BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah gangguan suplay darah pada bagian otak yang dapat mematikan. Tidak
ada bagian tubuh yang dapat bertahan hidup bila ada gangguan pada suplay darah dalam
jangka waktu yang lama karena darah mengeluarkan oksigen dan bahan bakar yang lain
untuk kehidupan. Otak adalah pusat bpengontrolan badan, mengarahkan setiap pikiran dan
gerakan fisik. Bila terjadi gangguan fungsi otak, maka fungsi tubuh akan terganggu (Prince,
Efelyn,2014).
Stroke terbagi 2 yaitu Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik, stroke Hemoragik
disebut juga stroke pendarahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak dan darah
yang keluar akan masuk ke dalam jaringan otak dan menyebabkan terjadinya pembengkakan
(Ir.B.Mahendra,2013).
Pada stroke Non Hemoragik perlu diperhatikan faktor risiko yang dapat menimbulkan
merokok, aktivitas fisik rendah (jarang olahraga) dan obesitas. Faktor risiko lain, seperti
Menurut data dari World Health Organization (WHO) pertukaran penyakit dari tahun
2000 sampai tahun 2012 banyak meningkat untuk penyakit tidak menular (PTM). Stroke
merupakan penyakit top ketiga ditahun 2012 dengan angka 6,8% setelah ischemic heart
Di Amerika Serikat untuk 2011 menujukkan rata-rata kematian akbiat stroke adalah
41,4% dari 100.000 penderita. Selain itu, kejadian stroke memiliki tingkat mordibitas yang
berdasarkan hasil Sukesnas 2014, daerah yang memiliki prevelansi stroke tertinggi adalah
Nanggro Aceh Darussalam (3,8 per 1.000 penduduk), dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6
diantaranya telah di diagnosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan 72,3% kasus
stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun angka kematian akibat
stroke tetap tinggi. Data menunjukkan bahawa stroke menempati urutan pertama sebagai
hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit
tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Di Sumatera Barat prevelansi penyait stroke iskemik pada umur diatas 15 tahun dari
tahun 2007 sampai tahun 2013 juga mengalami peingkatan. Dengan data dari tahun 2007
gangguan emosional, dan gangguan komunikasi. Kelumpuhan Adalah cacat yang paling umu
terjadi setelah seseorang mengalami stroke, bila stroke menyerang otak kanan maka
kelumpuhan akan terjadi pada bagian kanan tubuh, termasuk tenggorokan dan lidah (Junaidi,
2011).
Tingginya akan kejadian stroke dan akibat lanjut yang dapat di alami oleh penderita,
kehilangan fungsi otakyang disebabkan oleh terhentinya suplay darah kebagian otak.
Meninjau berbagai kegawatan diatas yang berkaitan dengan strok, dibutuhkan peran perawat
sangat penting untuk memonitor perubahan fisiologis pasien stroke khususnya 72 jam
pertama. Serta dapat memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan komprehensif,
tidak hanya dalam preventif seperti pencegahan terjadinya dengan mengurangi faktor resiko,
tetapi juga dalam hal promotif yakni memberikan pengetahuan kepada klien tentang penyakit
stroke, pencegahan beserta perawatannya yang diberikan dirumah sakit, serta rehabilitatif
dengan cara perbaikan kondisi klien pasca serangan stroke (Hidayat A,2012).
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum :
dengan stroke Infark di ruangan rawat inap neurologi RSUP Dr.M.Djamil Padang.
2. Tujuan khusus :
Padang.
Padang.
Padang.
Padang.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. DEFINISI
Stroke non hemoragik atau disebut dengan stroke iskemik atau stroke infark
biasanya terjadi setelah berisitirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Namun
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul fungsi edema sekunder (Wijaya,
2014).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008).
Stroke non hemoragik merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi
otak secara fokal dan global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih serta dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab
kelumpuhan saraf (deficit neurogic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi,
2012).
2. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto, 2013 penyebab dari stroke non hemoragik, antara lai :
a. Ateroma
Pada stroke infark, penyumbatan bisa terjadi disepanjang jalur arteri yang menuju
ke otak. Misalnya suatu ateroma ( endapan lemak) bisa terbentuk dalam arteri
serius karena setiap arteri karotis jaur utama memberikan darah kesebagian besar
otak.
b. Emboli
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,
kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis
beserta percabangan bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang
berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau katupnya. Emboli lemak
terbentuk jika lemak dari sum sum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran
darah dan akhirnya tersumbat didalam sebuah arteri (kecil). Stroke karena
c. Infeksi
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan
oleh bakteri, peradangan juga dipicu dari asam urat (penyebab reumatic gout)
d. Obat-obatan
pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke. Fungsi obat – obat diatas
e. Hipotensi
Penurunan tekanan darah tiba –tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah
ke otak yang biasanya menyebabkan seseoarng pingsan. Stroke bisa terjadi jika
tekanan darah rendahnya berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang
Beberapa faktor risiko terjadinya stroke non hemoragik (Iskemik atau infark),
antara lain :
a) Jenis kelamin
b) Usia
c) Keturunan
a) Hipertensi
b) Diabetes Mellitus
c) Penyakit jantung
e) Hiperkolesterolemi
f) Obesitas
g) Merokok
i) Homosisteinemia
j) Fibrinogen
3. ANATOMI FISIOLOGI
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal
sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah
neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-
beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat
tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15%
dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak
mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari
arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang
memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri
dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas,
sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara
sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat
koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target
organ
4. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka
selama 1 menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan
kesadaran. Keadaan iskemik yang relatif pendek atau cepat dan bahkan dapat pulih
waktu yang lebih lama dapa menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron disebut
INFRAK. Stroke karen embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, udara
Ganguan pasokan aliran darah ke otak dapat terjadi dimana sajadi dalam arteri
yang membentuk sirkulas willi. Arteri krotis internal dan sistem vertebrobasiliar dan
semua cabang-cabang. Secara umum apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15 sampai 30 menit. Akan terjadi infark atau kematian jaringan. Sebut dengan
dapat berasal dari plak aterosklerotik atau darah dapat beku. Ada area yang stenosis ,
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengkibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
Oleh karena rombosisi biasanya tidak fatal, jka tidk terjdi pendarahan masif.
Akibat dari stroke iskemik adalah kelemahan atau kelumpuhan pada agnggota
berakhir dengan kelemahan atau kelumpuhan saja tapi juga gangguan emosional dan
fisik akibat terbaring lama dan tanpa banyak bergerak ditempat tidur adalah bnus yng
tidak bisa dihindari. Beberapap akibat dari sroke iskemik adalah depresi, darah beku,
memar, otot mengerut, dan sendi kaku, pneumonia, nyeri pundak dan kehilangan
indra rasa.
Jika terjadi peningkatan TIK (transient ischemic attack), maka di jumpai tanda
dan gejala,:
penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri, terutama bila disertai dengan
b) Defisit motorik dan sensorik pada wajah. Wajah dan lengan tau tungkai
secara unilateral
a) Vertigo dengan atau tanpa nausea dan atau muntah, terutama bila disertai
d) Hemianopsia homonim
(Wijaya, 2014)
6. MANIFESTASI KLINIS
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
2. Kehilangan komunikasi
3. Gangguan persepsi
kehilangan sensori.
urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut wijaya, 2014 beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan, antara
lain:
a. CT Scan
hematoma, ada jaringan otak yang infark atau iskemik dan posisi secara
pasti.
b. MRI
stroke infark lebih dini. Pada stroke infark biasanya area yang didapatkan
area yang mengalami lesi. Cara ini mampu mendeteksi adanya kelainan
c. DWI
Cara DWI bekerja dengan mendeteksi gerakan proton dari molekul air
molekul air. Cara ini bisa mendeteksi iskemia otak fokal dalm waktu
kurang dari 2 jam pada manusia. Gambaran infark alat ini cocok dengan
hasil otopsi.
