Disusunoleh :
Yanuar Hari Putra 18710031
Hafid Muhammad Jabir 18710093
Pembimbing :
dr. Hanifah Harits Sp.S
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkatdanrahmat-Nya laporan kasus yang berjudul “CVA ICH” ini dapat disusun
dan diselesaikan.Terima kasih saya ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu memberikan saran serta kritik maupun pengarahan dalam pembuatan
Laporan kasus ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian setelah
penyakit jantung dan kanker. Stroke sudah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan
sebelum zaman hippocrates, dimana penyakit ini merupakan penyakit saraf yang
paling banyak menarik perhatian (Harsono, 2009). Stroke didefinisikan sebagai
manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh
(global), yang berlangsung secara cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir
dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular
(WHO, 2003).
Stroke merupakan urutan ketiga penyebab kematian setelah jantung dan kanker di
Amerika Serikat (Rikesdas, 2007). Prevalensi di Amerika tahun 2005 adalah 2,6%.
Prevalensi meningkat sesuai kelompok usia yaitu 0,8% pada usia 18-44 tahun, 2,7%
pada usia 45-64 tahun dan 8,1% pada usia 65 tahun atau lebih tua. Pria dan wanita
memiliki prevalensi yang tidak jauh berbeda yaitu pria 2,7% dan wanita 2,5%
(Satyanegara, 2010).
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Sekitar 80-85% merupakan stroke iskemik dan sisanya adalah stroke hemoragik
(Price & Wilson, 2006). Penelitian lain yang dilakukan di Itali menyatakan bahwa
67,3- 82,6% mengalami stroke iskemik, 9,9-19,6% mengalami intraserebral
hemoragik, 1,6-4,0% subaraknoid hemoragik dan 1,2-1,7% tidak terdeteksi
(Blackwell, 2011). Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan, peneliti
mengkhususkan untuk melakukan penelitian pada orang yang mengalami stroke
iskemik.
Menurut Riset Kesehatan dasar 2009, prevalensi penyakit stroke non hemoragik
sebesar 0,09%, prevalensi tertinggi di kota Surakarta sebesar 0,75% (Dinkes Jateng,
2010). Orang yang menderita stroke, biasanya mengalami banyak gangguan
fungsional, seperti gangguan motorik, psikologis atau perilaku, dimana gejala yang
paling khas adalah hemiparesis, kelemahan ekstremitas sesisi, hilang sensasi wajah,
kesulitan bicara dan kehilangan penglihatan sesisi (Irfan, 2010). Data 28 RS di
Indonesia, pasien yang mengalami gangguan motorik sekitar 90,5% (Misbach &
Soertidewi, 2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi.
Menurut World Health Organization (WHO), stroke adalah gangguan fungsional
otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global,
berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak. Stroke hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh
perdarahan arteri otak didalam jaringan otak (intracerebral hemorrhage) dan/atau
perdarahan arteri diantara lapisan pembungkus otak, piamater dan arachnoidea
2. Anatomi.
Secara anatomis, pembuluh darah serebral terdiri dari dua sistem yaitu sistem
karotis dan sistem vertebrobasiler. Jatah darah ke otak 1/3 disalurkan melalui lintasan
vaskuler vertebrobasiler dan 2/3 melalui arteri karotis interna.
Anterior cerebral Medial frontal dan parietal cortex cerebri and subjacent
white matter, anterior corpus callosum
Middle cerebral Lateral frontal, parietal, occipital, and temporal cortex and
subjacent white matter
Posterior cerebellar Medial occipital and temporal cortex and subjacent white
matter, posterior corpus callosum, upper midbrain
Thalamoperforate Thalamus
branches
Thalamogeniculate Thalamus
branches
1. Sistem Piramidalis :
Pusat sistem motorik terletak di gyrus presentralis (area broadman 4) ditempat
ini terdapat Motor Homonculus, serabut saraf kemudian berjalan melalui traktus
piramidalis ,yang dibentuk oleh neuron sel Batz yang terdapat pada lapisan
kelima gyrus presentralis, berjalan konvergen ke kaudal ke kapsula interna
menempati 2/3 krus posterior. Kemudian berjalan ke pedunculus oblongata dan
medulaspinalis. Pada kornu anterior medula spinalis sebagian serabut saraf
±85% berjalan ke kontralateral (disebut traktus kortikospinal lateral),
persilangan ini disebut decussatio pyramidalis, sedangkan serabut yang lain
±15% tidak menyilang berakhir di kornu anterior homolateral (disebut traktus
kortikospinal anterior).
2. Sistem Ekstrapiramidalis
Terdiri dari korteks, ganglia basalis, midbrain. Gangllia basalis terdiri dari
globus palidus, putamen, nukleus kaudatus, substansia nigra, nukleus
subthalamikus, nukleus rubra. Putamen dan nukleus kaudatus disebut striatum.
SISTEM SARAF SENSORIS
Sistem saraf sensoris memiliki dua jalur berdasarkan lokasi penerimaan rangsang :
1. Sensibilitas permukaan
Rangsang diterima di reseptor kemudian serabut saraf berjalan ke ganglion
spinale, kemudian melalui radix posterior ke kornu posterior, ditempat ini
berganti neuran kemudian menyilang linea mediana menjadi traktus
spinothalamikus, kemudian ke atas ke thalamus. Pada thalamus serabut saraf
yang berasal dari badan bagian bawah berjalan lebih lateral sedangkan badan
bawah lebih medial, kemudian berganti neuron kembali dan berakhir di gyrus
sentralis posterior.
2. Sensibilitas dalam
Serabut saraf bejalan mulai dari reseptor ke ganglion spinale lalu ke radix
posterior, di sini serabut membagi dua menjadi funicullus gracilis ,untuk daerah
sakralis, lumbalis dan thorakalis bawah, dan funiculus cuneatus , untuk bagian
thorakal atas dan sevikalis. Serabut secara berurutan ini menuju nukleus goll dan
nukleus burdach sebelumnya berganti neuron. Kemudian bersilang membentuk
lemniscuss medialis menuju ke thalamus berganti neuron dan berakhir di di
gyrus sentralis posterior.
3. Epidemiologi.
Jumlah penderita stroke semakin meningkat tiap tahunnya. Stroke merupakan
penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada tahun 2002, stroke
membunuh sekitar 162.672 orang atau setara dengan 1 dari 15 kematian di Amerika
Serikat. Mengacu kepada laporan American Heart Association, sekitar 700.000 orang di
Amerika Serikat terserang stroke setiap tahun. Dari jumlah ini, 500.000 diantaranya
merupakan serangan stroke yang pertama, sedangkan sisanya merupakan stroke yang
berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat hidup dalam keterbatasan fisik
akibat stroke, dengan 15- 30% diantaranya menderita kecacatan yang menetap (Centers
for Disease Control and Prevention,2009). Di beberapa Negara Uni-Eropa seperti
Islandia, Norwegia, dan Swiss, memiliki insidensi stroke yang diperkirakan mencapai 1.1
juta orang setiap tahun. Saat ini terdapat sekitar 6 juta orang yang sedang bertahan hidup
pascaserangan stroke di Negara-negara tersebut. WHO memperkirakan insidensi stroke
ini akan meningkat menjadi 1.5 juta jiwa pada 2025, jika didasarkan pada proyeksi 16
populasi penduduk (European Journal of Neurology,2005). Di Indonesia, prevalensi
stroke mencapai 8.3 per 1000 penduduk (Riset Kesehatan Dasar,2007).
4. Etiologi.
Etiologi penyakit stroke dapat dibagi berdasarkan klasifikasinya. Sebagai
diagnosis klinik untuk gambaran manifestasi lesi vaskular serebral, yang dapat dibagi
dalam:
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Stroke in evolution
3. Completed stroke yang dapat dibagi lagi dalam
a. hemoragik
b. non-hemoragik
5. Faktor Resiko.
Faktor resiko stroke terdiri dari :
b. Jenis Kelamin
Insiden stroke 1.25 kali lebih besar pada laki – laki dibanding
perempuan.
c. Ras / Bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke daripada orang kulit
putih.
d. Hereditas
Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota
keluarga pernah mengalami stroke pada usia < 65 tahun, meningkatkan
risiko stroke
b. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun
tidaksekuat hipertensi.Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat
sehinggaberpengaruh terhadap terjadinya stroke.risiko terjadinya stroke
pada penderita diabetes mellitus 3,39kali dibandingkan dengan yang
tidak menderita diabetes mellitus.
c. Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah
fibrilasiatrium/atrial fibrillation (AF), karena memudahkan terjadinya
penggumpalan darah di jantung dan dapat lepas hingga
menyumbatpembuluh darah di otak.Di samping itu juga penyakit jantung
koroner,kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, pasca operasi
jantung juga memperbesar risiko stroke.Fibrilasi atrium yang tidak
diobatimeningkatkan risiko stroke 4 – 7 kali.
e. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan
diabetesmelitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%.
Obesitasdapat meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan
aterosklerosis yangsemuanya akan meningkatkan kemungkinan terkena
serangan stroke.
f. Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor
risiko, tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah
danjuga menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi
terutama Low Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di
dalampembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di
jantungmaupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan
risikostroke 1,31-2,9 kali.
6. Klasifikasi Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu:
a. Stroke Iskemik Stroke Iskemik didefinisikan sebagai suatu sindrom yang berkembang
pesat dengan onset yang tiba-tiba atau akut, yang dikaitkan dengan defisit neurologi
non-epilepsi dengan batas gumpalan infark yang jelas pada jaringan otak di dalam
area pembuluh darah yang berlainan.Stroke iskemik berkembang melalui beberapa
mekanisme yaitu karena atherosclerosis, kardioemboli, dan oklusi pada pembuluh
darah kecil atau biasa dikenal dengan sebagai lacunar stroke (Williams, et al., 2013).
Stroke iskemik mendominasi terjadinya stroke yaitu sekitar 80%. Stroke iskemik
terjadi karena terganggunya suplai darah ke otak yang biasanya disebabkan karena
adanya sumbatan pembuluh darah arteri yang menuju otak. Stroke iskemik ini dapat
dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu trombotik dan embolik. Stroke trombotik terjadi
ketika arteri tersumbat oleh pembentukan bekuan darah di dalamnya. Arteri
kemungkinan sudah rusak dikarenakan oleh endapan kolesterol (atherosclerosis).
Penyumbatan total kemungkinan selanjutnya terjadi dikarenakan diikuti
penggumpalan sel darah (trombosit) atau zat lainnya yang biasa ditemukan di dalam
darah. Stroke embolik yang jugamerupakan tipe stroke iskemik yang kedua juga
disebabkan oleh gumpalan dalam arteri, tetapi dalam kasus ini bekuan atau embolus
terbentuk di tempat lain selain di otak itu sendiri. Bahan-bahan ini bisa menjadi
bekuan darah (misal dari jantung) atau dari lemak (misal dari arteri lain di leher –
penyakit arteri karotis) (Silva, et al., 2014).
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik jarang terjadi dan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
Intracerebral Hemorrhage (ICH) dan Subarachnoid Hemorrhage (SAH). ICH terjadi
karena adanya perdarahan di dalam otak dan biasanya sering terjadi karena tekanan
darah tinggi. Peningkatantekanan yang tiba-tiba di dalam otak akibat perdarahan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sel-sel otak yang dikelilingi oleh pembuluh
darah.
SAH merupakan jenis stroke hemoragik yang terjadi karena adanya perdarahan
dibagian antara otak dan jaringan yang melindungi otak, atau biasa disebut dengan
area subarachnoid. Penyebab SAH antara lain bisa karena malformasi arteri vena,
gangguang perdarahan, cedera kepala, pengencer darah, dan pecahnya aneurisma.
Pecahnya aneurisma menjadi penyebab SAH yang sering terjadi (National Stroke
Association, 2016). Aneurisma yang pecah pada SAH berasal dari pembuluh darah
sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Arteri
yang pecah dan keluar ke ruang subarachnoid akan menyebabkan tekanan intra
kranial meningkat mendadak yang dapat mengakibatkan meregangnya struktur peka
nyeri sehingga timbul nyerikepala hebat. Peningkatan tekanan intra kranial juga
mengakibatkan terjadinya vasospasme pembuluh darah serebral yang dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi otak global (penurunan kesadaran, sakit kepala)
maupun fokal (hemiparesis, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain) (Muttaqin,
2008).
Selain dari dua klasifikasi di atas, terdapat jenis stroke lain yaitu Transient
Ischemic Attacks (TIA). TIA yang biasa disebut dengan mini strokes merupakan
gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam
saja dan gejala yang timbul akanhilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu
kurang dari 24 jam (Muttaqin, 2008). Kondisi yang terjadi pada TIA yaitu dimana
bagian otak mengalami kehilangan fungsinya sementara atau temporer dikarenakan
adanya gangguan singkat pada aliran darah otak lokal, berlangsung kurang dari 24
jam. Pencegahan stroke sangat krusial atau penting sekali untuk yang terkena TIA
meskipun tidak menimbulkan kecacatan yang permanen tetapi hal ini merupakan
sebuah tanda peringatan yang sangat dari stroke yang akan datang (Silva, et al.,
2014).
7. Patofisiologi stroke hemoragik
Ada dua bentuk CVA bleeding :
a. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi
dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal,
nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering
didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat
dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun
didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah
keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam
TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme
pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya
perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu
ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang
berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh
arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak
global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan
glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak,
tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
9. Gambaranklinis
WHO (2016) menjelaskan bahwa gejala umum yang terjadi pada stroke yaitu
wajah, tangan atau kaki yang tiba-tiba kaku atau mati rasa dan lemah, dan biasanya
terjadi pada satu sisi tubuh saja. Gejala lainnya yaitu pusing, kesulitan bicara atau
mengerti perkataan, kesulitan melihat baik dengan satu mata maupun kedua mata, sulit
berjalan, kehilangan koordinasi dan keseimbangan, sakit kepala yang berat dengan
penyebab yang tidak diketahui, dan kehilangan kesadaran atau pingsan. Tanda dan gejala
yangterjadi tergantung pada bagian otak yang mengalami kerusakan dan seberapa parah
kerusakannya itu terjadi. Serangan stroke dapat terjadi secara mendadak pada beberapa
pasien tanpa diduga sebelumnya. Stroke bisa terjadi ketika pasien dalam kondisi tidur dan
gejalanya baru dapt diketahui ketika bangun. Gejala yang dimiliki pasien tergantung pada
bagian otak mana yang rusak. Tanda dan gejala yang umumnya terjadi pada stroke atau
TIA yaitu wajah, lengan, dan kaki dari salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan dan
atau kaku atau mati rasa, kesulitan berbicara, masalah pada penglihatan baik pada satu
ataupun kedua mata, mengalami pusing berat secara tiba-tiba dan kehilangan
keseimbangan, sakit kepala yang sangat parah, bertambah mengantuk dengan
kemungkinan kehilangan kesadaran, dan kebingungan (Silva, et al., 2014).
a. Tanda dan gejala yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari berat ringanya
lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala yang umum dijumpai
pada penderita stroke non hemoragik yaitu :
Gangguan Motorik
- Tonus abnormal atau hipotonus maupun hipertonus
- Penurunan kekuatan otot
- Gangguan gerak volunter
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan koordinasi
- Gangguan ketahanan
Gangguan Sensorik
- Gangguan propioseptik
- Gangguan kinestetik
- Gangguan diskriminatif
Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
Pada gangguan kognitif akan muncul berbagai gangguan yaitu atensi,
memori, inisiatif, daya perencanaan dan cara menyelesaikan suatu masalah.
Gangguan Kemampuan Fungsional
Gangguan yang timbul yaitu berupa gangguan dalam beraktifitas sehari-
hari seperti mandi, makan, ketoilet dan berpakaian.
b. Perdarahan Subarakhnoid
Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien menunjukkan gejala nyeri kepala
mendadak (dalam hitungan detik) yang sangat berat disertai fotofobia, mual, muntah,
dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk dan tanda Kernig). Pada perdarahan yang
lebih berat, dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan gangguan kesadaran.
Pada funduskopi dapat dilihat edema papil dan perdarahan retina. Tanda neurologis
fokal dapat terjadi sebagai akibat dari:
- Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intrakranial
- Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan
- Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan dengan iskemia
c. Perdarahan Intraserebral Spontan
Pasien datang dengan tanda-tanda neurologis fokal yang tergantung dari lokasi
perdarahan, kejang, dan gambaran peningkatan tekanan intrakranial. Diagnosis
biasanya jelas dari CT scan (Price et al, 2006).
11. PemeriksaanPenunjang
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurism atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.Pungsi lumbal diperlukan untuk menyingkirkan meningitis atau
perdarahan subarachnoid ketika CT scan negatif tapi kecurigaan klinis tetap menjadi
acuan.
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Nama : Tn. KA
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Sidoarjo
5. Pekerjaan : Swasta
6. Status : Menikah
7. Tanggal MRS : 08 April 2019
8. Tanggal Pemeriksaan : 09 April 2019
B. Anamnesa
Tangan dan kaki kiri terasa lemas tiba-tiba, setlah pulang dari tempat kerja
naik motor. Disertai nyeri kepala dan mual, tapitidak muntah karena di tahan.
Setelah itu di bawa ke rumah oleh temannya pada pukul 4 sore. Pada pukul 8 malam
pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD SIDOARJO. Satu jam sebelum
dibawa ke rumah sakit pasien merasa pusing cekot-cekot, bibir mencong ke kiri dan
pasien masih ingat dengan kejadian tersebut. Pasien tidak pelo. Pasien sebelumnya
tidak pernah mengalami hal seperti ini, tidak pernah mengalami kelemahan anggota
gerak, tidak ada keluahan nyeri dada, demam, kejang, dan pasien ada riwayat
tekanan darah tinggi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : HT (+), DM (-) Kolesterol (-) Stroke (-) Jantung (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
6. Riwayat Kebiasaan : merokok (+), alcohol (-), makan makanan berlemak tinggi di
sangkal
C. Pemeriksaan Fisik
a) Status Generalis
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tekanan Darah :189/125 mmHg
4. Nadi : 104 x/menit
5. RR : 24 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Saturasi : 98%
8. Kepala
Mata : Anemia (-), Ikterus (-)
Hidung : Dyspneu (-)
Mulut dan bibir : Cyanosis (-), terlihat kering
9. Leher : Pembesaran KGB (-)/(-)
10. Thorax
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
11. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Perkusi :Timpani Seluruh Lapangan Abdomen, shifting dulnes (-),
meteorismus (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-), hepar dan lien dalam batas normal
12. Ekstremitas
Akral Hangat Kering Merah : superior +/+, inferior +/+
Edema : Superior -/-, inferior -/-
b) Status Neurologis
1. Kesadaran : compos mentis
2. GCS : 2-3-5
3. Pembicaraan : tidak pelo
4. Wajah : asimetris
5. Rangsangan Selaput Otak / Meningeal Sign :
