Preseptor:
dr. Rini Sunarti, Sp. S
apt. Mutia Permata Sari, S. Farm.
Disusun oleh:
Kelompok 3
laporan akhir ini dalam rangka Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang. Salawat beriring salam tidak lupa kita
ucapkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari zaman
jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
saat ini.
Laporan ini ditujukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi
khusus ini tidak terlepas dari dukungan, doa, dan semangat dari berbagai pihak.
1. Bapak Prof. Dr. apt. Elfi Sahlan Ben selaku Rektor di Universitas
2. Ibu Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm selaku Dekan di Fakultas Farmasi
3. Ibu apt. Mimi Aria, M.Farm selaku Ketua Program Studi Profesi
Padang.
i
4. Dr. Ardoni selaku direktur di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang
6. Bapak ibu dosen, selaku pembimbing dari fakultas farmasi yang telah
7. Seluruh asisten apoteker dan karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran guna perbaikan penulis harapkan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
sindrom klinis yang ditandai dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal
atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari
24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. Stroke menurut WHO adalah
suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam
beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang
diseluruh dunia. WHO mencatat bahwa setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di dunia
Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang
(Yuniadi, 2010).
Penghentian aliran darah <16-18 ml/100g jaringan per menit menyebabkan infark
dalam waktu satu jam, dan nilai < 20 ml/100g jaringan per menit menyebabkan iskemik
tanpa infark kecuali berkepanjangan selama beberapa jam atau hari. Ketika aliran darah
cepat dipulihkan, jaringan otak dapat pulih sepenuhnya dan gejala muncul dalam waktu
singkat maka istilah serangan iskemik transien (Transient Ischemic Attack, TIA)
digunakan, TIA adalah serangan mendadak, merupakan penurunan syaraf fokal yang
1
berlangsung selama kurang dari 24 jam dan terbatas pada area otak atau perfusi mata
oleh arteri tertentu. Serangan awal stroke umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak
sadar, bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lain.
Stroke bisa menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1 atau 2 hari
kemudian akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (Junaidi, 2011).
hemoragik dan hematoma subdural. Stroke iskemik tercatat sebanyak 87% sedangkan
stroke hemoragik sebanyak 13% dari seluruh kasus stroke (Dipiro et.al., 2015).
Salah satu faktor resiko stroke adalah hipertensi. Hipertensi merupakan suatu
keadaan tingginya tekanan darah seseorang (tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan atau diastolik 90 mmHg) yang diukur secara berulang-ulang. Tekanan darah
normal 120/80 mmHg. Naiknya tekanan darah pada seseorang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor genetik, hormone, kekurangan asupan kalium dan
kalsium, obesitas. Hipertensi dapat juga disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes,
konsumsi obat-obat tertentu, seperti pil KB, perubahan dalam sistem kerja organ tubuh,
seperti: perubahan pada tahanan pembuluh darah, gangguan pada tekanan darah,
perubahan transport ion dalam sel asupan garam yang berlebih (Depkes RI,2006).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
pembuluh darah ke otak atau karena tersumbatnya pembuluh darah ke otak sehingga
pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang. (World Health Organization, 2014).
fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak
karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh
Stroke terdiri dari dua jenis utama yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik jauh lebih sering terjadi dari pada stroke hemoragik. Otak memiliki
suplai darah yang cukup konsisten antara individu. Stroke iskemik dapat disebabkan
3
darah kecil. Pada stroke hemoragik, paling sering disebabkan oleh hipertensi, kelainan
pembuluh darah spesifik atau masalah medis lainnya (Joao Gomes, 2013).
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika aliran darah arteri ke otak tersumbat. Arteri
bertanggung jawab untuk mengalirkan darah segar dari jantung dan paru-paru yang
membawa oksigen dan nutrisi ke otak. Jika arteri diblokir, sel-sel otak (neuron) tidak
dapat membuat energi yang cukup dan akhirnya akan berhenti bekerja. Jika arteri tetap
diblokir selama lebih dari beberapa menit, sel-sel otak bisa mati (Anonim, 2015).
4
a. Trombosis
Gambar 3. Trombosis
Ketika berusia muda, seseorang memiliki arteri yang luas dan fleksibel, namun
seiring bertambahnya usia dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur. Sebuah
menggambarkan pengerasan dan penebalan arteri besar dalam tubuh akibat deposito
lemak, atau patch yang disebut “ateroma” pada dinding bagian dalam arteri. Mereka
dapat menjadi lebih tebal dan menyebabkan penyempitan dan mengurangi aliran darah
yang melewati pembuluh darah tersebut sehingga akhirnya terjadi penyumbatan. (Stroke
Association, 2012).
rapuh dan mudah patah sehingga dapat menyebabkan pendarahan fokal dan terbentuk
5
trombus. Trombus yang terbentuk dapat pecah dan mengalir ke pembuluh darah yang
b. Emboli
Gambar 4. Emboli
Emboli pada umumnya disebabkan oleh bekuan darah yang terbentuk dilokasi lain
dalam sistem peredaran darah seperti jantung dan arteri besar dada bagian atas dan
leher. Kondisi jantung dan kelainan darah seperti denyut jantung yang tidak teratur atau
resiko pembentukan gumpalan darah dibilik jantung. Sebagian bekuan darah tersebut
lepas dan berjalan memasuki pembuluh darah otak hingga mencapai pembuluh darah
otak kecil dan menyebabkan penghambatan aliran darah (National Institute of Health,
2016).
6
c. Aterosklerosis
Gambar 5. Aterosklerosis
Salah satu penyakit yang paling umum yang mempengaruhi arteri adalah
aterosklerosis. Hal ini disebabkan oleh adanya endapan plak lemak pada dinding arteri.
koroner jantung yang paling sering terkena. Manifestasi aterosklerosis ialah terjadi
membentuk emboli yang dapat berjalan jauh ke seluruh pembuluh (Martin M.Z, 2003).
2. Stroke hemoragik
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak
dan merusaknya. Stroke hemoragik biasanya terjadi akibat kecelakaan yang mengalami
7
benturan keras di kepala dan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke
hemoragik lebih berbahaya daripada stroke iskemik karena akibat yang ditimbulkan
dapat terjadi secara akut atau mendadak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik diderita
Penyebab lain dari stroke hemoragik yaitu adanya penyumbatan pada dinding
pembuluh darah yang rapuh (aneurisma), mudah menggelembung, dan rawan pecah,
yang umumnya terjadi pada usia lanjut atau karena faktor keturunan.
otak. Penyebab utama dari SHI pada lansia yaitu hipertensi, robekan pembuluh darah,
sebab lain yang tidak diketahui. Pada perdarahan intracranial bisa terjadi penurunan
kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan
pernapasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Dapat juga terjadi
terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak). Dampak yang paling berbahaya dari PSA yaitu apabila
perdarahan pembuluh darah itu menyebabkan cairan yang mengelilingi otak akan
8
kejang, sehingga menyumbat pasokan darah ke otak. Oleh karena itu, PSA dapat
meninggalkan dampak kelumpuhan yang sangat luas, bahkan risiko kematianya sekitar
50%.
2.1.3 Patofisiologi
dalam CBF yang mempengaruhi fungsi neurologis. Otak hanya menerima 20% dari
output jantung, hal tersebut merupakan bagian awal terjadinya iskemik, periode
iskemik yang singkat dapat memicu terjadinya suatu kejadian yang komplek sehingga
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi atau stenosis berat arteri serebral, karena
embolus atau trombosis, sehingga mengurangi aliran darah serebral (CBF) dan
gangguan suplai oksigen dan glukosa ke jaringan yang disuplai oleh arteri tersebut
9
(Johnson et al, 2006). Ketika aliran darah lokal otak menurun di bawah 20 mL/100 g
per menit, iskemia terjadi kemudian. Sehingga ketika pengurangan lebih lanjut di
bawah 12 mL/100 g per menit bertahan, maka akan terjadi kerusakan otak permanen
yang disebut dengan infark. Jaringan yang mengalami iskemik tetapi mempertahankan
iskemik yang berada disekitar area infark atau mengelilingi inti infark. Penumbra ini
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang
diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na+ K+
ekstraselular, sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan
permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran depolarisasi. Saat awal
depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan
struktural ruang menyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera
apabila perfusi menurun dibawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran
aterosklerosis dan stroke. Faktor resiko yang paling penting ialah kadar kolesterol
LDL. Memang ada korelasi antara kadar kolesterol total dengan LDL, sel busa pada
dinding arteri yang disebabkan karena makrofagh terisi lipid intraseluler dalam bentuk
droplet, dan lipid kolesterol ester yang merupakan ciri dari plak aterosklerosis
10
memiliki manifestasi klinis yang berbeda yang tergantung pada hambatan aliran darah
tertentu yang terkena dampak. Salah satunya yaitu aterosklerosis pada arteri yang
memasok darah ke sistem saraf pusat yang menimbulkan stroke dan (TIA) (Longo et
al, 2012).
Pada stroke iskemik terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan stroke iskemik
yaitu faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi.
a. Merokok.
serikat pertahunnya diperkirakan sekitar 21.400 (tanpa ada penyesuaian untuk faktor
resiko) dan 17.800 (setelah ada penyesuaian) hal ini menunjukan bahwa rokok dapat
b. Hipertensi.
Hipertensi merupakan faktor resiko terpenting untuk semua tipe stroke, baik stroke
peningkatan tekanan darah. Walaupun tidak ada nilai pasti korelasi antara
peningkatan tekanan darah dengan resiko stroke, diperkirakan bahwa resiko stroke
meningkat 1,6 kali setiap peningkatan 10 mmHg tekanan darah sistolik dan sekitar
11
50% kejadian stroke yang dapat dicegah dengan pengendalian tekanan darah.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa jika hipertensi tidak diturunkan pada saat
serangan stroke akut maka dapat mengakibatkan edema otak, namun berdasarkan
yang cukup ketika edema otak berkembang sehingga meghasilkan tekanan perfusi
c. Penyakit jantung.
Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama yang banyak menyerang pria
merupakan salah satu faktor resiko independen stroke. AF dapat menyebabkan resiko
stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat daripada pasien tanpa AF. Kejadian stroke
yang didasari oleh AF sering diikuti dengan peningkatan morbiditas, mortalitas dan
penurunan kemampuan fungsi daripada stroke karena penyebab lain. Resiko stroke
karena AF meningkat jika disertai dengan beberapa faktor lain, yaitu jika disertai
usia > 65 tahun, hipertensi, diabetes militus, gagal jantung atau riwayat stroke
sebelumnya seperti yang dikategorikan dalam CHAD. Pada CHAD umur > 65 tahun,
gagal jantung, hipertensi, dan DM dinilai 1 point setiap kali ditemukan dan riwayat
d. Diabetes militus.
Orang dengan diabetes melitus lebih rentan terhadap aterosklerosis dan peningkatan
prevalensi proaterogenik, terutama hipertensi dan lipid darah yang abnormal. Pada
12
tahun 2007 sekitar 17,9 juta atau 5,9% orang Amerika menderita diabetes.
Berdasarkan studi case control pada pasien stroke dan studi epidemiologi prospektif
dengan risiko relatif mulai dari 1,8 kali lipat menjadi hampir 6 kali lipat. Berdasarkan
data dari Center for Disease Control and Prevention 1997-2003 menunjukkan bahwa
prevalensi stroke berdasarkan usia sekitar 9 % stroke terjadi pada pasien dengan
penyakit diabetes pada usia lebih dari 35 tahun (Goldstein et al. 2011).
a. Usia.
Stroke merupakan penyakit yang dapat menyerang segala usia, diketahui bahwa
mereka yang berusia lanjut lebih beresiko terserang penyakit yang berpotensi
resiko stroke dua kali lipat setiap pertambahan usia 10 tahun. Dua pertiga kasus
stroke diderita oleh mereka yang berusia 65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih
b. Jenis kelamin.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa pria lebih banyak terkena stroke dari pada
wanita, yaitu mencapai kisaran 1,25 kali lebih tinggi. Namun anehnya, justru lebih
banyak wanita yang meninggal dunia karena stroke. Hal ini disebabkan pria pada
umumnya terkena serangan stroke pada usia muda. Sedangkan, para wanita justru
13
c. Ras.
Insiden dan kematian akibat stroke di Amerika Serikat lebih tinggi pada kelompok
faktor ras terhadap stroke tidak diketahui secara pasti (Widagdo 2006).
d. Riwayat keluarga.
Faktor genetik didalam keluarga juga merupakan faktor resiko stroke. Beberapa
penyakit yaitu hipertensi, diabetes dan cacat pembuluh darah menjadi faktor genetik
yang berperan. Cadasil, yaitu suatu cacat pada pembuluh darah dimungkinkan
merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh. Selain itu, gaya hidup dan pola
makanan dalam keluarga yang sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit diubah dan
2.1.5 Etiologi
pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah ke otak. Gumpalan dapat
berkembang dari akumulasi lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh darah.
Faktor resikonya antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan kadar lipid
Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat adanya perdarahan
14
subaraknoid yang biasanya berasal dari pecahnya aneurisma otak atau AVM
resiko dari penyakit ini. Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau
kematian. Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa terjadi
kongenital atau akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan tengah
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak
1. Kehilangan motorik
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif.
15
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya),
seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir
rambutnya.
3. Gangguan persepsi
sensori.
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan
kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam
2.1.7 Diagnosa
kesadaran, sensasi, fungsi (visual, motor, bahasa) dan menentukan penyebab, lokasi dan
1. Pemeriksaan fisik
16
Pemeriksaan fisik meliputi penilaian jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, tanda-
tanda vital (yaitu nadi, respirasi, suhu). Kepala (termasuk telinga,mata, hidung, dan
dari stroke dan mengesampingkan kondisi lain yang memproduksi gejala yang sama
2. Tes darah
Tes darah (misalnya, hitung darah lengkap). Untuk sebagian besar, tes darah
2001).
3. Pemeriksaan neurologis
Tes ini dilakukan oleh dokter untuk menemukan kekurangan dalam fungsi otak
a. Awareness (Kesadaran)
e. Refleks
4. Prosedur imaging
17
Pemeriksaan paling penting untuk mendiagnosis subtipe stroke adalah
CAT) dan MRI pada kepala. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan citra sinar X,
pemindaian berlangsung selama 15-20 menit, tidak nyeri dan menimbulkan radiasi
minimal (kecuali bagi wanita hamil). Setiap citra individul memperlihatkan irisan
melintang otak, mengungkapkan daerah abnormal yang ada didalamnya. Pada CT,
pasien diberi sinar-X dalam dosis sangat rendah yang digunakan menembus kepala.
