Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
KONTRASEPSI HORMONAL
Disusun Oleh
Achmad Rizki Al-Hasani 1610029059
Anne Octavia 1610029064
Pembimbing
dr. Ika Fikriah, M.Kes
SKENARIO
Seorang wanita usia 21 tahun baru menikah 1 bulan yang lalu datang ke
klinik ingin menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilannya. Pasien
meminta alat kontrasepsi yang mudah dan tidak terlalu mahal. Dari hasil
anamnesis pasien diketahui memiliki riwayat dismenorea berat yang tidak
berespons baik dengan NSAID (non-selective anti inflammatory drugs). Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, pasien dalam keadaan
menstruasi, berat badan 50 kg riwayat diabetes (-) dan hipertensi(-).
Pertanyaan:
- Tentukan langkah-langkah p-treatment dalam pemilihan kontrasepsi pada kasus
diatas.
P-Treatment
1) Problem Pasien
Problem utama : Ingin mencegah kehamilan dengan bantuan alat
kontrasepsi.
Problem tambahan : Pasien mempunyai riwayat dismenore berat.
2) Tujuan pengobatan
Untuk mencegah kehamilan dan mengatur jarak kehamilan
Membantu pasien memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan berat
badan, usia dan kondisi kesehatan pasien saat ini.
3) Pemilihan Terapi
Pemilihan jenis kontrasepsi hormonal disesuaikan dengan kondisi
ekonomi dan kesehatan pasien yang memiliki riwayat dismenore berat.
4) Pemberian terapi
a. Terapi non farmakologis
- Memberikan pengertian tentang kontrasepsi pilihan yang aman dan
sesuai untuk pasien
- Meminta pasien untuk menghindari stress dan meyakinkan pasien agar
tidak takut dalam memilih kontrasepsi yang sesuai dan aman
- Mengatur pola makan dan menu makanan yang sehat dan bergizi
b. Terapi farmakologis
Penulisan Resep
Setelah diberi penjelasan dan saran, pasien memilih bentuk
konrasepsi suntik, maka obat yang diberikan :
R/ Syringe 3 cc No. I
S i.m.m
€
Pro : Ny. A
Usia : 21 tahun
Alamat : Jln. Mawar No. 11
5) Komunikasi terapi
Informasi obat
- Bentuk sediaan adalah suntik
- Cara pemakaian: suntikan secara intramuskulus di pantat, diberikan
setiap 12 minggu sekali
Informasi terapi
- Menjelaskan tentang efek samping dari penggunaan KB suntik
seperti gangguan siklus menstruasi, mual, muntah dan pendarahan
spotting.
- Mengingatkan pasien jadwal kembali untuk suntikan selanjutnya (3
bulan dari tanggal suntikan pertama)
- Memberitahu pasien bahwa suntikan ulangan DMPA bisa
diberikan 2 minggu lebih awal hingga 2 minggu lebih lambat-tanpa
perlu perlindungan tambahan.
- Memberi informasi pada pasien mengenai adanya kemungkinan
untuk terjadinya kehamilan, walaupun telah menggunakan
kontrasepsi.
Monitoring dan Evaluasi
- Jika efek samping sangat menganggu, segera kembali ke dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mekanisme Kerja
Kombinasi kontrasepsi oral bekerja dengan cara mencegah ovulasi dengan
menekan hypothalamic gonadotropin-releasing factor. Ini selanjutnya mencegah
sekresi hipofisis yaitu follicle-stimulating hormone (FSH) dan Lutenzing hormone
(LH) (Goodman, 2015). Progestin menekan LH dan juga mengentalkan mucus
serviks sehingga memperlambat masuknya sperma. Estrogen mencegah dengan
menekan pengeluaran FSH. Esterogen juga menstabilkan endomentrium, yang
mencegah terjadinya pendarahan intermenstrual-juga dikenal sebagai breaktrough
bleeding.
B. Keuntungan
a. Metode pencegahan kehamilan yang efektif dan dapat kembali
agak cepat.
b. Terdapat beberapa manfaat no-kontraseptif, berberapa diantaranya
seperti meningkatkan kepadatan tulang, mengurangi anemia dan
kehilangan darah menstruasi, menurunkan risiko kehamilan
ektopik, meringankan disminorea karena endometriosis dan
mengurangi keluhan pre-menstruasi.
C. Kerugian
a. Terjadi gangguan metabolic, seperti meningkatnya tiroksin (T 4)
dan thyroid binding protein.
b. Konsenterasi kortisol plasma meningkat hampir sebanding dengan
peningkatan transkortin.
c. Peningkatan metabolisme karbohidrat pada wanita tidak menderita
diabetes.
d. Menyebabkan hipertensi, dan beresiko menyebabkan thrombosis
vena dan arteri
e. Resiko yang jarang terjadinya tromboemboli, infark myokard dan
stroke.
D. Indikasi
a. Wanita muda yang membutuhkan proteksi maksimum dari
kehamilan, disertai keuntungan menstruasi dan reversibilitasnya
yang segera dan ingin menggunakan metode yang tidak bergantung
pada hubungan seksual
b. Keadaan medis seperti: dismenore, menoragia, sindrom
pramenstruasi, endometriosis, kista ovarium fungsional, sindrom
ovarium polikistik, amenore hipo-estrogenik, wanita muda dengan
menopause prematur dan wanita dengan riwayat KET.
E. Kontraindikasi
a. Kehamilan
b. Sedang atau pernah menderita penyakit sirkulasi:
Semua riwayat trombosis arteri atau vena.
Penyakit jantung iskemik, termasuk angina dan
kardiomiopati.
Migren yang didahului oleh aura fokal; atau yang sangat
parah; atau yang memerlukan terapi ergotamin.
Kelainan koagulasi atau fibrinolisis protrombotik.
Riwayat perdarahan otak.
c. Sedang menderita penyakit hati (sirosis hati, adenoma atau
karsinoma hati, batu empedu).
d. Riwayat penyakit serius yang diketahui dipengaruhi oleh steroid
seks atau oleh pemberian KOK sebelumnya.
e. Apabila ansietas wanita mengenai keamanan kontrasepsi oral
kombinasi tidak dapat diatasi dengan konseling.
Implan Progestin
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun. Metode
ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi
international yang didirikan pada tahun 1952 untuk mengembangkan teknik
kontrasepsi.
A. Mekanisme Kerja
Implan mencegah kehamilan melalui beberapa cara. Seperti kontrasepsi
progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan mucus
serviks sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.walaupun dalam konsentrasi
rendah, progestin dapat mengentalkan mukus serviks. Levonogestrel (LNG)
menyebabkan terjadi perubahan komposisi mukus serviks. Perubahan terjadi
segera setelah pemasangan implan. Levonogestrel dilepaskan secara terus
menerus dari kapsul utnuk menekan pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus
dan hipofise. Lonjakan LH direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh
levonorgestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak
terjadi ovulasi dalam 3 tahun pertama setelah penggunaan implan.
Penggunaan progestin jangka panjang dapat menyebabkan hipotropisme
endometrium sehingga dapat mengganggu proses implantasi. Levonogestrel dan
progestin sintetik lainnya menghambat reseptor progesterone sehingga sel
endometrium menjadi tipis dan sekresi kelenjar menurun. Perubahan pertumbuhan
dan maturasi endometrium juga menjadi sebab terjadinya perdarahan irregular.
B. Efektivitas Implan
Implan sangat efektif dalam mencegah kehamilan. Angka kehamilan
dalam tahun pertama adalah 0,2 per 100 perempuan dan angka kumulatif pada
tahun kelima hanya 1,6.
C. Efek Samping Implan
Efek samping yang sering terjadi adalah perubahan pola haid. Dapat terjadi
perdarahan terus menerus atau spotting dalam 6-9 bulan pertama pemakaian.Pada
tahun pertama pemakaian, 66% mengalami siklus haid tidak teratur, 27% teratur
dan 7% amenorea. Setelah 3-5 tahun pemakaian hanya 38% yang tetap mengalami
haid yang tidak teratur sedangkan 62% normal dan tidak mengalami amenorea.
Efek samping lain yang sering timbul antara lain sakit kepala (1,9%), peningkatan
berat badan (1,7%), gugup atau cemas (1,1%), depresi (0,9%).
D. Kondisi Pasien
a. Cocok menggunakan implan
i. Pasien menyukai metode jangka panjang sehingga tidak
repot.
ii. Tidak mau menambah anak tetapi belum siap unk
melakukan kontrasepsi mantap (MOP/MOW)
iii. Sedang menyusui bayi yang berusia > 6 minggu yang
membutuhan kontrasepsi
iv. Pasien merokok.
b. Perlu pertimbangan.
i. WHO Kelas 1. Hipertensi moderat (TD < 180/105 mmHg)
ii. WHO Kelas 2. Pasien diabetes mellitus, hipertensi berat
(TD > 180/105 mmHg), sefalgia, perubahan pola haid.
c. Aman. Pasien penyakit kantung empedu, riwayat pre-eklamsia,
merokok, operasi, penyakit tromboembolik dan penyakit katup
jantung.
E. Jenis Implan
a. Norplant I
b. Norplant II
c. Implanon
F. Waktu Pemasangan
a. Selama haid (hari 1-7)
b. Pascapersalinan (3-4 minggu) apabila tidak sedang menyusui
bayinya.
c. Pascakeguguran (segera atau dalam 7 hari)
d. Sedang menyusui bayi secara ekslusif (6 minggu – 6 bulan
pascapersalinan)
BAB III
KESIMPULAN
Gilman, A. G. (2012). Goodman & Gilman Dasar Kedokteran Terapi (Vol.4). (J.
G. Hardman, & L. E. Limbird, Eds.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Saifudin BA, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo.