LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA TUAN. K UMUR 55 TAHUN
DENGAN HEMIPARESE
DIRUANG IGD RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN
Disusun oleh :
Esty Ningrum
(S.17.1713)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemiparese adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progesif cepat, berupa deficit neurologis fokal dan global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic (sumber :
Kapita Selekta Kedokteran Jilid II). Hemiparese biasanya disebabkan oleh
stroke yaitu kejadian yang timbul karena terjadinya gangguan peredarahan
darah fiotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Battiacaca
2008).
Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan
hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang
berusia muda dan produktif. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di
dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun
negara berkembang. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke (Ennen,
2004; Marsh&Keyrouz, 2010; American Heart Association, 2014; Stroke forum,
2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu
pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke forum,
2015). Stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah
(American Heart Association, 2014)
Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang
semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser keaarah usia produktif.
Bahkan kini banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008). Hal yang
perlu diperhatikan adalah akibat lanjut pasca stroke atau saat rehabilitasi, yang
biasanya dijumpai berbagai masalah akibat gejala sisa dari fungsi otak yang
tidak membaik dengan sepenuhnya. Gejala sisa ini diantaranya adalah
kelumpuhan pada satu sisi tubuh, menurun atau hilangnya rasa, gangguan
status mental/kognitif, gangguan bahasa dan lebih lanjut gangguan fungsional
(Acivena, 2010).
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke
Indonesia (Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena
kini jumlah penderita stroke di Indonesia adalah terbanyak dan menduduki
urutan pertama di Asia. Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke
3
menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada
usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).
B. Tujuan Masalah
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan pada pasien hemiparese yang ada di
Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengidentifikasi pangkajian data subjektif dan data objektif
kepada Tn.K dengan Hemiparese diruang IGD RS Sari Mulia
Banjarmasin. Mampu menganalisis diagnosa pada Tn.K dengan
Hemiparese diruang IGD RS Sari Mulia Banjarmasin.
b. Melakukan interprestasi data
c. Menyusun rencana dan penatalaksanaan pada pasien dengan
hemiparese
d. Mengevaluasi hasil dari penatalaksanaan pada Tn.K dengan
Hemiparese diruang IGD RS Sari Mulia Banjarmasin.
C. Manfaat
3. Bagi Penulis
Dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan agar lebih
memperhatikan dan meningkatkan mutu pelayanan profesi sesuai standar
asuhan kebidanan khususnya pada kasus Hemiparese.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Hemiparesis adalah istilah medis untuk menggambarkan suatu kondisi
adanya kelemahan pada salah satu sisi tubuh atau ketidakmampuan untuk
menggerakkan anggota tubuh pada satu sisi. Istilah ini berasal dari kata hemi
yang berarti separuh, setengah, atau satu sisi dan paresis yang berarti
kelemahan. Hemiparesis juga sering disebut hemiparese. Anggota tubuh yang
terkena dampak biasanya otot-otot wajah, otot-otot pernafasan di dada, lengan,
tangan, tungkai bawah pada salah satu sisi. Bisa terjadi pada sebelah kanan
saja atau sebelah kiri saja, apabila terjadi pada kedua sisi maka disebut dengan
paresis total atau bilateral. Hemiparese biasanya disebabkan oleh stroke yaitu
kejadian yang timbul karena terjadinya gangguan peredarahan darah fiotak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Battiacaca 2008).
Stroke merupakan penyakit yang terjadi karena terganggunya peredaran
darah otak yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian pada penderita stroke, stroke
dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
(Batticaca, 2008). Menurut World Health Organization (WHO) stroke
didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan peredarah
darah diotak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik
lokal maupun global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang dapat
menyebabkan kematian.
2. Etiologi
Trauma hebat pada kepala yang menyebabkan kerusakan otak. Infeksi
pada otak dan juga selaput otak, Cacat sejak lahir, Cerebral palsy, Multiple
sclerosis, Tumor otak, Kerusakan korda spinalis (serabut saraf yang berada di
dalam tulang belakang), dan berbagai penyakit lain yang dapat berpengaruh
pada sistem saraf. Otak merupakan suatu alat yang sangat penting karena
merupakan pusat computer dan semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral
yang terletak didalam rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat.
5
3. Fatofisiologi
a. Trombus
Timbunan / kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh
darah akan mengganggu aliran darah bila terjadi diotak maka akan
menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah sehingga akan
mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak bila dalam
waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan akhirnya infark dan
terjadi kematian jaringan otak.
b. Emboli.
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang
akan mengikuti aliran darah hingga sampai pada otak dan akan
6
menempel pada pembuluh darah di otak. Bila terjadi pada pembuluh darah
kecil akan menimbulkan sumbatan, Gejala muncul tergantung dari daerah
yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
c. Hemoragi Intraserrebral.
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan
menurunkan aliran darah sehingga terjadi iskemi dan akhirnya infark.
d. Hemoragi Subarakhnoid.
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak akan sehingga terjadi
edema serebri yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadi di
hipoksia lalu iskemik dan bila terjadi lama maka akan infark dan
akhirnya kematian jaringan.
6. Komplikasi
a. Gangguan otak yang berat
b. Kematian bila tidak dapat mengontrol respons pernafasan atau
kardiovaskuler
c. Edema Serebri dan Tekanan Intra cranial tinggi yang dapat menyebabkan
herniasi atau kompresi batang otak.
d. Aspirasi Atelektasis
e. Gagal Nafas
f. Disrithmia Jantung
8
g. Kematian.
7. Penata Laksanaan
a. Melakukan pemeriksaan dan memberitahukan kepada keluarga pasien
tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tn. K TD : 140/100 mmHg,
suhu : 37,1°𝐶, Nadi : 110 x/menit dan RR : 22 x/menit.
“keluarga mengetahui hasil pemeriksaan”
b. Memberitahukan kepada keluarga pasien bahwa pasien menderita
Hemiparese sebelah kiri.
“ Keluarga pasien mengetahui sakit yang di derita pasien “
c. Menganjurkan keluarga pasien untuk mengatur pola makan yang sehat
seperti :
Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam
(natrium), dimana batas aman asupan sodium tidak lebih dari 1500 mg per
harinya
Tidak makan-makanan yang mengandung kolestrol tinggi seperti udang,
kuning telur, cumi-cumi, kepiting, daging kambing, bebek, kulit ayam dan
jeroan.
Lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat yang tinggi
misalnya seperti apel yang mengandung serat yang larut, asam organik,
dan kalium.
d. Banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan.
e. Mencegah pasien untuk merokok karena dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung, stroke, dan juga penyakit paru-paru.
“ Keluarga pasien paham dan bersedia mengatur pola makan pasien”
f. Berkolaborasi dengan dokter dan melaksanakan intruksi dokter untuk
memberikan terapi yaitu :
Inf : RL 20 tpm ( iv)
Unj : Brain act 250 mg ( iv)
Inj : Neurotam 3 gr ( iv)
“ Terapi sudah diberikan “
g. Pasien di antar keruangan VIP dan tindakan selanjutnya dilakukan
diruangan inap.
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA TUAN.K DENGAN HEMIPARESE
DIRUANG IGD RUMAH RS MULIA BANJARMASIN
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Tn.K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 55 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kota Baru
Status perkawinan : Sudah Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa :Indonesia
Tanggal Masuk RS : Senin 12-02-2018
Nomor Rekam Medik :X
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 36 th
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kota Baru
Hubungan Dengan Keluarga : Anak Kandung
10
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluarga Pasien mengatakan pasien sakit seperti ditusuk, tubuh
bagian kiri tidak dapat digerakkan, Pasien Kesulitan untuk beraktivitas
dan berbicara, Pasien dalam keadaan lemas dan merasa sangat sakit ,
Pasien Mulai sakit sejak 10-02-2018 rujukan dari RSUD Kota Baru.
b. Eliminasi
c. Personal hygiene
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : Somnolen (eye : 3, verbal :3, motorik : 4 jumlah
nilai tingkat kesadaran : 9)
c. Berat Badan : 83 Kg
12
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak terjadi distensi abdomen.
i. Ekstremitas : Tidak ada jejas, tidak ada oedem, kekuatan otot
1/1
j. Genitalia : Bentuk Penis normal, skrotum dan ukuran
normal, tidak ada jejas.