Sinar-X yang digunakan serupa dengan pada pemeriksaan dada, tetapi dengan pajanan
30 menit, pemeriksaan MRI aman, tidak invasive dan tidak nyeri. Alat ini tidak dapat
digunakan jika terdapat alat pacu jantung atau benda logam lainya misalnya pecahan
logam atau klip bedah tertentu didalam tubuh. Selain itu, orang yang bertubuh besar
mugkin tidak masuk kedalam mesin MRI ini, MRI lebih sensitif dibandingkan dengan
CT dalam mendeteksi stroke iskemik ringan bahkan pada stadium dini, namun kurang
(Feigin, 2006).
18
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi (menggunakan
gelombang suara untuk menciptakan citra) atau MRA (magnetic resonance angiograph,
penyempitan arteri atau bekuan arteriutama. Kedua prosedur ini aman, tidak
d. Angiografi otak
citra sinar X ke dalam arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X kemudian dapat
digunakan disebut bahan kontras, dan disuntikkan langsung ke dalam arteri karotis di
leher atau melalui sebuah kateter (selang) yang sangat panjang yang dimasukkan ke
pembuluh itu melalui arteri femoralis di lipatan paha. kedua prosedur ini dilakukan di
bawah pembiusan total. Angiografi otak menghasilkan gambar paling akurat mengenai
arteridan vena selama semua fase aliran darah otak dan digunakan untuk mencari
vaskular. Namun, tindakan ini memiliki risiko, termasuk stroke atau kematian pada 1
19
Suatu pemeriksaan laboratorium yang kadang kala jika diagnosis stroke belum
jelas. Cara ini juga kadang dilakukan jika alat CT tidak tersedia, untuk mendeteksi
(Feigin, 2006).
f. EKG
atau penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke pasien. Sensor listrik yang
peka, yang disebut elektrosa, diletakkan pada kulitdi tempat-tempat tertentu. Elektroda-
elektroda ini merekam perubahan siklisarus listrik alami tubuh yang terjadi sewaktu
jantung berdenyut. Hasilnya dianalisis oleh komputer dan diperlihatkan dalam sebuah
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan untuk stroke akut adalah untuk (Dipiro et al., 2008):
jangka panjang.
Pada stroke iskemia akut, penanganan melalui jalan operasi terbatas. Operasi
20
berhubungan dengan infark serebral. Pendekatan interdisipliner untuk penanganan
stroke yang mencakup rehabilitasi awal sangat efektif dalam pengurangan kejadian
stroke berulang pada pasien tertentu. Pembesaran korotid dapat efektif dalam
pengurangan resiko stroke berulang pada pasien komplikasi beresiko tinggi selama
cacat arteri intravena, operasi untuk memotong atau memindahkan pembuluh darah
primer. Pada pasien hematomas intraserebral, insersi pada saluran pembuluh darah
2. Terapi Farmakologi
sumbatan pada aliran darah dengan menggunakan obat-obat. Terapi yang dilakukan
antara lain:
a. Terapi Suportif dan terapi komplikasi akut dapat dilakukan dengan aliran udara,
ventilator support dan tambahan oksigen, temperature, terapi dan pemantauan fungsi
jantung pemantauan tekanan darah arteri hipertensi atau hipotensi (Thurman et al.
2002).
21
b. Terapi trombolitik dapat dilakukan melalui intravena seperti recombinant tissue
cacat hebat disebabkan stroke iskemik. CT scan harus didapatkan untuk mencegah
perdarahan sebelum terapi dimulai. Dosis 0,9 mg/kg (maksmum 90 mg) diberikan
22
secara infus intravena sampai 1 jam setelah bolus 10% dosis total diberikan sampai 1
pendarahan pasien harus dipantau lebih dekat lagi (Sukandar et al. 2008).
b. Aspirin, dosis 50-325 mg/hari dimulai antara 24-48 jam setelah alteplase ditujukan
aspirin dan clopidogrel hanya dianjurkan untuk pasien dengan stroke iskemik
sekunder pada pasien dengan fibrilasi atrial dan perkiraan embolisme dari kardiak
e. Peningkatan tekanan darah pada umumnya terjadi setelah stroke iskemik, dan
National Comitee (Guideline JNC VII) mengajukan inhibitor ACE dan diuretik untuk
mengurangi tekanan darah pada pasien stroke atau TIA setelah periode akut (tujuh
23
dipertimbangkan pada pasien yang tidak dapat menerima ACE (angiotensin
Converting Enzyme) inhibitor setelah stroke iskemik akut (Sukandar et al. 2008).
f. Heparin biasanya digunakan pada terapi stroke akut. Akan tetapi tidak ada percobaan
stroke iskemik akut saat ini tidak merekomendasikan antikoagulan pada keadaan
gawat dengan heparin atau heparin bobot molekul rendah karena kurangnya bukti
2.2 Hipertensi
merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab yang spesifik
(hipertensi primer atau essensial). Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit
kardiovaskular. Hipertensi merupakan saah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal
24
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
klasifikasi hipertensi pada orang dewasa seperti yang tertera pada tabel 1.
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut JNC7 (The seventh Joint National Committee)
hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan
patogenesis hipertensi primer tersebut. Faktor genetik mungkin memiliki peran penting
gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi mutasi genetik mengubah
ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal,
25
2. Hipertensi Sekunder
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang bertanggung jawab dalam hal
meningkatkan tekanan darah seperti pada tabel. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal
akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling umum. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
Pada tabel dapat dilihat obat-obat yang paling umum yang dapat menigkatkan tekana
pertama dalam penangana hipertensi sekunder. Berikut penyebab hipertensi yang dapat
NSAID: non-steroid-anti-inflammatory-drug,
26
ACTH: adrenokortikotropik hormone.
2.2.4 Patofisiologi
neuronal abnormal, defekasi autoregulasi periperal, dan gangguan natrium, kalsium, dan
2008).
dari tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi primeri diatur oleh ginjal. RAAS
mengatur keseimbangan natrium, kalium, dan cairan. Akibatnya, sistem ini secara
signifikan mempengaruhi tingkat vascular dan aktivitas sistem syaraf simpatik dan
Renin adalah enzim yang disimpan dalam sel juxtaglomerular, yang berada
didalam arterioles afferent ginjal. Pelepasan renin dimodulasi oleh beberapa faktor:
faktor internal (seperti, tekanan perfusi renal, katekolamin, angiostensin II) dan faktor
ekternal seperti natrium, klorida, dan kalium. Sel juxtaglomerular berfungsi sebagai
perasa baroreseptor. Penurunan tekanan arteri renal dan aliran darah ginjal dirasakan
oleh sel dan sekresi rangasangan renin. Juxtaglomerular aparatus juga termasuk dalam
kelompok sel tubuli distal yang ditunjuk untuk pengumpul sebagai macula densa.
27
Penurunan natrium dan klorida dihantarkan ke tubuli distal pelepasan rangsangan renin.
simpatik secara langsung pada afferent arteriola yang mengaktifkan sel juxtaglomerular.
subtipe AT1 atau AT2), efek biologi penggunaan angiostensin II dalam beberapa
vasculatur, dan kelenjar adrenal. Reseptor tersebut menengahi banyak respon yang
kritikal pada kardiovaskular dan fungsi ginjal. Reseptor AT2 berada didalam jaringan
medular adrenal, uterus, dan otak. Rangsangan reseptor AT2 tidak mempengaruhi
Sirkulasi angiostansin II bisa menaikkan tekanan darah melalui efek tekanan dan
dilepaskan dari medula adrenal, dan penurunan mediasi pusat dalam aktivitas sistem
syaraf simpatis. Angiostensin II juga merangsang sintesis aldosteron dari kotrex adrenal.
