedoman unutk megukur efektivitas program :
 Magnitude (m) :Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
 Importancy(i) : Pentingnya cara penyelesaian masalah
 Vulnerability(v) : sensitivitas cara
Penyelesaian masalah kriteria M, I, V kita beri nilai 1-5. Bila makin
magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam meakukan
penilaian pada kriteria I dan V.
2. Efisiensi Program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (Cost). Kriteria Cost (c)
diberi nilai 1-5. Bila costya makin kecil, maka nilainya mendekati 1. Berikut ini proses
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria
matriks.

Tabel 10. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Nilai Kriteria Hasil akhir


No. Alternatif Pemecahan Masalah Urutan
(M x I x V) /
M I V C
C
Meningkatkan jumlah pertemuan antara
kader kesehatan desa dan petugas
1. Kesehatan melalui pelatihan untuk 1 2 3 2 3 III
meningkatkan pengetahuan mengenai gejala
dan tanda dari TB paru dan ekstra paru
Pemberian reward/penghargaan kepada
2. kader dan petugas kesehatan yang aktif 1 2 3 4 1.5 V
Meningkatkan kerjasama lintas sektor
3. dengan melakukan pertemuan guna 1 2 2 4 1 VI
membahas evaluasi program terkait TB

12
Melakukan kunjungan rutin ke rumah
masyarakat luas untuk memberikan
pengetahuan tentang gejala dan tanda
4. 2 2 2 4 2 IV
klinis dari TB paru dan TB ekstra paru
dengan tetap memerhatikan protokol
kesehatan
Melakukan penyuluhan dan pembagian
5. poster atau leaflet mengenai TB paru dan 4 3 3 3 12 I
ekstra paru kepada masyarakat
Meningkatkan kerjasama antar UPK untuk
melakukan pencatatan data TB sehingga
6. diharapkan pasien dapat terpantau dengan 2 3 3 2 9 II
baik dan menuntaskan pengobatan

Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan


menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
penyebab masalah rendahnya cakupan Penderita TB s e m u a k a s u s d i wilayah kerja
Puskesmas Salaman I, adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penyuluhan dan pembagian poster atau leaflet mengenai TB paru dan
ekstra paru kepada masyarakat
2. Meningkatkan kerjasama antar UPK untuk melakukan pencatatan data TB sehingga
diharapkan pasien dapat terpantau dengan baik dan menuntaskan pengobatan
3. Meningkatkan jumlah pertemuan antara kader kesehatan desa dan petugas
Kesehatan melalui pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai gejala dan
tanda dari TB paru dan ekstra paru
4. Melakukan kunjungan rutin ke rumah masyarakat luas untuk memberikan
pengetahuan tentang gejala dan tanda klinis dari TB paru dan TB ekstra paru
dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan
5. Pemberian reward/penghargaan kepada kader dan petugas kesehatan yang aktif
6. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dengan melakukan pertemuan guna
membahas evaluasi program terkait TB

13
Tabel 11. Plan of Action Peningkatan Cakupan Penderita TB Semua Kasus Yang Ditemukan di Puskesmas Salaman I
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
1 Penyuluhan - Meningkatkan Masyarakat Balai Desa  Kepala 3 bulan BOK  Pertemuan Proses :
mengenai pengetahuan Puskesmas sekali  Pemberian  Melakukan penyuluhan dan
TB paru masyarakat tentang Salaman I materi dan pembagian poster atau leaflet
dan ekstra gejala dan tanda TB  Koordinator tatap muka mengenai TB paru dan ekstra
paru paru maupun TB TB paru kepada masyarakat
 Pembagian
ekstra paru  Perawat poster dan Hasil :
- Meningkatkan  Bidan leaflet  Peningkatan pengetahuan
kesadaran masyarakat masyarakat tentang gejala dan
 Diskusi dan
mengenai bahaya dan tanda bahaya dan komplikasi
tanya jawab
komplikasi dari TB TB TB paru maupun TB
paru dan ekstra paru ekstra paru
- Memotivasi orang  Peningkatan kesadaran dan
dengan gejala TB motivasi orang dengan gejala
untuk memeriksakan TB untuk memeriksakan diri
diri ke puskesmas ke puskesmas
- Memberikan informasi  Pemberian informasi tentang
tentang bahaya dan bahaya dan komplikasi dari
komplikasi dari TB TB paru dan ekstra paru
paru dan ekstra paru

14
Tabel 12. Plan of Action Peningkatan Cakupan Penderita TB Semua Kasus Yang Ditemukan di Puskesmas Salaman I
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
2 Rapat Meningkatkan  Dokter praktek Aula  Kepala 6 bulan BOK Pertemuan Proses :
koordinasi koordinasi dalam swasta puskesma Puskesma sekali  Terlaksananya rapat
antar UPK di pencatatan,  Klinik s s koordinasi antar
sekitar penemuan dan pelayanan Salaman I Salaman I UPKdi sekitar
puskesmas pendataan TB swasta sekitar Puskesmas Salaman
Salaman 1 semua kasus di puskesmas 1
seluruh layanan Hasil :
kesehatan  Peningkatan koordinasi
 Terciptanya dalam pencatatan,
koordinasi yang penemuan dan
baik antar UPK pendataan TB semua
terutama tentang kasus di seluruh
pendataan pasien layanan Kesehatan
TB semua kasus  Adanya koordinasi
yang baik antar UPK
terutama tentang
pendataan pasien TB
semua kasus

15
Tabel 13. Plan of Action Peningkatan Cakupan Penderita TB Semua Kasus Yang Ditemukan di Puskesmas Salaman I
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Kriteria keberhasilan
3 Pertemuan  Meningkatkan  Kader Aula  Kepala 6 bulan BOK  Pertemuan Proses :
kader pengetahuan kader kesehatan puskesmas Puskesmas sekali kader desa  Meningkatkan jumlah
mengenai tanda dan Salaman I Salaman I  Diskusi dan pertemuan antara kader
gejala TB paru dan  Koordinator tanya jawab kesehatan desa dan petugas
ekstra paru TB  Pemberian Kesehatan melalui pelatihan
 Meningkatkan  Perawat materi dan tatap untuk meningkatkan
pengetahuan kader muka pengetahuan mengenai gejala
untuk memotivasi  Pemberian dan tanda dari TB paru dan
masyarakat untuk reward ekstra paru
melakukan  Pre-test dan Hasil :
pemeriksaan jika post-test  Peningkatan pengetahuan
ditemukan adanya petugas dan kader
gejala dan tanda kesehatan tentang bahaya
TB paru dan ekstra TB paru maupun TB ekstra
par uke UPK paru
 Meningkatnya  peningkatan kemampuan
kemampuan untuk petugas dan kader
merubah stigma kesehatan untuk merubah
masyarakat stigma masyarakat
mengenai penyakit mengenai penyakit TB
TB  Peningkatan kemampuan
petugas dan kader
kesehatan untuk
memotivasi orang dengan
gejala TB untuk
memeriksakan diri ke
puskesmas

16
1

Anda mungkin juga menyukai