PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Aplikasi Tindakan ROM Aktif Asistif Terhadap
Peningkatan Otot Pada Ny.I (58 Thn) Dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang
Gandaria RSUD Kelas B Cianjur.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Aplikasi Tindakan ROM Aktif Asistif Terhadap
Peningkatan Otot Pada Ny.I (58 Thn) Dengan Stroke Non Hemoragik di
Ruang Gandaria RSUD Kelas B Cianjur.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.I (58 Thn)
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.I (58 Thn)
c) Mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada Ny.I
(58Thn)
d) Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Ny.I (58 Thn)
e) Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Ny.I (58 Thn)
f) Mampu mengaplikasikan tindakan aktif asistif ROM dengan stroke non
hemoragik pada Ny.I (58 Thn)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan tentang aktif asistif ROM
pada pasien stroke non hemoragik. Berguna untuk penatalaksanaan
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam
keperawatan.
4
2. Bagi Perawat
Dapat dijadikan sumber referensi untuk menambahkan
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan profesi yang sedang ditekuni,
sehingga ilmu yang telah di dapat dapat diaplikasikan kembali dan dapat
dijadikan sumber ilmu bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Lembaga
a. Rumah Sakit
Memberikan informasi tentang pentingnya ROM aktif asistif pada pasien
stroke, sehingga untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam keperawatan.
b. Pendidikan Institusi
Memberikan informasi tentang pentingnya ROM aktof asistif pada pasien
stroke, sehingga untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan
bagi dosen, mahasiswa serta bagi pembaca.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
c. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
d. Hemoragi serebral
1) Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah dan arteri
meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera
untuk mempertahankan hidup.
2) Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Oleh karena itu, periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin
mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukan tanda atau
gejala.
3) Hemoragi subaraknoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisme pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena
kongenital pada otak.
4) Hemoragi intraserebral adalah pendarahan di substansi dalam otak,
paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral disebabkan oleh perubahan degeneratif karena
penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
Biasanya onset tiba-tiba, dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi
membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk
penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
Adapun penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
8
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis
otak:
1. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu
penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti
koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007).
Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
2. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
3. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal
dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik.
3. Manisfestasi Klinis
Menurut arif muttaqin (2008) manifestasi klinis stroke adalah
sebagai berikut :
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan
gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak.
9
c. Defisit verbal
1) Afasia ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respons kata tunggal.
2) Afasia reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara
tetapi tidak masuk akal.
3) Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dam ekspresif.
d. Defisit kognitif
Penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsenterasi, alasan abstrak buruk, dan perubahan penulaian.
e. Defisit emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, serta
perasaan isolasi.
4. Klasifikasi
a. Klasifikasi stroke berdasarkan keadaan patologis
1) Stroke iskemia
Iskemia terjadi akibat suplai darah ke jaringan otak berkurang, hal
ini disebabkan karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah
otak. Hampir 80% pasien stroke merupakan stroke iskemik.
Penyebab stroke iskemia adalah karena trombosis, emboli dan
hypoperfusi global. Trombosis merupakan penyebab stroke yang
paling sering, biasanya berkaitan dengan kerusakan lokal dinding
pembuluh darah akibat aterosklerosis. Stroke karena emboli biasanya
berasal dari suatu trombosis dalam jantung, juga berasal dari plak
aterosklerosis sinus karotikus atau arteri karotis interna. Pada stroke
11
berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa
otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang
otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung.
13
6. Pathway
15
7. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
a. Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
b. Berhubungan dengan paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi
sendi, deformitas dan terjatuh
c. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
8. Penatalaksanaan
a. Keperawatan secara mandiri
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
2) Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6) Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan.
16
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka.
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
Suara nafas, whezing, ronchi.
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu
mengambil keputusan.
10. Interaksi social
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
11. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah
dari tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya
bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan
akar rambut.
b. Mata
Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan
lunak dibawah bidang orbital. konjungtiva dan sklera dengan
menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan
21
c. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis,
pada satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
d. Saraf V. pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis
saraf trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta
kelumpuhan atau ssi otot pterigoideus internus dan eksternus.
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
g. Saraf IX dan X. kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
h. Saraf XI. Tidak atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
13. Pengkajian Sistem Motorik
....................................................Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan
motorik. Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol motor
volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada UMN di sisi yang berlawanan dari otak.
14. Inspeksi Umum.
Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
15. Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstermitas.
16. Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
17. Kekuatan Otot. Pada penilaian dengan menggunakan tingkat
kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan tingkat 0.
25
4. Implementasi
a. Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
b. Pelaksanaan intervensi
c. Dokumentasi keperawatan
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap Asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan, kualitas data, teratasi atau tidak teratasi masalah klien dan
pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.
38
tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia,
pembuluh darah dan saraf.
2. Jenis jenis ROM ( Range Of Motion )
a. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan
otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan
pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung
jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
Indikasi :
1) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakkan ruas sendinya dengan tidak menggunakan bantuan.
2) ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
3) ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan
dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
b. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif).
Kekuatanotot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien
dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau
semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total
atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang
40
digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya
pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
Indikasi :
1) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila
dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
2) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak
aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma,
kelumpuhan atau bed rest total
c. Rom aktif asistif
Aktif asistif adalah perawat membantu menyokong bagian distal
persendian, merupakan salah satu bagian dari latihan fungsi
ekstremitas secara keseluruhan dengan adanya kemandirian pasien
untuk bergerak aktif sendiri tanpa menghilangkan peran perawat.
Indikasi :
1) Pada saat pasien memiliki kelemahan, bantuan diberikan melalui
gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot
penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan
gerakan).Pasien dengan sadar penuh, compos mentis ( CM )
2) Dilakukan dibagian ruas persendian kepala sampai kaki
d. Rom resistif
Latihan rom resistif adalah ketika pasien secara aktif melakukan latihan
dan pasien memiliki seseorang menahan gerakan yang pasien lakukan,
latihan ini dilakukan secara rutin oleh pasien untuk mendapatkan hasil .
Indikasi :
1) Rom resistif dilakukan pada pasien dengan kekuatan otot skala 4
2) Dilakukan dibagian ruas persendian yang kuat
3. Macam macam gerakan ROM ( Range Of Motion )
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
41
a. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan
pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya.
b. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki
lainnya,
c. Kembalikan ke posisi semula.
d. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjahui kaki
yang lain.
e. Kembalikan ke posisi semula.
9. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki
Cara :
a. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu
tangan yang lain di atas pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki
ke arah dada pasien.
b. Kembalikan ke posisi semula..
c. Tekuk pergelangan kaki menjahui dada pasien.
10.Fleksi dan Ekstensi Lutut
Cara :
a. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit
pasien dengan tangan yang lain.
b. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
c. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
d. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki
ke atas.
e. Kembalikan ke posisi semula.
BAB III
A. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu penelitian kualitatif yang
digolongkan ke dalam strategi penelitian case study research. Penelitian ini
menghimpun data-data naratif dengan kata-kata (bukan angka-angka,
nonnumerical) untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang dilontarkan.
Biasanya penelitian ini memiliki beberapa jenis rancangan (design) dalam
bidang sosial dan kesehatan, metode ini merupakan salah satu bentuk
penelitian formatif yang menerapkan teknik tertentu untuk memperoleh
jawaban yang mendekati tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan khalayak
sasaran (William Chang, 2014).
C. Setting Penelitian
RSUD Kelas B Cianjur terletak di kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat
tepatnya di jalan Rumah Sakit No.1 , jaraknya kurang lebih 120 km dari arah
Jakarta menuju Bandung. Sarana dan prasaran yang dimiliki RSUD Kelas B
Cianjur diantaranya Instalasi rawat jalan terdiri dari 15 poliklinik, instalasi
rawat inap terdiri dari 3 kelas rawat47
inap, terdapat 1 instalasi gawat darurat,
terdapat 9 fasilitas penunjang medis (labolatorium, radiologi, farmasi, bedah
47
5) Telinga
6) Mulut dan tenggorokan
7) Leher
8) Dada
9) Abdomen
10) Tangan (ekstremitas atas)
11) Genitalia
12) Anus
13) Kaki (ekstermitas bawah)
2. Metode wawancara terstruktur
a. Identitas
Tabel 3.1
b. Keluhan utama
Tabel 3.2
49
Apakah ada yang anda keluhkan terkait kondisi anda saat ini ?
Tabel 3.5
g. Riwayat psikologi
Tabel 3.7
h. Riwayat sosial
Tabel 3.8
i. Riwayat spiritual
Tabel 3.9
3. Metode tes
a. Skala otot
1) Skala intensitas otot
0 : Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak
berkontraksi, bilalengan/ tungaki dilepaskan, akan jatuh
100% pasif.
1 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan
sewaktujatuh.
2 : Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya
gravitasi(saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi
tidak mampumelawan tekan/ dorongan dari pemeriksa.
4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
5 : Kekuatan utuh
4. Metode dokumentasi
a. Terapi pengobatan
b. Pemeriksaan lab atau pemeriksaan diagnostik
1) CT scan
2) MRI, USG, EEG, ECG
3) Darah lengkap
F. Etika penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan
untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di RSUD Kelas B cianjur.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pasien masuk rumah sakit Cianjur pada tanggal 12 Juni 2016
pada pukul 08.00 WIB di IGD RSUD Cianjur. Pasien dibawa ke
ruang gandaria pada tanggal 13 Juni 2016 pukul 12.00 WIB,
pengkajian dilakukan pada hari rabu tanggal 15 Juni 2016 pada
pukul 08.00 WIB. Diagnosa medis klien yaitu Stroke Non
Hemoragik.
Klien bernama Isah. lahir di Cianjur, pada tanggal 2 januari
tahun 1958. Klien beragama islam, klien sudah menikah, pendidikan
terakhirnya Sekolah Dasar, suku Sunda dan bangsa Indonesia. Klien
tinggal di Kp.Cisentul Rt.01 Rw.05 Desa Kerta Jaya Kecamatan
54
Ciranjang. klien masuk ke rumah sakit pada hari senin pagi tanggal
12 Juni 2016.
h. Abdomen
Pada saat saya melakukan pemeriksaan abdomen, tampak bentuk
abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, ketika di ketuk abdomen
tidak kembung, ketika didengarkan bising usus 7x/menit.
i. Ekstremitas
Ekstremitas atas tangan simetris, jari lengkap, terpasang IVFD
(Intra Vena Fluid Dreep) di tangan kanan dengan cairan RL
(Ringer Laktat) 500 ml dan dosis pemberian 20 tetes per menit,
turgor kulit baik, CRT (Capilarri Refil Time) kurang dari 2 detik,
refleks bisep dan trisep (+), kekuatan otot tangan kiri 3 dan
tangan kanan 5 skala (1-5), ekstremitas bawah kaki simetris, tidak
ada parises, tidak ada Oedema, reflek paterla (+), tidak terdapat
nyeri tekan, dengan kekuatan otot kaki kiri 3 dan kaki kanan 5
skala (1-5) menurut annas (2007).
j. Genitalia dan anus
Pada pemeriksaan genitalia dan anus, tidak terpasang cateter urin,
klien mengatakan memakai diapers, tidak terdapat luka di area
genitalianya, klien mengatakan tidak ada benjolan dan abses pada
anusnya dan tidak ada hemmoroid.
k. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Pada saat klien sebelum sakit, klien makan dengan
makanan pokok nasi, beserta lauk pauk seperti ikan asin, daging
hewani dan lain-lain. Frequensi makan klien sebanyak 3 kali per
hari, dalam porsi makan habis. Klien mengatakan, klien minum
dengan air putih, sebanyak ±8 gelas per hari.
Pada saat klien sakit, klien makan dengan bubur, sayuran,
daging hewani dan lain-lain. Frequensi makan klien sebanyak 3
kali per hari, dalam porsi makan ½ sampai 1 porsi makan yang
habis, Klien mengatakan, klien minum dengan air putih,
sebanyak ±8 gelas per hari.
58
2) Eliminasi
a) BAB
Pada saat klien sebelum sakit maupun sesudah sakit,
klien mengatakan BAB 2 kali sehari dengan warna kuning
dan terkadang berkonsistensi keras.
b) BAK
Pada saat klien sebelum sakit maupun, klien
mengatakan frekuensi miksi ± 5 kali per hari, dengan warna
urine kuning jernih.