Ini menyebabkan reabsorbsi natrium dan air meningkatkatkan volume plasma, resiten
peripheral total, dan akhirnya tekanan darah. Aldosteron juga mempunyai peran
miokar (MI) dan gangguan ginjal berdasarkan promosi jaringan yang terkemuka untuk
28
fibrosis miokardial dan disfungsi vascular. Yang jelas, setiap gangguan pada tubuh
mengarah pada aktivasi RAAS yang dapat menjelaskan hipertensi kronis (Dipiro,
2008).
dihasilkan dari enzim kedua, angiostensin I convertase. Enzim ini tidak diblok oleh
pelepasan hipotalamus dan hormon pituitary, dan meningkatkan laju alir simpatik dari
medula oblongata.
Jaringan perifer dapat secara lokal menghasilkan angiotensin peptida yang aktif
secara biologis yang dapat menjelaskan peningkatan resistensi pembuluh darah pada
lokal yang dapat berinteraksi dengan regulator humoral lainnya dan faktor pertumbuhan
derifat endotelium untuk merangsang pertumbuhan pembuluh darah otot polos dan
2. Hormon Natriuretik
hormon natriuretik dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air. Namun, hormon yang
sama ini juga dianggap menghambat transportasi aktif keluar natrium dari sel otot polos
29
arteriolar. Peningkatan konsentrasi natrium intraseluler akhirnya meningkatkan tonus
peningkatan retensi natrium ginjal dan peningkatan aktivitas saraf simpatis. Selain itu,
insulin memiliki hormon pertumbuhan yang dapat menyebabkan hipertrofi sel otot
polos pembuluh darah. Insulin juga dapat meningkatkan tekanan darah dengan
pembuluh darah. Mekanisme yang tepat dimana resistensi insulin dan hiperinsulinemia
terjadi pada hipertensi tidak diketahui. Namun, erat kaitannya karena banyak kriteria
yang digunakan untuk mendefinisikan populasi ini (peningkatan tekanan darah, obesitas
, dislipidemia, dan peningkatan glukosa puasa) sering muncul pada pasien dengan
Penderita hipertensi primer yang sederhana pada umumnya tidak disertai gejala.
Penderita hipertensi sekunder dapat disertai gejala suatu penyakit. Penderita hipertensi
mungkin terjadi adalah gejal hipokalemia, kram otot dan kelelahan. Penderita hipertensi
sekunder pada sindrom cushing dapat terjadi peningkatan berat badan, poliuria, edema,
30
2.2.6 Diagnosis
yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil.
Algoritme diagnosis ini diadaptasi dari Canadian Hypertension Education Program. The
31
2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan Terapi :
kematian.
3. TDS merupakan indikasi yang baik untuk risiko kardiovaskular dari pada TDD dan
1. Terapi Non-Farmakologi
Hypertension).
Mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2,4 g/hari (6 g/hari
NaCl)
32
2. Terapi Farmakologi
Terapi medikamentosa
(pertimbangkan untuk tunda Mulai terapi medikamentosa (pada
pada pasien stage 1 tidak semua pasien)
Populasi umum (tidak diabetes atau CKD) Menunjukan adanya diabetes atau
Black NonBlack
All races
YES
Dengan tekanan darah
NO
NO
Tambahkan kelas pengobatan tambahan (ex. B-Blocker, antagonis algosteron atau lainya)
dan atau rujuk kedokter yang ahli dalam hipertensi.
NO YES
Dengan tekanan darah
Melanjutkan perawatan
dan pemantauan
b. Obat Antihipertensi
Tabel 4. Obat antihipertensi yang direkomendasikan dalam Dipiro ed 9.
36
Trandolapril (Mavic) 1-4 1
Angiostensin II Reseptor
Blocker
Azilsartan (Edartx) 40-80 1
Candesartan (Atacand) 8-32 1-2
Eprosartan (Teveten) 600-800 1-2
Irbesartan (Avapro) 150-300 1
Losartan (Cozaar) 50-100 1-2
Olmesartan (Benicar) 20-40 1
Telmisartan (Micardis) 20-80 1
Valsartan (Diovan) 80-320 1
Calcium Chanel Blocker
Dihydropiridin
Amlodipin (Norvasc) 2,5-10 1
Felodipine (Plendil) 5-20 1
Isradipine (Dynacirc) 5-10 2
Isradipine SR (Dynamic SR) 5-20 1
Nicardipine sustained release
60-120 2
(Cardene SR)
Nifedipine long-acting (Adalat
30-90 1
CC, Procardia XL)
Nisoldipine (Sular) 10-401 1
Nondihydropyridine
Diltiazemsustained-
180-360 2
release(Cardizem SR)
Diltiazemsustained-
release(CardizemCD,Cartia 120-480 1
XT,Dilacor XR)
Diltiazem extented-
120-540 1 (pagi atau siang)
release(Cardizem IA)
Verapamil sustained-release
180-480 1-2
(CalanSR, Isoptin SR)
Verapamilcontrolled-onset
180-420 1(siang hari)
extentedrelease (Covera HS)
Verapamil chronotherrapeutic
oral drugabsoprtionsystem 100-400 1 (siang hari)
(VeratemPM)
Diuretic
Thiazed
Chlorhalidone (Hygroton) 12,5-25 1
Hydrochlorothiazed (Esidrix) 12,5-50 1
Indapamide (Lozol) 1,25-2,5 1
Metolazone (Mykroc) 0,5-1 1
37
Metolazone (Zaaroxolyn) 2,5-10 1
Triamterene (Dyrenium) 50-100 1-2
Triamterene/hydrochlorothiazide
37,5-75/25-50 1
(Dyazide)
Loops
Bumetanide (Burnex) 0,5-4 2
Furosemid (Lasix) 20-80 2
Torsemis (Demadex) 5-10 1
Potassium Sparing
Cardioselective
Amiloride (Midamor) 5-10 1-2
Amiloride/hydrochlortiazed
5-1/50-100 1
(Moduretic)
B-Clocker Cardioselective
Atenolol (Tenormin) 25-100 1
Betaxolol (Kerlone) 5-20 1
Bisoprolol (Zebeta) 2,5-10 1
Metoprolol tatrate (Lopressor) 100-400 2
Metoprolol succinate extended
50-200 1
release (Toprol XL)
Nonselective
Nadolol (Corgard) 40-120 1
Propanolol (Inderal) 160-480 2
Propanolol long-acting (Inderal
80-320 1
LA, Innopran XL)
Timolol (Blocadren) 10-40 1
Intrinsic Sympathomimetic
activity
Acebutolol (Sectral) 200-800 2
Carteolol (Catrol) 2,5-10 1
Penbutolol (Levatol) 10-40 1
Pindolol (Visken) 10-60 2
Campuran α dan β-blocker
Carvedilol (Coreg) 12,5-50 2
Carvedilol phosphate (Coreg CR) 20-80 1
Labetolol (Normodyne, Trandate) 200-800 1
Cardioselective dan
Vasodilatasi
Nebivolol (Bystoli) 5-20 1
38
2.3.1 Pengertian
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999).
39
• Pankreatitis
• Trauma/Pankreatektomi
• Neoplasma
• Cistic Fibrosis
• Hemokromatosis
• Pankreatopati fibro kalkulus
D. Endokrinopati:
1. Akromegali
2. Sindroma Cushing
3. Feokromositoma
4. Hipertiroidisme
E. Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortikoid, hormon tiroid,
asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon
F. Diabetes karena infeksi
G. Diabetes Imunologi (jarang)
H. Sidroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner,
Huntington, Chorea, Prader Willi
4. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2
40
5. Pra-diabetes:
A. IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa
Terganggu)
B. IGT (Impaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu)
penderita diabetes.