d. MRS
MRS berguna dalam pengobatan pasien dengan stroke infark dan dapat
e. Doppler
f. PET
PET dapat juga dipakai untuk mengukur dan membedakan daerah iskemik
g. ECG
Harus dibuat pada saat pasien datang dan apabila ada aritmia keadaan
serius mungkin terjadi karena itu diperlukan penilaian lebih lanjut dan
cermat.
stroke sukses terapi juga tergantung pada adanya fasilitas sederhana yang
memadai.
c. Nadi pasien perlu diperiksa, sebab nadi yang terlalu cepat dan atau
(Wijaya , 2014)
8. PENATALAKSANAAN
a. Terapi kombinasi obat (medis)
Untuk mendapatkan hasil optimal maka sebaiknya terapi stroke yang dilakukan
secara kombinasi. Kombinasi terapi antara lain obat trombolik dan obat yang
1) Memperbaiki perfusi
2) Neuroprotektan
Secara implisit dianggap bahwa bila area infark setelah dilakukan terapi. Secara
implisit dianggap bahwa bila area infark bisa diperkecil maka tentunya hasil
Prinsip penanganan :
hiperosmolar/kortikosteroid
mungkin pasien harus diubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.
(Tarwoto, 2013)
9. KOMPLIKASI
Serangan stroke ni tidak berakhir dengan akibat pada otak saja. Gangguan
emosional dan fisik akibta terbaring lama tanpa dapat bergerak ditempat tidur adalah
bonus yang tidak dapat dihindari. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
a. Depresi
Inilah dampak yang paling menyulitkan penderita dan orang-orang yang berada
b. Darah beku
Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama pada kaki
darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru (emboli
mengalami kematian.
c. Memar
Jika penderita stroke menjadi lumpuh, tidak masalah seberapa parahnya, penderita
harus sering dipindahkan dan digerakkan secara teratur agar bagian pinggul,
pantat, sendi kaki dan tumit tidak terluka akibat terhimpit alas tempat tidur. Bila
luka-luka tidak dirawat, bisa terjadi infeksi. Keadaan ini akan menjadi semakin
buruk bila penderita dibiarkan terbaring ditempat tidur yang basah karena
keringat.
Kurang gerak dapat menyebabkan sendi menjadi kaku dan yeri. Misalnya, jika
otot-otot betis mengerut, kaki terasa sakit ketika harus bediri dengan tumit
penumonia.
f. Nyeri pundak
cedera pada waktu penderita diganti pakaiannya, diangkat atau ditolong untuk
sebilah papan atau kain khusus yang dikaitkan ke pundak atau leher agar bertahan
pada posisi yang benar. jadi, bila anda menolong penderita stroke untuk berdiri
lakukan dengan cara yang benar agar tidak membuat otot-otot daerah tersebut
(Wijaya, 2014)
Akibat stroke ditentukan oleh bagian otak mana yang cedera, tetapi perubahan-
perubahan yang terjadi setelah stroke, baik yang mempengaruhi bagian kanan
a. Lumpuh
Kelumpuhan sebelah bagian tubuh adalah cacat yang paling umum akibat
stroke.
b. Perubahan mental
Stroke tidak selalu membuat mental penderita menjadi merosot dan beberapa
a) Agnosis
b) Anosonia
c) Ataksia
d) Apraksia
e) Distosi spasial
c. Gangguan komunikasi
Paling tidak seperempat diri dari semua pasien stroke mengalami gangguan
(Wijaya, 2014)
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
c. Riwayat Kesehatan
militus.
d. Pemeriksaan fisik
Gambaran
LILA
Kepala :
d.) saraf IV
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola
makan setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa
penurunan nafsu makan, mual dan muntah selama fase akut (peningkatan
tekanan intracranial), kehilangan sensori (rasa kecap) pada lidah, pipi dan
3. Pola eliminasi
nya?
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien
Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi pada peningkatan rasa
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
masyarakat sekitarnya?
Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi masalah pada pola
fungsi kognitif.