Setelah klien masuk rumah sakit, klien memakai
diapers, urine berwarna kuning.
3) Istirahat tidur
Pada saat sebelum sakit, klien mengatakan tidur malamnya
dari jam 21.00 s/d jam 05.00 ± 8 jam, dengan pengantar tidur
berdoa, sedangkan pada siang hari klien tidur dari jam 13.00 s/d
jam 15.00 ± 2 jam.
Pada saat setelah masuk rumah sakit, klien mengatakan
tidur malam tidak menentu, terkadang 2 jam bangun, dan
terkadang suka bangung pada tengah malam. Pada saat siang
hari klien kadang tidur hanya 1 jam dan tidak menentu.
4) Personal hygine
Pada saat sebelum sakit klien mandi 3 kali per hari, gosok
gigi mengunakan pasta gigi dengan frekuensi 2 kali per hari,
keramas 3 kali per minggu menggunakan syampo, dan
menggunting kuku 1 minggu sekali, dengan cara mandiri.
Setelah klien masuk rumah sakit, klien belum pernah
mandi, gosok gigi, keramas, dan menggunting kuku 1 minggu
59
kelemahan.
ROM di dapatkan hasil kekuatan otot tangan kan dan kaki kanan berada
di angka 5 sedangkan tangan kiri dan kaki kiri berada di angka 3. Masih
belum ada perubahan pada hari kedua, akan tetapi klien dan keluarga
mulai bisa memahami tindakan aktif asistif ROM.
Pada hari jumat tanggal 17 juni 2016 jam 09.00 dan 14.40 WIB
penulis melakukan pemeriksaan kekuatan otot dan di dapatkan hasil
tangan kanan dan kaki kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri
dan kaki kiri berada di angka 3. Setelah dilakukan tindakan aktif asistif
ROM di dapatkan hasil kekuatan otot tangan kan dan kaki kanan berada
di angka 5 sedangkan tangan kiri dan kaki kiri berada di angka 3. Masih
belum ada perubahan pada hari ketiga, akan tetapi klien dan keluarga
mulai bisa memahami tindakan aktif asistif ROM dan klien mengatakan
mulai terbiasa dengan tindakan aktif asistif ROM.
Pada hari sabtu tanggal 18 juni 2016 jam 09.00 dan 14.40 WIB
penulis melakukan pemeriksaan kekuatan otot dan di dapatkan hasil
tangan kanan dan kaki kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri
berada di angka 4 dan kaki kiri berada di angka 3. Setelah dilakukan
tindakan aktif asistif ROM di dapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan
dan kaki kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri berada di angka
4 dan kaki kiri berada di angka 3. Di hari yang keempat ini mulai ada
peningkatan kekuatan otot pada Ny.I dan klien mengatakan sudah bisa
minum dengan tangan kiri nya walaupun masih terasa sedikit lemas.
Pada hari minggu tanggal 19 juni 2016 jam 09.00 dan 14.40 WIB
penulis melakukan pemeriksaan kekuatan otot dan di dapatkan hasil
tangan kanan dan kaki kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri
berada di angka 4 dan kaki kiri berada di angka 4. Setelah dilakukan
tindakan aktif asistif ROM di dapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan
dan kaki kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri berada di angka
4 dan kaki kiri berada di angka 4. Di hari kelima ini mulai ada
peningkatan pada kaki kiri, klien terlihat dapat mengangkat kaki nya dan
dapat menahan tekanan yang di berikan oleh penulis.
68
C. Pembahasan
Bab IV dalam karya tulis ini akan dijelaskan mengenai pembahasan yang
akan meguraikan analisa dan perbandingan teori dan aplikasi yang terdapat
dilapangan. Pembahasan ini berisi pengkajian, diagnosis keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian pada Ny. I yang dilakukan pada tanggal 15 Juni 2016
adalah pada saat pertama kali pengkajian keadaan umum klien tampak
lemah, kesadaran pasien penuh dengan nilai GCS 14 (Eye : 4, Verbal : 5,
dan Motorik : 5). Tekanan darah klien 190/90 mmHg, dengan nadi : 120
x/menit, pernapasan : 21x/menit, suhu : 36,9ºC.
Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan belum pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya. Dari data pengkajian kesehatan keluarga, keluarga
lain tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami
oleh pasien tidak memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, diabete
militus, asma dan lain-lain.
Hasil pemeriksaan labolatorium pada tanggal 14-Juni-2016 atas nama
klien Ny.I, didapatkan hasil, Hemoglobin 12,2 g/dl (nilai rujukan 12-16),
Hematokrit 36,6% (nilai rujukan 37-47 %), Leukosit 15,1 ribu/ul (nilai
rujukan 4,8-10,8), Trombosit 312 ribu/ul (nilai rujukan 150-450), Eritrosit
4,02 juta/ul (nilai rujukan 4,2-5,4), Protein urine negatif (nilai rujukan
negatif).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Wilkinson(2007).Pengkajian
adalah cara perawat dalam mengumpulkan data, baik secara objektif atau
bisa diukur secara verbal yang bisa di gali oleh seorang perawat terhadap
klien, keluarga, dan seorang yang dekat dengan klien. Data yang diperoleh
haruslah mampu menggambarkan status kesehatan klien ataupun masalah
69
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penyebut sekelompok petunjuk yang
didapat selama fase pengkajian. Diagnosis keperawatan saat ini dikenal
adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
dan potensial. Diagnosis keperawatan menjadi dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil menjadi tanggung gugat perawat (Wong,
2009:21).
Berdasarkan pada teori dan data pengkajian, diagnosis keperawatan
yang dapat muncul pada pasien stroke non hemoragik menurut (E. Dongues,
2014) yaitu :
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
menurunnya suplai darah dan O2 ke otak.
b. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan hemiparase/plegi kanan
& kiri.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan artikular,
tidak dapat bicara (disatria).
d. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakmampuan
menghidu, melihat dan mengecap.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tirah baring lama.
f. Gangguan menelan berhubungan dengan proses menelan tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Wilkinson, 2007). Intervensi
keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama
71
dilakukan pemantauan tanda tanda vital, tekanan darah masih diatas normal
190 /90 mmHg. Evaluasi pada diagnosa pertama kamis tanggal 16-juni-
2016 jam 14.30 WIB Setelah dilakukan pemantauan tanda tanda vital,
tekanan darah masih diatas normal 170 /90 mmHg. Evaluasi pada jumat
tanggal 17-juni-2016 jam 14.30 WIB Setelah dilakukan pemantauan tanda
tanda vital, tekanan darah masih diatas normal 160 /90 mmHg. Evaluasi
pada sabtu tanggal 18-juni-2016 jam 14.30 WIB Setelah dilakukan
pemantauan tanda tanda vital, tekanan darah masih diatas normal 150 /80
mmHg. Evaluasi pada minggu tanggal 19-juni-2016 jam 14.30 WIB
Setelah dilakukan pemantauan tanda tanda vital, tekanan darah masih
diatas normal 140 /80 mmHg.
Evaluasi pada diagnosa kedua hari pertama pada rabu tanggal 15-juni-
2016 jam 14.30 WIB Setelah dilakukan tindakan aktif asistif ROM di
dapatkan hasil kekuatan otot tangan kan dan kaki kanan berada di angka 5
sedangkan tangan kiri dan kaki kiri berada di angka 3. Masih belum ada
perubahan pada hari pertama.
Evaluasi pada kamis tanggal 16-juni-2016 jam 14.30 WIB Setelah
dilakukan tindakan aktif asistif ROM di dapatkan hasil kekuatan otot
tangan kan dan kaki kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri dan
kaki kiri berada di angka 3. Masih belum ada perubahan pada hari kedua,
akan tetapi klien dan keluarga mulai bisa memahami tindakan aktif asistif
ROM.
Evaluasi pada jumat tanggal 17-juni-2016 Setelah dilakukan tindakan
aktif asistif ROM di dapatkan hasil kekuatan otot tangan kan dan kaki
kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri dan kaki kiri berada di
angka 3. Masih belum ada perubahan pada hari ketiga, akan tetapi klien
dan keluarga mulai bisa memahami tindakan aktif asistif ROM dan klien
mengatakan mulai terbiasa dengan tindakan aktif asistif ROM.