C. Analisa Data
Diagnosa : Tn K umur 55 tahun dengan Hemiparese
Masalah : Sakit di area perut sebelah kiri dan tubuh bagian kiri
tidak dapat digerakkan.
Kebutuhan : Perawatan, pengobatan dan KIE
D. Penatalaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan dan memberitahukan kepada keluarga pasien tentang
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tn. K TD : 140/100 mmHg, suhu : 37,1°𝐶,
Nadi : 110 x/menit dan RR : 22 x/menit.
“keluarga mengetahui hasil pemeriksaan”
2. Memberitahukan kepada keluarga pasien bahwa pasien menderita Hemiparese
sebelah kiri.
“ Keluarga pasien mengetahui sakit yang di derita pasien “
3. Menganjurkan keluarga pasien untuk mengatur pola makan yang sehat seperti :
a. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam
(natrium), dimana batas aman asupan sodium tidak lebih dari 1500 mg per
harinya
b. Tidak makan-makanan yang mengandung kolestrol tinggi seperti udang,
kuning telur, cumi-cumi, kepiting, daging kambing, bebek, kulit ayam dan
jeroan.
c. Lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat yang tinggi
misalnya seperti apel yang mengandung serat yang larut, asam organik,
dan kalium.
d. Banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan.
e. Mencegah pasien untuk merokok karena dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung, stroke, dan juga penyakit paru-paru.
“ Keluarga pasien paham dan bersedia mengatur pola makan pasien”
14
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
SIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pada kasus Tn.K usia 55 tahun di ruang IGD Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin,
Tanggal 12 Februari 2018. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami
kesulitan untuk bergerak dibagian tubuh sebelah kiri, koordinasi gerak yang
terganggu dan kelemahan otak. Diketahui hasil TTV didapatkan tekanan darah
140/100 mmHg, suhu badan 37,1°𝐶, nadi 110 x/menit, Pernafasan 22 x/menit dan
BB 83 kg.
2. Berdasarkan hasil dari data subjektif dan objektif dapat disimpulkan bahwa pasien
di diagnosa Hemiparese.
3. Menganjurkan keluarga pasien untuk mengatur pola makan yang sehat seperti :
a. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam (natrium),
dimana batas aman asupan sodium tidak lebih dari 1500 mg per harinya
b. Tidak makan-makanan yang mengandung kolestrol tinggi seperti udang, kuning
telur, cumi-cumi, kepiting, daging kambing, bebek, kulit ayam dan jeroan.
c. Lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat yang tinggi
misalnya seperti apel yang mengandung serat yang larut, asam organik, dan
kalium.
d. Banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan.
e. Mencegah pasien untuk merokok karena dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung, stroke, dan juga penyakit paru-paru.
4. Berkolaborasi dengan dokter dan melaksanakan intruksi dokter untuk memberikan
terapi yaitu Inf : RL 20 tpm ( iv), Unj : Brain act 250 mg ( iv) dan Inj : Neurotam 3
gr ( iv)
B. Saran
1. Instansi Rumah Sakit
a. Pada ruang instalasi Gawat Darurat (IGD) sebaiknya terdapat protab
perawatan DC, dressing infuse, perawatan NGT sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
b. Untuk bidan di ruang instalasi Gawat Darurat (IGD) sebaiknya bidan yang
benar-benar terlatih dalam keperawatan kritis, sehingga lebih peka terhadap
perawatan pasien di instalasi Gawat Darurat (IGD).
2. Tenaga Kesehatan
17
4. Institusi Pendidikan
Laporan ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi yang
menunjang pembelajaran dan referensi untuk penulisan laporan selanjutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arisoy YM. Gambaran NIHSS RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2014
Juni 2015. eCliniC. 2016;4(1).
Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. 5th ed. EGC; 2016.
Gemari. 2008. Faktor Resiko Stroke. Gemari edisi 94/Tahun IX/November 2008.
Maqassary, Al Ardi. 2015. Left Hemiparesis e.c Hemorrhargil Stroke. Com / 2015 /05
Ngoerah IGNG. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. Bali: Udayana University Press;
2017.
Yastroki, 2012. Stroke Penyebab Kematian Urutan Pertama di Rumah Sakit Indonesia.
Diakses tanggal 5 mei 2015, dari http:// www. Yastroki.or.id