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien
pasien.
ibadah pasien.
f. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hematologi
Kimia klinik
b. Radiologi
CT scan
MRI
Sinar X tengkorak
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Dx NOC NIC Aktifitas Keperawatan
keperawatan
Ketidak -perfusi -manajemen -manajemen sensasi perifer
efektifan perfusi jaringan sensasi perifer -monitor adanya daerah tertentu
jaringan serebral perifer -peningkatan yag hanya peka terhadap panas/
berhubungan -tidak ada perfusi serebral dingin tajam dan tumpul
dengan infark tanda-tanda -instruksikan keluarga untuk
serebri peningkatan mengobservasi kulit jika ada lesi
TIK atau laserasi
- batasi gerakan pada kepala, leher,
punggung
-kolaborasi pemberian analgetik
- peningkatan perfusi serebral
-monitor TTV
-monitor ukuran, bentuk, simetris,
-monitor tingkat kesadaran
-monitor ketegangan otot,
pergerakan motorik
2.Timbang berat
badan pasien jika
memungkinan dengan
teratur.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.N
Umur : 59 th
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
2. Keluhan Utama
Klien masuk IGD dengan keluhan kelemahan angota gerak bagian kanan
3. Riwayat Kesehatan:
klien mengalami kelemhan anggota gerak kanan pada saat istirahat sejak satu
hari sebelum masuk rumah sakit, klien masih merasakan kelemahan anggota
klien ada riwayat stroke kurang lebih 6 bulan yang lalu dengan lemah anggota
gerak kiri, keluarga mengatakan klien ada riwayat DM 4 tahun yang lalu
dengan gula darah terakhir 550 mg/dL, keluarga mengatakan klien tidak ada
Keluarga mengatakan bahwa tidak ada keluarga Ny.N yang memiliki riwayat
4. Pemeriksaan Fisik
Gambaran
Kesadaran Kompos Mentis
TB & BB 156 cm / 80 kg
Tanda-tanda Vital TD: 152/83 mmHg
N: 146x/i
P: 22x/i
S: 36,8 C
Kepala : Elevasi kepala 30⁰
c. Pola eliminasi
Sehat Sakit
BAB Keluarga mengatakan klien BAB 1-2x Klien BAB dengan
sehariwarna kuning, konsistensi lunak, pampers, konsistensi
tidak ada keluhan. lunaak, tidak ada
keluhan.
BAK Keluarga mengatakan klien BAK 6-7x Klien BAK melalui
sehari, warna urine kekuningan, bau kateter dengan urine
khas. warna kuning berbau.
d. Pola aktifitas/latihan
f. Pola seksualitas/reproduksi
Tidak terdapat gangguan pada seksualitas klien
g. Pola presepsi/konsep diri
Klien tidak memiliki presepsi yang buruk terhadap dirinya katrna
penyakitnya
h. Pola koping stress
Klien memiliki koping stress yang buruk dikarenakan penyakitnya
i. Pola keyakinan nilai
Keluarga mengatakan klien sering melaksanakn kegiatan ibadah mesjid dekat
rumah. Tapi kalau sakit klien melakukan kegiatan ibadah hanya dirumah.