Kaku Kuduk : (+)
Brudzinski I :(-)
Brudzinski II :(-)
Brudzinski III : (-)
Brudzinski IV : (-)
Kernig : (-)
6. Pemeriksaan Nervus Cranialis :
a. Nervus Olfaktorius
Hiposmia / Anosmia : (-) / (-)
Parosmia : (-) / (-)
b. Nervus Optikus
Tajam Penglihatan : > 1/60 / >1/60
Lapangan Pandang : normal
Melihat Warna : tidak dilakukan
Funduskopi : tidak dilakukan
c. Nervus Okulomotorius, Troclearis, Abducens
Kedudukan Bola Mata : ditengah / ditengah
Ptosis : (-) / (-)
Exophthalmos :-/-
Pergerakan Bola Mata
o Nasal : normal / normal
o Temporal : normal / normal
o Frontal : normal / normal
o Bawah : normal / normal
o Temporal Bawah : normal / normal
Pupil
o Bentuk : bulat / bulat
o Diameter : 3mm / 3mm
o R. Cahaya Direct :+/+
o R. Cahaya Indirect :+/+
d. Nervus Trigeminus
Cabang motoric
o Otot temporalis : normal / normal
o Otot Maseter : normal / normal
o Otot Pterygodeus : normal / normal
Sensorik : tidak dilakukan
Reflex Kornea : tidak dilakukan
e. Nervus Facialis
Waktu Diam
o Kerutan Dahi : simetris
o Tinggi Alis : simetris
o Sudut Mata : simetris
o Lipatan Nasolabial : asimetris
o Sudut Mulut : asimetris
Waktu Bergerak
o Kerutan dahi : normal / normal
o Menutup mata : normal / normal
o Memperlihatkan gigi : normal / -
Sensorik Pengecapan :
o Manis : tidak dilakukan
o Asam : tidak dilakukan
o Asin : tidak dilakukan
o Pahit : tidak dilakukan
Stetoskop Balance Test : tidak dilakukan
Schimmer Test : tidak dilakukan
D. Resume
S : Pasien laki-laki umur 50 tahun dating ke IGD RSUD SIDOARJO dengan
keluhan tangan dan kaki kiri terasa lemas tiba-tiba, setlah pulang dari tempat kerja
naik motor. Disertai nyeri kepala dan mual, tapitidak muntah karena di tahan. Satu
jam sebelum dibawa ke rumah sakit pasien merasa pusing cekot-cekot, bibir
mencong ke kiri dan pasien masih ingat dengan kejadian tersebut. Pasien tidak pelo.
O : KU : lemah
Status neurologis :
GCS 2-3-5
Meningeal sign
Kaku kuduk (+)
Brudzinski I/II -/-
Nervus Cranialis : parese N VII sinistra tipesentra
Parese N XII sinstra
Motoric : extremitas superior 5/2
Extremitas inferior 5/2
Sensorik : hemihipestesia
Reflek fisiologis :
BPR : +2 / +2
TPR : +2 / +2
KPR : +2 / +2
APR : +2 / +2
Reflek patologis
Babinski : -/+
Chaddock : -/+
Hoffman : -/-
Tromner : -/-
P : Planning diagnosis :
Infus RL 14 tpm
Inj citicoline 3x500mg
Inj mecobalamin 2x500mcg
Inj antrain 3x500 mg
Nicardipin 1 mikro / Kg BB / menit sampai target 150 mmhg
Manitol 6x100cc (tap of)
Edukasi :
Bernstein RA. Cerebrovascular Disease. Hemorrhagic Stroke. In: Brust JCM. Current Diagnosis
& Treatment Neurology. USA :McGraw Hill. 2007.p.126-47.
Muttaqin, Arif. 2008. Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 12 April 2019
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/
National Stroke Association. High Blood Pressure Fact Sheet (database on the internet); 2016
Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6.
Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA, editor. Jakarta: EGC; 2005. BAB 53,
Penyakit Serebrovaskular; hal. 1106-1129.
Silva, G.S., Koroshetz, W.J., Gonzalez, R.G., et al. 2014. Causes of ischemic stroke. Acute
Ischemic Stroke, New York: Springer
Williams L, Wilkins. Heart Disease and Stroke Statistics: 2013 Update: A Report From the
American Heart Association. Hagerstown. 2013.
Wirth R, Smoliner C, Jager M, Warneckle T, Leishker AH, Dziewas R. Guidline clinical nutrition
in patient with stroke. Experimental & Translational Stroke Medicine 2013;5:1-11.