41
Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi
beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel δ. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-
respons terhadap kerusakan sel-sel β yang terjadi, jadi lebih merupakan akibat,
merupakan penyebab atau akibat, namun titer ICCA makin lama makin menurun
42
ditemukan positif ICSA. Otoantibodi terhadap enzim glutamat
43
dengan perjalanan penyakit. Keberadaan antibodi anti-GAD merupakan prediktor
Antibody). IAA ditemukan pada sekitar 40% anak-anak yang menderita DM Tipe
1. IAA bahkan sudah dapat dideteksi dalam darah pasien sebelum onset terapi
insulin.
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar
dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak
berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di
dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
44
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”. Resistensi insulin
45
banyak terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai
akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan.
gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun
insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab
menjadi 4 kelompok:
DM 1 DM 2
Mula muncul Umumnya Pada usia tua,
umumnya
masa
> 40 tahun
kanakkanak
46
ada juga pada masa
dewasa
< 40 tahun
Keadaan klinis Berat Ringan
saat
47
Diagnosis
Kadar insulin darah Rendah, tak ada Cukup tinggi, normal
Berat badan Biasanya kurus Gemuk atau normal
Pengelolaan yang Terapi insulin, diet, Diet, olahraga,
Disarankan Olahraga hipoglikemia oral.
Setiap orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko diabetes selayaknya
dokter, apoteker dan petugas kesehatan lainnya pun sepatutnya memberi perhatian
diketahui dan ditangani, makin mudah untuk mengendalikan kadar glukosa darah
48
Umur 20-59 tahun : 8,7%, > 65 tahun : 18%
Hipertensi >140/90mmHg
49
Hiperlipidemia Kadar HDL rendah <35mg/dl Kadar
lipid darah tinggi >250mg/dl
Faktor-faktor Lain Kurang olah raga
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang
sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil),
polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu
sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali
sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan
Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2
seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun
Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari
hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
50
2.3.6 Diagnosis
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita. Apabila ada keluhan khas, hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126
mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Untuk lebih jelasnya
atau pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan paling tidak satu kali
lagi kadar gula darah sewaktu yang abnormal tinggi (>200 mg/dL)
pada hari lain, kadar glukosa darah puasa yang abnormal tinggi (>126
mg/dL), atau dari hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan kadar
51
2.1.1 Komplikasi
a. Hipoglikemia
keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila
tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian. Pada
ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar
glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat
penderita diabetes tipe 1, yang dapat dialami 1 – 2 kali perminggu. Dari hasil
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-
tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan konsumsi
kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui dengan
52
memperburuk gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi,
dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat
53
lain ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2
54
2.3.8 Terapi Farmakoterapi
a. Terapi Insulin
dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe
2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi
Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian
diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor
glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah
tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan
meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga
membantu transport glukosa masuk ke dalam sel, insulin mempunyai pengaruh yang
sangat luas terhadap metabolisme, baik metabolisme karbohidrat dan lipid, maupun
55
metabolisme protein dan mineral.insulin akan meningkatkan
56
ke dalam sel. Insulin juga mempunyai peran dalam modulasi transkripsi, sintesis
DNA dan replikasi sel. Itu sebabnya, gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan
pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat luas pada berbagai organ dan jaringan
tubuh.
Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama
berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin
kerja
Singkat(Shortacting/Insulin),
disebut juga insulin reguler
Masa kerja Sedang 1-2 6-12 18-24
Masa kerja Sedang, Mula kerja 0,5 4-15 18-24
Cepat
Masa kerja panjang 4-6 14-20 24-36
Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit, tetapi memanjang
57
pada penderita diabetes yang membentuk antibodi terhadap insulin. Insulin
58
dimetabolisme terutama di hati, ginjal dan otot. Gangguan fungsi ginjal yang berat
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
blocker”.
59
Turunan fenilalanin Nateglinide Meningkatkan kecepatan
60
sintesis insulin oleh pankreas
Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati
(hepar),
menurunkan
produksi glukosa hati.
Tiazolidindion Rosiglitazone Meningkatkan kepekaan
Troglitazone tubuh terhadap insulin.
Pioglitazone Berikatan dengan PPARγ
(peroxisome
proliferator activated
receptor-gamma) di otot,
jaringan lemak, dan hati
untuk menurunkan resistensi
Insulin
Inhibitor Acarbose Miglitol Menghambat kerja enzim-
αglukosidase enzim pencenaan yang
mencerna
karbohidrat,
sehingga
memperlambat absorpsi
glukosa ke dalam
darah
1
2
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn IA
Umur : 57 th 2 bl
Agama : Islam
Terasa lemah pada ekstermitas kiri, badan terasa letih, mual (-),
3
3.2.4 Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada.
Tidak ada
Pemeriksaan Hasil
Kondisi umum Sedang
Kesadaran Compos mentis kooperatif
Tekanan darah 199/99 mmHg
Frekuensi Nadi 88 kali/menit
Pernafasan 20 kali / menit
Suhu 36,50 C
B. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan Hasil
GCS 15
Wajah Tidak normal (Bibir mencong ke
kiri)
Extermitas bawah Lemah extermitas kiri bawah
Extermitas atas Lemah extermitas kiri atas
Motorik
444 555
444 555
4
Leukosit 10.770 /µL
Hitung Jenis
Basofil 0 %
Eosinofil 2 %
N Batang
73 %
N Segmen
Limfosit 20 %
Monosit 5 %
NR 3,65 ≤ 3,3
LA 2154 ≥ 1500
20/02 Kimia Klinik Kolesterol total 192 mg/dL <200
HDL Kolesetrol 39 mg/dL 35-55
LDL Kolesetrol 133 mg/dL <100
Gliserid 100 mg/dL <100
Asam Urat 3,7 mg/dL 3,5-7,2
Ureum 33 mg/dL 13-43
Kreatinin 1,2 mg/dL 0,8-1,3
21/02 Kimia Klinik Gula darah puasa 153 mg/dL <126
22/02 Kimia Klinik Gula darah puasa 227 mg/dL <126
Gula darah PP 199 mg/dL <126
Stroke Iskemik
a. Terapi di bangsal
IVFD Assering 12 jam / kolf
Citicolin 1000 mg 2 x sehari IV
Amlodipin 10 mg 1 x sehari 1 tablet (pagi).
Aspilet 80mg 1 x sehari 1 tablet (pagi).
Candesartan 8 mg 1 x 1 tab (malam).
5
Glimepirid 2 mg 1 x 1tablet (pagi)
6
3.8 Lembar Pengobatan Pasien di Bangsal Neuro
7
3.9 Follow Up
Tanggal S O A P
19 Februari 2021 Mulut pencong Ku: sedang Terapi yang Pantau penggunaan
Lemah anggota gerak Kesadaran: 15 (CM). diberikan: citicolin karena
kiri TD: 199/99 mmHg - Citicolin 1000 mg terdapat bahaya, jika
Sesak (-) (normal: 120/80 (IV) digunakan pada tidak memerlukan
Demam (-) mmHg). saat pertama masuk pengobatan citicolin
Nyeri kepala Nadi: 88 kali/menit malam hari namun tetap diberikan
Muntah (-) (normal: 70-80 - Aspirin 1x80 mg serta selalu pantau
kali/menit). (PO) digunakan tekanan darah pasien.
Natrium ; 136 mEq/L pada malam hari Dan perubahan dapat
( Normal 135 – 148 pada saat baru dilihat tanpa nilai
mEq/l) masuk rumah sakit laboratorium.
