Anda di halaman 1dari 35

DISEKSI

AORTAEKA MULIANINGSIH
1810029025

Pembimbing:
dr. Monika Kencana Dewi, Sp.Rad

Laboratorium/SMF Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2018
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Diseksi aorta didefinisikan sebagai gangguan berupa robeknya tunika intima
dinding aorta yang menyebabkan darah mengalir menuju tunika media
sehingga memisahkan lapisan-lapisan dinding aorta dan menciptakan
lumen palsu. Angka kejadian pasti diseksi aorta sulit ditentukan karena
banyak pasien meninggal sebelum kondisi ini dikenali.

Diseksi aorta merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan. Diagnosis


diseksi aorta harus cepat ditegakkan, karena komplikasi dan kematian dapat
terjadi dengan cepat.
TUJUAN
Tujuan umum pembuatan referat ini adalah untuk dapat mengetahui
tentang “Diseksi Aorta” meliputi anatomi, histologi, definisi, klasifikasi,
etiologi, patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis, diagnosis banding,
penatalaksanaan, dan prognosis. Serta diharapkan dapat menambah
wawasan penulis mengenai tata cara melakukan penulisan referat secara
baik dan benar.
BAB II
T I N J A U A N P U S TA K A
ANATOMI
HISTOLOGI
Tunika media (panah Putih)
terdiri atas otot polos dan
serabut elastis (panah kuning).
Tunika adventisia terdiri atas
serabut kolagen (panah biru).
Inset: Vasa vasorum di tunika
adnentisia (panah kuning).
DEFINISI
Diseksi aorta adalah gangguan berupa robeknya tunika intima dinding
aorta yang menyebabkan darah mengalir menuju tunika media
sehingga memisahkan lapisan-lapisan dinding aorta dan menciptakan
lumen palsu.
ETIOLOGI
1. Hipertensi kronik
2. Trauma tumpul dada
3. Katup aorta bikuspid
4. Iatrogenik
5. Penyakit jaringan ikat turunan (sindroma Marfan dan sindroma
Ehlers-Danlos)
6. Arteriolosklerosis
PATOGENESIS
Terjadinya diseksi aorta yaitu:
(1) Diawali dengan robekan sirkumferensial atau transversal pada tunika intima
aorta yang menyebabkan darah dari lumen menembus masuk ke dalam media
menyebabkan diseksi, dan menciptakan lumen palsu dan sebenarnya. Diseksi
dapat meluas secara distal, proksimal atau keduanya sepanjang aorta.
(2) Diawali dari ruptur vasa vasorum, diikuti perdarahan ke media, menyebabkan
hematoma dalam dinding aorta, lalu diikuti robekan tunika intima.3,5
KLASIFIKASI

Klasifikasi diseksi aorta. I dan II. Pada diseksi tipe A, aorta asenden terkena, tanpa melihat
keikutsertaan aorta desenden; III. Pada diseksi tipe B, aorta asenden tidak ikut terkena.8
MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala diseksi aorta
meliputi:
• Nyeri dada
• Regurgutasi aorta
• Iskemia miokard
• Efusi Pleura
• Sinkop
DIAGNOSIS

1.Anamnesis
2.Pemeriksaan Fisik
3.Pemeriksaan Penunjang : laboratorium dan pencitraan
PEMERIKSAAN LAB
PENCITRAAN

1.Radiografi
2.CT Scan
3.MRI
4.Echocardiografi
5.Aortografi
Gambaran AP yang
menunjukkan pelebaran

RADIO
GRAFI
mediastinum, kontur
aorta irreguler, dan
kalsifikasi lapisan intima
Perbedaan Lumen sebenarnya dan lumen palsu pada CT
Lumen Sebenarnya Lumen Palsu

 Sering tertekan oleh lumen palsu dan  diameter lumen lebih besar
ukurannya lebih kecil  resiko ruptur dikarenakan
 Dinding luar mengalami kalsifikasi berkurangnya elastik recoil dan