6. Pemeriksaan laboratorium
Gula darah puasa : 223 mg/dl
Gula darah 2 jam PP : 160 mg/dl
Albumin : 2,7 g/dl
Globulin : 2,4 g/dl
7. Penatalaksanaan
Infus Asering 12 jam/kolf
Citicolin 2x250 (iv) mg
Paracetamol 3x250
Ceftriaxon
Analisa Data
Data Masalah Etiologi
DO : Hambatan mobilitas fisik Gangguan neuromoskuler
Kekuatan otot
ektermitas kanan
nilainya 0 dan
ektremitas kiri
nilainya 5
Ektremitas kanan
tampak lemah
Aktifitas klien
tampak dibantu
keluarga
DS :
Keluarga
mengatakan klien
mengalami
kelemahan anggota
gerak sebelah kanan
Keluarga
mengatakan klien
tidak bisa apa-apa
Keluarga
mengatakan klien
hanya bisa tiduran
saja
Keluarga
mengatakan aktifitas
klien dibantu
keluarga dan
perawat
DO : Resiko gangguan nutrisi Intake yang tidak adekuat
Klien tidak bisa kurang dari kebutuhan
menelan makanan tubuh
BB : Sehat : 80 kg
Sakit : 75 kg
Klien tampak
makanan cair tidak
habis
DS :
Keluarga klien
mengatakan klien
tidak bisa
mengunyah dan
menelan makanan
Klien mengatakan
berat badan klien
menurun
Klien mengatakan
makan hanya sedikit
1. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler
2. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat
3. Resiko integritas kulit b/d imobilisasasi fisik
2. Intervensi Keperawatan
N DX NOC NIC Aktifitas Keperawatan
O Keperawatan
1. Hambatan Pergerakan Manajemen 1. kaji kemampuan klien
mobilitas fisik 1.peningkatan fungsi imobilisasi dalam melakukan
b/d gangguan dan kekuatan otot mobilitas fisik
neuromuskuler 2. tidak terjadi 2. jelaskan kepada klien
kontratur sendi dan keluarga keuntungan
3. klien latihan
menunjukkan 3.kaji lokasi
tindakan untuk nyeri/ketidaknyamanan
meningkatkan selama latihan
imobilitas 4. jaga keamanan klien
4. gerakan otot 5. ajarkan latihan ROM
5. gerakan sendi 6. bantu klien untuk
mengoptimalkan gerak
sendi pasif maupun aktif
7. memberi reionforcement
Kekuatan otot
positif setiap kemajuan
ekstremitas nilainya
0 dan ekstremitas
kanan nilainya 5
Ektremitas kanan
tampak lemah
Aktifitas klien
tampak dibantu
keluarga
A :Masalah belum
teratasi
P :Intervensi dilanjutkan
2. Resiko Senin, 03 1. mengkaji kesulitan klien S :
gangguan september dalam mengunyah dan Keluarga
nutrisi kurang 2018 menelan mengatakan klien
dari kebutuhan susah mengunyah
2. meletakkan posisi kepala
tubuh b/d intake makanan karena
lebih tinggi pada waktu dan
yang tidak terpasang NGT
selama dan sesudah makan
adekuat Keluarga
tergannggu Keluarga
mengatakan berat
4. memberikan makanan badan klien menurun
perlahan pada lingkungan
yang nyaman O:
8. memantau nilai
laboratorium
7. memberi reionforcement
Kekuatan otot
positif setiap kemajuan
ekstremitas nilainya
0 dan ekstremitas
kanan nilainya 5
Ektremitas kanan
tampak lemah
Aktifitas klien
tampak dibantu
keluarga
A :Masalah belum
teratasi
P:Intervensi Dilanjutkan
2. Resiko Selasa, 04 1. mengkaji kesulitan klien S :
gangguan september dalam mengunyah dan Keluarga
nutrisi kurang 2018 menelan mengatakan klien
dari kebutuhan susah mengunyah
2. meletakkan posisi kepala
tubuh b/d intake makanan karena
lebih tinggi pada waktu dan
yang tidak terpasang NGT
selama dan sesudah makan
adekuat Keluarga
tergannggu Keluarga
mengatakan berat
4. memberikan makanan badan klien menurun
perlahan pada lingkungan
yang nyaman O:
8. memantau nilai
laboratorium
7. memberi reionforcement
Kekuatan otot
positif setiap kemajuan
ekstremitas nilainya
0 dan ekstremitas
kanan nilainya 5
Ektremitas kanan
tampak lemah
Aktifitas klien
tampak dibantu
keluarga
A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi dilanjutkan
2. Resiko Rabu, 05 1. mengkaji kesulitan klien S :
gangguan september dalam mengunyah dan Keluarga
nutrisi kurang 2018 menelan mengatakan klien
dari kebutuhan susah mengunyah
2. meletakkan posisi kepala
tubuh b/d intake makanan karena
lebih tinggi pada waktu dan
yang tidak terpasang NGT
selama dan sesudah makan
adekuat Keluarga
tergannggu Keluarga
mengatakan berat
4. memberikan makanan badan klien menurun
perlahan pada lingkungan
yang nyaman O:
8. memantau nilai
laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar Junaidi. 2012. STROKE “Waspadai Ancamannya”. Yogyakarta : C.V Andi Offset