Kalium 4,1 mEq/L - Amlodipin 1x10 Pada penggunaan
( Normal : 3,5 – 5,5 mg (PO) aspirin perlu dipantau
mEq/L) digunakan pada gangguan pada saluran
Klorida :103 mEq/L malam hari pada pencernaan pasien
( Normal : 98-107 saat masuk rumah karena salah satu dari
8
mEq/L) sakit efek saping aspirin
Pernafasan: 20 kali/menit. adalah menyebabkan
Suhu: 36,5 oC. naiknya asam lambung
SPO2 98% atau memperparah
Toraks: Cor ( Irama regular gejala maag. Jika
bising - ), Pulmo
( Vesikuler ronchi - , diperlukan terapi
wheezing - ) tambahan maka
Motorik: lemah anggota tambahkan
gerak kiri omeprazole atau obat-
9
20 Februari 2021 - Mulut pencong - Kolestrol total : 192 mg/dl (
- Anggota gerak sebelah Normal : < 200mg/dl)
kiri lemah - HDL Kolestrol : 39 mg/dl (
Normal : 35-55 mg/dl)
- LDL kolestrol : 133 mg/dl (
Normal:<100 mg /dl)
- Trigliserida : 100 mg/dl ( <
100 mg/dl)
- Asam urat : 3,7 mg /dl
( Normal : 3,5 – 7,2 mg/dl)
- Ureum : 33 mg/dl ( Normal
: 13-43mg/dl)
- Kreatinin : 1,2 mg/dl
( Normal 0,8-1,3 mg/dl)
10
21 Februari 2021 - Mulut pencong - GDP 153 mg/ dl
( Normal :< 126 mg/dl)
- Anggota gerak sebelah -
kiri lemah
22 Februari 2021 - Mulut sedikit pencong - Tekanan darah 164/95 Pantau kadar
- Anggota gerak kiri mmHg guladarah pasien
- GDP 227 mg/dl
lemas Pantau
- Stroke iskemik,Diabetes
Melitus, hipertensi penggunaan citicolin
- IVFD Asering 12 jam/Kolf karena terdapat bahaya,
- Citicolin 2 x 500 mg
11
- Amlodipine 1 x10 mg jika tidak memerlukan
- Aspirin 1 x80 mg pengobatan citicolin
- Candesartan 1 x 8 mg
namun tetap diberikan
- Glimepirid 1 x 2 mg ( Pagi)
serta selalu pantau
tekanan darah pasien.
Dan perubahan dapat
dilihat tanpa nilai
laboratorium.
Pada penggunaan
aspirin
perlu dipantau gangguan
pada saluran pencernaan
pasien karena salah satu
dari efek saping aspirin
adalah menyebabkan
naiknya asam lambung
atau memperparah gejala
maag. Jika diperlukan
terapi tambahan maka
tambahkan omeprazole
12
atau obat-obatan antasida.
Untuk mengoptimalkan
efektifitas dari amlodipin
gunakan pada pagi hari
setelah makan dan pada
waktu yang sama setiap
harinya.
23 Februari - Sakit kepala sedang - TD : 172/101 mg/dl - Pantau gula darah
2021 - GDS : 199 mg/dl pasien terus menerus
- Motorik bagian kiri bawah
- Pantau tekanan darah
sudah membaik
- Stroke iskemik, hipertensi, pasien secara terus
DM menerus
24 Februari - Tangan kiri masih - TD : 132/77 mg/dl - Pantau gula darah
2021 - Motorik anggota gerak
lemas pasien terus menerus
bagian kiri masih lemah
- Kondisi umum baik - Pantau tekanan darah
- Stroke iskemik, hipertensi
pasien secara terus
menerus
13
Tabel Drug Terapi Problem
No Drug Therapy Problem Check Rekomendasi
List
1 Terapi obat yang tidak diperlukan
Terdapat terapi tanpa indikasi medis Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi medis.
- Citicolin 1000 mg (IV), digunakan untuk memperbaiki sirkulasi darah otak
pada stroke iskemik dan mengatasi penurunan kognitif pada pasien lansia
(Indikasi Citicolin: kondisi akut pada kehilangan kesadaran akibat trauma
kepala atau operasi otak, kondisi kronis paska hemiplegia apoplektik,
gangguan serebrovaskular termasuk stroke iskemik, suplemen untuk
menangani penurunan kognitif pada lansia. Dosis sehari 1-2 x 250-500 mg
menurut ISO vol. 46 hal. 345). Gangguan serebrovaskular : dapat diberikan IV
atau IM sampai 1000 mg ( Basic Pharmacology)
- Amlodipin 1x10 mg (PO), sebagai antihipertensi (Indikasi Amlodipin:
Amlodipin digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik,
angina vasospastik. Amlodipin dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun
dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain (thiazide, ACE
inhibitor, beta-bloker, nitrat, nitroglycerin sublingual. Penggunaan dosis
diberikan secara individual, tergantung pada toleransi dan respon pasien.
14
Dosis awal yang dianjurkan 1 x 5 mg sehari dan dosis maksimal 1 x 10 mg
sehari menurut ISO Vol. 46 hal. 326).
- Aspirin 1x80 mg (PO), digunakan sebagai antiplatelet yaitu untuk mengurangi
atau mencegah kejadian stroke berulang (Indikasi Aspirin: mencegah agregasi
platelet pada infark miokard dan angina tidak stabil, mencegah serangan
iskemik otak sepintas. Dosis sehari 80-160 mg menurut ISO vol. 46 hal. 241).
- Glimepiride 1x 2 mg (PO), digunakan untuk diabetes mellitus tipe 2 yang
mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas.
Dosis harian : 1 – 8 mg/hari ( diberikan 1 x sehari) dosis maksimal : 8 mg/hari
(Basic Pharmacology)
- Candesartan 1 x 8 mg (PO), merupakan golongan angiostensin reseptor bloker
yang digunakan sebagai alternative dalam tatalaksana gagal jantung atau
nefropati akibat diabetes. Dosis awal : 1 x 8 mg/hari, tingkatkan jika perlu
pada interval 4 minggu hingga maksimal 1 x 32 mg/hari; dosis penunjang
lazim 1 x 8 mg/hari ( Basic Pharmacology)
Pasien mendapatkan terapi - Pasien tidak mendapatkan terapi tambahan yang tidak diperlukan karena telah
tambahan mendapatkan
15
menjalani terapi non farmakologi karbohidrat protein dan lemak yang harus dikonsumsi, serta cara membaginya
antara makan pagi, siang dan malam.
- Menjaga pola makan yang sehat, dan mengurangi asupan makanan yang dapat
memicu kenaikan kolesterol dan mengurangi makanan yang banyak
mengandung garam.
- Menjelaskan kepada pasien agar selalu melakukan latihan ringan pada anggota
gerak yang lemah.
Terdapat duplikasi terapi - Tidak terdapat duplikasi terapi karena obat yang didapat dengan indikasi yang
berbeda.
- Citicolin 2x500 mg (IV), digunakan untuk memperbaiki sirkulasi darah otak
pada stroke iskemik dan mengatasi penurunan kognitif pada pasien lansia
(Indikasi Citicolin: kondisi akut pada kehilangan kesadaran akibat trauma
kepala atau operasi otak, kondisi kronis paska hemiplegia apoplektik,
gangguan serebrovaskular termasuk stroke iskemik, suplemen untuk
menangani penurunan kognitif pada lansia. Dosis sehari 1-2 x 250-500 mg
menurut ISO vol. 46 hal. 345).
Amlodipin 1x10 mg (PO), sebagai antihipertensi (Indikasi Amlodipin:
Amlodipin digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina
vasospastik. Amlodipin dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun
dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain (thiazide, ACE
inhibitor, beta-bloker, nitrat, nitroglycerin sublingual. Penggunaan dosis
16
diberikan secara individual, tergantung pada toleransi dan respon pasien. Dosis
awal yang dianjurkan 1 x 5 mg sehari dan dosis maksimal 1 x 10 mg sehari
menurut ISO Vol. 46 hal. 326).
- Aspirin 1x80 mg (PO), digunakan sebagai antiplatelet yaitu untuk mengurangi
atau mencegah kejadian stroke berulang (Indikasi Aspirin: mencegah agregasi
platelet pada infark miokard dan angina tidak stabil, mencegah serangan
iskemik otak sepintas. Dosis sehari 80-160 mg menurut ISO vol. 46 hal. 241).
- Glimepiride 1x 2 mg (PO), digunakan untuk diabetes mellitus tipe 2 yang
mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas.
Dosis harian : 1 – 8 mg/hari ( diberikan 1 x sehari) dosis maksimal : 8 mg/hari
(Basic Pharmacology)
- Candesartan 1 x 8 mg (PO), merupakan golongan angiostensin reseptor bloker
yang digunakan sebagai alternative dalam tatalaksana gagal jantung atau
nefropati akibat diabetes. Dosis awal : 1 x 8 mg/hari, tingkatkan jika perlu
pada interval 4 minggu hingga maksimal 1 x 32 mg/hari; dosis penunjang
lazim 1 x 8 mg/hari ( Basic Pharmacology)
Pasien mendapat penanganan - Pengobatan pasien tidak terdapat efek samping
terhadap efek samping yang
seharusnya dapat dicegah
2. Kesalahan Obat
Bentuk sediaan tidak tepat - Bentuk sediaan telah disesuaikan dengan kondisi pasien karena pasien masih dapat
menelan dengan baik :
17
- Citicolin 2x500 mg (IV)
- Amlodipin 1x10 mg (PO)
- Candesartan 1 x 8 mg (PO)
- Glimepiride 1 x 2 mg (PO)
- Aspirin 1x80 mg (PO)
- IVFD Asering 12 jam/Kolf (IV)
Terdapat kontra indikasi - Tidak ditemukan adanya kontra indikasi pada terapi pengobatan.
Kondisi pasien tidak dapat - Kondisi pasien dapat disembuhkan oleh obat karena semakin hari kondisi pasien
disembuhkan oleh obat semakin
membaik.
Obat tidak diindikasikan untuk - Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi
kondisi
pasien
Terdapat obat lain yang lebih - Pasien tidak mendapatkan terapi yang tidak diperlukan. Terapi yang diberikan sesuai
efektif dengan
indikasi yang diderita pasien.
3. Dosis tidak tepat
18
hal. 345).
- Amlodipin 5 mg (Dosis awal yang dianjurkan 1 x 5 mg sehari dan dosis
maksimal 1 x 10 mg sehari menurut ISO Vol. 46 hal. 326).
- - Aspirin 80 mg (Dosis Aspirin 80-160 mg sehari menurut ISO vol. 46 hal 241).
19
interval 4 minggu hingga maksimal 1 x 32 mg/hari; dosis penunjang lazim 1 x 8
mg/hari ( Basic Pharmacology)
Frekuensi penggunaan tidak tepat - Frekuensi penggunaan obat sudah tepat karena sudah masuk rentang dosis lazim
menurut ISO
vol. 46.
Penyimpanan tidak tepat Penyimpanan obat sudah tepat karena disimpan dalam suhu kamar, jauh dari panas
dan terlindung dari cahaya matahari. Penyimpanan insulin disimpan di dalam lemari
-
pendingin dengan suhu 2-8 .
Administrasi obat tidak tepat Administrasi obat sudah tepat.
- Citicolin 1000 mg (IV)
- Amlodipin 1x10 mg (PO)
-
- IVFD Asering 12 jam/Kolf
- Aspirin 1x80 mg (PO)
- Glimepiride 1 x2 mg (PO)
- Candesartan 1 x 8 mg (PO)
Terdapat interaksi obat - Tidak terdapat interaksi obat karena obat yang diberikan kepada pasien sudah sesuai
Obat tidak aman untuk pasien - Obat aman untuk pasien karena pasien tidak ada mengeluhkan tentang reaksi alergi
ataupun
adanya efek yang tidak diinginkan.
20
Terjadi reaksi alergi - Tidak terdapat reaksi alergi yang ditunjukkan oleh tubuh pasien.
Dosis obat dinaikkan atau - Tidak ada perubahan dosis obat yang di pakai, dosis obat yang digunakan sama
diturunkan selama menjalani perawatan .
terlalu cepat
Muncul efek yang tidak diinginkan - Tidak ada muncul efek yang tidak diinginkan jadi tidak ada permasalahan.
Administrasi obat yang tidak tepat - Administrasi sudah tepat.
5. Ketidak sesuaian kepatuhan
pasien
Obat tidak tersedia - Tidak ada masalah untuk penyediaan obat pasien. Semua obat yang dibutuhkan
pasien telah tersedia di apotek rumah sakit.
Pasien tidak mampu menyediakan - Pasien mampu menyediakan obat. Karena dibantu dengan apoteker dan perawat.
Obat
Pasien tidak bisa menelan - Pasien bisa menelan obat.
ataumenggunakan obat
Pasien tidak mengerti - Pasien mengerti intruksi penggunaan obat.
intruksi penggunaan obat
Pasein tidak patuh atau memilih - Pasien patuh menggunakan obat. Obat-obatan untuk pasien rawat inap disediakan
untuk tidak menggunakan obat dalam bentuk UDD untuk pemakaian 1 kali pakai, sehingga ketidak patuhan pada
pasien dapat teratasi.
6. Pasien membutuhkan terapi
tambahan
Terdapat kondisi yang tidak - Pasien telah mendapatkan terapi sesuai indikasi, karena obat yang digunakan telah
diterapi tepat untuk
21
terapi penyakit
Pasien membutuhkan obat lain - Terapi obat yang diberikan telah sinergis sehingga tidak perlukan lagi terapi lain.
yang
sinergis
Pasien membutuhkan terapi Tida Pasien tidak membutuhkan terapi profilaksis.
profilaksis k
22
BAB V
23
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
keluhan lemah pada anggota gerak sebelah kiri sejak kurang lebih 5 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan mulut mencong, lidah pelo, nyeri kepala (-), muntah
(-). Langsung dipindahkan ke rawat inap setelah dari IGD pada tanggal 19
Februari 2021. Riwayat penyakit dahulu pasien yaitu DM Tipe 2 dan biasanya di
Dari hasil pemeriksaan, diagnosa utama pasien adalah stroke iskemik dan
terkontrol. Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan
di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi pserebrum. Obstruksi dapat
disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak
atau organ distal (Price dan Wilson, 2003). Tujuan pengobatan stroke menurut
dipiro adalah untuk mengurangi kerusakan sistem saraf yang sedang berlangsung
mencegah komplikasi sekunder untuk imobilitas dan disfungsi sistem saraf, serta
24
American Stroke Association). Antiplatelet berfungsi untuk mencegah
gumpalan darah yang dapat menyumbat lumen pembuluh darah. Obat ini terutama
dapat digunakan pada pasien yang mengalami stroke iskemik atau TIA (Junaidi,
2011). Aspirin merupakan pengobatan lini pertama dengan dosis sehari 80-160
waktu perdarahan invivo (Katzung, 2007). Pemerian Aspirin pada pasien ini
terjadinya pendarahan pada pasien dimana salah satu efek samping aspirin yaitu
setelah makan.
phospatidylkolin, konsitituen utama dari membran sel. Mekanisme kerja obat ini
asam arakhidonat, dan digliserida pada tempat kerusakan sel otak. Citicolin
diketahui dapat memperbaiki sirkulasi darah otak pada stroke iskemik akut.
25
Citicoline bekerja dengan cara meningkatkan senyawa kimia di otak yang
yang rusak akibat cedera. Dosis penggunaan Citikolin pada stroke iskemik yaitu
500-2000 mg/hari (Overgaard, 2014, Clark,et.al., 1999). Obat ini relatif aman,
efek samping hampir tidak ada hanya efek samping kecil pada komplikasi GIT (C
Clark 1998, 1999; Junaidi, 2011). Pemberian Citicolin pada pasien ini sudah tepat
indikasi dan dosis. Dosis yang diberikan 2 x 1000 mg sehari. Citicolin pada kasus
ini diberikan secara IV obat yang dimasukkan melalui pembuluh darah langsung
bereaksi menuju sel dan jaringan, sehingga efeknya lebih cepat dan kuat
Pada kasus ini pasien juga mengalami hipertensi dimana hipertensi juga
merupakan faktor resiko dari stroke. Hipertensi memegang peranan penting pada
menyebabkan stroke iskemik oleh karena oklusi trombotik arteri, emboli arteri ke
kelompok CCB dan ARB banyak digunakan karena efek sampingnya lebih rendah
dibandingan antihipertensi lain seperti ACEI dengan efek samping batuk (Aronow
26
jaringan dan arteri tertentu. Hal ini membuat jaringan dan arteri tersebut lebih
rileks sehingga darah dapat mengalir lebih mudah untuk jantung. Hal ini
jantung atau stroke (Tatro, 2003). Pemberian Amlodipin pada pasien ini sudah
tepat indikasi dan dosis. Dosis awal yang dianjurkan 1 x 5 mg sehari dan dosis
nya pada pasien ini sudah tepat indikasi dan dosis yaitu 8 mg 1 x sehari secara
dosis penunjang lazim 1x8 mg/hari (Basic Pharmacology & Drug Notes, 2017).
kombinasi yang tepat karena keduanya bekerja dengan mekanisme yang berbeda
untuk menurunkan tekanan darah. Obat dengan mekanisme kerja yang berbeda
diabetes nefropati pada pasien diabetes mellitus dengan hipertensi (Kalra, dkk,
2010). Efek samping seperti edema perifer karena pembrian CCB tunggal secara
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas. Pemberian glimepiride ini
sudah tepat indikasi dan dosis. Dosis harian glimepiride pada literature yaitu 1-8
27
mg/hari diberikan satu kali sehari yang diberikan sebelum makan. Dosis maksima
28
BAB V
1. Terapi yang diberikan kepada pasien yang menderita stroke iskemik dengan
2. Dari semua terapi yang diberikan tidak terdapat DRP pada pengobatan
pasien.
5.2 Saran
Disarankan untuk pasien mengatur pola hidup sehat dan mengontrol tekanan
darah, serta hati-hati dalam pemilihan terapi pada pasien stroke dan penyakit
DAFTAR PUSTAKA
29
Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Disorders of peripheral nerves: Bell
palsy. In: Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP, editors. Clinical
Neurology.6thEd. USA; The McGraw-Hill companies, Inc;2005.p.182.
Aronow, S. W., Jerome, L. F., Carl, J. P., Nancy, T. A., George, B., Alan, S. B., et
al., 2011, ACCF/AHA 2011 Expert Consensus Document on Hypertension
in The Elderly, Journal of the American College of Cardiology, 57(20):
2037-114.
Clark, W. M., Williams BJ, Selzer KA, Zweifler, RM., Sabounjian, LA.,
Gammans, RE. 1999. A randomized efficacy trial of citicoline in patients
with acute ischemic stroke. 30 (12):259, 2-7.
Dipiro, Joseph at all. 2015. Pharmacotherapy Principles and Practice 9th ed.
America Unitited states.
Furie L Karen., Scott E. Kasner., Vice Chair., Robert J. Adams. 2011. Guidelines
for the prevention of stroke in patients withstroke or transient ischemic
attack. AHA/ASA guideline. pp 228.
Gomes Joao, Machsman Ari Marc, Corrigan, et all. Types of Strokes. Handbook
of Clinical Nutrition and Stroke. Springer Science+Business Media New
York. 2013.
Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat, Bursa Ilmu,
Yogyakarta.
Katzung B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw
Hill
30
Longo, D. L., & Kasper, D. L. (2012). Harrison’s Principle of Internal Medicine
ed.18 Chapter 231: Rheumatoid Arthritis. USA: McGraw-Hill Companies,
Inc.
Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., 2008, Farmasi Fisik, Edisi Ketiga,
Penerbit UI Press, Jakarta.
Medscape App for Android. 2020. Drug Information. Diakses pada tanggal 31
Desember 2020.
Pariang, Nurul Falah Edi. 2006. ISO Indonesia Vol. 46. PT. ISFI: Jakarta.
Tatro, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Fransisco : Facts and Comparisons.
Team Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drug Notes. MMN
Publishing: Makassar.
Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi Dalam Neurologi, 60, Salemba
Medika, Jakarta.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
31
World Health Organization (WHO). 2012. The WHO Step Wise Approach
toStroke Surveillance. Geneva : WHOKelompok Studi Serebrovaskuler &
Neurogeriatri Perdossi (KSSNP), 1999, Konsensus Nasional Pengelolaan
Stroke di Indonesia, Jakarta.
32
Lampiran 1. Informasi Obat
Demam,
Sakit kepala
33
Mual dan muntah,
34
Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap citicolin.
35
Tablet/kapsul 500 mg: Brainact, Brainolin, Bralin,
Cholinaar, Futalin, Incelin, Neurolin, Recolin, Simciti,
Soholin 500, Takelin, Zeufor
Kapsul 1000 mg: Brainact, Bralin.
36
memerah.
Dosis Hipertensi: dosis awal 1x 5 mg/ hari, dosis maksimal 10
mg/hari.
Pasien lanjut usia atau gangguan fungsi hati, hamil dan
laktasi.
Terapi pada infark miokard akut: 5-10 mg/hari.
3. Hemodialisa
4. Hiperkalemia
37
5. Hipotensi
38
- Hati-hati penggunaannya pada penggunaan alkoholisme
akut serta pasien yng mendapatkan diuretik thiazid.
Interaksi - meningkatkan resiko hipoglikemik jika diberikan bersama
dengan insulin, alkohol, fenformin, sulfonamide, salisilat
dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenecid,
dikumarol, kloramfenikol, penghambat NAO, guantidine,
anabolik steroid, fenfuramin, dan klofibrat.
Efek Samping Efek samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan
berat badan
- mual, muntah, diare, kontispasi, gangguan fungsi hati,
reaksi hipeersensitivtas dengan gangguan darah
Dosis Dosis harian : 1-8 mg/hari (diberikan 1 kali sehari)
Dosis maksimal : 8 mg/hari diberikan sebelum makan
39
Efek Samping Efek samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan
berat badan
- mual, muntah, diare, kontispasi, gangguan fungsi hati,
reaksi hipeersensitivtas dengan gangguan darah
Dosis Dosis harian : 1-8 mg/hari (diberikan 1 kali sehari)
Dosis maksimal : 8 mg/hari diberikan sebelum makan
40