SCAN
(menandakan diseksi aorta akut) dilatasi

CT
 beak sign
 cobweb sign
 mengelilingi lumen sejati di Stanford tipe
A
SCAN
CT
(a,b) Diseksi aorta Stanford tipe A. (a). Potongan
Axial dari regio thorax yang menunjukkan
“Dissection Flap” dari aortic root dan aorta
descending (b). Potongan Axial dari regio thorax yang
menunjukkan “Dissection Flap” dari Arkus aorta
SCAN
CT
Terlihat kalsifikasi sepanjang tunika intima pada
lumen sebenarnya (black arrows).“Beak sign” terlihat
pada panah putih di lumen palsu (note: only
applicable on
images axial to the plane of the aorta).
SCAN
CT
(a,b). gambar aksial yang diperoleh pada tingkat yang berbeda menunjukkan diseksi aorta Stanford
tipe B yang melibatkan aorta toraks desenden distal ke arteri subklavia kiri.(c) Pada gambar sagital,
flap diseksi muncul hanya distal ke arteri subklavia kiri (panah). (d). Pada gambar koronal, flap diseksi
muncul distal ke arteri subklavia.
SCAN
CT
Potongan axial dari aorta descending menunjukkan cobweb and Potongan axial dari arkus aorta
mercedes benz appearance dari flap diseksi (panah). menunjukkan windsock appearance
dari flap diseksi (panah).
E K O K A R D I O G R A F I

Pemeriksaan Echocardiographic Transesophageal: panah putih menunjukkan diseksi lamella (A) dan
robekan intimal di dekat selebaran aorta (B)
E K O K A R D I O G R A F I TEE pada diseksi type A pada gambar
grayscale (A) dan warna Doppler (B).
Panah menunjukkan robekan pada
lipatan intimal. Aliran dapat
diidentifikasi pada Doppler. Diseksi
tidak memanjang ke katup aorta
(panah kecil menunjukkan katup)
tetapi diseksi telah menyebabkan
pelebaran dari pangkal aorta dan
oleh karena itu terjadi regurgitasi
aorta akut. Pada Doppler juga
menunjukkan regurgitasi memanjang
ke saluran keluar ventrikel kiri (besar
panah).
MRI potongan sagital yang
diperoleh pada sistol awal
menunjukkan suatu pancaran
darah yang mengalir melalui
robekan intimal dari lumen kanan
anterior yang lebih kecil, ke dalam
MRI

lumen palsu posterior yang lebih


besar. Flap intimal merupakan
struktur linear dengan intensitas
sinyal menengah yang membagi
lumen yang benar dan lumen
palsu.
Pemeriksaan MRA
menunjukkan lumen
benar (T) dan lumen
palsu (F) di aorta
MRI

abdominalis. Perhatikan
bahwa tampilan yang
lebih gelap dari lumen
palsu.
A N G I O G R A F I
Aortografi dengan kateter di aorta
ascendens (A) dan aorta abdominalis (B).
Peningkatan densitas kontras tampak
pada lumen sejati (T) dan ada opasitas
buruk dari lumen palsu. Lumen yang
sebenarnya memasok arteri mesenterika
superior dan arteri ginjal kiri, sedangkan
ginjal kanan arteri dipasok oleh lumen
palsu (dan karena itu tidak
divisualisasikan).
A N G I O G R A F I
Oblique arteriogram dari aorta
thorakalis menunjukkan double-
barrel aorta sign dari diseksi aorta.
Baik lumen asli dan lumen palsu
mengalami opasitas.
DIAGNOSIS BANDING
Bicuspid Aortic Valve (BAV) Aneurisma aorta thorakalis
Gejala: Sering kali tidak ada gejala selama bertahun-tahun. • Gejala: nyeri dada, batuk, serak. Gejala regurgitasi aorta
Ketika terdapat endapan kalsium, katup menjadi kaku & akibat dilatasi aorta ascenden: gagal jantung
menyempit, disebut stenosis aorta. Menyebabkan nyeri dada
saat bekerja, sesak nafas, kelelahan, pusing dan pingsan.