Evaluasi pada sabtu tanggal 18-juni-2016 Setelah dilakukan tindakan
aktif asistif ROM di dapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan dan kaki
kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri berada di angka 4 dan kaki
75
kiri berada di angka 3. Di hari yang keempat ini mulai ada peningkatan
kekuatan otot pada Ny.I dan klien mengatakan sudah bisa minum dengan
tangan kiri nya walaupun masih terasa sedikit lemas.
Evaluasi pada minggu tanggal 19-juni-2016 Setelah dilakukan tindakan
aktif asistif ROM di dapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan dan kaki
kanan berada di angka 5 sedangkan tangan kiri berada di angka 4 dan kaki
kiri berada di angka 4. Di hari kelima ini mulai ada peningkatan pada kaki
kiri, klien terlihat dapat mengangkat kaki nya dan dapat menahan tekanan
yang di berikan oleh penulis.
Evaluasi pada diagnosis ketiga hari pertama pada rabu tanggal 15-juni-
2016 jam 16.30 WIB Setelah dilakukan tindakan personal hygne oleh
keluarga, klien terlihat segar dan wangi. Evaluasi pada kamis tanggal 16-
juni-2016 jam 16.30 WIB Setelah dilakukan tindakan personal hygne oleh
keluarga, klien terlihat segar dan wangi. Evaluasi pada jumat tanggal 17-
juni-2016 jam 16.30 WIB Setelah dilakukan tindakan personal hygne oleh
keluarga, klien terlihat segar dan wangi. Evaluasi pada sabtu tanggal 18-
juni-2016 jam 16.30 WIB Setelah dilakukan tindakan personal hygne oleh
keluarga, klien terlihat segar dan wangi. Evaluasi pada tanggal minggu 19-
juni-2016 jam 16.30 WIB Setelah dilakukan tindakan personal hygne oleh
keluarga, klien terlihat segar dan wangi.
6. Pembahasan aplikasi aktif asistif ROM
Setelah dilakukan tindakan aktif asistif ROM selama 5x24 jam sesuai
dengan prosedur, hasil nya sesuai dengan hasil penelitian oleh Desti
Ariyanti bahwa aktif asistif ROM dapat menambah kekuatan dan ke
efektifan otot pada pasien dengan stroke non hemoragik diruang gandaria
RSUD kelas B Cianjur.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian terhadap masalah mobilisasi pada Ny.I telah dilakukan secara
komprehensif dan diperoleh yaitu kurang nya gerakan sendi. Letak
kelemahan tubuh di sebelah kiri. Kekuatan otot tangan kanan dan kaki
kanan yaitu di angka 5 sedangkan tangan kiri dan kaki kiri berada di angka
3. TD: 190/90 mmHg, Nadi 120 x/menit, Respirasi 21 x/menit, dan suhu
36,9 celcius.
2. Diagnosa keperawatan yang didapat dari pemeriksaan yang dilakukan pada
Ny.I yaitu diagnosa yang pertama Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan menurunnya suplai darah dan O2 ke otak.
Diagnosa kedua Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan
hemiparase/plegi kanan & kiri. diagnosa yang ketiga adalah Defisit
perawatan diri berhubungan dengan tirah baring lama
3. Rencana keperawatan yang disusun untuk masalah keperawatan pertama
yaitu Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
menurunnya suplai darah dan O2 ke otak. penulis membuat rencana
keperawatan: pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan
77
B. SARAN
1. Bagi pasien
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan tentang aktif asistif
ROM pada pasien stroke non hemoragik. Berguna untuk penatalaksanaan
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam
keperawatan.
2. Bagi Perawat
79
3. Bagi Lembaga
a. Rumah Sakit
Memberikan informasi tentang pentingnya ROM aktif asistif pada
pasien stroke, sehingga untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam
keperawatan.
b. Institusi Pendidikan
Memberikan informasi tentang pentingnya ROM aktof asistif pada
pasien stroke, sehingga untuk meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan bagi dosen, mahasiswa serta bagi pembaca.