MALFORMASI ANOREKTAL
Preseptor :
Bustanul Arifin Nawas, dr., SpB., SpBA (K)
Oleh :
1
MALFORMASI ANOREKTAL
1. Pendahuluan
embrio yang ditandai dengan agenesis anal, agenesis rectal, dan atresia rectal.
Kelainan anorektal merupakan suatu spektrum defek kongenital yang sering disertai
secara nasional belum ada angkanya, yang dapat dikemukakan adalah angka kejadian
di rumah sakit.
2. Etiologi
Pada minggu ketiga kehamilan, embrio terdiri dari rongga amnion dan
kantung kuning telur yang dipisahkan oleh diskus trilaminar yaitu ectoderm,
mesoderm, dan endoderm. Diskus ini kemudian tumbuh secara craniocaudal dan
bagian endoderm membentuk tonjolan yaitu hindgut. Hindgut ini kemudian menyatu
Pada minggu ketujuh pembelahan kloaka akan terhenti dengan pertumbuhan kedalam
Perineum ini kemudian akan membagi membran kloaka menjadi membran urogenital
1
pada bagian anterior dan membran anal pada bagian posterior. Pembengkakan dari
mesenkim terjadi dan akan mengelilingi membran anal. Hal ini akan menyebabkan
lekukan anal, suatu penekanan pada bagian ektoderm pada membran anal, hal ini
terjadi pada minggu ke delapan dan membran akan perforasi pada minggu
kesembilan.
2
Malformasi anorektal terjadi apabila proses ini gagal. Penyebab kegagalan ini
3
3. Klasifikasi
adalah teknik pengambilan foto untuk menilai jarak ujung rektum, dimana bayi
mayor. Selanjutnya diukur jarak dari ujung udara yang ada di ujung rektum ke tanda
atas levator) maka kelainan dinamakan kelainan letak tinggi sedangkan apabila ujung
distal rektum tedapat pada seperempat ujung os ischium keadaan ini disebut letak
ini, terbagi dua kelompok berdasarkan kebutuhan colostomy. Anak dengan fistula
cutaneus, stenosis anal, dan anal membran dapat melakukan operasi definitif tanpa
fistula rectouretra, fistula rectovesical, agenesis anorectal tanpa fistula, atresia rectal,
definitif.
4
LAKI – LAKI
Golongan I : Tindakan :
1. Fistel urine Kolostomi neonatus pada usia
2. Atresia rekti 4-6 bulan
3. Perineum datar
4. Tanpa fistel, udara > 1cm dari kulit pada
invertogram
Golongan II : Tindakan :
1. Fistel perineum Operasi definitif neonatus
Membran anal tanpa kolostomi
Stenosis ani
Bucket handle
Tanpa fistel, udara < 1 cm dari kulit pada
invertogram
PEREMPUAN
Golongan I : Tindakan :
Kloaka Kolostomi neonatus pada usia 4-6
Fistel vagina bulan
Fistel anovestibular
Atresia rekti
Tanpa fistel udara, > 1cm dari kulit
pada invertogram
Golongan II : Tindakan :
Fistel perineum Operasi definitif neonatus tanpa
Stenosis ani kolonostomi
Tanpa fistel, udara < 1 cm dari kulit
pada invertogram
a. Fistula Perineal
seharusnya dapat dicapai 100% kasus, tetapi cukup banyak mengalami konstipasi.
5
b. Fistula Rekto-Bulbus Uretra
Fistula di urethra bagian bawah. Voluntary bowel movement dicapai oleh 81%
Fistula di urethra bagian atas. Voluntary bowel movement dicapai oleh 70%
d. Fistula Rekto-Vesika
Hanya ditemukan pada 10% dari kasus laki-laki. Voluntary bowel movements
dapat dicapai hanya pada 30% pada usia 3 tahun. Merupakan kelainan yang
e. Tanpa fistula
Terjadi pada 5% kasus. 50% menderita sindrom Down dan pada sisanya
ditemukan berbagai sindrom lain atau gangguan neurologik. Sakrum dan spinkter
f. Atresia Rekti
Pada laki-laki dan perempuan terjadi pada 1% kasus. Anus dan spinkter selalu
6
3.1.2 Klasifikasi pada Perempuan
a. Fistula Perineal
Sama
b. Fistula Vestibular
posterior vagina, diluar himen. Pada 93% timbul voluntary bowel movement pada
usia 3 tahun, tetapi pada 63% terdapat berbagai derajat konstipasi. Pada 40% terdapat
kelainan urologi.
c. Tanpa fistula
Sama
d. Atresia Rekti
Sama
e. Kloaka
bersatu membentuk common channel. Pada channel dengan panjang < 3 cm, tindakan
dapat dilakukan cukup dengan PSA tanpa laparotomi. Bila > 3cm, perlu pendekatan
persen dengan channel < 3 cm mencapai bowel movement pada usia 3 tahun
kemih. Pasien dengan channel panjang 55% mencapai bowel movement pada usia 3
7
f. Fistula Rekto Vagina
ditemukan pada < 1 %. Dalam klasifikasi lama dikatakan kelainan ini sering
dijumpai, tetapi ternyata banyak disalahkan dengan fistula vestibuler atau kloaka.
4. Gejala klinis
Pasien dengan MAR akan datang dengan keluhan tidak ada anus pada
kembung. Walaupun kebanyakan adalah anak yang lahir cukup bulan, biasanya MAR
akan disertai dengan anomali kongenital. Anomali ini biasanya pada tulang belakang,
ekstremitas, jantung, dan sindrom down. Kelainan jantung yang biasanya menyertai
5. Diagnosis
MAR adalah diagnosa klinis. Inspeksi dari perineum apakah ada mekonium
dan atau fistula. Periksa apakah ada belahan pantat, apakah ada lekukan anal/ anal
dimple atau adanya pulsasi untuk mengetahui penonjolan sphincter. Hal ini dapat
dilakukan untuk mengetahui adanya fistula, lokasi ujung rectum, dan lesi-lesi lain
yang terkait. Untuk mengetahui adanya fistula, observasi bayi baru lahir selama 24-48
8
jam. Adanya mekonium pada perineum menunjukkan adanya fistula dan kelainan
letak rendah. Jika tidak ada mekonium, lakukan inventogram untuk membedakan
apakah lesi letak tinggi atau letak rendah. Untuk mencari adanya hubungan antara
rektum dengan traktus urinarius, ambil urin dengan perban atau kain. Adanya
Pemeriksaan rutin dilakukan untuk mencari kelainan lain. Lebih dari 50%
penderita memiliki kelainan kongenital lain. Yang sering ditemukan adalah kelainan
saluran genito-urinal (30%), kelainan jantung (75%) yang tersering adalah tetralogi
Fallot dan VSD, kelainan saluran cerna misalnya atresia esofagus atau atresia
USG abdomen (agenesis renal), foto ro tulang belakang ( kelainan vertebra), MRI
a. Kelompok I
Pada fistel vagina mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses
menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya cepat dilakukan kolostomi. Pada fistel
9
vestibulum, muara fistel terdapat di vulva, umumnya evakuasi feses lancar selama
penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai terhambat saat penderita mulai makan
makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal.
Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus
genitalis, dan jalan cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu
Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada pemeriksana colok
dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium
sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel, dibuat invertogram,
yaitu foto rontgen diambil pada bayi di letak inversi (pembalikkan posisi) sehingga
udara di kolon akan naik sampai di ujung buntu rektum. Jika udara lebih dari 1 cm
b. Kelompok II
Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat anus
normal, terdapat anus lubang anus anterior tetapi timah buntu di posteriornya.
Kelainan ini umumnya menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus
terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidak lancar
Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara ≤ 1 cm dari kulit, dapat
segera dilakukan pembedahan definitif. Dalam hal ini evakuasi tidak ada sehingga
10
Gambar : Fistel Anovestibuler
perineum. Dan ada tidaknya butir mekonium di urin. Dari kedua hal tadi pada anak
laki dapat dibuat kelompok dengan atau tanpa fistel urin dan fistel perineum.
a. Kelompok I
Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra,
mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis untuk
menentukan letak fistel adalah dengan memasang kateter urin. Bila kateter terpasang
dan urin jernih berarti fistel terletak di uretra karena fistel tertutup kateter. Bila
dengan kateter urin mengandung mekonium berarti fistel ke vesika urinaria. Bila
evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia
11
Jika tidak ada fistel dan udara ≥ 1 cm dari kulit pada invertogram , maka perlu
b. Kelompok II
Fistel perineum sama dengan pada wanita : lubangnya terletak anterior dari
letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di
bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definitif
secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan pada wanita, tindakan definitif
harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara ≤ 1 cm dari kulit pada invertogram,
12
Gambar : Invertogram dengan teknik cross table
13
6. Penatalaksanaan
Terapi standar saat ini mengikuti prosedur yang dianjurkan yaitu penanganan
3 tahap, kecuali kelainan fistula perineal, operasi saat neonatus adalah diverting
colostomy, disusul operasi defenitif dengan teknik Postero Sagittal Ano Recto Plasty,
6.1 Kolostomi
dengan sigmoid sebagai prosedur terbaik untuk diversi. Lokasi ini dipilih karena bila
terdapat fistula dari saluran kencing, urin yang masuk secara retrograd akan di serap
usus sehingga bisa terjadi asidosis hiperkloremik, atau terjadi kontaminsasi feses ke
saluran kencing.
kateter Folley ke kolon distal, kembangkan balon, masukan kontras larut air dengan
tekanan sampai tampak fistula. Teruskan penyuntikan sampai kantong kencing terisi
penuh dan pasien BAK. Dengan ini lokasi tepat fistula dapat terlihat dengan jelas .
Saat ini ada yang menganjurkan untuk melakukan terapi definitif tanpa
operasi tiga tahap menjadi satu tahap memerlukan perencanaan yang matang serta
14
6.2 Operasi Definitif
tindakan persiapan usus (bowel preparation) dan cukup dilakukan irigasi kedua
Dilakukan bila anus sudah menjalani dilatasi dan mencapai ukuran normal.
Alasan dilakukan dilatasi adalah karena anus dan rektum diliputi otot yang dalam
keadaan normal akan menutup. Tanpa dilatasi ia akan sembuh dalam posisi tertutup
atau sempit. Dilatasi dimulai 2 minggu pasca bedah definitif dengan dilator Hegar 2
kali sehari yang dilakukan orang tua dirumah. Sekali seminggu kontrol ke rumah
1 - 4 bulan 12
4 - 12 bulan 13-14
1 tahun - 3 tahun 15
3 tahun - 12 tahun 16
> 12 tahun 17
Bila ukuran sudah dicapai, kolostomi dapat ditutup tetapi dilatasi dilanjutkan
15
- Sekali sehari selama satu bulan.
untuk memulai kembali dilatasi dua kali sehari, dan memulai semuanya dari awal.
Salah satu kesalahan pada dilatasi adalah bila diusahakan untuk tidak
menimbulkan nyeri pada anak dengan melakukan dilatasi sekali seminggu dalam
narkose. Tindakan ini menyebabkan laserasi setiap minggu yang kemudian menjadi
fibrosis. Satu minggu kemudian saat dilatasi kembali akan terjadi kembali laserasi.
Proses yang berulang ini akan berakhir dengan timbulnya cincin fibrosis dengan
akibat penyempitan. Penyempitan juga dapat terjadi bila menggunakan ukuran dilator
yang sama untuk waktu lama. Anus akan sembuh dengan ukuran kecil yang akan
7. Prognosis
16
Indikator prognosis baik :
- Sakrum normal
- Cekungan garis tengah jelas (midline groove elas berarti struktur otot baik)
- Atresia rekti
- Fistula vestibuler
- Tanpa fistula
- Kloaka rendah
- Fistula perineal
- Kloaka tinggi
- Malformasi kompleks
Anak yang lahir dengan malformasi anorektal tak akan toilet training sebelum
usia 2,5 -3 tahun. Tetapi sebelum waktu itu ada tanda prognostik yang dapat
17
- Gejala prognosis buruk :
18
DAFTAR PUSTAKA
19