Foto Polos: katup aorta tumpang tindih dengan tulang belakang Foto Polos: Pada Foto polos tampak terjadi pelebaran
pada. Dilatasi post stenosis pada aorta ascendens bisa pembuluh aorta
disebabkan oleh BAV
Tumor Mediastinum Penetrating atherosclerotic ulcers (PAU)
Gejala: Batuk, sesak atau stridor muncul bila terjadi penekanan Gejala: Nyeri dada akut, sering digambarkan sebagai dicabik-
atau invasi pada trakea dan/atau bronkus utama cabik, nyeri berpindah atau berdenyut

Foto polos: tampak pelebaran mediastinum yang CT scan: menunjukkan ulserasi di aorta. Dinding aorta
disebabkan oleh massa. menebal tanpa adanya flap intimal atau lumen palsu
PENATALAKSANAAN
Manajemen Awal Diseksi Aorta
 Oksigen (indikasi ABC)
 Lengkapi riwayat penyakit dahulu dan pemeriksaan fisik lengkap (jika
mungkin)
 Monitor denyut nadi, tekanan darah, dan Spo2
 EKG 12 lead (dokumentasi iskemia)
 Obat nyeri
 Infusi IV secara hati-hati (2 kateter 16 gauge)
 Tekanan darah diturunkan sampai 110-120 dengan beta blocker
 Sodieum nitropruside
 Pemeriksaan penunjang (CT, MRI, dll)
 Transfer menuju pusat bedah kardiothoraks untuk pembedahan
PENATALAKSANAAN
STEP 1
Konsultasi dengan ahli bedah
Mulai siapkan mekanisme perujukan, dengan lebih dulu menstabilkan tanda vital.

STEP II
Melakukan penilaian tekanan darah dan evaluasi syok. Jika tidak ditemukan hipotensi dan tanda shock
mulai kontrol tekanan darah dengan beta blocker IV jika kontraindikasi dengan beta blocker, maka
gunakan verapamil ditambah dengan opiat IV. Pemberian ini guna menurunkan TD hingga < 120 mmHg
Jika ditemukan hipotensi dan tanda syok maka manajemen akan dilakukan berdasarkan tipe diseksinya.
Tipe diseksi A harus dilakukan operasi langsung, sebelumnya mengatur MAP sebesar 70 mmHg dan
diberikan cairan untuk mengatasi syok. Sedangkan tipe B diberikan cairan IV, mengatur MAP 70 mmHg
dan mulai pikirkan untuk melakukan TTE. Jika kedua tipe ini setelahdiatasai syok dimungkinkan untuk
dilakukan operasi, maka dilakukan operasi segera.

Step III
Mengidentifikasi apakah terdapat komplikasi yang harus mewajibkan utnuk melakukan operasi, misalnya
sindrom malperfusi, diseksi nya mengalami progresifitas, aneurisma mengalami ekspansi, dan terdapat
hipertensi yang tidak terkontrol.
PROGNOSIS

Menurut IRAD, tingkat mortalitas di rumah sakit saat ini secara


keseluruhan untuk diseksi tipe A adalah 26% untuk terapi
pembedahan dan 58% untuk terapi medis pasien yang berhasil (usia
lanjut, komorbiditas). Tingkat kematian untuk diseksi tipe B masing-
masing adalah 31,4% dan 10,7%.
BAB III
KESIMPULAN
Diseksi aorta adalah gangguan berupa robeknya tunika
intima dinding aorta yang menyebabkan darah mengalir
menuju tunika media sehingga memisahkan lapisan-lapisan
dinding aorta dan menciptakan lumen palsu. Diagnosis
diseksi aorta harus cepat ditegakkan, karena komplikasi dan
kematian dapat terjadi dengan cepat
Diperlukan pemeriksaan radiologi untuk membantu
menegakkan diagnosis dan menentukan tata laksana yang
tepat untuk diseksi aorta. Modalitas yang dapat dipakai
untuk membantu menegakkan diantaranya dengan radiografi
(foto polos thorax), CT scan, MRI, ekokardiografi, dan
aortografi.
Diharapkan dengan diagnosis yang tepat, diseksi aorta dapat
ditatalaksana secara cepat untuk mencegah komplikasi dan
memberikan angka kesembuhan yang lebih tinggi.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai